Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS FILM JOKER

Disusun Oleh :

KHAIRUL BAHRI ( 2010207050)

DOSEN PENGAMPU :

AGUNG TRI PRESETIA,M.pd

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS


TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI TAHUN AJARAN 2022/2023


A. Teori Erick erickson

segerombol anak jalanan mencuri kediaman kepunyaan Arthur serta mengeroyokinya di


gang, salah seseorang kawan kerjanya meminjamkan beceng selaku perlengkapan proteksi diri.

Dalam ekspedisi kembali memakai sepur dasar tanah, Arthur dirundung oleh 3 pebisnis belia Wall Street,
alhasil beliau menembak mati ketiganya dengan beceng yang beliau sanggam itu.

Arthur pula dilecehkan oleh 2 intel yang berprasangka dengan keterlibatannya dalam penembakan
sepur dasar tanah, namun beliau menyangkalnya. Kondisi kota jadi terus menjadi rancu dengan
pengunjuk rasa yang tumpah ruah di mana- mana.

Kala para pengunjuk rasa mulai berkelahi dengan aparat keamanan, Arthur menyelinap ke suatu
bangunan tempat suatu kegiatan spesial buat figur terkenal dihelat.

Arthur tidak mengetahui pembantaian itu hendak mengawali aksi muncul rasa kepada orang banyak di
kota itu dengan memakai masker komedian. Sebagian hari tadinya, Thomas Wayne mencalonkan dirinya
selaku orang tua kota sebab merasa gelisah dengan kekalutan di kota itu yang tidak menyambangi
menyudahi.

Arthur Fleck adalah seorang pria paruh baya yang berjuang melawan kehidupan yang begitu pahit ia
rasakan dimana ia membutuhkan bantuan, namun dunia dan lingkungan di sekitarnya tidak peduli akan
keadaannya.
Saat Arthur Fleck mengunjungi pekerja sosialnya (psikiater yang menanganinya), ia berusaha
mengomunikasikan perasaan getirnya itu.

B. Teori Sigmund freud

Dalam psikoanalisis Freud, hasrat atau libido sarat ditekan. Itulah mengapa Freud berkata, “...dimana
ada Id, di situ ada ego (yang berpatroli)”. Ego bertugas untuk menjaga dan memenjara Id (dorongan
alam bawah sadar) agar tak membudalkan seluruh hasratnya. Tentu, tugas ego yang berat ini dibantu
oleh superego yang merupakan kristalisasi nilai, norma, dan budaya yang diinternalisasi individu dari
lingkungan sosial. Hal ini dapat kita temukan dalam beberapa adegan Arthur Fleck yang berupaya
menahan amarah (baca: emosi) kala menuai beragam perilaku tak menyenangkan dari orang-orang; dari
gerombolan anak-anak yang mengganggunya, atasan yang memarahinya, ibu dari anak kecil di bus yang
menuduhnya, atau orang-orang yang menganggapnya aneh.

setiap orang memiliki apa yang di namakan id, yaitu sifat dasar manusia, termasuk insting; insting
lapar dan haus, insting seksual, insting agresifitas dll.Id ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia, yaitu dengan terpenuhinya aspek kebutuhan hidup; punya harta, punya rumah, punya
keluarga, dan di hargai orang sekitar.

C. TEORI GESTALT

Film Joker yang di produksi tahun 2019, yang disutradarai oleh Todd Philips. Joker
merupakan film psikologi Amerika Serikat. Film ini diangkat karena masih banyak masyarakat
Amerika yang suka membully kesehatan mental seseorang.

Film Joker yang memiliki tokoh utama bernama Arthur Fleck atau Joker yang diperankan
oleh Joaquin Phoenix. Joker awalnya merupakan pelawak tunggal yang menderita penyakit
mental juga diabaikan oleh masyarakat.
Penyakit mental yang didapatkan oleh Joker merupakan taruma dari masa lalunya.
Dimana ibu Joker yang bernama Shopie Dumond yang diperankan oleh Zazie Beetz memukul
keras kepala Joker. Sehingga Joker mendapatkan kekerasan itu berdampak pada dirinya. Joker
sulit mengontrol tawanya di karenakan dari penyakit mentalnya tersebut.

Dalam menganalisa Joker, ia memiliki anxiety juga dalam dirinya. Dimana ia memiliki
kekhawatiran takut bahwa ibunya dilukai. Namun setelah ia mengetahui bahwa ibunyalah yang
membuatnya seperti saat ini timbullah rasa ingin membalas dendam.

Karena ia berprofesi menjadi seorang badut tentu ia berpenampilan menjadi seorang


badut, namun dari dialog maupun cara ia memperankan tokoh tersebut mempresentasekan bahwa
ia bukan hanya seorang badut. Ia ingin didengar dan dipandang oleh masyarakat. Dapat
dikatakan bahwa Joker kurang akan kasih sayang.

Film Joker yang di produksi tahun 2019, yang disutradarai oleh Todd Philips. Joker
merupakan film psikologi Amerika Serikat. Film ini diangkat karena masih banyak masyarakat
Amerika yang suka membully kesehatan mental seseorang.

Film Joker yang memiliki tokoh utama bernama Arthur Fleck atau Joker yang diperankan
oleh Joaquin Phoenix. Joker awalnya merupakan pelawak tunggal yang menderita penyakit
mental juga diabaikan oleh masyarakat.

Penyakit mental yang didapatkan oleh Joker merupakan taruma dari masa lalunya.
Dimana ibu Joker yang bernama Shopie Dumond yang diperankan oleh Zazie Beetz memukul
keras kepala Joker. Sehingga Joker mendapatkan kekerasan itu berdampak pada dirinya. Joker
sulit mengontrol tawanya di karenakan dari penyakit mentalnya tersebut.
Dalam menganalisa Joker, ia memiliki anxiety juga dalam dirinya. Dimana ia memiliki
kekhawatiran takut bahwa ibunya dilukai. Namun setelah ia mengetahui bahwa ibunyalah yang
membuatnya seperti saat ini timbullah rasa ingin membalas dendam.

Karena ia berprofesi menjadi seorang badut tentu ia berpenampilan menjadi seorang


badut, namun dari dialog maupun cara ia memperankan tokoh tersebut mempresentasekan bahwa
ia bukan hanya seorang badut. Ia ingin didengar dan dipandang oleh masyarakat. Dapat
dikatakan bahwa Joker kurang akan kasih sayang.

Pada film ini banyak scene-scene yang menampilkan Joker sedang berkaca melihat
dirinya. Pada saat ia sedang mandi, saat sedang memasang riasan wajah sebagai badut, dan saat
ia telah menjadi badut pembunuh. Dalam id Joker ia sadar bahwa ia harus terus tersenyum
walaupun banyak masalah karena ia sadar ia seorang penghibur. Pada saat bercermin timbul
sebuah identitas bahwa Joker ini seorang badut. Badut dimana yang meskipun ada beribu
masalah di dalam kepalanya namun tetap tersenyum di depan banyak orang.

Superego dari Joker tersebut adalah ia di abaikan oleh masyarakat. Bahkan saat Joker
berobat ke salah satu badan yang menangani penyakit mental ia sering sekali diabaikan.
Superego Joker ini ingin diperhatikan oleh masyarakat, serta ibunya juga terkadang kurang
memperdulikan dirinya.

Egonya yang tidak terkontrol adalah ia membunuh orang-orang yang membuatnya sedih,
orang-orang yang menyudutkannya, serta orang-orang yang membullynya. Dalam membunuh
orang Joker sadar bahwa ia sedang membunuh namun rasa dalam diri Joker membuat dirinya
puas akan hal tersebut.

Psikoanalisisnya bahwa penyakit mental yang didapatkan oleh Joker di masa lalu. Masa
lalu mempengaruhi mental seseorang kedepannya. Dari adanya masa lalu yang buruk timbul rasa
ingin balas dendam di masa depan. Hal ini membuat Joker akhirnya membunuh dan bertindak
gila di kotanya.
Penonton yang ditargetkan menonton film ini memang berumur 18 tahun ke atas. Karena
memang ada adegan-adegan yang tidak pantas di tonton oleh anak kecil. Dimana anak kecil
dapat menirukan gaya-gaya Joker dan mengajarkan balas dendam

Jika anak-anak yang menonton film ini, mereka berpikir bahwa jika dipukul oleh orang
tua balasannya adalah membunuh. Itu jika dibahas dari sisi negatif film Joker. Namun jika
dibahas dari sisi positifnya, yang dapat diambil adalah jangan pernah menyepelekan masalah
mental seseorang. Tentunya setiap manusia mengalami yang namanya proses pembelajaran
sosial. Sangat banyak pelajaran yang dapat diambil dari film Joker ini. Jika dikulik lebih dalam
akan sangat banyak ditemukan sisi negatif maupun sisi positif. Tapi memang pesan-pesan yang
disampaikan film ini tentunya dari tokoh karakter utama.

Anda mungkin juga menyukai