NIM : 4321801009
Kelas : Animasi Reguler 3A
*) Berpotensi Spoiler
Apalagi yang dibutuhkan oleh sebuah film yang pada dasarnya sudah memiliki naskah yang cukup
gila? Ya! Seorang aktor yang memiliki kemampuan akting gila di atas rata-rata aktor pada
umumnya, Joaquin Phoenix sebenarnya bukanlah pilihan pertama untuk memerankan sang
badut Psikopat pada project film ini, Leonardo DiCaprio lah pilihan pertama untuk project ini,
namun entah karena kendala apa Leonardo lantas menolak peran Joker dan sepertinya memang
Joaquin Phoenix ditakdirkan untuk memerankan karakter penjahat Gotham yang begitu ikonik
ini.
Joaquin Phoenix menyiapkan diri untuk berperan sebagai Joker selama 6 Bulan, ia mengaku
banyak mengurangi aktivitas bersosialiasinya selama waktu tersebut, mengunjungi pasien di
Rumah Sakit Jiwa untuk mempelajari cara tertawa mereka, menjalani diet ketat untuk
menurunkan berat badan sebanyak 24 kg. Ya, Joaquin Phoenix merupakan salah satu aktor yang
menggunakan teknik method acting, teknik ini memang dikenal cukup ekstrim, karena mereka
menggunakan metode yang memaksa mereka untuk membayangkan bagaimana jika mereka
adalah benar-benar karakter dari karakter yang mereka perankan. Mereka akan melakukan
apapun agar bisa mendapatkan gesture, suara, ataupun sekedar tatapan dari karakter yang
mereka perankan, salah satu korban method acting adalah mendiang Heath Ledger yang
overdosis karena mengaku susah tidur akibat susah lepas dari karakter Jokernya.
*) Lalu bagaimana hasil dari segala usaha perjuangan Joaquin Phoenix selama 6 bulan? Hasilnya
sangat luar biasa, mulai dari suara tawanya yang merupakan cerminan dari penyakit
Pseudobulbar Affect, yakni suatu penyakit dimana sang penderita akan sulit mengendalikan
tawanya meski sedang sedih sekalipun, penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit mental
dimana penderitanya akan kesulitan mengendalikan emosinya. Sangat sedih rasanya ketika
melihat Arthur Fleck berusaha menjelaskan bahwa dirinya menderita penyakit tersebut dengan
memberikan kertas berisi keterangan bahwa dirinya menderita penyakit tersebut, dan hal
tersebut terus terjadi sepanjang film, dan puncaknya ketika ia dibully akibat penyakitnya tersebut
di dalam Kereta bawah tanah, tiga pegawai Thomas Wayne menjadi korbannya dan itulah awal
mula dimana Arthur Fleck akan menjadi Joker.
*) Selain tawanya yang membuat siapapun yang mendengarnya akan selalu mengingatnya, aspek
ekspresi yang dimainkan oleh Joaquin juga tidaklah main-main, ekspersi konyolnya guna
menghibur seorang anak kecil di bus, ekspresi kesakitannya ketika penyakit tawa yang
dideritanya kambuh tiba-tiba, ekspresi marahnya ketika Murray mempermalukannya di acara TV,
hingga ekspresi tajamnya ketika berubah menjadi sosok pembunuh bernama Joker, semuanya
benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang Joaquin Phoenix.
Selain dari aspek ekspresi, aspek gesture juga tidak kalah menarik dilakukan oleh Joaquin, yang
paling menarik tentu saja gerakan berdansanya, ya Arthur sesekali berdansa tanpa mengenakan
baju dan memperlihatkan tulang-tulang di di tubuhnya yang memperlihatkan hasil kerja keras
sang aktor menurunkan berat badan hingga 24 kg.
Saya pribadi sudah banyak menonton film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix seperti Her
(2013), dua film kolaborasinya bersama sutradara Paul Thomas Anderson, yaitu The Master
(2012) dan Inherent Vice (2014), lalu Walk the Line (2005) dimana ia berperan sebagai musisi
legendaris Johnny Cash dan terakhir Gladiator (2000). Kualitas dari Joaquin Phoenix memang
tidak usah diragukan lagi, lantas apa yang kurang dari sosok dirinya? Ya, Piala Oscar. Padahal
dirinya menurut saya pribadi hanya berada satu tingkat dibawah 3 aktor favorit saya yakni Marlon
Brando, Robert De Niro dan Daniel Day Lewis yang secara kualitas sudah membuktikan dirinya
melalui Piala Oscar dan sudah menyandang status aktor legendaris.
Joaquin Phoenix tahun ini sampai pada puncak performa sepanjang karir aktingnya. Selepas
menonton Joker, saya tidak dapat memikirkan orang lain yang akan mendapat Piala itu selain
Joaquin Phoenix, dia telah mendapatkan nominasi Best Actor 3 kali (Gladiator, Walk the Line, dan
The Master) dan 3 kali pula ia kalah, bulan Januari 2020 terasa datang begitu lama. Give an Oscar
to Joaquin Phoenix right now!
Sinematografi
4. Shot yang memperlihatkan Arthur sedang menirukan ekspresi dari badut pembunuh yang
sedang dalam status buron yang ada di sebuah koran dihiasi dengan background lampu jalan
dengan tone yang mengingatkan saya akan film Taxi Driver (1976).
5. Perkenalan Joker dengan dunia! Ya di acara Murray Live Show inilah pertama kalinya Joker
memperkenalkan dirinya, sebuah shot simetris dihiasi oleh color pallete yang begitu aesthetic
dan diiringi oleh Arthur yang menari-nari sembari masuk ke dalam acara itu sendiri, sebuah
adegan yang akan menuntun kita menuju babak ketiga film yang intensitasnya begitu luar
biasa itu.
Sebenarnya masih banyak lagi shot yang ingin saya tunjukkan terlebih dua shot yang bagi saya
pribadi sangat saya sukai yaitu shot simetris antara Arthur Fleck dan Bruce Wayne kecil yang
dibatasi oleh pagar sebagai titik tengahnya, dan shot Joker berdiri di atas mobil dikelilingi oleh
pengikutnya yang menandakan “Peristiwa Joker” sebagai sebagai sebuah pergerakan
perlawanan dari masyarakat. Tetapi berhubung adegan keduanya tidak ada di trailer, jadi saya
tidak bisa menampilkannya.
Director of Photography (DoP) dari film ini adalah Lawrence Sher, dia memang sudah bekerja
sama dengan Todd Phillips semenjak The Hangover Trilogy, suatu pencapaian fantantis ketika
film ini hampir di semua adegannya dapat di capture dengan sangat indah dan aesthetic.
Penggunaan tone dan juga Color Pallete yang terinspirasi dari Taxi Driver (1976) dan dipadukan
dengan tone Dark yang seolah menjadi trademark dari DC Comics menjadikan film ini memiliki
nuansa yang begitu unik. Di satu sisi ia menampilkan sisi depresif, namun di saat itu juga indah
secara bersamaan. Suatu hasil pekerjaan yang sangat patut diacungi jempol. Namun, untuk piala
Oscar, bukan tidak mungkin memang, tetapi saya rasa akan cukup berat, apalagi salah satu
saingannya ada Once Upon A Time in Hollywood yang juga menghasilkan visual parade
Hollywood 60an yang glamor dan tidak main-main tentunya.
Ketika membicarakan film Joker, kita sudah tahu bahwa Joker bakal banyak terinspirasi dari film
pendahulunya, di Trailer, kita bisa melihat bahwa film ini banyak terinspirasi dari Taxi Driver
(1976) dan The King of Comedy (1982), dua film tersebut secara kebetulan merupakan film
kolaborasi antara Martin Scorcesse dan Robert de Niro, dan Robert de Niro juga bermain di film
Joker dan berperan sebagai Murray Franklin. Namun ternyata ketika saya melihat filmnya Joker
banyak memberikan tribute khusus kepada banyak film-film dahulu, di antaranya Taxi Driver
(1976), The King of Comedy (1982), Modern Times (1936), Excalibur (1981), bahkan ada tribute
kecil untuk mendiang Heath Ledger yang berperan sebagai Joker di film The Dark Knight (2008),
kebanyakan tribute tersebut berupa adegan yang sedikit mirip dengan film-film yang telah saya
sebutkan, jika pernah menontonnya pasti akan mudah menyadarinya.
Movie that Based on Comicbook but not Comic Accurate
Joker adalah film yang berjenis studi karakter berbasis psikologis, hal ini sudah dijelaskan
langsung oleh sang sutradara, Todd Phillips, bahwa film Joker garapannya ini tidak mengambil
inspirasi dari komik manapun, mereka hanya meminjam karakter Joker dari DC lalu memodifikasi
jalan ceritanya sedemikian rupa agar lebih sesuai dengan kondisi masyarakat. Ini adalah cerita
dimana masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan pemerintah kotanya, dan kesejangan sosial
sangat jauh berbeda dimana hanya ada kelas atas dan kelas bawah. Dan di Kota inilah Arthur
Fleck, seseorang yang mempunyai kelainan mental menuntut agar masyarakat lebih
memperhatikan dan menerima dirinya. Pada akhirnya semua rasa sakit yang dirasakan Arthur lah
yang menyebabkan terjadinya peristiwa Joker dalam film ini. Jadi lupakan segala hal yang
berkaitan dengan Joker yang ada di komik, karena anda tidak akan melihat hal itu disini. Ini adalah
Origin Joker dan Dunia baru yang dibuat oleh Todd Phillips.
Verdict / Kesimpulan
Joker adalah suatu maha karya yang hadir di dunia perfilman abad ini, film yang dengan cepat
masuk dalam top list pribadi saya mengenai studi karakter selain film-film legendaris seperti Taxi
Driver (1976), A Clockwork Orange (1971), There Will Be Blood (2007), dan masih banyak yang
lainnya. Selain itu film ini juga dipenuhi quotes dari Arthur Fleck yang sangat menusuk hati
siapapun yang mendengarnya, film ini juga mengajarkan kepada kita untuk tidak menyepelekan
isu kelainan mental pada seseorang, lihat bagaimana Arthur dibully oleh segerombolan remaja
di film ini, begitu memilukan.
Namun alih-alih mengemas Joker menjadi film yang simpatik, Todd Phillips justru menetapkan
garis abu-abu di dalam filmnya dan memaksa kita untuk tidak bisa bersimpati penuh kepada
Joker, Murray Franklin, Thomas Wayne atau siapapun itu di film ini. Itu yang membuat karakter-
karakter di film ini terasa nyata, mereka memiliki kepribadian yang abu-abu, tidak benar-benar
baik dan tidak benar-benar jahat dan begitulah nyatanya Manusia.
*) Menonton film ini juga membuat kita merasakan apa yang selama ini Arthur rasakan, yakni
tertindas oleh masyarakat, dianggap berbeda keberadaannya, contohnya saat dimana adegan
sebuah Stand Up Comedy, dimana ketika ada lelucon yang menurut Arthur lucu dan ia tertawa
keras, semua orang hanya diam, dan ketika ia diam karena merasa biasa saja dengan punchline
dari Comedian, semua orang tertawa terbahak-bahak. Hal ini menandakan dirinya yang sangat
berbeda dengan masyarakat pada umumnya dan ia hanya ingin masyarakat menerima dirinya
dengan penyakit mentalnya, yakni Pseudobulbar Affect, sebuah penyakit tertawa yang lepas
tanpa kendali, ini muncul ketika Arthur menyampaikan materi Stand Up Comedy miliknya untuk
pertama kali, tapi sayangnya penyakitnya malah muncul saat itu, memilukan memang rasanya,
dan karena penyakit ini juga pada akhirnya tiga pegawai Thomas Wayne dan akhirnya menjadikan
Arthur sebagai seorang pembunuh, tragis sekaligus memilukan.
'I used to think that my life was a tragedy. But now I realize, it’s a fucking comedy.'
-Arthur Fleck
Secara kualitas, film ini sangat luar biasa, ditambah dengan kehadiran babak ketiga film yang luar
biasa intense itu, serta open ending yang bisa membuat film ini jadi bahan diskusi yang sangat
bagus, lengkap dengan naskah yang super rapih, sinematografi yang berkelas, scoring yang luar
biasa, Joker adalah film terbaik bagi saya di tahun ini.
Rating Pribadi
Naskah/Plot : 10/10
Akting Pemain : 10/10
Sinematografi : 10/10
Scoring & Soundtrack : 10/10
Set Design : 10/10
_________________________
Nilai Akhir : 10/10