Anda di halaman 1dari 12

Nama : Weimpy Ocastian Putra Pratama

NIM : 4321801009
Kelas : Animasi Reguler 3A

UTS SINEMATOGRAFI SEMESTER 3

REVIEW JOKER (2019) | Directed By Todd Phillips

*) Berpotensi Spoiler

Naskah Solid serta Eksekusi apik Sang Sutradara

Mengutip Ucapan dari salah satu sutradara paling berpengaruh


dalam dunia perfilman, yaitu Alfred Hitchcock, “To make a great
film you need three things – the script, the script and the script”.
Todd Phillips sebagai Director sekaligus Writer dari film ini berhasil
melakukan tugas itu dengan sangat baik.
*) Naskah film ini bisa dibilang nyaris tanpa plot hole, naskah yang
digarapnya bersama dengan Scott Silver menghasilkan suatu pembatas abu-abu di dalam film ini,
tidak ada yang benar-benar baik atau pun benar-benar jahat disini, mungkin kita akan merasa
simpatik terhadap aksi Arthur yang membunuh tiga pegawai Thomas Wayne di Stasiun Kereta
Api bawah tanah akibat di buly di pertegahan cerita namun di sisi lain kita tentu tidak bisa
membenarkan aksi pembunuhan tersebut, ataupun ketika kita diberi pilihan untuk mempercayai
bahwa sebenarnya Arthur Fleck merupakan anak dari Thomas Wayne atau merupakan anak
adopsi antah berantah seperti yang Thomas Wayne katakan sebab Ibu Arthur menderita penyakit
Delusional. Semuanya berada di garis abu-abu.
*) Disisi lain mungkin Thomas Wayne hanya ingin langkahnya maju sebagai maju sebagai Wali
Kota Gotham tidak meninggalkan rekam jejak buruk di masa lalunya, dengan memasukkan Penny
Fleck ke Arkham State Hospital di masa lalu, namun mengapa Ketika Arthur yang memburu
dokumen tentang riwayat penyakit Ibunya ke Arkham State Hospital, tiba-tiba membunuh ibunya
setelah membayangkan adegan interogasi Ibunya? Justru hal ini sangat aneh karena Athur selalu
memegang teguh perkataan Ibunya dan ketika Arthur mendatangi Wayne Mansion, Alfred
Pennyworth (pelayan keluarga Wayne) seperti menyembunyikan sesuatu, sangat terlihat jelas
dari ekspresi muka, dan juga dari Set Costume pun, Bruce Wayne kecil dan Arthur Fleck di
dandani dengan pakaian yang serupa saat adegan pertemuan mereka untuk pertama kalinya, itu
seperti menandakan bahwa mereka berdua itu mirip.
*) Segila itu kah? Tunggu sampai anda melihat adegan delusi Arthur, setidaknya ada 2 adegan
yang benar-benar akan kita sadari bahwa Arthur sedang delusi, yakni adegan saat Arthur pertama
kali menonton Murray Live Show dan segala aktivitasnya bersama pacar khayalannya, Sophie
Dumond. Sisanya, akan kita lihat ketika ending film, ya! Adegan interogasi Arthur di akhir film
sangat serupa dengan di awal film, adegan penutup film ini juga bisa saja mengindikasikan bahwa
segala hal yang terjadi dari awal hingga ending film (peristiwa Joker) merupakan khayalan dari
seorang Arthur Fleck saja, sukar dipercaya memang, namun banyak clue yang membuktikan
bahwa semuanya memang menuju ke arah itu, terserah anda bisa percaya ataupun tidak, lagi-
lagi film ini berada digaris abu-abu, film ini berada di fakta realita dan khayalan delusional.
Kita akan disajikan segala hal abu-abu di film ini, sepertinya memang tujuannya supaya kita tidak
mendapatkan jawaban pasti serta untuk menghormati dan menjaga kemisteriusan asal usul dari
karakter Joker yang memang terkenal sangat misterius asal usulnya.
Selain itu naskahnya juga banyak mengkritisi hal-hal seperti pembullyan di Masyarakat,
kesenjangan sosial antara kelas sosial atas dan kelas bawah, ataupun keadaan psikologis Arthur
Fleck yang menjadikan film ini selain sebagai film origin dari Joker juga menjadikan film ini sebuah
studi karakter, Film ini pun di anugerahi Piala Golden Lion di Venice Film Festival 2019, serta
mendapat standing ovation selama 8 menit dalam pemutaran perdananya di Festival tersebut.

Akting Briliant Joaquin Phoenix

Apalagi yang dibutuhkan oleh sebuah film yang pada dasarnya sudah memiliki naskah yang cukup
gila? Ya! Seorang aktor yang memiliki kemampuan akting gila di atas rata-rata aktor pada
umumnya, Joaquin Phoenix sebenarnya bukanlah pilihan pertama untuk memerankan sang
badut Psikopat pada project film ini, Leonardo DiCaprio lah pilihan pertama untuk project ini,
namun entah karena kendala apa Leonardo lantas menolak peran Joker dan sepertinya memang
Joaquin Phoenix ditakdirkan untuk memerankan karakter penjahat Gotham yang begitu ikonik
ini.
Joaquin Phoenix menyiapkan diri untuk berperan sebagai Joker selama 6 Bulan, ia mengaku
banyak mengurangi aktivitas bersosialiasinya selama waktu tersebut, mengunjungi pasien di
Rumah Sakit Jiwa untuk mempelajari cara tertawa mereka, menjalani diet ketat untuk
menurunkan berat badan sebanyak 24 kg. Ya, Joaquin Phoenix merupakan salah satu aktor yang
menggunakan teknik method acting, teknik ini memang dikenal cukup ekstrim, karena mereka
menggunakan metode yang memaksa mereka untuk membayangkan bagaimana jika mereka
adalah benar-benar karakter dari karakter yang mereka perankan. Mereka akan melakukan
apapun agar bisa mendapatkan gesture, suara, ataupun sekedar tatapan dari karakter yang
mereka perankan, salah satu korban method acting adalah mendiang Heath Ledger yang
overdosis karena mengaku susah tidur akibat susah lepas dari karakter Jokernya.
*) Lalu bagaimana hasil dari segala usaha perjuangan Joaquin Phoenix selama 6 bulan? Hasilnya
sangat luar biasa, mulai dari suara tawanya yang merupakan cerminan dari penyakit
Pseudobulbar Affect, yakni suatu penyakit dimana sang penderita akan sulit mengendalikan
tawanya meski sedang sedih sekalipun, penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit mental
dimana penderitanya akan kesulitan mengendalikan emosinya. Sangat sedih rasanya ketika
melihat Arthur Fleck berusaha menjelaskan bahwa dirinya menderita penyakit tersebut dengan
memberikan kertas berisi keterangan bahwa dirinya menderita penyakit tersebut, dan hal
tersebut terus terjadi sepanjang film, dan puncaknya ketika ia dibully akibat penyakitnya tersebut
di dalam Kereta bawah tanah, tiga pegawai Thomas Wayne menjadi korbannya dan itulah awal
mula dimana Arthur Fleck akan menjadi Joker.
*) Selain tawanya yang membuat siapapun yang mendengarnya akan selalu mengingatnya, aspek
ekspresi yang dimainkan oleh Joaquin juga tidaklah main-main, ekspersi konyolnya guna
menghibur seorang anak kecil di bus, ekspresi kesakitannya ketika penyakit tawa yang
dideritanya kambuh tiba-tiba, ekspresi marahnya ketika Murray mempermalukannya di acara TV,
hingga ekspresi tajamnya ketika berubah menjadi sosok pembunuh bernama Joker, semuanya
benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang Joaquin Phoenix.
Selain dari aspek ekspresi, aspek gesture juga tidak kalah menarik dilakukan oleh Joaquin, yang
paling menarik tentu saja gerakan berdansanya, ya Arthur sesekali berdansa tanpa mengenakan
baju dan memperlihatkan tulang-tulang di di tubuhnya yang memperlihatkan hasil kerja keras
sang aktor menurunkan berat badan hingga 24 kg.
Saya pribadi sudah banyak menonton film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix seperti Her
(2013), dua film kolaborasinya bersama sutradara Paul Thomas Anderson, yaitu The Master
(2012) dan Inherent Vice (2014), lalu Walk the Line (2005) dimana ia berperan sebagai musisi
legendaris Johnny Cash dan terakhir Gladiator (2000). Kualitas dari Joaquin Phoenix memang
tidak usah diragukan lagi, lantas apa yang kurang dari sosok dirinya? Ya, Piala Oscar. Padahal
dirinya menurut saya pribadi hanya berada satu tingkat dibawah 3 aktor favorit saya yakni Marlon
Brando, Robert De Niro dan Daniel Day Lewis yang secara kualitas sudah membuktikan dirinya
melalui Piala Oscar dan sudah menyandang status aktor legendaris.
Joaquin Phoenix tahun ini sampai pada puncak performa sepanjang karir aktingnya. Selepas
menonton Joker, saya tidak dapat memikirkan orang lain yang akan mendapat Piala itu selain
Joaquin Phoenix, dia telah mendapatkan nominasi Best Actor 3 kali (Gladiator, Walk the Line, dan
The Master) dan 3 kali pula ia kalah, bulan Januari 2020 terasa datang begitu lama. Give an Oscar
to Joaquin Phoenix right now!

Sinematografi

“you don’t listen do you?”


1. Scene yang fokus ke close up wajah Arthur, dimana adegan konsultasinya dengan seorang
psikolog, disini Arthur sudah menyerah dengan simpati orang lain, dia hanya merasa orang
lain tidak mengerti keadaannya.

2. Shot yang memperlihatkan landscape Kota Gotham, Beautiful Shot!


3. Kamera bergerak mundur dan shot yang dihasilkan sangat simetris dan indah sekaligus
memilukan, menunjukkan Arthur yang kesakitan setelah dikeroyok oleh sekumpulan bocah
nakal yang mengganggu dirinya.

4. Shot yang memperlihatkan Arthur sedang menirukan ekspresi dari badut pembunuh yang
sedang dalam status buron yang ada di sebuah koran dihiasi dengan background lampu jalan
dengan tone yang mengingatkan saya akan film Taxi Driver (1976).
5. Perkenalan Joker dengan dunia! Ya di acara Murray Live Show inilah pertama kalinya Joker
memperkenalkan dirinya, sebuah shot simetris dihiasi oleh color pallete yang begitu aesthetic
dan diiringi oleh Arthur yang menari-nari sembari masuk ke dalam acara itu sendiri, sebuah
adegan yang akan menuntun kita menuju babak ketiga film yang intensitasnya begitu luar
biasa itu.

Sebenarnya masih banyak lagi shot yang ingin saya tunjukkan terlebih dua shot yang bagi saya
pribadi sangat saya sukai yaitu shot simetris antara Arthur Fleck dan Bruce Wayne kecil yang
dibatasi oleh pagar sebagai titik tengahnya, dan shot Joker berdiri di atas mobil dikelilingi oleh
pengikutnya yang menandakan “Peristiwa Joker” sebagai sebagai sebuah pergerakan
perlawanan dari masyarakat. Tetapi berhubung adegan keduanya tidak ada di trailer, jadi saya
tidak bisa menampilkannya.
Director of Photography (DoP) dari film ini adalah Lawrence Sher, dia memang sudah bekerja
sama dengan Todd Phillips semenjak The Hangover Trilogy, suatu pencapaian fantantis ketika
film ini hampir di semua adegannya dapat di capture dengan sangat indah dan aesthetic.
Penggunaan tone dan juga Color Pallete yang terinspirasi dari Taxi Driver (1976) dan dipadukan
dengan tone Dark yang seolah menjadi trademark dari DC Comics menjadikan film ini memiliki
nuansa yang begitu unik. Di satu sisi ia menampilkan sisi depresif, namun di saat itu juga indah
secara bersamaan. Suatu hasil pekerjaan yang sangat patut diacungi jempol. Namun, untuk piala
Oscar, bukan tidak mungkin memang, tetapi saya rasa akan cukup berat, apalagi salah satu
saingannya ada Once Upon A Time in Hollywood yang juga menghasilkan visual parade
Hollywood 60an yang glamor dan tidak main-main tentunya.

Soundtrack & Scoring

Scoring yang ada di film ini di composeri oleh Hildur


Guðnadóttir yang sebelumnya juga menggarap Scoring di
series Chernobyl. Scoring yang dihasilkan begitu megah
dan depresif di saat bersamaan, coba dengar track “Call Me
Joker” di babak ketiga yang luar biasa itu dan juga
“Bathroom Dance” dimana adegan menari-nari Arthur
Fleck, ia begitu megah namun juga terasa depresif, scoring
serupa seperti ini sangat banyak di filmnya dan sangat
mendukung adegan-adegan di filmnya. Jika ingin
mendengar Scoringnya, saat ini sudah tersedia di Spotify.
Lalu setelah Scoring adalah pemilihan soundtrack yang tidak hanya Eargasm namun juga
mendukung makna dari film ini sendiri. Lagu That’s Life dari Frank Sinatra, mengandung makna
yang sejalan dengan film ini, bahwa begitulah hidup yang kita jalani, nadanya bahagia, namun
begitu diputar di film ini ia terasa begitu depresif, lalu Lagu Smile yang populer dari film Modern
Times (1936) yang dibintangi Charlie Chaplin, Slap That Bass, Put On A Happy Face, Laughing,
Send In the Clowns, dan masih banyak lagi. Joker juga memiliki deretan lagu yang selain
mendukung adegan di film itu sendiri juga sangat enak mengalun di telinga dan terasa sangat pas
dengan latar filmnya yang berlatar di tahun 80an.

Tribute kepada banyak film pendahulu

Ketika membicarakan film Joker, kita sudah tahu bahwa Joker bakal banyak terinspirasi dari film
pendahulunya, di Trailer, kita bisa melihat bahwa film ini banyak terinspirasi dari Taxi Driver
(1976) dan The King of Comedy (1982), dua film tersebut secara kebetulan merupakan film
kolaborasi antara Martin Scorcesse dan Robert de Niro, dan Robert de Niro juga bermain di film
Joker dan berperan sebagai Murray Franklin. Namun ternyata ketika saya melihat filmnya Joker
banyak memberikan tribute khusus kepada banyak film-film dahulu, di antaranya Taxi Driver
(1976), The King of Comedy (1982), Modern Times (1936), Excalibur (1981), bahkan ada tribute
kecil untuk mendiang Heath Ledger yang berperan sebagai Joker di film The Dark Knight (2008),
kebanyakan tribute tersebut berupa adegan yang sedikit mirip dengan film-film yang telah saya
sebutkan, jika pernah menontonnya pasti akan mudah menyadarinya.
Movie that Based on Comicbook but not Comic Accurate

Joker adalah film yang berjenis studi karakter berbasis psikologis, hal ini sudah dijelaskan
langsung oleh sang sutradara, Todd Phillips, bahwa film Joker garapannya ini tidak mengambil
inspirasi dari komik manapun, mereka hanya meminjam karakter Joker dari DC lalu memodifikasi
jalan ceritanya sedemikian rupa agar lebih sesuai dengan kondisi masyarakat. Ini adalah cerita
dimana masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan pemerintah kotanya, dan kesejangan sosial
sangat jauh berbeda dimana hanya ada kelas atas dan kelas bawah. Dan di Kota inilah Arthur
Fleck, seseorang yang mempunyai kelainan mental menuntut agar masyarakat lebih
memperhatikan dan menerima dirinya. Pada akhirnya semua rasa sakit yang dirasakan Arthur lah
yang menyebabkan terjadinya peristiwa Joker dalam film ini. Jadi lupakan segala hal yang
berkaitan dengan Joker yang ada di komik, karena anda tidak akan melihat hal itu disini. Ini adalah
Origin Joker dan Dunia baru yang dibuat oleh Todd Phillips.

Verdict / Kesimpulan
Joker adalah suatu maha karya yang hadir di dunia perfilman abad ini, film yang dengan cepat
masuk dalam top list pribadi saya mengenai studi karakter selain film-film legendaris seperti Taxi
Driver (1976), A Clockwork Orange (1971), There Will Be Blood (2007), dan masih banyak yang
lainnya. Selain itu film ini juga dipenuhi quotes dari Arthur Fleck yang sangat menusuk hati
siapapun yang mendengarnya, film ini juga mengajarkan kepada kita untuk tidak menyepelekan
isu kelainan mental pada seseorang, lihat bagaimana Arthur dibully oleh segerombolan remaja
di film ini, begitu memilukan.

'Is it just me, or is it getting crazier out there?


-Arthur Fleck

Namun alih-alih mengemas Joker menjadi film yang simpatik, Todd Phillips justru menetapkan
garis abu-abu di dalam filmnya dan memaksa kita untuk tidak bisa bersimpati penuh kepada
Joker, Murray Franklin, Thomas Wayne atau siapapun itu di film ini. Itu yang membuat karakter-
karakter di film ini terasa nyata, mereka memiliki kepribadian yang abu-abu, tidak benar-benar
baik dan tidak benar-benar jahat dan begitulah nyatanya Manusia.

I just hope my death makes more sense than my life


-Arthur Fleck

*) Menonton film ini juga membuat kita merasakan apa yang selama ini Arthur rasakan, yakni
tertindas oleh masyarakat, dianggap berbeda keberadaannya, contohnya saat dimana adegan
sebuah Stand Up Comedy, dimana ketika ada lelucon yang menurut Arthur lucu dan ia tertawa
keras, semua orang hanya diam, dan ketika ia diam karena merasa biasa saja dengan punchline
dari Comedian, semua orang tertawa terbahak-bahak. Hal ini menandakan dirinya yang sangat
berbeda dengan masyarakat pada umumnya dan ia hanya ingin masyarakat menerima dirinya
dengan penyakit mentalnya, yakni Pseudobulbar Affect, sebuah penyakit tertawa yang lepas
tanpa kendali, ini muncul ketika Arthur menyampaikan materi Stand Up Comedy miliknya untuk
pertama kali, tapi sayangnya penyakitnya malah muncul saat itu, memilukan memang rasanya,
dan karena penyakit ini juga pada akhirnya tiga pegawai Thomas Wayne dan akhirnya menjadikan
Arthur sebagai seorang pembunuh, tragis sekaligus memilukan.

'I used to think that my life was a tragedy. But now I realize, it’s a fucking comedy.'
-Arthur Fleck

Secara kualitas, film ini sangat luar biasa, ditambah dengan kehadiran babak ketiga film yang luar
biasa intense itu, serta open ending yang bisa membuat film ini jadi bahan diskusi yang sangat
bagus, lengkap dengan naskah yang super rapih, sinematografi yang berkelas, scoring yang luar
biasa, Joker adalah film terbaik bagi saya di tahun ini.

Rating Pribadi

Naskah/Plot : 10/10
Akting Pemain : 10/10
Sinematografi : 10/10
Scoring & Soundtrack : 10/10
Set Design : 10/10
_________________________
Nilai Akhir : 10/10

Ditulis Oleh : Weimpy Ocastian Putra Pratama


Sumber :
https://www.tunefind.com/movie/joker-2019 - Soundtrack film Joker
https://letterboxd.com/film/joker-2019// - Info Cast dan juga Crew film Joker
https://www.youtube.com/watch?v=t433PEQGErc – Teaser Trailer Joker
https://www.youtube.com/watch?v=zAGVQLHvwOY – Final Trailer Joker
https://en.wikipedia.org/wiki/Pseudobulbar_affect - Pseudobulbar Affect
https://open.spotify.com/album/16bF6lLLeVcBNgYNreGjYZ - Original Scoring Joker on Spotify
https://www.instagram.com/p/B3RN3Bwg01r/?utm_source=ig – Gambar tribute to Heath
Ledger from Joker (2019)

Anda mungkin juga menyukai