Anda di halaman 1dari 3

REVIEW FILM JOKER

PLOT

Dari awal Arthur fleck ( Joker ) membuat saya kagum dg gaya ketawa yg khas ketika dia
konsultasi ke psikiater tentang penyakit tertawanya akibat kelainan pada syaraf otak. Disini
Arthur mencoba menahan ketawanya itu yg aneh, namun tidak bisa. Disini juga Arthur sudah
mulai menunjukan hati dan pikiran tertekan karena penyakitnya ini yg aneh.

Scene beralih ke sebuah kereta dia lagi-lagi tertawa tanpa kehendaknya, sehingga mengganggu
salah satu penumpang disana. Dari raut wajah Arthur sangat tersiksa sehingga penonton sangat
berempati ketika scene ini berjalan. Di film ini drama keluarga sangat inten di visualkan sang
sutradara ( Toods Philips ), Arthur yang dirumah juga merawat ibunya yg sakit dia sekaligus
berkerja sebagai badut yang pendapatannya minim jadi di film ini mencampur adukan penyakit
ketawa Arthur, ibunya sedang sakit, dan pendapatan pas-pasan membuat Drama di film ini
sangat ngena ke penonton.

Tidak berhenti disitu dia ketika berkerja selalu di bully dan dianiaya ketika menjadi badut di
jalanan, disini penonton kembali dibuat berempati yang dalam pada karakter Arthur yang
sangat tersiksa dalam hidupnya. Scene selepas ini ketika Arthur pulang dan menumpang sebuah
kereta dia melihat ada perempuan yang dilecehkan dengan omongan oleh 3 orang pria,
penyakitnya kambuh lagi dia tertawa dg keras, 3 orang tersebut tersinggung akhirnya
menganiaya Arthur dan di letak ini perubahan karakter Arthur yg bisa dikatakan penakut ketika
di bully maupun dianiaya.

Dia secara reflek mengeluarkan pistol dan menembak 3 orang pria tesebut secara membabi
buta meski begitu raut wajah Arthur masih tertekan dan ketakutan ketika memegang pistol,
perubahan karakter ini menunjukan karakter Joker yg berdarah dingin. Plot semakin berjalan
Arthur semakin Tersiksa dg segala macam cobaan hidup dia yang berat sehingga semakin
depresi, hingga salah satu momen arthur seperti orang gila menari, tertawa berimajinasi dg
wajah orang yg sedang depresi berat.

Disini karakter Arthur di ceritakan secara gamblang sampai dia berubah menjadi karakter Joker
yang gila dan berdarah dingin ketika setiap perkataan korbannya menyinggung privasi dia. Joker
di film ini kurang digali lagi kegilaannya ketika membunuh orang, maksud saya sutradara kurang
keluar dari zona aman ketika Joker membunuh orang. Namun sepertinya sutradara mungkin
lebih fokus ke penyakit Arthur yang aneh dan drama keluarganya.

Dan di akhir film Arthur berhasil mempengaruhi warga Gotham untuk membuat kerusuhan di
tempat umum atas penghinaan yg dilakukan Pengusaha kaya dari Gotham (Thomas Wayne) ya
Thomas Wayne ini ayah dari alter Ego Batman. ada suatu scene dimana Thomas Wayne dan
keluarganya termasuk Bruce Wayne alter ego batman melihat kedua orang tuanya dibunuh dg
ditembak. Disini ending yang memorable dari adegan di Batman begin yang waktu itu membuat
Bruce Wayne bertranformasi menjadi Batman. Di akhir film adalah plot twist yang epik banget,
dugaanku Arthur hanya berimajinasi di semua adegan di film ini. Disitu Arthur ditanya orang ada
apa ? Arthur: hanya memikirkan sesuatu yang lucu. Habis itu dia keluar ruangan dg darah di
sepatunya, keliatan dia habis membunuh orang di ruangan tersebut, ini plot twist lagi. Akhir film
ini menggantung sekali saya harap sekuelnya selanjutnya bisa menyingkap dibalik adegan akhir
film tersebut.

DAMPAK PSIKOLOGI TERHADAP PENONTON

dampaknya kalau menurut saya nggak terlalu berdampak besar buat mental para penonton
untuk meniru membunuh seperti di film. Karena adegan pembunuhan di film ini kurang greget
jika sampai bisa mempengaruhi psikologi seseorang. Malah film ini mengajarkan ketika untuk
menjadi pribadi yang percaya diri dan cool di setiap cobaan hidup yang pelik. Tapi kalau
ditonton anak kecil sih bisa membuat anak kecil itu meniru setiap adegan yang tidak boleh di
praktikan di kehidupan nyata. Film ini juga mempunyai rating R rating yang kalau di Indonesia
berarti hanya boleh ditonton orang dewasa. Jika ingin mempengaruhi psikologi orang
sepertinya sang sutradara harus lebih keluar dari zona aman ketika sang Joker beraksi, harus
lebih gila lagi sih hehehe.

SINEMATOGRAFI

Sinematografi disini sangat ciamik, tone dan pencahayaan dibuat sedikit dark agar menceritakan
kelamnya Joker dan Gotham di masa lalunya batman. Penataan shot disini juga sangat pas
menggambarkan emosi karakter sehingga gampang dicerna penonton dan kadang-kadang
kamera shacky sedikit ketika close up ke wajah karakter.

PRODUCTION DESAIN

Wow saya beri aplause buat film ini, penggambaran apartemen tempat tinggal Arthur yang
erantakan dan kumuh sangat epik ditata.pemilihan tempat dalam film ini pun sangat baik
membuat penonton selalu mengingat terus ketika seusai menonton karena setiap tempat selalu
di selipkan adegan yang juga memorable. Untuk CGI di film ini sangat minim menurutku,
palingan hanya untuk memvisualisasikan kota Gotham, kota fiksi yang ada di film Batman.

SCORING
Scoring disini saya bisa dibilang beda karena ada scoring untuk superhero dan scoring untuk
Horror padahal ini tidak di genre keduanya itu. Di setiap adegan scoring terasa menghidupkan
adegan tersebut. Scoringnya disini sangat-sangat epik nggak main kalau membuatnya, aku aja
sampai takjub ketika mendengarnya. Bayangkan film penjahat begini dibuat dengan scoring
mempunyai arti optimis untuk membela orang lemah padahal Joker hanya orang gila yang
tersakiti terus menjadi jahat, menurutku ya nggak pas gitu tapi malah epik ketika di dengar.

Sekian Review sebisa saya, film Joker ini dibuat dengan kedalaman naskah sehingga penonton
dibuat berpikir maksud apa yang ada, berempati pada drama, actionnya dan perjalan karakter
Arthur bertranformasi ke Joker yang tanpa celah. sebenarnya saya mau kasih Rating 9/10 tapi
dengan pertimbangan plot yang tertata baik hanya ada sedikit kekurangan yang menurutku
nggak berpengaruh besar untuk film ini jadi saya Rating film 10/10 (Sempurna)

Anda mungkin juga menyukai