Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA SARI MULIA TENTANG


TTH (Tension Type Headache ) DAN CARA PENANGANAN DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PMT ( Protection Motivation Theory)

Disusun oleh :
Kelompok 4

Bima Sabda Wibawa 11194761910342


Diah Familia 11194761910346
Hasna Kamalia 11194761920148
Mahmudah 11194761910364
Nova Ariani 11194761910374
Rini Ardila Ipnas 11194761910381

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2021
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan Penelitian

D.Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

B.Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

BAB III METODE

A.Metode Penelitian

B.Populasi dan Sampel yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

B.Pembahasan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

B.Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A.Kuisioner

B.Jawaban Responden

C.Dokumentasi

D.Surat Izin Penelitian

E.Absen Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tension-type headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang
menekan, mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai
mual dan/atau muntah , serta disertai fotofobia atau fonofobia (Anurogo,
2014). National Headache Foundation mendefinisikan TTH sebagai nyeri
kepala yang tidak spesifik serta tidak berhubungan dengan penyakit
vascular, migren, ataupun kelainan organic. Menurut International
Headache Society (IHS), TTH adalah episode yang berulang dari nyeri
kepala yang berlangsung bermenit-menit sampai berhari-hari. (Anurogo,
2014).
Tension Type Headache adalah salah satu jenis nyeri kepala
primer. Nyeri kepala primer sering dihubungkan dengan emosi dan
gangguan kecemasan. Tension Type Headache merupakan kondisi nyeri
pada bagian depan (frontalis) dan belakang kepala (occipitalis). Nyeri
tersebut umumnya meliputi daerah kepala dan leher, dan berhubungan
dengan ketegangan otot. Tension Type Headache terjadi akibat kontraksi
menetap otot- otot kulit kepala, dahi, dan leher. Nyeri ditandai dengan rasa
kencang seperti diikat disekitar kepala dan nyeri tekan di daerah occipito
cervikalis. Tension Type Headache dapat bersifat menekan, tidak
berdenyut, mengikat, dan tidak dipengaruhi aktifitas rutin seperti berjalan
atau naik tangga, tidak mengalami mual dan muntah, dan dapat menderita
fotofobia atau fonofobia..
Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala.
Tension-type headache dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe
nyeri kepala yang sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri
kepala primer yang mempengaruhi dua pertiga populasi dunia. Sekitar
78% orang dewasa pernah mengalami TT setidaknya sekali dalam
hidupnya (Ravishankar, 2011). Penelitian yang dilakukan di RSU Dr.
Kariadi Semarang pada tahun 1997 selama 2 bulan , angka kejadian TTH
adalah 10% untuk TTH kronik. Pada taun 2000 selama 4 bulan ditemukan
71 kasus. Pada tahun 2001 selama kurun waktu 17 bulan dijumpai 198
pasien dengan TTH (M.I Widiastuti, 2005).
Adapun faktor-faktor pemicu TTH diantaranya stres atau
ketegangan mental, gangguan tidur, kelelahan, dan diikuti oleh berbagai
faktor lainnya yang jarang dilaporkan seperti perubahan cuaca atau
paparan sinar matahari yang buruk untuk kesehatan, jam kerja yang lama,
menstruasi dan sering bepergian. Faktor gaya hidup juga sering
dihubungkan dengan kejadian TTH. Faktor gaya hidup yang sering
dijumpai dalam populasi TTH yaitu sedentary lifestyle, sulit bersantai
setelah bekerja, dan tidur hanya beberapa jam per malam. Faktor pemicu
TTH di sebagian besar daerah sama meskipun prevalensi diantara benua
berbeda.(Krisyel Rugebregt, 2019)
Banyaknya faktor pemicu Tension-type headache (TTH) dan dapat
mengganggu kegiatan oleh karena itu hal ini yang menjadi dasar bagi
peneliti untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan
mahasiswa Universitas Sari Mulia Banjarmasin tentang Tension-type
headache (TTH) dan penanganannya dengan menggunakan metode PMT (
Protection Motivation Theory)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah apakah ada pengetahuan mahasiswa Universitas Sari
Mulia tentang sakit kepala dan penanganannya ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitin ini bertujuan mengetahui penanganan atau mengatasi
TTH dengan teori PMT

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Institusi Pendidikan
1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan di
perpustakaan dan dapat digunakan sebagai pedoman bagi
mahasiswa yang akan menyusun tugas akhir
2) Menjadi salah satu referensi , khususnya bagi mahasiswa farmasi
dalam mata kuliah farmasi sosial
b. Bagi mahasiswa
Meningkatkan pemahaman mahasiswa dan terkait tentang
gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas sari mulia tentang sakit
kepala dan cara penanganannya
c. Bagi peneliti
1) Meningkatkan keilmuan penelti mengenai pengetahuan tentang
tentang gambaran pengetahuan mahasiswa Universitas sari mulia
tentang sakit kepala dan cara penanganannya
2) Sebagai sarana dalam mengembangkan dan menerapkan ilmu yang
telah diberikan dan diterima dalam rangka pengembangan
kemampuan diri dan sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di
program studi sarjana farmasi Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
d. Bagi masyarakat
Meningkat wawasan dan pengetahuan masyarakat serta
memberikan edukasi terkait tentang gambaran pengetahuan mahasiswa
Universitas sari mulia tentang sakit kepala dan cara penanganannya
agar masyarakat tidak salah dalam memilih informasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Nyeri kepala adalah sensasi tidak menyenangkan pada daerah
kepala tepatnya pada bagian atas kepala yang memanjang dari orbita
sampai ke daerah belakang kepala dan sebagian daerah tengkuk. Nyeri
kepala merupakan masalah kesehatan masyarakat umum. Hal ini dapat
dilihat dari prevalensinya yang tinggi, tersebar di seluruh dunia dan
dihubungkan dengan banyak penyakit penyerta. Menurut Corallo dkk.,
nyeri kepala merupakan penyakit yang mengganggu karena menyebabkan
keterbatasan pada aktivitas sehari-hari dan berdampak pada perilaku emosi
dan aspek yang berkaitan. Nyeri kepala diperkirakan berkaitan dengan
penurunan produktivitas saat bekerja maupun saat belajar, keterbatasan
aktivitas sosial dan memburuknya kualitas hidup. Penelitian yang
dilakukan Falavigna dkk. pada mahasiswa di Universitas Caxias do Sul
Brazil Selatan menyatakan bahwa tedapat hubungan nyeri kepala dengan
kegagalan dalam pembelajaran. (Sriwijaya Journal of Medicine, 2019)
Nyeri kepala secara umum dapat dibedakan menjadi nyeri kepala
primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer mencakup nyeri
kepala tipe tegang, migren, dan klaster. Sedangkan, nyeri kepala sekunder
merupakan kondisi yang diakibatkan oleh penyebab lain, seperti trauma
kepala dan leher, gangguan vaskularisasi kranial dan servikal, gangguan
intrakranial non-vaskular, penggunaan obat maupun putus obat, infeksi,
gangguan homeostasis, ataupun gangguan psikiatrik. Nyeri kepala ini
dapat disebabkan oleh gangguan di tengkorak, leher, mata, telinga, hidung,
sinus, gigi, mulut, ataupun struktur wajah dan kranial lainnya. Kedua
kelompok ini penting untuk dibedakan agar kondisi penyebab yang lebih
serius dapat dikenali dan dengan segera diberikan penanganan yang tepat.
(Callosum Neurology Journal, 2018)
Nyeri kepala tipe tegang merupakan jenis nyeri kepala primer yang
paling sering terjadi. Nyeri ini ditandai dengan rasa terikat yang dirasakan
bilateral dengan intensitas ringan-sedang. Reseptor nosiseptif di jaringan
myofasial perikranial diduga berperan dalam munculnya nyeri ini. Nyeri
kepala ini kemudian dapat dibedakan lagi menjadi nyeri kepala tipe tegang
jarang dan sering. Nyeri kepala tipe tegang dikatakan jarang jika terdapat
minimal 10 episode nyeri yang berlangsung kurang dari satu hari setiap
bulan (kurang dari 12 hari per tahun) dengan durasi serangan berkisar
antara 30 menit hingga tujuh hari. Sedangkan, nyeri kepala tipe tegang
dapat dikatakan sering jika terjadi serangan minimal 10 episode yang
berlangsung lebih dari satu dan kurang dari 15 hari per bulan selama
minimal tiga bulan. (Callosum Neurology Journal, 2018)
Prevalensi nyeri kepala di Indonesia pun terbilang cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari penelitian di Indonesia tepatnya di poliklinik
bagian neurologi RS H Adam Malik Medan, dimana persentase penderita
nyeri kepala tipe tegang mencapai 78%, sedangkan di bagian neurologi RS
Hasan Sadikin Bandung mencapai 65%. Penelitian yang dilakukan Yasa
dkk. menyebutkan bahwa presentase mahasiswa yang mengalami nyeri
kepala tipe tegang sebanyak 57,5%. (Sriwijaya Journal of Medicine, 2019)
Kecemasan, kurang tidur, kelelahan, stress, dan pola makan yang
tidak teratur merupakan faktor risiko terjadinya nyeri kepala. Penelitian
Steven dkk, menyatakan bahwa nyeri kepala tipe tegang memiliki
hubungan dengan gangguan mood dan kecemasan. Penelitian Yasa pada
mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Udayana didapatkan angka
kejadian nyeri kepala tipe tegang dengan kecemasan lebih tinggi
dibandingkan nyeri kepala tipe tegang tanpa kecemasan, dengan
persentase nyeri kepala tipe tegang dengan kecemasan sebesar 80% dan
nyeri kepala tipe tegang tanpa kecemasan sebesar 21,4%. Nyeri kepala tipe
tegang telah dikaitkan dengan stimulasi struktur sensitif nyeri. Nyeri
kemudian timbul setelah proses modulasi sebelum akhirnya dirasakan
sebagai nyeri melalui mekanisme perifer atau sensitisasi sentral. Proses ini
terkait dengan peran beberapa neurotransmiter. Dalam kondisi cemas,
salah satu neurotransmiter seperti serotonin dianggap menurun.
Menurunnya serotonin ini diperkirakan sebagai salah satu mekanisme
yang berperan dalam munculnya nyeri pada nyeri kepala tipe tegang
dibandingkan mekanisme lainnya yang melibatkan mediator inflamasi.
(Sriwijaya Journal of Medicine, 2019)
Masyarakat sering mengobati sendiri pada penyakit TTH dengan
obat analgesik yang dijual bebas, produk berkafein, pijat, atau terapi
chiropractic. Pada dewasa, obat golongan anti-inflamasi non steroid efektif
untuk terapi TTH episodik. Hindari obat analgesik golongan opiat (misal:
butorphanol). Pemakaian analgesik berulang tanpa pengawasan dokter,
terutama yang mengandung kafein atau butalbital, dapat memicu rebound
headaches. Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400 mg),
parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif
daripada parasetamol. Kafein dapat meningkatkan efek analgesik.
Analgesik sederhana dan nonsteroidal anti-infl ammatory drugs (NSAIDs)
adalah yang paling umum direkomendasikan dalam menangani nyeri
kepala. (Jurnal Ilmiah Maksitek, 2021)
Solusi lain adalah modifikasi perilaku dan gaya hidup. Misalnya:
istirahat di tempat tenang atau ruangan gelap. Peregangan leher dan otot
bahu 20-30 menit, idealnya setiap pagi hari, selama minimal seminggu.
Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer, beristirahat 15 menit
setiap 1 jam bekerja, Saat tidur upayakan dengan posisi benar, hindari
suhu dingin. Bekerja, membaca, menonton TV dengan pencahayaan yang
tepat. (Jurnal Ilmiah Maksitek, 2021)
B. Metode PMT dan kaitannya dengan TTH
Rogers mengembangkan PMT yang merupakan kelanjutan dari
teori HBM dengan memasukkan beberapa faktor tambahan. Teori BPMT
oleh Rogers tahun 1975, yang berisi teori untuk mencari kejelasan konsep
pemahaman menghadapi ancaman, teori ini berdasarkan penemuan
Lazarus (1966) dan Levental (1970) tentang adaptif (niat berperilaku) dan
maladaptif (menghindar, menolak) dalam mengatasi ancaman kesehatan.
Teori BPMT dikembangkan menjadi suatu teori PMT (Rogers 1983)
yang diperluas pada suatu teori dengan pendekatan komunikasi persuasif
dan penekanan perubahan tingkah laku. (Rogers 1975, 1983, 1985)
PMT adalah suatu proses penilaian ancaman dan proses penilaian
tanggapan yang mengakibatkan niat untuk melaksanakan tanggapan
adaptif (motivasi perlindungan) atau maladaptif (menempatkan seseorang
pada resiko). PMT adalah teori perilaku yang berfungsi mengembangkan
intervensi untuk mengurangi ancaman pada individu dengan penelitian
dan mengintegrasikan konsep psikologis, sosiologis dan bidang lain yang
terkait. PMT Menjelaskan mengapa orang-orang melakukan perilaku
hidup tidak sehat (bahaya /ancaman dan kerentanan) dan menawarkan
untuk merubah perilaku hidup sehat dengan pencegahan dan motivasi.
Pada model PMT terdapat dua konstruksi penilaian ancaman yaitu
(perceived severity and perceived vulnerability) dan konstruk penilaian
koping (response efficiacy and self-efficiacy) yang dimana konstruksi
tersebut mengarah pada niat tujuan dan niat tujuan tersebut mengarah pada
perilaku. Persepsi tingkat keparahan (PS) ini menilai seberapa serius
seseorang percaya bahwa ancaman tersebut membahayakan nyawanya.
Persepsi kerentanan (PV) ini dapat diartikan sebagai kerentanan individu
terkena penyakit yang mengancamnya. Kemanjuran respon (RE) dapat
diartikan harapan individu yang meyakini respons koping atau
rekomendasi untuk mencegah ancaman. Efikasi diri (SE) dapat dinilai dari
seberapa percaya dirinya seseorang dalam melakukan tanggapan untuk
mencegah ancaman. Selain menilai ancaman dan penilaian koping akan
berpengaruh kepada niat seseorang, sementara itu niat tujuan tersebut
dapat diukur untuk mengidentifikasi perilaku seseorang dimasa depan.
(Wong, Gaston, Dejesus, & Prapavessis, 2016)
Protection Motivation Theory (PMT), menjelaskan bahwa dalam
melakukan sesuatu (termasuk perilaku pencegahan TTH) karena adanya
motivasi untuk melindungi diri sendiri sehingga dapat mengurangi
ancaman pada dirinya. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa perilaku pencegahan TTH pada masyarakat
dipengaruhi oleh persepsi keparahan, efikasi diri, efektivitas respon,
motivasi, dan niat berperilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui determinan perilaku penaganan TTH pada mahasiswa
Universitas Sari Mulia.

C. Penggunaan Obat Rasional (POR)

Penggunaan obat dikatakan rasional jika pasien mnerima obat


sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dosis yang sesuai, dalam jangka waktu
yang tepat, dan biaya yang terjangkau. Penggunaan obat secara rasional
dapat meningkatkan derajat kesehatan atau menguntungkan dari segi
ekonomi masyarakat sehingga mendukung produktivitas kerja dan
ketahanan nasional (Ihsan et al, 2017).

Secara praktik penggunaan obat yang dikatakan rasional jika


memenuhi kriteria:

1. Tepat diagnosis: penggunaan obat disebut rasional jika diberikan


untuk diagnosis yang tepat.
2. Tepat indikasi penyakit: setiap obat memiliki spektrum terapi yang
spesifik. Antibiotik, di indikasikan untuk infeksi bakteri.
3. Tepat pemilihan obat: keputusan untuk melakukan upaya terapi
diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar.
4. Tepat dosis: dosis, cara dan lama pemberian obat sangat
berpengaruh terhadap efek terapi obat : tepat cara pemberian, tepat
waktu interval pemberian, tepat lama pemberian.
5. Waspada terhadap efek samping: pemberian obat potensial
menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang
timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.
6. Tepat penilaian kondisi pasien: respon individu terhadap efek obat
sangat bergam. Hal ini lebih jelas terlihat pada beberapa jenis obat
seperti teofilin dan aminoglikosida.
7. Tepat informasi: informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan
obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi.
8. Tepat tindak lanjut: pada saat memutuskan pemberian terapi, harus
sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang di perlukan,
misalnya jika pasien tidak sembuh ataumengalami efek samping.
9. Tepat penyerahan obat: penggunaan obat rasional melibatkan juga
dispenser sebagai penyerahan obat dan pasien sendiri sebagai
konsumen. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang di
perlukan.
C. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Severity
(bahaya/ ancaman)

Vulnerability
(kerentanan)
Behavioral
Behaviour
intentions
Response
effectiveness

Self-efficacy
(kemampuan diri)
2. Kerangka Konsep

Severity
(bahaya/ ancaman) dari
TTH:
Meskipun sakit kepala
biasanya tidak
membahayakan namun nyeri
kepala dapat menjadi salah
satu keluhan atau gejala bagi
penyakit kronis misalnya
tumor otak

Vulnerability
(kerentanan) dari TTH:
Behavioral
Dapat mneyebabkan nyeri intentions:
kepala kronis dan penyakit
berbahaya lainnya Memperbaiki
Behaviour :
pola hidup
menjadi lebih Pola hidup
baik sehingga yang sehat
Response effectiveness dari tidak atau baik
TTH: menyebabkan
Dengan menggunakan obat faktor pemicu
obatan seperti golongan nyeri kepala
antiinflamasi dan NSAID
efektif untuk nyeri kepala
serta memperbaiki pola hidup

Self-efficacy
(kemampuan diri) dari TTH:
Menggunakan obat seperti
golongan antiinflamasi dan
NSAID dapat mengurangi atau
meredakan nyeri kepala serta
mampu memperbaiki pola
hidup menjadi lebih baik
BAB III

METODE

A. Metode Penelitian
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah langkah
dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.Metode penelitian adalah cara
sistemasis untuk menyusun ilmu pengetahuan sedangkan teknik penelitian adalah cara
untuk melaksanakan metode penelitian.Metode penelitian biasanya mengacu pada
bentuk-bentuk penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode PMT ( Protection Motivation Theory).Metode PMT adalah metode
yang dikemukan oleh Rogers yang berisi teori untuk mencari kejelasan konsep
pemahaman menghadapi ancaman, teori ini berdasarkan penemuan Lazarus (1966) dan
Levental (1970) tentang adaptif (niat perilaku) dan malaadaptif (menghindar,menolak)
dalam mengatasi ancaman kesehatan.Teori ini dikembangkan menjadi suatu teori dengan
pendekatan komunikasi persuasive dan penekanan perubahan tingkah laku..Dan juga
dilakukan pengisian kuisioner untuk pengumpulan data.
B. Populasi dan Sampel yang digunakan
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mepunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumalah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi maka dapat digunakan sampel yang diambil dari populasi yang
mewakili. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa
Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Almhdawi KA, Mathiowetz V, Al-Hourani Z, Khader Y, Kanaan SF, Alhasan M.


Musculoskeletal pain symptoms among allied health professions’ students: Prevalence
rates and associated factors. J Back Musculoskelet Rehabil. 2017 Nov 6;30(6):1291–301.
Corallo, F., M.C.D Cola, V.L Buono, R. Grugno, G. Pintabona, R.L Presti, P. Bramanti, dan
S. Marino. 2015. Assesment of Anxiety, Depressive Disorders and Pain Intensity in
Migraine and Tension Headache Patients. Acta Medica Mediterranea 31: 615-620.
Falavigna, A., A.R Telles, M.C Velho, V.M Vedana, R.C.D Silva, T. Mazzocchin, M. Basso,
dan G.L.D Braga. 2010. Prevalence and Impact of Headache in Undergraduate Studens in
Southern Brazil. Arq Neuropsiquiatr 68 (6): 873-877.
Ferrante, T., A. Taga, dan C. Pasquarella. 2014. The PACE Study : Past-Year Prevalence of
Tension-Type Headache and its Subtypes in Parma’s Adult General Population. Neurol
Sci(2015) 36:35-42.
Ibrahim, N. 2014. Studi Deskriptif Karakteristik Penderita Nyeri Kepala Tipe Tegang Pasien
Rawat Jalan di Hospital Raja Perempuan Zainab (II), Malaysia Periode Januari–Juni
2013. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kim H-J, DH, Kim J-S. The relationship between smartphone use and subjective
musculoskeletal symptoms and university students. J Phys Ther Sci. 2015
Mar;27(3):575–9.
Lee S, Choi Y-H, Kim J. Effects of the cervical flexion angle during smartphone use on
muscle fatigue and pain in the cervical erector spinae and upper trapezius in normal
adults in their 20s. J Phys Ther Sci. 2017 May;29(5):921–3.
Rosley NM, Ismail I, Visvernardan HL. Students ’ Acceptance on Mobile Phone Usage and
SMS Learning. Malaysian J Distance Educ. 2011;13(2):49–59
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Kuisioner

Kuisioner Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Universitas Sari Mulia Tentang TTH


(Tension Type Headache ) Dan Cara Penanganan Dengan Menggunakan Metode PMT (
Protection Motivation Theory)

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L/ P
No Pertanyaan
1 Pernahkah anda merasakan nyeri kepala?
 Ya  Tidak
2 Apakah anda memiliki riwayat penyakit nyeri kepala?
 Ya  Tidak
3 Apakah sering mengalami nyeri kepala?
 Ya  Tidak
4 Apakah nyeri kepala yang anda alami membuat anda mual muntah?
 Ya  Tidak
5 Dari 1- 10 bagaimana skala nyeri kepala yang anda alami?
Jawaban :………………………………….
6 Apakah nyeri tersebut dapat mengganggu aktivitas anda?
 Ya  Tidak
7 Faktor penyebab nyeri kepala yang anda alami?
 stress pekerjaan/tugas  lama durasi penggunaan handphone
 kecemasan  gangguan tidur/tidur tidak teratur
 aktivitas berlebih  pola makan
8 Apa yang anda lakukan ketika nyeri kepala?
Jawaban :………………………………….
9 Apakah anda mengkonsumsi obat ?
 Ya  Tidak
10 Jika iya obat apa yang biasanya anda minum?
Jawaban :………………………………….
11 Jika tidak hal apa yang anda lakukan untuk mengurangi/meredakan nyeri kepala?
Jawaban :………………………………….
12 Apa obat yang biasanya anda gunakan saat nyeri kepala?
Jawaban :………………………………….
13 Percayakah anda dengan obat yang anda minum/pakai?
Jawaban :………………………………….
14 Berapa hari pemakaian obat yang anda gunakan?
Jawaban :………………………………….
15 Apakah anda memahami cara penggunaan obat tersebut?
 Ya  Tidak
15 Jika nyeri kepala berlanjut lebih dari 3 hari apakah anda pergi berkonsultasi kedokter?
 Ya  Tidak

B. Jawaban Responden
C. Dokumentasi
D. Surat Izin Penelitian

E. Absen Konsultasi
1. Absen Konsultasi Dosen pembimbing

No Hari dan tanggal Tanda tangan


1

2. Absen konsultasi Asisten Dosen

No Hari dan tanggal Tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai