Anda di halaman 1dari 11

LEARNING OBJECTIVE

“Bau Bensin?”
“ Skenario 5 Blok 11 ”

DISUSUN OLEH :

Nama : Anggie Rebecca Silalahi


Stambuk : N 101 19 140
Kelompok : 16 (Enam belas)

Fakultas Kedokteran
Universitas Taduluako
Palu
2022
1. Penyebab dari gejala pulsating headache, foto-phonophobia, osmophobia, nausea ?
Jawab :
Pulsating Headache
a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/perubahan hormonal
b. Puasa dan terlambat makan
c. Makanan misalnya alcohol, coklat, susu, keju dan buah-bauhan
d. Cahaya kilat atau berkelip
e. Faktor kepribadian
f. Faktor herediter
g. Bahaya tidur atau kurang tidur

Nausea

 Gangguan biokimiawi
 Gangguan pada esophagus
 Distensi lambung
 Iritasi lambung
 Gangguan pancreas
 Peregangan kapsul limpa
 Tumor terlokalisasi
 Peningkatan tekanan intraabdominal
 Peningkatan tekanan intrakrnial
 Peningkatan tekanan intraorbital
 Mabuk perjalanan
 Kehamilan
 Aroma tidak sedap
 Rasa makanan/minuman yang tidak enak
 Stimulus penglihatan tidak menyenangkan
 Faktor psikologi
Fotophobia
 Orang yang rentan terhadap migrain akan sering mengalami fotofobia.
 Orang dengan kondisi seperti ablasi retina, abrasi kornea (kornea tergores) dan
uveitis (peradangan uvea), mengalami sensitivitas cahaya.
 Luka bakar dan radang pada mata, mungkin dapat menyebabkan sensitivitas
cahaya.
 Bisul pada mata juga dapat menyebabkan fotofobia, seperti halnya infeksi mata
atau cedera.
 Orang yang memakai lensa kontak kurang pas (atau orang yang memakai lensa
kontak lebih lama dari yang ditentukan) sering mengalami iritasi yang dapat
menyebabkan perkembangan sensitivitas cahaya.
 Orang-orang yang telah melakukan operasi mata refraksi juga dapat mulai
mengalami masalah dengan cahaya terang.
 Fotofobia juga dapat menjadi efek samping dari beberapa obat, termasuk beberapa
antihistamin, obat jerawat, dan tablet tekanan darah. Berdasarkan kasus tersebut,
konsultasikan dengan dokter Anda.
 Meningitis dan gangguan lain yang mempengaruhi sistem saraf pusat dapat
menyebabkan sensitivitas terhadap cahaya, seperti juga rabies, keracunan merkuri,
konjungtivitis, dan albinisme.

Sumber:
IDI. 2015. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta : Pengurus Besar IDI
2. Prognosis ?
Jawab :

Prognosis pada umumnya bonam, namun quo ad sanationam adalah dubia karena
sering terjadi berulang.

Sumber :
IDI. 2015. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta : Pengurus Besar IDI
3. Abnamnesis nyeri kepala (PQRST dan sacratos) ?
Jawab :

Socratess
Anamnesis merupakan langkah pertama dalam manajemen nyeri kepala. Peran
anamnesis memegang posisi paling penting dalam manajemen nyeri kepala, mengingat
pada pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien dengan nyeri kepala sering ditemukan
normal. Ada beberapa langkah dalam anamnesis pasien dengan nyeri kepala. Beberapa
langkah anamnesis pasien dengan nyeri kepala ini secara sistematis tersusun dalam yang
disingkat dengan H. SOCRATESS. Tanpa anamnesis riwayat nyeri kepala yang cukup,
intervensi diagnostik dan pengobatan yang kita berikan pada pasien dengan nyeri kepala
bisa keliru. Ada kalanya pemeriksaan penunjang yang seharusnya tidak perlu dilakukan
dapat dilakukan, atau sebaliknya uji diagnostik atau laboratorik yang penting malah tidak
dilakukan. Sebelum melakukan anamnesis pada pasien dengan nyeri kepala, data dasar
perlu diambil terlebih dahulu.
PQRST
Untuk membantu mengingat hal-hal yang perlu dieksplorasi dalam pengkajian
nyeri, dapat digunakan mnemonic “PQRST”. P adalah Provokes and Palliates, Q adalah
Quality, R adalah Region and Radiation, S adalah Severity, dan T adalah Time. PQRST
telah dipakai dalam berbagai praktik klinis, digunakan dalam berbagai buku ajar
anamnesis dan pemeriksaan fisis dalam Pendidikan dokter umum, serta digunakan dalam
modul dan evaluasi pembelajaran mahasiswa FKUI. Walaupuan memiliki elemen-elemen
untuk menggali aspek fungsional dan psikososial nyeri, focus mnemonic PQRST adalah
aspek biomedis.
Sumber :
Hidayari, H. 2017. Pendekatan Klinis Dalam Manajemen Nyeri kepala. Jurnal MNJ.
Vol. 2(2). Viewed on 13 April 2022. From https://dx.doi.org
Soenarto, R., Sukmono, R., Findyartini, A. 2019. Pengkajian Nyeri Kronik : Modul
Pelatihan Keterampilan Dasar Untuk Mahasiswa dan Prefesional Kesehatan.
Jakarta : Universitas Indoneisa
4. Jenis jenis nyeri kepala ?
Jawab :

Klasifikasi nyeri kepalprimer yang digunakan saat ini berdasarkan ICHD-3


(International Classification of Headache Disorders). Nyeri kepala primer dibagi menjadi
4 yaitu migren, nyeri kepala tipe tegang (tension type-headache), Nyeri kepala trigeminal
otonom (trigeminal autonomic cephalalgias) atau nyeri kepala klaster dan nyeri kepala
tipe lainnya.
Nyeri kepala secara umum dapat dibedakanmenjadi nyeri kepala primer dan nyeri
kepala sekunder. Nyeri kepala primer mencakup nyeri kepala tipe tegang, migren, dan
klaster. Sedangkan, nyeri kepala sekunder merupakan kondisi yang diakibatkan oleh
penyebab lain,seperti trauma kepala dan leher, gangguanvaskularisasi kranial dan servikal,
gangguan intrakranial non-vaskular, penggunaan obat maupun putus obat, infeksi,
gangguan homeostasis, ataupun gangguan psikiatrik. Nyeri kepala ini dapat disebabkan
oleh gangguan ditengkorak, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, ataupun
struktur wajah dan kranial lainnya. Kedua kelompok ini penting untuk dibedakan agar
kondisi penyebab yang lebih serius dapat dikenali dan dengan segera diberikan
penanganan yang tepat.
A. Nyeri kepala tanpa adanya tanda bahaya.
Nyeri kepala dengan risiko rendah. Nyeri kepala jenis ini tidak membutuhkan pencitraan
neurologis dan umumnya mengara kepada nyeri kepala primer. Tanda bahaya yang
dimaksud meliputi nyeri kepala yang berkepanjangan atau progresif; nyeri kepala baru
atau yang dirasakan berbeda dari biasanya; nyeri kepala terberat yang pernah dialami
seumur hidup; nyeri kepala yang langsung terasa berat ketika pertama muncul; adanya
gejala sistemik yang menyertai; kejang; ataupun adanya gejala neurologis. Jika salah satu
saja dari tanda bahaya tersebut muncul, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan baik
berupa pencitraan maupun laboratorium untuk mengetahui penyebab nyeri kepala
tersebut.
B. Nyeri kepala tipe tegang
Jenis nyeri kepala primer yang paling sering terjadi. Nyeri ini ditandai dengan rasa terikat
yang dirasakan bilateral dengan intensitas ringan-sedang. Reseptor nosiseptif di jaringan
myofasial perikranial diduga berperan dalam munculnya nyeri ini. Nyeri kepala ini
kemudian dapat dibedakan lagi menjadi nyeri kepala tipe tegang jarang dan sering. Nyeri
kepala tipe tegang dikatakan jarang jika terdapat minimal 10 episode nyeri yang
berlangsung kurang dari satu hari setiap bulan (kurang dari 12 hari per tahun) dengan
durasi serangan berkisar antara 30 menit hingga tujuh hari. Sedangkan, nyeri kepala tipe
tegang dapat dikatakan sering jika terjadi serangan minimal 10 episode yang berlangsung
lebih dari satu dan kurang dari 15 hari per bulan selama minimal tiga bulan.
C. Nyeri kepala primer lain
Yang cukup sering terjadi adalah migren. Kondisi ini ditandai dengan adanya mual,
fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya), dan fonofobia (sensitivitas terhadap suara).
Aktivitas fisik seringkali menjadi faktor pencetus munculnya migren. Karakteristik khas
dari migren adalah sifatnya yang pulsatil, berlangsung selama 4-72 jam, unilateral,
disertai dengan mual dan muntah dalam intensitas berat yang mengganggu aktivitas.
Salah satu penelitian menunjukkan adanya dua dari tiga gejala yang telah disebutkan di
atas meningkatkan kemungkinan diagnosa migren hingga 4,8 kali lipat.

Sumber :
Haryani, S., Tandy, V., Vania, A. 2018. Penatalaksanaan Nyeri Kepala Pada
LayananPrimer. Callosum Neurology Journal. Vol 1(3). Viewed on 13
April 2022. From https://google.schollar
5. Tanda tanda bahaya nyeri kepala ?
Jawab :

Red flags adalah tanda bahaya atau kondisi yang harus diwaspadai. Beberapa hal yang
terkategori sebagai red flags pada kasus nyeri kepala terangkum dalam Tabel di bawah :
Systemic symptoms (simptom sistemik) yang merupakan tanda bahaya pada kasus
nyeri kepala antara lain: demam, kaku leher, penurunan berat badan, ruam, menggigil,
berkeringat di malam hari. Kemungkinan diagnosis Apabila kasus nyeri kepala disertai
dengan adanya simptom sistemik, maka nyeri kepala masuk dalam kategori red flags
(bendera merah). Hati-hati mungkin nyeri kepala yang ada bukan nyeri kepala primer.
Kemungkinan diagnosis nyeri kepala yang disertai dengan simptom sistemik bisa
bermacam-macam, antara lain meningoensefa-litis, gangguan vaskuler, arteritis, atau
penyebab sekunder yang lain.
Konsep mencari tanda-tanda bahaya atau red flags nyeri kepala dapat digunakan guna
menuntun klinisi dalam merencanakan pemeriksaan lanjutan, mengingat biaya dari setiap
pemeriksaan penunjang cenderung mahal serta tidak menutup kemungkinan diperolehnya
hasil positif palsu. Salah satu metode mencari red flags adalah metode
Sumber :
Hidayari, H. 2017. Pendekatan Klinis Dalam Manajemen Nyeri kepala. Jurnal MNJ.
Vol. 2(2). Viewed on 13 April 2022. From https://dx.doi.org
6. Tatalaksana migran ?
Jawab :

Farmakologi
Kortikosteroid oral dapat digunakan, baik dengan prednison dosis awal 60 mg/ hari
atau deksametason 4 mg/ hari sampai 12 mg/ hari, dengan penurunan dosis bertahan
selama 3-7 hari. Triptan atau dihidroergotamin juga dapat digunakan sebagai terapi
transisi.
Tatalaksana migrain melibatkan terapi akut (abortif) danpencegahan (profilaksis).
Penatalaksanaan farmakologis untuk migrain dengan pengobatan anti nyeri sederhana
seperti ibuprofen dan parasetamol (asetaminofen) untuk nyeri kepala, obat anti mual, dan
penghindaran pemicu migrain.Obat-obatan spesifik seperti triptans atau ergotamin dapat
digunakan ketika obat anti nyeri sederhana tidak efektif. Sejumlah obat juga digunakan
untuk mencegah serangan seperti metoprolol, valproat, dan topiramat.
 Aspirin 600-900 mg + 3,2 metoclopramide
 Asetaminofen 1000 mg
 Ibuprofen 200-400 mg
 Sumatriptan untuk meredakan nyeri, mual, fotofobia dan fonofobia. Untuk migren
berat atau bila tidak ada respon pada analgesic non spesifik. Dosis awal 50 mg
dengan dosisi maksimal 200 mg dalma 24 jam.
 Propanolol 40-240 mg/hari
 Metoprolol 50-100 mg/ hari

Non-farmakologi
Pasien juga harus menghindari faktor-faktor yang memicu serangan migrain (misalnya
kurang tidur, kelelahan, stres, makanan tertentu, penggunaan vasodilator). Pasien
dianjurkan untuk menggunakan buku harian untuk mendokumentasikan kejadian nyeri
kepala, hal tersebut merupakan metode yang efektif dan murah untuk mengikuti jalannya
penyakit (Pescador 2021)
• Pasien dan keluarga dapat berusaha mengkontrol serangan
• Keluarga menasehati pasien untuk beristirahat dan menghindari pemicu, sera
bberolahraga secara teratur.
• Keluarga menasehati pasine jika merokok untuk berhenti merokok dapat memicu
sakit kepala atau membuat sakit kepala menjadi lebih parah
• Berolahraga secara teratur, olahraga aerobic secara teratur mengurangi tekanan dan
mencegah migren.
• Perubahan pola hidup dapat mengurangi jumlah dan tingkat keparahan migren.

Sumber :
Pescador Ruschel MA, De Jesus O.2021.Migraine Headache. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov
Haryani, S., Tandy, V., Vania, A. 2018. Penatalaksanaan Nyeri Kepala Pada
LayananPrimer. Callosum Neurology Journal. Vol 1(3). Viewed on 13
April 2022. From https://google.schollar
IDI. 2015. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta : Pengurus Besar IDI
7. Penilaian skala nyeri selain NSP ?
Jawab :

Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri menggunakan skala
assessment nyeri unidimensional (tunggal) atau multidimensi.

1. Unidimensional:
- Hanya mengukur intensitas nyeri
- Cocok (appropriate) untuk nyeri akut
- Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi pemberian analgetik
- Skala assessment nyeri unidimensional ini meliputi:
• Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai
nyeri. Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang
mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10
cm, dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini
dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada
nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi.
Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala
hilangnya/reda rasa nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat
utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk
periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan
koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi

• Verbal Rating Scale (VRS)


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk menggambarkan tingkat
nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada skala ini, sama seperti pada VAS atau
skala reda nyeri (Gambar 2). Skala numerik verbal ini lebih bermanfaat pada periode
pascabedah, karena secara alami verbal / kata-kata tidak terlalu mengandalkan
koordinasi visual dan motorik. Skala verbal menggunakan kata - kata dan bukan garis
atau angka untuk menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa
tidak ada nyeri, sedang, parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama
sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/ nyeri hilang sama sekali.
Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan
berbagai tipe nyeri.

• Wong Baker Pain Rating Scale


Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka

2. Multidimensional
- Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri
- Diaplikasikan untuk nyeri kronis
- Dapat dipakai untuk penilaian klinis
- Skala multidimensional ini meliputi:

• McGill Pain Questionnaire (MPQ)


Terdiri dari empat bagian: (1) gambar nyeri, (2) indeks nyeri (PRI), (3) pertanyaan
pertanyaan mengenai nyeri terdahulu dan lokasinya; dan (4) indeks intensitas nyeri
yang dialami saat ini. Terdiri dari 78 kata sifat/ajektif, yang dibagi ke dalam 20
kelompok. Setiap set mengandung sekitar 6 kata yang menggambarkan kualitas nyeri
yang makin meningkat. Kelompok 1 sampai 10 menggambarkan kualitas sensorik
nyeri (misalnya, waktu/temporal, lokasi/spatial, suhu/thermal). Kelompok 11 sampai
15 menggambarkan kualitas efektif nyeri (misalnya stres, takut, sifat-sifat otonom).
Kelompok 16 menggambarkan dimensi evaluasi dan kelompok 17 sampai 20 untuk
keterangan lain-lain dan mencakup kata-kata spesifi k untuk kondisi tertentu. Penilaian
menggunakan angka diberikan untuk setiap kata sifat dan kemudian dengan
menjumlahkan semua angka berdasarkan pilihan kata pasien maka akan diperoleh
angka total.
• The Brief Pain Inventory (BPI)
Adalah kuesioner medis yang digunakan untuk menilai nyeri. Awalnya digunakan
untuk mengassess nyeri kanker, namun sudah divalidasi juga untuk assessment nyeri
kronik.
• Memorial Pain Assessment Card
Merupakan instrumen yang cukup valid untuk evaluasi efektivitas dan pengobatan
nyeri kronis secara subjektif. Terdiri atas 4 komponen penilaian tentang nyeri meliputi
intensitas nyeri, deskripsi nyeri, pengurangan nyeri dan mood.

• Catatan harian nyeri (Pain diary)


Adalah catatan tertulis atau lisan mengenai pengalaman pasien dan perilakunya. Jenis
laporan ini sangat membantu untuk memantau variasi status penyakit seharihari dan
respons pasien terhadap terapi. Pasien mencatat intensitas nyerinya dan kaitan dengan
perilakunya, misalnya aktivitas harian, tidur, aktivitas seksual, kapan menggunakan
obat, makan, merawat rumah dan aktivitas rekreasi lainnya.

Sumber:
Romdhoni, W. 2021. Karsinoma Nasofaring : Diagnosis dan Terapi Terkini.
Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai