Untuk Memenuhi Tugas Yang Diberikan Oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Keperawatan
Komprehensif
KELOMPOK 4:
S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi yang bias berupa
pesan, ide, maupun gagasan dari satu pihak ke pihak lainnya, agar terjadi saling
mempengaruhi di antara keduanya.
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita; namun
proses komunikasi bias juga terhambat oleh berbagai macam alasan. Dalam dunia medis
ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif ini dikenal dengan kerusakan
komunikasi verbal atau impaired verbal communication.
Kerusakan komunikasi verbal merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak
dapat berkomunikasi secara efektif karena adanya faktor-faktor penghambat yang bisa
merupakan kecacatan secara fisik maupun secara mental. Menyadari bahwa komunikasi
merupakan suatu hal yang sangat penting, maka sebagai calon perawat penulis merasa
perlu membuat tulisan ini untuk memberikan pandangan. Secara teoritis dalam
memberikan perawatan yang tepat kepada pasien yang mengalami kerusakan
komunikasi yang sesuai sehingga dapat berkomunikasi dengan orang-orang di
ingkungannya dengan baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pola piker ilmiah tentang proses keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemahaman tentang definisi masalah keperawatan
kerusakan komunikasi verbal
b. Meningkatkan pemahaman tentang batasan karakteristik/ data
pendukung masalah keperawatan kerusakan komunikasi verbal
c. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab/etiologi masalah
keperawatan kerusakan komunikasi verbal
d. Meningkatkan pemahaman tentang perencanaan (goal,
objective,outcomes,intervensi/rencana tindakan dan rasional)
keperawatan kerusakan komunikasi verbal
BAB II
PEMBAHASAN
b. Faktor Lain
Berhubungan dengan kekacuan mental, pikiran yang tidak realistis
Gangguan skizofrenik
Gangguan delusi
Gangguan psikotik
Gangguan paranoid
Berhubungan dengan kerusakan fungsi motoris dari otot otot bicara
Berhubungan dengan iskemik lobus temporal atau frontal (kerusakan serebral)
Afasia ekspresif atau reseptif
Cedera serebrovaskular
Kerusakan otak (mis: kelahiran, trauma)
Depresi system saraf pusat/peningkatan tekanan intra kranial Tumor (kepala,
leher, atau medulla spinalis)
Retardasi mental
Hipoksia kronis serebral
Quadriplegia
Penyakit sistem saraf (miastenia, multiple sklerosis, distrofi otot)
Paralisis pita suara
Berhubungan dengan kerusakan kemampuan menghasilkan suara
Kerusakan pernapasan (napas pendek)
Edema laring/infeksi Deformitas oral Bibir sumbing atau palatum
Maloklusi atau fraktur rahang
Kehilangan gigi.
Disatria
Berhubungan dengan kerusakan pendengaran
Tindakan: Berhubungan dengan kerusakan kemampuan menghasilkan suara
Intubasi trakea, Trakeostomi/trakeotomi/laringektomi, Operasi kepala, wajah,
leher, atau mulut
Nyeri (tenggorokan atau mulut)
Letargi efek anesthesia
Situasional Berhubungan dengan penurunan perhatian, Keletihan, Kemarahan,
Ansietas (berat/panik)
Dyspnea
Sengaja menolak berbicara
Berbicara tidak sesuai (inkoheren, asosiasi longgar, flight of idea)
Menggunakan kata-kata yang tidak berhubungan atau tidak berarti
Berbicara atau verbalisasi yang sukar atau tidak tepat
Ketidakmampuan berbicara dengan bahasa yang dominan
Kesulitan berbicara
Pengulangan kata-kata yang didengar
Tidak tepat dalam mengutarakan keinginan
Bicara gagap
Defisit visual sebagian atau total
Slurring
Kesulitan dalam mengikuti pilihan
10. jika perlu seorang penerjemah, coba rencanakan kunjungan rutin seseorang
mengerti bahasa individu tersebut.
Dibawah ini ada beberapa jenis bahasa isayarat yang bisa dipakai :
a. America Sign language
Bahasa isyarat yang paling banyak dikenal dan telah dipakai sebagai pedoman
bahasa isyarat oleh dunia internasional.
b. British sign language
Merupakan variasi dari ASL yang sering dipakai di Negara inggris dan juga
telah cukup dikenal didunia internasional. Jenis BSL ini juga menggunakan
gerakan tangan yang lebih akif dari ASL.
c. Indonesia sign language
Isyarat ini telah diakui dan banyak digunakan diindonesia dan tentu saja kita
bisa memakainya sebagai salah satu acuan bahsa isyarat untuk berkomunikasi di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. H. Hafied Cangara, 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo
Perkasa).
Richard West dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan
Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika).
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh aktivitas
Penelitian ini menggunakan quasy eksperiment. Populasi penelitian ini adalah pasien yang
dirawat di RS Jiwa Nusa Barat Tenggara. Jumlah sampel 24 responden, diambil dengan
purposive sampling. Variabel independen dalam hal ini Penelitian adalah aktivitas kelompok
terapi: sosialisasi dan variabel terikat adalah pencapaian komunikasi. Data pencapaian
komunikasi verbal dan non verbal diambil dengan menggunakan check list. Itu Penelitian
dilakukan antara bulan Agustus dan September 2010. Data dianalisis menggunakan tanda
wilcoxon uji peringkat dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasilnya adalah sebagai berikut:
verbal dengan kategori mencapai (29,2%) dan kategori tidak mencapai (70,8%), selanjutnya
responden melakukan komunikasi non verbal dengan kategori mencapai (79,0%) dan
kategori tidak mencapai (21,0%). Setelah kegiatan kelompok terapi: sosialisasi, responden
melakukan komunikasi verbal dengan kategori mencapai (83.0%) dan kategori tidak berhasil
mencapai (87,5%) dan kategori tidak tercapai (12,5%). Hasil uji pangkat bertanda wilcoxon
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh terapi aiueo terhadap
kemampuan berbicara (afasia motorik) pada pasien stroke Di RSU Kertha Usada. Desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pra eksperimental dengan rancangan
one group pre post test design. Hasil penelitian didapatkan hasil data nilai rata-rata pre 3,61
dan niali rata-rata post 5,21. Hasil uji menggunakan uji Paired t-test didapatkan nilai p
(0,000) < α (0,05). Simpulan, ada pengaruh terapi AIUEO terhadap kemampuan berbicara
(afasia motorik) pada pasien stroke di RSU Kertha Usada.
TERAPI KELUARGA UNTUK PENINGKATAN KOMUNIKASI VERBAL
PADA ORANG DENGAN SKIZOFRENIA
komunikasi dalam fase terapi bagi penderita skizofrenia. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bahwa terapi keluarga dapat meningkatkan komunikasi verbal bagi
penderita skizofrenia. Rancangan percobaan ini menggunakan desain subjek pre, post dan
follow up control dengan subjek satu orang penderita skizofrenia bersama keluarganya.
terapi keluarga dirawat dalam lima kali pertemuan. Analisis data menggunakan dua tahap: 1)
Inspeksi visual yang bertujuan untuk menunjukkan dinamika skor komunikasi verbal: 2)
Analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis data yang diperoleh dari buku harian,
observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi keluarga memiliki