Anda di halaman 1dari 9

Nama : Enisa Nur Awaliyah

NIM : 2288190068
Kelas : 5B
UJIAN AKHIR SEMESTER

1. => Komplek Gedong Nagara/Rumah Dinas Bupati Lebak (Residentie Regent Shapen
Van Lebak).
Komplek Gedong Nagara yang saat ini berfungsi sebagai Rumah Dinas Bupati Lebak
merupakan bangunan bekas asisten residen banten-lebak pada masa pemerintahan
Belanda, dibangun tahun 1901 yang terletak di Jalan Alun-alun Selatan
Rangkasbitung, Kelurahan Rangkasbitung Barat, Kecamatan Rangkasbitung.
Sedangkan secara astronomis Bangunan ini terletak pada titik koordinat 06 0 36' 13.9''
Lintang Selatan dan 106 0 24' 61.1'' Bujur Timur. Rumah Dinas Bupati terletak di
sebuah komplek bangunan dengan area yang cukup luas. Komplek ini berada
bersebelahan dan berada di timur Gedung DPRD Kabupaten Lebak. Rumah Dinas
Bupati memiliki luas bangunan ± 922 m².
Denah Bangunan Beroperasi keseluruhan Berbentuk Simetris Persegi Panjang dengan
Bagian Bangunan Muka ( fasade ) terletak di Sisi Utara. Atap limasan dengan dak di
sisi atap. Terdapat canopy pada serambi muka dengan empat buah tiang utama
bergaya tuscan dan empat buah tiang penopang canopy . Bangunan terdiri atas 6 buah
ruang kamar dimana masing-masing sisi barat dan timur memiliki tiga buah ruang
kamar dan pada ruang kamar tersebut memiliki jendela berdaun rangkap dengan
jendela tipe Krapyak pada bagian luarnya. Serta ruangan aula di bagian tengahnya.
Tepat dibagian depan bangunan atau Sebelah utara dari Rumah Dinas Bupati Lebak
terdapat bangunan Pendopo. Pendopo merupakan bangunan tanpa dinding (terbuka)
dengan penyangga tiang-tiang dan beratap. Pada bagian teras terdapat delapan buah
tiang kayu dengan warna putih. Tegel teras berwarna abu-abu motif dengan ukuran 20
x 20 cm, satu ubin dicat warna hitam. Di bagian lebih dalam terdapat empat buah
tiang kayu berukuran lebih besar dengan cat warna putih. Tiang ini memiliki umpak
berbentuk segi empat dan bagian atasnya bermotif delapan helai daun. Bangunan
utama seluas 180 m persegi menunjukan gaya arsitektur neo klasik dan menghadap ke
arah utara. Bangunan pendopo menerapkan denah bujur sangkar bergaya arsitektur
lokal. Bangunan pendopo ini juga menyerupai bentuk bangunan pendopo pada
bangunan berarsitektur jawa dengan atap berbentuk joglo.
Atap Pendopo berupa atap tumpang dua dengan bagian atap tumpang antara atas dan
bawah ditutup oleh kayu. Kondisi atap bangunan pendopo dari genting baru dan di
depan selasar beratap tanpa dinding yang disangga beberapa tiang besi. Pada sisi-
sisinya terdapat bangunan kecil berbentuk persegi yang digunakan untuk jamuan
minum teh atau kopi.
2. Kesultanan Banten adalah sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar
Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultana
Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat
Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian
menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai
antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522 M.
 Perintah penanaman lada dan perlawanan dari masyarakat
Imbauan penanaman kembali lada yang telah dimulai sejak 1636 menemui
perlawanan masyarakat di daerah Lampung dan Bengkulu, masyarakat kerajaan-
kerajaan di Bengkulu yang berada di bawah kendali kesultanan Banten seperti Selebar
misalnya melawan imbauan penanaman lada yang mulai terkesan memaksa.
 Penguasaan Sukadana
Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada lautnya
ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan
menaklukkannya tahun 1661.Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan
yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal
dagang menuju Banten.
 Pengaturan lada di Bengkulu
Pada tanggal 12 Februari 1663, Sultan Banten Abdul Fatah mengeluarkan keputusan
membolehkan komoditas lada dijual kepada siapa saja namun lada yang hendak
tersebut harus terlebih dahulu dibawa ke Banten.
 Banten dalam Kasus Perwalian kesultanan Cirebon dan perjuangan Raden
Trunajaya
Pada saat Pangeran Girilaya dan kedua anak tertuanya yaitu Martawijaya dan
Kartawijaya diundang ke Mataram untuk menerima upacara penghormatan atas
naiknya Pangeran Girilaya menjadi penguasa Cirebon namun ternyata tidak kunjung
kembali, kesultanan Cirebon mengalami perguncangan karena tidak adanya pemimpin
di kesultanan Cirebon.
 Lepasnya Karawang kepada Belanda dari Cirebon dan pembebasan para
pangeran Cirebon
Sepeninggal sultan Agung Hanyaraka Kusuma dari Mataram, penerusnya yaitu
Amangkurat I bersikap lebih lunak kepada Belanda, perjanjian antara keduanya untuk
saling membantu pun dilakukan, pada masa pemberontakan Trunojoyo, Mataram
meminta bantuan Belanda untuk memadamkannya. Syarat tersebut kemudian
disetujui oleh Amangkurat I walau wilayah yang diminta sebagiannya adalah milik
kesultanan Cirebon yaitu wilayah Karawang atau sebagian masyarakat mengenalnya
dengan Rangkas Sumedang (wilayah antara sungai Citarum dan Cibeet hingga sungai
Cipunegara yang sekarang menjadi kabupaten Karawang, kabupaten Purwakarta dan
kabupaten Subang).
Penyerangan Banten atas loji Belanda dan disingkirkannya wakil Mataram di Cirebon
o Pada akhir tahun 1676, sebuah kapal dari Cirebon yang berlabuh di Banten
memberitahu bahwa Pekalongan sudah berhasil dikuasai pasukan Trunajaya pada
sekitar 25 Desember 1676, penguasa daerah pesisir pada masa itu Singawangsa
diberitakan ikut dengan para pasukan Trunajaya.
o Pada tanggal 2 Januari 1677, Tegal berhasil dikuasai pasukan Trunajaya tanpa
kekerasan.
o Pada tanggal 5 Januari 1677, pasukan Trunajaya yang dipimpin oleh Ngabehi
Sindukarti (paman Trunajaya) dan Ngabehi Langlang Pasir sampai di pelabuhan
Cirebon dengan 12 kapal berisi 150 pasukan.
3. Maksud dari istilah Banten sebagai the aquatic city.
Banten Lama sebagai kota Kuno dan diidentikkan sebagai Kota Air menurut Dr. Ali
Fadilah;
Kepala Balitbangda Provinsi Banten yang mana dapat dideskripsikan sebagai berikut :
• Pada tahun 1570 -1596, Banten telah dikelilingi dinding batu dan di bagian
dalamnya terbagi dalam kampung-kampung. Telah dibuat sebuah kanal untuk
mengalirkan air sungai Banten ke dalam kota. Selama periode ini pertumbuhan kota
masih terus berlanjut. Menurut Cornelis de Houtman (tiba di Banten pada tanggal 23
Juni 1596), kota tersebut besarnya seperti kota Amsterdam.
• Pada tahun 1596 -1659, Kota Banten tumbuh terus dan memerlukan perluasan
kanal-kanal dan tembok-tembok keliling dinding kota Banten menghadap ke arah laut
dan telah diperkuat dengan bastion-bastion serta kubu pertahanan. Lokasi pasar
Karangantu terletak (masih di luar dinding kota) di sebelah muara sungai Banten dan
telah diberikan tembok keliling.
• Pada tahun 1725 -1759, Perluasan jalan dan sistem kanal telah dibuat dengan
membuat parit-parit di sekeliling keraton Surosowan dan perbentengan Belanda.
Kanal yang melintasi Jembatan Rantai telah diluruskan ke arah timur sampai ke
bagian selatan pasar Karangantu. Dari peta Heydt terdapat gambar proses perpindahan
dan perubahan rencana kota meliputi aspek dan arsitektur, kanal-kanal, jalan-jalan,
dan tembok-tembok kota.
-Kemudian berdasarkan beberapa fakta sejarah Salah satu kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara pada abad ke 16-17 adalah Kesultanan Banten, Kesultanan Banten
awalnya berada dibawah kekuasaan Sunda Padjajaran dengan penguasa terakhirnya
adalah Prabu Pucuk Umun yang merupakan putera dari Prabu Seda berkedudukan di
Banten Girang, (Pupuh XVII, Babad Banten; naskah Lontar Kropak 421 baris 1-5).
Setelah berhasil memerdekakan diri dari Kerajaan Sunda Pakuan Padjajaran dan
menjadi kerajaan Islam ibu kotanya dipindahkan ke Keraton Surosowan yang terletak
di Banten Lama + 10 KM dari Kota Serang, alasan pemindahan karena letaknya
kurang strategis dan jauh dari pelabuhan, padahal Banten memiliki lautan yang sangat
luas dengan panjang garis pantai 500 KM, di daerah yang baru ini Sultan Banten yang
baru yaitu Maulana Hasanudin (1525-1570) dengan gekar Panembahan Sorosowan
setelah menerima tahta kerajaan dari ayahnya Sunan Gunug Djati dari Cirebon. Ibu
Kota kerajaan Banten yang baru yaitu berkedudukan di Istana Surosowan dikelilingi
tembok yang tinggi dan terdapat sungaisungai dapat dilayari dengan jung atau perahu.
4. Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati berperan dalam penaklukan tersebut.
Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mengembangkan benteng
pertahanan yang dinamakan Surosowan (dibangun 1600 M) menjadi kawasan kota
pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi
kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai
kejayaan yang luar biasa, yang di waktu bersamaan penjajah dari Eropa telah
berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan
kekuatan global memperebutkan sumber daya maupun perdagangan, serta
ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten
atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813
setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan
dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintahannya, para Sultan Banten tidak
lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
Pembangunan keraton ini bermula saat Sunan Gunung Jati, yang berhasil merebut
Banten bersama pasukan dari Demak, menyerahkan pemerintahan kepada putranya,
Maulana Hasanuddin.
• Keraton Surosowan dibangun dalam empat tahap. Pada fase awal, dibangun
dinding yang mengelilingi keraton dari susunan bata yang lebarnya mencapai 100-125
meter.
• Pada fase kedua, dibangunlah dinding bagian dalam yang berfungsi sebagai
penahan tembakan dan bastion (sudut benteng berbentuk intan).
• Pembangunan fase ketiga meliputi pendirian ruang-ruang di sepanjang dinding
utara dan penambahan lantai untuk mencapai dinding penahan.
• Pada fase keempat, dilakukan perubahan pada gerbang utara dan gerbang
timur. Dalam sejarahnya, Keraton Surosowan pernah beberapa kali mengalami
penghancuran. Keruntuhan pertama terjadi pada 1680, ketika perang antara Sultan
Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.
• Setelah Sultan Haji berhasil naik takhta karena bantuan VOC, Keraton
Surosowan diperbaiki. Sultan Haji meminta bantuan seorang arsitek Belanda bernama
Hendrik Laurenzns Cardeel, untuk membangun kembali keratonnya. Atas jasanya itu,
Laurenzns Cardeel yang kemudian masuk islam diberi gelar Pangeran Wiraguna oleh
sultan. Pada 1808, Keraton Surosowan dihancurkan oleh pasukan Belanda yang
dipimpin oleh Gubernur Jenderal Herman William Daendels. Serangan ini terjadi
karena pihak Kesultanan Banten menolak tiga permintaan Belanda, yaitu: Sultan
harus mengirimkan 1000 orang rakyat setiap hari untuk dipekerjakan di Ujung Kulon.
Menyerahkan Patih Mangkubumi Wargadiraja ke Batavia Sultan harus memindahkan
keratonnya ke daerah Anyer, karena Surosowan akan dijadikan benteng Belanda
Sisa-sisa inilah yang kini terlihat dalam reruntuhan. Bangunan keraton yang
menggunakan bahan bata campuran pasir dan kapur sebagai bahan dasarnya menjadi
saksi bagaimana kehebatan Kerajaan Banten pada abad 17. Walaupun hanya berupa
reruntuhan, keraton yang disebut juga Benteng Surosowan ini masih memiliki
beberapa sisa ruang yang dapat dilihat. Seperti Gerbang di bagian utara, serta kolam
dan tempat beristirahat yang bernama Bale Kambang Rara danok. Bentuknya segi
empat dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter membuat kolam ini menjadi
tempat yang pas untuk beristirahat bagi putri-putri sultan. Luas benteng bersejarah
yang mencapai 4 hektar ini membuat pemerintah Provinsi Banten menetapkan
reruntuhan ini sebagai cagar budaya yang dilindungi dan kaya akan sejarah Banten.
Karenanya banyak pengunjung yang sering datang hanya untuk memlihat dan sedikit
membayangkan bagaimana kejayaan Kerajaan Banten lewat reruntuhan Keraton
Surosowan.
-Riwayat Penanganan (Penelitian dan Pelestarian)
Situs Cagar Budaya Keraton/Benteng Surosowan telah dilakukan beberapa kali
perbaikan, terakhir pada tahun 1977/1978-1987/1988 dipugar oleh Proyek Sasana
Budaya dan Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Banten.
5. Situs Banten Lama merupakan situs arkeologi yang kompleks, salah satu nya adalah
Istana Surosowan dimana kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun
1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan
dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintahannya, para Sultan Banten tidak
lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda. Dari sumber
literasi yang saya baca menunjukkan bahwa berdasarkan analisis peta kuna, keraton
Surosowan paling sedikit telah mengalami lima tahap pembangunan. Dari data
pengupasan dan penggalian keraton sekarang ini hanya dapat memperlihatkan adanya
dua fase pembangunan. Berdasarkan sisa ubin dalam tiap ruang, diperoleh
rekonstruksi ukuran dan pola pasang ubin pada tiap ruang di kompleks keraton.
Diperoleh pula data untuk merekonstruksi pola pasangan bata dinding bangunan dan
pondasi pada bangunan di kompleks keraton. Sementara itu, fungsi bangunan yang
diketahui adalah tempat tinggal sultan dan keluarga, bangsal terima tamu, kolam Roro
Denok, dan pemandian Pancuran Mas. Kemudian Situs bangunan banten lama dapat
di katakan Kompleks juga karena terdapat gabungan beberapa bangunan dalam suatu
wilayah. Kawasan Banten lama dikatakan sebagai situs arkelogi kompleks dilihat dari
tatanan situsnya yang lengkap dan terdapat dalam suatu wilayah yang sama, sehingga
menjadikan objek cagar budaya yang ada diwilayah ini saling berkaitan dan memiliki
jalan historis yang kompleks. Penataan Banten Lama merupakan salah upaya untuk
mengembalikan ikon Banten sebagai daerah religius. Jika dilihat dari segi
geografisnya, lokasi kawasan banten lama ini dekat dengan laut dan menjadi daerah
terdekat dalam jangkauan pelabuhan terbesar di banten khususnya. Tentunya hal ini
menjadikan peranan besar dalam perjalanan historis yang ada dalam kawasan banten
lama ini. Di dalam kompleks Kawasan Banten Lama, pengunjung dengan mudah
dapat menemukan peninggalan Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, dan Benteng
Spellwijk. Di kawasan tersebut juga terdapat Museum Kepurbakalaan Banten, Masjid
Agung Banten, dan Vihara Avalokitesvara. Masjid Agung Banten adalah salah satu
masjid tertua di Indonesia yang penuh dengan nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini
ramai dikunjungi para peziarah yang datang tidak hanya dari Banten dan Jawa Barat,
tetapi juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Masjid ini dikenali dari bentuk
menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar. Masjid ini
juga menajdi pusat utama dari semua cagar budaya yang ada di kawasan banten lama
Tempat dan situs dan cagar budaya ini saling berdekatan lokasinya dan memiliki alur
historis yang sama sehingga hal ini menjadikan pusat tatanan masyarakat
6. Pada Tahun 1596 merupakan awal kedatangan armada Belanda di Banten tepat pada
tanggal 27 Juni 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman. Kedatangan mereka
disambut baik oleh masyarakat banten dengan mengharapkan perubahan. Pada 1828,
pusat pemerintahan Kabupaten Banten dipindahkan dari Kaibon ke daerah di sebelah
selatannya, dengan membangun kota Serang. Keputusan tersebut membuat sistem
pemerintahan yang berbeda dari sebelumnya, dan melahirkan kebijakan-kebijakan
baru. Salah satunya adalah Daendels melakukan birokratisasi di kalangan
pemerintahan tradisional dengan menjadikan para sultan dan bupati sebagai pegawai
pemerintahan.. Dari situlah Dimulainya Serang sebagai kota kolonial, ditandai dengan
didirikannya bangunan-bangunan bergaya Eropa di wilayah pemukiman pribumi.
Sebagai ibukota Keresidenan Banten, Serang pada masa kolonial merupakan satu-
satunya tempat yang paling ramai di Banten. Bangunan tinggalan masa kolonial yang
sampai saat ini masih berdiri di Kota Serang antara lain Pendopo Gubernur, Kantor
Bupati Serang, Gedung Joeang 45, Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Serang, Mapolres Serang, Korem Maulana Yusuf, Stasiun Kereta Api Serang
7. Ciri khas arsitektural dari rumah Belanda yang paling Nampak adalah penggunaan
atap, Selain itu, tampilan muka rumah Belanda eksterior atau fasad yang cenderung
simetris, meski ada juga beberapa rumah Belanda yang mengaplikasikan fasad
asimetris tersendiri. Fasad biasanya berupa segi empat, segi lima, atau segi enam.
Pintu masuk bisa di bangun pada bagian tengah fasad, bisa juga berada di tepi kanan.
Ciri lain dari desain arsitektural rumah Belanda ini adalah biasanya mempunyai
dinding yang cukup tebal desain inilah yang membuat secara tak langsung
memberikan kesan dingin ketika masuk di dalamnya, meskipun kondisi cuaca saat itu
panas yang cukup terik. Kehebatan desain ini juga ada pada permainan benang-
benangan yang tegas serta lebih banyak dalam mengekspos detail arsitektur dengan
ketelitian tingkat tinggi.
Denah ruangan pada rumah Belanda tak jauh bedanya dengan denah ruangan pada
rumah biasa, di mana terdapat area makan, area keluarga, kamar tidur, dan kamar
tamu. Lantai atas biasa digunakan untuk kamar anak. Di tengah – tengah ruangan,
terdapat area sentral yang langsung mengarah ke ruang – ruang utama dalam rumah
tersebut.
Contoh bangunan yang menjadi ciri khas arsitektur Belanda : Polres Serang, Gedung
juang 45, masjid kuno kaujon, oemah kaujon, rumah dinas Pemerintah di kaujon,
kompleks pemerintahan kota serang, gedung korem.
8. Pelestarian Cagar Budaya pada masa yang akan datang menyesuaikan dengan
paradigma baru yang berorientasi pada pengelolaan kawasan, peran serta masyarakat,
desentralisasi pemerintahan, perkembangan, serta tuntutan dan kebutuhan hukum
dalam masyarakat. Paradigma baru tersebut mendorong dilakukannya penyusunan
Undang-Undang yang tidak sekadar mengatur pelestarian Benda Cagar Budaya, tetapi
juga berbagai aspek lain secara keseluruhan berhubungan dengan tinggalan budaya
masa lalu, seperti bangunan dan struktur, situs dan kawasan, serta lanskap budaya
yang pada regulasi sebelumnya tidak secara jelas dimunculkan. Di samping itu, nama
Cagar Budaya juga mengandung pengertian mendasar sebagai pelindungan warisan
hasil budaya masa lalu yang merupakan penyesuaian terhadap pandangan baru di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
9. Bisa diusulkan menjadi cagar budaya provinsi dan nasional. Karena Benda, bangunan,
atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria sebagaimana di atur dalam
pasal 5 UU No 11 tahun 2010, yaitu berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih,
mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun, memiliki arti
khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan
memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Bangunan bangunan
seperti Kantor Residen Banten dan juga pernah digunakan sebagai kantor Gubernur
Banten ini memenuhi dari persyaratan cagar budaya.
10. Secara singkat, Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari
benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding
dan/atau tidak berdinding, dan beratap Struktur. Situs Cagar Budaya adalah lokasi
yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan
manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan
ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas. Kawasan cagar
budaya, contohnya adalah Banten lama. Dimana banyak terdiri situs situs cagar
budaya. Situs cagar budaya contohnya seperti situs banten girang.

Anda mungkin juga menyukai