Anda di halaman 1dari 14

BAB I TEORI BELAJAR

Teori belajar yang menjadi dasar upaya pendidikan banyak mempengaruhi kurikulum,
metode belajar mengajar, administrasi pendidikan, prasarana dan sarana pendidikan, serta
tuntutan kompetensi guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, teori belajar pada dasarnya
merupakan titik sentral dan semua permasalahan pendidikan.

Teori belajar dikembangkan berdasarkan ilmu psikologi. Tujuan psikologi adalah


mendeskripsikan, memahami, memprediksi, dan mengontrol perilaku dan proses mental.
Perilaku merupakan aktivitas aksi dan reaksi yang dapat diamati, sedangkan proses mental
adalah aktivitas yang tidak dapat diamati secara langsung seperti berpikir, mengingat, merasa
dll.

A. Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme adalah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.Teori belajar behaviorisme menekankan pada perubahan tingkah laku yang
tampak sebagai hasil dari pengalaman belajar. Teori behaviorisme menjelaskan bahwa belajar
adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Teori ini
menggunaakan model hubungan stimulus-respon dan menempatkan peserta didik sebagai
individu yang pasif. Perubahan yang terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Respon atau
perilaku diperoleh dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan. Jika peserta didik
menemukan kesulitan atau masalah, guru dapat menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba
lagi (trial and error) sampai memperoleh hasil. Penguatan (reinforcement) dapat dilakukan
untuk memperkuat timbulnya respon. Munculnya perilaku akan menghilang jika dikenakan
hukuman.

Penguatan +

Stimulus Proses Respon

Penguatan -

GAMBAR 1.1. PROSES BELAJAR MENURUT TEORI BEHAVIORISME


Penguatan positif (+) : frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan stimulus yang
mendukung (ada sesuatu yang ditambah).
Penguatan negatif (-) : frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan/tidak menyenangkan (ada sesuatu yang menghilang).
Pandangan teori behaviorisme yang dikembangkan oleh beberapa ahli, diantaranya:

1. John B. Watson

Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (S) dan respon (R),
namun S-R harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Tingkah laku adalah tindakan yang dapat dilihat dan diamati dengan cara yang
objektif. Belajar adalah proses membentuk hubungan S-R, dan kekuatan hubungan S-R
tergantung pada frekuensi ulangan adanya S-R. Oleh karena itu diperlukan latihan (drill)
dalam pembelajaran.

2. Edward Lee Thorndike

Thondike melakukan eksperimen pada binatang dan menyimpulkan bahwa belajar


merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peritiwa yang
disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat,
sedangkan respons dari organisme adalah sembarang tingkah laku yang muncul akibat
adanya rangsangan. Berdasarkan eksperimen tersebut, Thorndike mengaanggap bahwa
belajar adalah proses interaksi antara stimulus (berupa rangsangan yang dapat ditangkap
indra) dengan respins. Hasil belajar dapat berupa perilaku konkret yang dapat diamati
dan perilaku tidak konkret. Teori ini disebut juga aliran koneksionisme di mana
hubungan S-R diperkuat oleh penguatan (reinforcement) berupa pujian atau ganjaran.

3. Clark Leonard Hull

Kebutuhan biologi dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral dalam
seluruh kegiatan manusia. Stulus dalam belajar hampir semuanya dapat dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun responya bervariasi.

4. Edwin Ray Guthrie

Stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan dan pemuasan biologis. Hubungan
S-R cenderung bersifat sementara sehingga perlu diberikan stimulus berkala agar
hubungannya bersifat lebih tetap.agar respon muncul lebih kuat dan menetap, diperlukan
berbagai stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut. Hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar.

5. Burrhus Frederick Skinner

Teori operant conditioning dari skiner lebih komprehensif, di mana tingkah laku tidak
hanya merupakan respons dari stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja. Hubungan
S-R terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya sehingga menimbulkan perubahan
tingkah laku. Respons yang diberikan anak didik tidak sederhana sebab stimulus aan
saling berinteraksi.

Tujuan belajar dalam teori behaviristik ditekankan pada penambahan pengetahuan.


Pembentukan perilaku sebagai hasil belajar yang tampak diperoleh dengan panataan kondisi
yang ketat dan penguatan. Perilaku manusia dipengaruhi oleh stimulus yang di lingkungannya.
Oleh karena itu perilaku manusia dianggap dapat dikontrol/dikendalikan dengan melakukan
manipulasi terhadap lingkungan, evaluasi ditekankan pada respon pasif, misalnya
menggunakan tes tertulis. Aplikasi teori ini tergantung pada tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran yang tersedia. Teori ini menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di dunia nyata
terstruktur rapi dan teratur sehingga peserta didik harus dihadapkan aturan yang jelas.

Ciri-ciri implementasi teori behavioristik adalah sebagai berikut :

1. Mementingkan pengaruh lingkungan

2. Mementingkan bagian-bagian

3. Mementingkan peranan reaksi

4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respons

5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

6. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar.

7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan

8. Mementingkan sebab-sebab pada waktu yang lalu

9. Mementingkan pembentukan pembiasaan melalui latihan dan pengulangan

10. Menggunakan teknik coba-coba (trial and error) dalam menyelesaikan masalah

Teori Belajar Behaviorisme

Tingkah laku teramati Belajar melalui stimulus-


respon
GAMBAR 1.2. ASPEK-ASPEK TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

B. Teori Kognitivisme

Belajar menurut teori kognitivisme adalah perubahan persepsi dan pemahaman (tidak
selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati). Setiap manusia telah mempunyai
pengetahuan/pengalaman dalam dirinya, yang tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses
belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.
Manusia sebagai organisme yang aktif yang menjadi sumber dari semua aktivitas. Tingkah
laku merupakan ekspresi dan akibat dari eksistensi internal manusia yang dapat diamati.

Teori belajar yang berkembang berdasarkan teori ini diantaranya teori perkembangan
Piaget, teori kognitif Bruner, teori bermakna Ausubel dan teori pemprosesan informasi Gagne.

1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

John Piaget melakukan penelitian dan menemukan bahwa anak-anak membangun dunia
kognitif mereka secara aktif. Menurutnya, ada empat faktor yang mempengaruhi perkembang
kognitif, yaitu: a) lingkungan fisik; b) kematangan; c) pengaruh sosial; dan d) proses
pengendalian diri. Pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi antara individu dengan
lingkungan, namun informasi tidak sekedar dituangkan dalam pikiran mereka dari lingkungan.

Menurut teori ini, konsep tersusun dalam jaringan laba-laba yang disebut skemata dan
konsep terkait akan terhubung. Suatu skemata dapat dianggap sebagai elemen dalam struktur
kognitif organisme. Skemata yang ada akan menentukan bagaimana ia merespon lingkungan
fisik. Proses atau perubahan struktur kognitif melalui adaptasi yang berimbang (ekuilibrium)
yang mencakup proses asimilasi dan akomodasi. Proses kognitif menurut Piaget meliput tiga
tahap, yakni:

a. Proses asimilasi, yaitu penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak anak.

b. Proses asimilasi, yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.

c. Proses ekuilibrium, yaitu penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.


Jika tahapan ini berhasil, akan diperoleh keseimbangan pemikiran.

Lingkungan Fisik

Struktur Kognitif

Belajar
Persepsi

Asimilasi Akomodasi
GAMBAR 1.3. PROSES PERUBAHAN STRUKTUR KOGNITIF (TEORI PIAGET)

Piaget menemukan bahwa kemampuan mental tertentu cenderung muncul pada tahap
tertentu dalam perkembangkan. Walaupun anak dengan usia sama mungkin kemampuan
mental yang berbeda-beda, urutan kemunculan kemampuan itu selalu sama. Tahapan
intelektual menurut teori Piaget terdiri dari empat periode perkembangan dengan ciri-ciri
dideskripsikan pada Tabel 1.1.

TABEL 1.1. CIRI-CIRI TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

Tahapan Ciri-ciri
Sensorimotor Perkembangan mental ditandai oleh kemajuan
(usia 0 – 2 tahun) yang pesat dalam kemampuan bayi
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
Membentuk pemahaman melalui
sensasi melalui gerakan dan tindakan fisik.
indera dan aksi fisik
Praoperasional Anak dapat membuat imitasi yang secara tidak
(usia 2 – 7 tahun) langsung dari bendanya sendiri, melakukan
Menceritakan dunia menggunakan permainan simbolik, dapat menggambar realistis,
kata dan gambaran tetapi tidak proposional, mengetahui bentuk-
bentuk dasar geometris (bulat, bundar, persegi),
mulai menggunakan suara sebgai representasi
benda atau kejadian. Perkembangan bahasa
sangat mempelancar perkembangan konseptual
anak dan juga perkembangan kognitif anak,
pemikiran anak berkembang pesat secara
bertahap ke arah konseptualisasi, namun belum
bisa berpikir multidemensi. Anak masih
egosentris (belum bisa melihat dari perspektif
orang lain), adaptasi dilakukan tanpa gambaran
yang akurat, dan belum mampu meniadakan
suatu tindakan dengan pemikiran tidakan tersebut
ke arah yang sebaliknya.
Operasional Konkret Logika tentang sifat timbalbalik dan kekekalan,
(usia 7 – 11 tahun) melakukan klasifikasi, tidak lagi bersifat
Megetahui alasan logis-rasional egosentris, pikiran masih terbatas pada hal-hal
tentang kejadian konkret dan dapat konkret, belum dapat memecahkan persolan
abstrak
mengelompokkan benda
Operasional Formal Perkembangan nalar dan logika mulai
(usia di atas 11 tahun) berkembang, asimilasi, dan akomodasi berperan
membentuk skema yang lebih menyeluruh.
Mulai berpikir abstrak dan logis
Mampu berpikir deduktif, induktif, dan
abstraktif.

2. Teori Bruner

Jerome Bruner mengembangkan teori perkembangan mental, yang mendeskripsikan


bahwa terjadinya proses belajar lebih ditentukan oleh cara mengatur materi pelajaran. Proses
belajar terjadi melalui tiga tahapan sebgai berikut :

a. Manipulasi objek langsung (enactive); yakni aktivitas anak didik untuk memahami
lingkungan melalui observasi langsung realitas.

b. Representasi gambar (iconic) terjadi saat anak didik mengobservasi realitas tidak secara
langsung, tetapi melalui sumber sekunder seperti melalui gambar-gambar atau tulisan.

c. Manipulasi simbolik (symbolic) terjadi ketika anak didik membuat abstraksi berupa teori,
penafsiran, analisis terhadap realitas yang telah diamati dan dialami.

3. Teori Ausubel

David Ausubel mengembangkan teori belajar bermakna dengan menjelaskan bahwa bahan
pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan ajar dirasakan bermakna bagi peserta didik.
Bahan ajar untuk belajar bermakna harus sesuai dengan struktur kognitif dan struktur
keilmuan, serta memuat keterkaitan seluruh bahan. Oleh karena itu, dibutuhkan “peta konsep”,
yaitu bagan atau struktur tentang keterkaitan seluruh konsep secara terpadu dan terorganisasi
baik secara hierarkis dan distributif. Proses belajar melalui tahap-tahap berikut :

a. Memperhatkan stimulus yang diberikan

b. Memahami makna stimulus

c. Menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami

Salah satu aplikasi teori belajar bermakna menggunakan “advance organizer”, yakni
gambaran singkat tentang isi dan keterkaitan bahan ajar yang akan dipelajari. Fungsinya
sebagai a) kerangka konseptual sebagai titik tolak proses belajar; b) penghubung antara ilmu
yang akan dipelajari dengan apa yang sudah dimiliki anak didik; c) alat bantu untuk
mempermudah guru memfasilitasi anak didik dalam belajar.

4. Teori Gagne

Robert Gagne memperkenalkan teori pemprosesan informasi yang merupakan teori


kognitif tentang belajar yang menjelaskan bagaimana informasi diterima, disimpan, dan
diambil kembali dari otak.

Menurut teori ini, dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian
diolah sehingga menghasilkan luaran dalam bentuk hasil belajar. Pemperosesan informasi
mengacu pada cara-cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data,
melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan
lambang/simbol-simbol baik verbal maupun nonverbal. Hasil pembelajaran merupakan luaran
dari pemprosesan informasi yang berupa kecakapan/kemampuan manusia yang terdiri atas
informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap (afektif), dan kecakapan
motorik. Proses pengolahan informasi dideskripsikan pada gambar 1.4.
Memori jangka
panjang

Stimulus
Registrasi Pengelolahan Elaborasi
eksternal
penginderaan awal dan koding
Pengambilan

Lupa
Memori jangka Respons
pendek
Pengulangan

Lupa

Gambar 1.4. Skema Pengolahan Informasi Teori Gagne

Teori Belajar Kognitivisme

Konsep Belajar Proses Belajar

Perubahan kognitif Belajar melalui interaksi/


adaptasi dengan lingkungan

Belajar: asimilasi-
akomodasi-kesetimbangan Contoh PBM:
Inquiry, discovery,
problem based learning,
Hasil belajar : project based learning
Perkembangan struktur
kognitif, keterampilan hidup,
perilaku orang dewasa,
belajar mengatur diri

GAMBAR 1.5. ASPEK-ASPEK TEORI BELAJAR KOGNITIVISME

C. Teori Konstruktivisme Sosial

Konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Lev Semenovich Vygotsky, yang


menyatakan pembentukan pengetahuan dan perkembangan kognitif terbentuk melalui
internalisasi/penguasaan proses sosial.

Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia dan merupakan interpretasi
manusia terhadap pengalamannya tentang dunia, bersifat perspektif, konvensional, tentatif, dan
evolusioner. Pengetahuan/konsep baru dibangun secara bertahap dari waktu ke waktu dalam
konteks sosial. Anak berinteraksi dengan materi pengetahuan dan menginteragrasikan info
lama dengan info baru dan kesadaran tentang apa yang dipelajari (metakognitif). Prinsip teori
ini sebagai berikut :

1. Pembelajaran sosial; anak didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau
teman sebaya yang lebih mampu.

2. Zona perkembangan terdekat; anak didik lebih mudah belajar konsep jika konsep itu
berada pada zona perkembangan terdekat mereka.

3. Pemagangan kognitif; anak didik secara bertahap memperoleh keahlian melalui


interaksinya dengan orang lain yang telah menguasai bidangnya.

4. Scaffolding; anak didik diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistis untuk
kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

Pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses belajar, bukan mengajar. Anak


didik diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan
pada pengalaman nyata. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan proses, bukan
menekankan pada hasil. Anak didorong melakukan untuk melakukan penyelidikan dalam
upaya pengembangan rasa ingin tahu secara alami. Penilaian hasil belajar ditekankan pada
kinerja dan pemahaman anak didik. Peran guru hanya sekedar membantu menyediakan sarana
dan situasi agar konstruksi berjalan lancar.
Teori Belajar Konstruktivisme

Konsep Belajar Proses Belajar

Perubahan kognitif Belajar melalui interaksi/


adaptasi dengan lingkungan

Belajar: asimilasi-
akomodasi-kesetimbangan

Contoh PBM:
Hasil belajar :
Perkembangan struktur
kognitif, keterampilan hidup,
perilaku orang dewasa,
belajar mengatur diri

Gambar 1.6. Aspek-aspek Teori Belajar Konstruktivisme

D. Teori Humanisme

Humanisme adalah aliran dalm psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi
terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Teori belajar humanistik menganggap bahwa
keberhasilan belajar terjadi jika anak didik memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori
ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pengamatnya. Peran pendidik adalah membantu anak didik untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebgai
manusia yang unik dan membantu mereka dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada
dalam diri mereka.

Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:

1. Manusia mempunyai belajar alami

2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi
dengan maksud tertentu

3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.

4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil

5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.

6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika peserta didik melakukannya

7. Belajar lancer jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar


8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam

9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk
mawas diri

10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

Beberapa tokoh penganut humanisme, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Arthur Combs

Arthur W. Combs (1912-1999) bersama dengan Donald Snygg (1904 - 1967)


mencetuskan istilah Meaning (makna atau arti) sebagai konsep dasar yang sering digunakan.
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu, guru tidak bisa mamaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil pertama adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar kedua adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa
itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Dalam teori Combs peranan anak didik lebih dominan, karena guru fokus sebagai
fasilitator yang memberikan arahan kepada anak didik. Anak berperan sebagai pelaku utama
(student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan anak
memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan
potensi dirinya.

2. Teori Maslow
Menurut Abraham Maslow, individu berperilaku dalam upaya memenuhi kebutuhan
yang bersifat hierarkis. Hierarkis kebutuhan manusia dapat digambarkan seperti pada gambar
1.7.

Aktualisasi
Diri

Harga Diri

Pengakuan

Keamanan

Kebutuhan Fisik

Gambar 1.7. Piramida Kebutuhan Manusia (Teori Maslow)

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi hirarki. Bila seseorang


telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat
menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan
seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang
penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan
bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa
belum terpenuhi.

Maslow berpendapat bahwa proses belajar pada manusia merupakan proses yang
dilaluinya untuk mengaktualisasikan dirinya. Belajar adalah proses untuk mengerti sekaligus
memahami siapa diri kita sendiri, bagaimana kita menjadi diri kita sendiri, sampai potensi apa
yang ada pada diri kita untuk kita kembangkan ke arah tertentu

3. Pembelajaran Progresif John Dewey

John Dewey memperkenalkan konsep belajar progresif (learning by doing) yakni bahwa
belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan anak didik untuk dirinya sendiri. Maka inisiatif
harus datang dari diri sendiri, guru berperan sebagai pembimbing, pengarah atau fasilitator.
Proses belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan secara aktif.
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa anak didik dapat memperoleh lebih banyak
pengalaman jika terlibat secara aktif, daripada hanya melihat atau mendengarkan informasi.
Menurut Dewey, suatu pengalaman memberikan nilai atau pengaruh yang berbeda untuk
setiap individu. Pengalaman yang berguna untuk seorang individu mungkin tidak bermanfaat
bagi yang lain. Setiap individu memiliki pengalaman lampau yang berbeda sehingga peristiwa
pembelajaran akan menghasilkan pengalaman baru yang berbeda pula untuk masing-masing
anak didik.

Dewey membagi tahapan belajar menjadi tiga yakni: a) tahap main; b) tahap bekerja; c)
tahap simbol. Ketiga tahapan tersebut bukan merupakan tahap perkembangan yang berurutan
karena dipengaruhi berbagai kondisi. Tahapan belajar yang dialami oleh seseorang dapat
dianalisis melalui karakter belajar dan aktivitas belajarnya secara langsung. Deskripsi ketiga
tahapan belajar menurut dewey sebgai berikut :

a. Tahap bermain (play)

b. Tahap bekerja (work)

c. Tahap simbol (symbols)

4. Pembelajaran Eksperiensial Kolb

Kolb, Habermas, Honey, dan Mumford. Kolb terkenal dengan pembelajaran ekperensial
yang juga dikenal sebagai “belajar empat tahap”, yakni penganglaman konkret, pengalaman
aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan ekprementasi aktif.

Honey dan Muford mendeskripsikan pembagian jenis anak didik berdasarkan Kolb
menjadi: aktifis, reflektor, teoritis, dan pragmatis. Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi
jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar uang
dimaksudkan adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial sebab keduanya tidak dapat
dipisahkan. Habermas membagi tipe belajar dalam tiga macam, yaitu :

a. Belajar teknis (technicsl learning)

b. Belajar praktis (pactical learning)

c. Belajar emansipatoris (emancipatory learning)


Teori Belajar Humanisme

Konsep Belajar Proses Belajar

Menentang sistem otoriter Studen centered learning,


Memandang anak dari pendidikan multikultural,
sudut mereka belajar sosial (bandura),

Konsep belajar : Contoh PBM:


Mengubah lingkungan, Mdeling, belajar
motivasi instrinsik, tujuan kooperatif, belajar
sendiri dalam belajar, eksperensial
bermakna bagi diri sendiri.

Gambar 1.8. Aspek-aspek Teori Belajar Humanisme

Anda mungkin juga menyukai