Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang
melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nickel, Emas, Perak, Timah, Bijih Besi,
dsb. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki cadangan mineral cukup banyak
adalah Pulau Papua.
Tahapan kegiatan usaha pertambangan meliputi: tahapan kegiatan penyelidikan
umum, tahapan kegiatan eksplorasi dan tahapan kegiatan operasi produksi. Tujuan
akhir tahapan kegiatan eksplorasi adalah menilai kelayakan secara teknis, lingkungan,
K3 dan ekonomi selain menemukan daerah-daerah yang prospek.
Peningkatan status atau tahapan kegiatan hanya dapat dilakukan apabila evaluasi
terhadap tahapan kegiatan sebelumnya layak secara teknis, ekonomis dan lingkungan
untuk dilanjutkan. Pada dasarnya, evaluasi dilakukan oleh stakeholder yang meliputi:
pemerintah, kontraktor dan masyarakat.
PT.VAGANZ MINING RHR merupakan salah satu perusahaan pertambangan
golongan C yang mengelola batu andesit di kawasan Indonesia timur yang berlokasi
di Skouw dengan luas front penambangan ±3 Hektar yang menerapkan system
penambangan terbuka dengan metode Quarry.
PT. VAGANZ MINING RHR diharapkan dapat melakukan kegiatan
penambangan Mine Planning cadangan batuan andesit di Skouw Sae, distrik Muara
tami, kota Jayapura, provinsi Papua sehingga dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
termasuk juga untuk pemerintah daerah dan masyarakat sekitarnya.
1.2.1 Maksud
Topografi daerah Kota Jayapura cukup bervariasi, mulai dari daratan, yang
landai sampai berbukit-bukit/gunung, dimana terdapat ±60% daerah tidak layak huni
(non budidaya) karena terdiri dari daerah perbukitan yang terjal dengan kemiringan
diatas 40%, rawa-rawa berstatus konservasi atau hutan lindung. Kota Jayapura berada
pada ketinggian 1 – 700 M di atas permukaan laut (dpl) dan hanya ± 40% lahan yang
layak huni (budidaya) dan hamparan itu sebagian besar di Distrik Muara Tami yang
merupakan wilayah perbatasan dengan Negara PNG. Curah hujan rata-rata 1.500 -
2.500 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara 148 – 175 hari
hujan/tahun. Iklim Kota Jayapura yang karena pengaruh letaknya, maka dapatlah di
kategorikan beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 21°C - 31°C, musim Hujan dan
Musim Kemarau tidak teratur sebagai akibat pengaruh gerakan angina dari antar
Benua Australia dan Asia serta lautan Pasifik dan lautan Hindia. Kelembaban udara
rata-rata bervariasi antara 77% - 82%.
a. Metode Observasi
Observasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalaui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya. Dalam menggunakan metode observasi untuk
penggumpulan data peneliti harus melakukan pengamatan langsung
sekaligus pencatatan terhadap fenomena yang sedang dikumpulkan
informasinya. Metode obsevasi pada penelitian ini digunakan untuk
mengumpukan data-data yang berkaitan dengan pemetaan, kondisi geologi,
luasan area, jumlah dan jenis alat mekanis yang digukan, kondisi geometri
jalan, kondisi geometri lereng, cycle time dari alat yang digunakan, produksi
dan lain-lain.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara (metode interview) adalah suatu proses interaksi dan
komunikasi, guna untuk memperoleh data secara langsung yang dapat
mempermudah dalam menganalisa data penelitian/proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara bertatap
muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara. Pada metode ini data yang di peroleh berupa
kepemilikan lahan penambangan, legalitas, harga jual material, luasan area
penambangan, umur alat mekanis yang digunakan, jumlah karyawan dan lain-
lain.
c. Pengambilan Data Lapangan
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data secara
tertulis, berupa catatan, transkip, arsip, dokumen, buku tentang pendapat
(doktrin), teori, dalil, atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Metode pada penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan latar belakang obyek penelitian
yang didokumentasikan dan kemungkinan dokumen lain yang diperlukan
untuk menunjang data penelitian yang sesuai dengan pokok masalah yang
terdapat di PT.Well Stone yang dijadikan sebagai dasar acuan evaluasi
perencanaan tambang.
1) Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengurusan surat izin pengajuan penelitian,
memperlajari buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun buku panduan
yang tersedia dan berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti.
2) Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan dan
pengukuran langsung di lapangan, seperti: Pemetaan topografi
menggunakan total station, pengukuran geometri lereng, pengukuran over
burden, pengambilan sampel batuan dan pengukuran schmidhammer,
pengukuran geometri jalan, perhitungan cycle time excavator &
dumptruck, uji laboratorium sampel batuan, Jumlah, tipe, dan umur alat
mekanis yang digunakan, harga jual material, dan foto lapangan.
b. Data sekunder
Merupakan data penunjang yang didapat dari arsip dan literatur seperti
literatur-literatur yang berhubungan, seperti: data curah hujan kota
jayapura 5 tahun terakhir, spesifikasi excavator & dumptruck, peta area
penambangan 5 tahun terakhir.
3) Tahap pengolahan dan analisis data
Hasil dari data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus-rumus serta ketentuan-ketentuan yang diperoleh
dari buku-buku literatur dan juga menganalisis data hasil pengolahan dan
perhitungan tersebut sehingga di peroleh sebuah kesimpulan.
4) Tahap penyusunan laporan
Tahapan yang terakhir yaitu penyusunan laporan setelah di dapatkan kesimpulan
dari hasil penelitian dan setelah seluruh rangkain penelitian selesai.
Pelaksanaan studi berlokasi di Skouw Sae, distrik Muara tami kota Jayapura,
Provinsi Papua. Dengan koordinat 2°39'12.59"S, 140°52'30.93"E
Gambar lokasi perusahaan
1.6 Jadwal
- Sebelah Utara :
- Sebelah Timur :
- Sebelah Selatan :
- Sebelah Barat :
Kesampaian daerah penelitian yaitu dari wilayah distrik Heram, Waena menuju ke
lokasi penelitian di distrik Muara tami, kota Jayapura dapat di tempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor ataupun mobil jarak tempuh ± 50 Km dengan
waktu tempuh ± 1 jam perjalanan.
Dengan jumlah usaha yang cukup banyak dan luas lahan yang dikelola cukup
besar maka kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti : kerusakan
dan pencemaran lingkungan sekitar daerah kegiatan, rusaknya daerah-daerah
konservasi dan daerah tangkapan hujan, bencana geologi seperti banjir, gerakan
tanah/longsor dan erosi/sedimentasi dan menurunnya kualitas dan muka air tanah
sehingga menyebabkan berkurangnya debit air permukaan. Untuk meminimalisasi
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka perlu disusun suatu system
pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian yang berwawasan lingkungan.
Kondisi topografi
Topografi daerah Kota Jayapura cukup bervariasi, mulai dari daratan, yang
landai sampai berbukit-bukit/gunung, dimana terdapat ±60% daerah tidak layak huni
(non budidaya) karena terdiri dari daerah perbukitan yang terjal dengan kemiringan
diatas 40%, rawa-rawa berstatus konservasi atau hutan lindung. Kota Jayapura berada
pada ketinggian 1 – 700 M di atas permukaan laut (dpl) dan hanya ± 40% lahan yang
layak huni (budidaya) dan hamparan itu sebagian besar di Distrik Muara Tami yang
merupakan wilayah perbatasan dengan Negara PNG.
Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar
mendatar. Arah umum struktur regional pada batuan sedimen adalah baratlaut-
tenggara, beberapa hampir mendekati barat-baratlaut, timur-tenggara dan utara-
baratlaut; selatan-tenggara terutama pada batuan Tersier. Struktur timur-timurlaut –
baratbaratdaya terdapat pada batuan metamorf dan ultrabasa, sedangkan yang hampir
utara-selatan pada batugamping Kuarter dan juga batuan metamorf. Sejak kala Kapur
sampai Miosen Awal, diperkirakan telah terjadi kegiatan gunungapi bawah laut yang
membentuk Formasi Auwewa. Kegiatan tektonik pada Oligosen Tengah
menyebabkan susut laut dan pada saat tersebut batuan ultramafik, mafik dan
metamorf muncul ke permukaan, sementara kegiatan gunungapi berlangsung terus.
Pada Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah terjadi sedimentasi batugamping
ganggang-koral dan batugamping pelagos tufaan dalam lingkungan laut dangkal-agak
dalam, membentuk Formasi Numbay. Pada Miosen Awal terjadi pengendapan
sedimen turbidit Formasi Makats, yang disusul oleh susut laut pada Pliosen Akhir-
Plistosen. Mulai Plistosen Awal sekeliling “Tinggian Cycloop” terjadi sedimentasi
batugamping terumbu koral dalam lingkungan laut dangkal-laut terbuka agak dalam.
Pengangkatan kuat pada Akhir Plistosen diikuti oleh suatu pelipatan dan penyesaran
yang kuat pada Formasi Jayapura serta mempertajam pelipatan pada Formasi Makats.
Kegiatan pengangkatan pada akhir pembentukan Formasi Jayapura ditandai oleh
adanya julang setinggi 750 meter. Tektonik saat tersebut berpengaruh pada
pembentukan Batuan Campuraduk dan Satuan Endapan Lumpur. Gejala poton yang
masih aktif dan kelurusan yang diduga sesar pada sedimen klastika kasar dan
batugamping koral, serta adanya terumbu terangkat berupa undak, menjadi bukti
tektonika masih aktif (Suwarna dan Noya, 1995).
Satigrafi
Stratigrafi regional daerah penelitian menurut Suwarna dan Noya (1995),
dalam peta Geologi Lembar Jayapura, Pegunungan Cycloops dapat dibagi menjadi
beberapa satuan yang berumur Pra Tersier sampai Kuarter.
Struktur Geologi
Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar mendatar.
Arah umum struktur regional pada batuan sedimen berarah baratlauttenggara, beberapa
hampir mendekati barat baratlaut, timur tenggara dan utarabaratlaut; selatan tenggara
terutama pada batuan tersier. Struktur timur timurlaut, barat baratdaya terdapat pada batuan
malihan dan ultrabasa, sedangkan yang hampir utara selatan pada batugamping kuarter.
Arah umum sumbu lipatan barat baratlaut; timur tenggara. Beberapa sumbuantiklin
tergeserkan oleh sesar mendatar maupun sesar turun. Sesar timur berarahbarat baratlaut-timur
tenggara, timur laut-barat daya, serta hampir utara selatan;menyesarkan batuan berumur
tersier dan kuarter. Sesar naik berarah jurusbaratlaut-tenggara dan melengkung kearah barat-
timur memisahkan malihancycloops dengan satuan batuan ultramafik dan mafik.
2.3 Keadaan daerah penelitian
2.3.1 vegetasi
Kondisi vegetasi PT. VAGANZ MINING RHR pada umumnya yaitu
heterogen yang terdiri dari tumbuhan berupa semak, rumput-rumput serta pohon-
pohon besar.
Iklim di Kota Jayapura adalah tropis basah. Suhu udara rata-rata berkisar 30°C
dengan suhu udara minimum berkisar 29°C dan suhu udara maksimum 31,8°C. Curah
hujan bervariasi antara 45-255 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata antara 148-175
hari hujan/tahun. Kondisi curah hujan di Distrik Muara Tami Curah hujan rata-rata
1.500 - 2.500 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara 148 – 175
hari hujan/tahun. Iklim Kota Jayapura yang karena pengaruh letaknya, maka dapatlah
di kategorikan beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 21°C - 31°C, musim Hujan dan
Musim Kemarau tidak teratur sebagai akibat pengaruh gerakan angina dari antar
Benua Australia dan Asia serta lautan Pasifik dan lautan Hindia. Kelembaban udara
rata-rata bervariasi antara 77% - 82%.
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
3.1 Kondisi Batuan
Batuan Andesit terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900 sampai 1.100
derajat celcius. Mineral-mineral yang dikandung batuan andosit bersifat mikroskopis,
sehingga tak bisa dilihat tanpa batuan mikroskop. material-material itu antara lain
adalah :
Di lapangan, morfologi batuan andesit dapat dikenali dari warna abu-abu yang
dominan sampai merah. Warna ini menandakan kandungan silicanya yang cukup
besar. Ciri morfologi lainnya adalah memiliki pori-pori yang cukup padat dan
struktur yang sangat pejal. Tapi struktur kepadatan batuan andesit masih dibawah
batuan granit
Batuan Andosit berbentuk kristalin. Terdapat beberapa macam kristal mineral pada
batuan andesit. Kristal-kristal ini sudah terbentuk jauh sebelum proses pembekuan
magma terjadi. Karena itu, para ahli geologi bisa mengidentifikasi sejarah perjalanan
magma dari kristalin yang terdapat pada batuan andesit.
Kristal-kristal penyusun batuan andesit memiliki dua ukuran. Perbedaan ukuran ini
terjadi karena magma yang keluar ke permukaan bumi belum sempat terkristal akan
terkristal dengan cepat karena suhu permukaan yang rendah. Hasilnya adalah dua
kristal dengan ukuran yang berbeda. Yaitu :
Walaupun pada umumnya berwarna abu-abu, namun pada kondisi cuaca tertentu,
batuan andosit bisa saja memiliki warna coklat tua. Karena itu untuk
mengidentifikasinya perlu dilakukan pemeriksaan lebih detail. Jika ditemukan ada
batuan yang memiliki ciri morfologi sama dengan batuan andosit tapi belum pasti
akan kandungan kimianya, maka untuk sementara batuan tersebut disebut andesitoid.
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan mineralnya barulah
diputuskan apakah batuan ini benar merupakan batuan andesit atau bukan.
3.6.2 Cadangan
Menurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserves) adalah
bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang dapat
diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hukum dan
kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan mineral biasanya
digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Klasifikasi cadangan di
Amerika menurut US Berau Of Mine and US Geological Survey (USBM and
USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973 sebagai berikut:
X Y Z Titik
486143 9706719 81 P1
486128 9706716 86 P1D1
486117 9706728 87 P1D2
486119 9706734 88 P1D3
486101 9706727 94 P1D4
486086 9706719 98 P1D5
486083 9706733 101 P1D6
486104 9706755 88 P1D7
486071 9706722 102 P1D8
486090 9706747 98 P1D9
486073 9706733 104 P1D10
486084 9706752 101 P1D11
486065 9706735 109 P1D12
486082 9706739 105 P1D13
486072 9706745 110 P1D14
486063 9706762 117 P1D15
486046 9706737 114 P1D16
486039 9706744 118 P1D17
486054 9706762 124 P1D18
486043 9706759 126 P1D19
486034 9706762 131 P1D20
486026 9706761 134 P1D21
486021 9706764 137 P1D22
486052 9706767 126 P1D23
486056 9706855 75 P2
486085 9706752 84 P2D1
486086 9706763 92 P2D2
486097 9706755 92 P2D3
486113 9706750 90 P2D4
486133 9706746 89 P2D5
486107 9706763 95 P2D6
486112 9706767 99 P2D7
486111 9706771 103 P2D8
486139 9706761 96 P2D9
486105 9706777 109 P2D10
486110 9706778 111 P2D11
486104 9706781 114 P2D12
486103 9706782 118 P2D13
486149 9706802 120 P2D14
486103 9706794 129 P2D15
486201 9706794 106 P2D16
486108 9706801 134 P2D17
486177 9706771 98 P2D18
486100 9706804 140 P2D19
486051 9706819 86 P3
485940 9706794 82 P3D1
485947 9706810 89 P3D2
485970 9706821 93 P3D3
485951 9706826 99 P3D4
485990 9706833 97 P3D5
485941 9706825 99 P3D6
486001 9706844 99 P3D7
485946 9706825 101 P3D8
486004 9706849 101 P3D9
485936 9706832 106 P3D10
485967 9706865 112 P3D11
485947 9706838 104 P3D12
485960 9706851 112 P3D13
485945 9706844 109 P3D14
485975 9706857 113 P3D15
485988 9706861 94 P3D16
485992 9706808 83 P3D17
486007 9706845 93 P3D18
486017 9706846 92 P3D19
486050 9706877 93 P4
485959 9706760 77 P4D1
485949 9706765 81 P4D2
485969 9706773 78 P4D3
485948 9706770 85 P4D4
485943 9706784 81 P4D5
485969 9706786 83 P4D6
485965 9706820 89 P4D7
485960 9706800 93 P4D8
485965 9706806 89 P4D9
485960 9706809 93 P4D10
485955 9706814 99 P4D11
485959 9706824 99 P4D12
485950 9706826 107 P4D13
485954 9706825 104 P4D14
485959 9706846 105 P4D15
485970 9706844 99 P4D16
486019 9706851 88 P5
485994 9706798 83 P5D1
485990 9706795 83 P5D2
485981 9706804 88 P5D3
485969 9706805 91 P5D4
485966 9706819 91 P5D5
485963 9706824 93 P5D6
485961 9706787 100 P5D7
485958 9706819 97 P5D8
485953 9706828 100 P5D9
485958 9706805 97 P5D10
485951 9706816 100 P5D11
485994 9706788 80 P5D12
485985 9706787 84 P5D13
485984 9706765 79 P5D14
485944 9706772 114 P6
485945 9706787 114 P6D1
485994 9706790 85 P6D2
485991 9706789 86 P6D3
485987 9706789 88 P6D4
485997 9706799 80 P6D5
485994 9706785 88 P6D6
485991 9706783 90 P6D7
485991 9706805 80 P6D8
485989 9706782 92 P6D9
3.4 Perhitungan sumber daya
Profile 1
103
Elevation
89
75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 2
117
103
Elevation
89
75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN :
7443,2774+7434
x 14,21=¿ 105708,4849m3
2
CROSS SECTION 2 (BB-CC)
Profile 2
117
103
Elevation
89
75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 3
122
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN :
7434,76+6588,88
x 14,21=¿99638,05101 m3
2
CROSS SECTION 3(CC-DD)
Profile 3
122
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 4
127
113
Elevation
99
85
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN:
6588,88+5531
x 14,21=¿86113,71264m3
2
CROSS SECTION 4 (DD-EE)
Profile 4
127
113
Elevation
99
85
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 5
136
122
Elevation
108
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN:
5531,26+7027,68
x 14,21=¿89231,38025 m3
2
CROSS SECTION 5 (EE-FF)
Profile 5
136
122
Elevation
108
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 6
122
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238
Distance
PERHITUNGAN:
7027,68+ 7161,79
x 14,21=¿100816,2483 m3
2
CROSS SECTION 6 (FF-GG)
Profile 6
122
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238
Distance
Profile 7
117
Elevation
103
89
75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN:
7161,79+ 7879,66
x 14,21=¿106869,5832 m3
2
CROSS SECTION 7 (GG-HH)
Profile 7
117
Elevation
103
89
75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 8
126
112
Elevation
98
84
70
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN:
7879,66+8047,56
x 14,21=¿113162,9791m3
2
CROSS SECTION 8 (HH-II)
Profile 8
126
112
Elevation
98
84
70
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 9
122
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252 266
Distance
PERHITUNGAN:
8047,56+4721,22
x 14,21=90722,21032 m3
2
CROSS SECTION 9(II-JJ)
Profile 9
122
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252 266
Distance
Profile 10
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN :
4721,22+4097,88
x 14,21=¿ 62659,74245 m3
2
CROSS SECTION 10(JJ-KK)
Profile 10
108
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
Profile 11
Elevation
94
80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance
PERHITUNGAN:
4097,88+3538,69
x 14,21=¿54257,85614m3
2
JARAK ANTAR
SAYATAN 1 SAYATAN 2 BAGI SAYATAN HASIL
7443,2774 7434,7641 2 14,21 105708,4849
7434,7641 6588,8884 2 14,21 99638,05101
6588,8884 5531,2682 2 14,21 86113,71264
5531,2682 7027,6875 2 14,21 89231,38025
7027,6875 7161,7915 2 14,21 100816,2483
7161,7915 7879,6699 2 14,21 106869,5832
7879,6699 8047,5615 2 14,21 113162,9791
8047,5615 4721,2225 2 14,21 90722,21032
4721,2225 4097,8827 2 14,21 62659,74245
4097,8827 3538,691 2 14,21 54257,85614
TOTAL 909180,2483
1) Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars, dan
sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping dengan
menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.
1) Side hill type adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk
menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya di lereng bukit
atau endapannya berbentuk bukit. Berdasarkan jalan masuk ke permukaan
penambangan side hill type dibedakan menjadi dua yaitu jalan masuk berbentuk
spiral (diterapkan jika seluruh lereng bukit akan digali, yang arah penggaliannya
dilakukan mulai dari bagian atas ke arah bawah) dan jalan masuk langsung
(diterapkan apabila sebagian lereng saja yang akan digali.
c) Untuk meghindari erosi yang mungkin timbul dari tanah pucuk yang
disimpan untuk sementara waktu maka dilakukan penutupan sementara
dengan mulsa dan atau “cover crop” untuk menghindari erosi permukaan
dan kemiringan lereng timbunan akan diupayakan selandai mungkin.
K3 adalah kegiatan tenaga kerja yang berkeahlian khusus yang menjamin dan
mengawasi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang sudah ditetapkan pemerintah.
2. Fasilitas
1) Karyawan Baru
2) Karyawan lama
a) Apabila APD telah rusak maka prosedur distribusi APD juga sama dengan
karyawan baru tetapi perwakilan karyawan tersebut harus membawa APD
yang telah rusak untuk diidentifikasi pihak safety departement sebagai
bukti.
C. Media Komunikasi K3
3. Sertifikasi Keahlian K3
6. Penanggulangan Kebakaran