Anda di halaman 1dari 51

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang
melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nickel, Emas, Perak, Timah, Bijih Besi,
dsb. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki cadangan mineral cukup banyak
adalah Pulau Papua.
Tahapan kegiatan usaha pertambangan meliputi: tahapan kegiatan penyelidikan
umum, tahapan kegiatan eksplorasi dan tahapan kegiatan operasi produksi. Tujuan
akhir tahapan kegiatan eksplorasi adalah menilai kelayakan secara teknis, lingkungan,
K3 dan ekonomi selain menemukan daerah-daerah yang prospek.
Peningkatan status atau tahapan kegiatan hanya dapat dilakukan apabila evaluasi
terhadap tahapan kegiatan sebelumnya layak secara teknis, ekonomis dan lingkungan
untuk dilanjutkan. Pada dasarnya, evaluasi dilakukan oleh stakeholder yang meliputi:
pemerintah, kontraktor dan masyarakat.
PT.VAGANZ MINING RHR merupakan salah satu perusahaan pertambangan
golongan C yang mengelola batu andesit di kawasan Indonesia timur yang berlokasi
di Skouw dengan luas front penambangan ±3 Hektar yang menerapkan system
penambangan terbuka dengan metode Quarry.
PT. VAGANZ MINING RHR diharapkan dapat melakukan kegiatan
penambangan Mine Planning cadangan batuan andesit di Skouw Sae, distrik Muara
tami, kota Jayapura, provinsi Papua sehingga dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
termasuk juga untuk pemerintah daerah dan masyarakat sekitarnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dalam penyusunan laporan ini yaitu :

1.2.1 Maksud

Maksud dari laporan ini adalah agar mahasiswa teknik pertambangan


Universitas Cenderawasi bisa membuat suatu rancangan penambangan dan dapat
merekayasa, membuat serta merencanakan suatu perusahaan tambang.
1.2.2 Tujuan

Tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui kelayakan perusahaan secara teknis.
2. Untuk mengetahui kelayakan perusahaan secara ekonomi
3. Membuat dan merencanakan metode yang akan di pakai untuk menambang
4. Merencanakan kegiatan pasca tambang dan reklamasi.

1.3 Ruang Lingkup

Topografi daerah Kota Jayapura cukup bervariasi, mulai dari daratan, yang
landai sampai berbukit-bukit/gunung, dimana terdapat ±60% daerah tidak layak huni
(non budidaya) karena terdiri dari daerah perbukitan yang terjal dengan kemiringan
diatas 40%, rawa-rawa berstatus konservasi atau hutan lindung. Kota Jayapura berada
pada ketinggian 1 – 700 M di atas permukaan laut (dpl) dan hanya ± 40% lahan yang
layak huni (budidaya) dan hamparan itu sebagian besar di Distrik Muara Tami yang
merupakan wilayah perbatasan dengan Negara PNG. Curah hujan rata-rata 1.500 -
2.500 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara 148 – 175 hari
hujan/tahun. Iklim Kota Jayapura yang karena pengaruh letaknya, maka dapatlah di
kategorikan beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 21°C - 31°C, musim Hujan dan
Musim Kemarau tidak teratur sebagai akibat pengaruh gerakan angina dari antar
Benua Australia dan Asia serta lautan Pasifik dan lautan Hindia. Kelembaban udara
rata-rata bervariasi antara 77% - 82%.

Gambar peta topografi Jayapura


Data awal yang diperlukan yaitu:

1. Peta regional kota jayapura


2. Data koordinat
3. Sketsa
4. Data bahan galian
5. Kepemilikan lahan

1.4 Metode Studi

a. Metode Observasi
Observasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatannya melalaui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan
pancaindra lainnya. Dalam menggunakan metode observasi untuk
penggumpulan data peneliti harus melakukan pengamatan langsung
sekaligus pencatatan terhadap fenomena yang sedang dikumpulkan
informasinya. Metode obsevasi pada penelitian ini digunakan untuk
mengumpukan data-data yang berkaitan dengan pemetaan, kondisi geologi,
luasan area, jumlah dan jenis alat mekanis yang digukan, kondisi geometri
jalan, kondisi geometri lereng, cycle time dari alat yang digunakan, produksi
dan lain-lain.
b. Metode Wawancara
Metode wawancara (metode interview) adalah suatu proses interaksi dan
komunikasi, guna untuk memperoleh data secara langsung yang dapat
mempermudah dalam menganalisa data penelitian/proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara bertatap
muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman wawancara. Pada metode ini data yang di peroleh berupa
kepemilikan lahan penambangan, legalitas, harga jual material, luasan area
penambangan, umur alat mekanis yang digunakan, jumlah karyawan dan lain-
lain.
c. Pengambilan Data Lapangan
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data secara
tertulis, berupa catatan, transkip, arsip, dokumen, buku tentang pendapat
(doktrin), teori, dalil, atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian. Metode pada penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan latar belakang obyek penelitian
yang didokumentasikan dan kemungkinan dokumen lain yang diperlukan
untuk menunjang data penelitian yang sesuai dengan pokok masalah yang
terdapat di PT.Well Stone yang dijadikan sebagai dasar acuan evaluasi
perencanaan tambang.

1.5 Pelaksanaan Studi

Pelaksanaan penelitian perencanaan tambang ini terdiri dari:

1) Tahap persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengurusan surat izin pengajuan penelitian,
memperlajari buku-buku literatur dan buku petunjuk maupun buku panduan
yang tersedia dan berkaitan dengan masalah yang ingin diteliti.
2) Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan pengamatan dan
pengukuran langsung di lapangan, seperti: Pemetaan topografi
menggunakan total station, pengukuran geometri lereng, pengukuran over
burden, pengambilan sampel batuan dan pengukuran schmidhammer,
pengukuran geometri jalan, perhitungan cycle time excavator &
dumptruck, uji laboratorium sampel batuan, Jumlah, tipe, dan umur alat
mekanis yang digunakan, harga jual material, dan foto lapangan.
b. Data sekunder
Merupakan data penunjang yang didapat dari arsip dan literatur seperti
literatur-literatur yang berhubungan, seperti: data curah hujan kota
jayapura 5 tahun terakhir, spesifikasi excavator & dumptruck, peta area
penambangan 5 tahun terakhir.
3) Tahap pengolahan dan analisis data
Hasil dari data yang diperoleh dilapangan kemudian dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus-rumus serta ketentuan-ketentuan yang diperoleh
dari buku-buku literatur dan juga menganalisis data hasil pengolahan dan
perhitungan tersebut sehingga di peroleh sebuah kesimpulan.
4) Tahap penyusunan laporan
Tahapan yang terakhir yaitu penyusunan laporan setelah di dapatkan kesimpulan
dari hasil penelitian dan setelah seluruh rangkain penelitian selesai.

Pelaksanaan studi berlokasi di Skouw Sae, distrik Muara tami kota Jayapura,
Provinsi Papua. Dengan koordinat 2°39'12.59"S, 140°52'30.93"E
Gambar lokasi perusahaan
1.6 Jadwal

Jadwal kegiatan perencanaan


waktu Kegiatan keterangan
- Eknomi alat , cycle time ,
Minggu 1 (1/10) overburden

Minggu 2 (8-9/10) - lereng, pengambilan sampel,


dan pengamatan lingkungan.
Minggu 3 (15-16/10) - Laboratorium
Minggu 4 (22-23/10) - Pemetaan
Minggu 5 (29-30/10) -
Minggu 6 (5-6/11) -
1.7 Diagram Alir
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1 Lokasi dan kesampaiaan daerah

Lokasi penambangan PT. VAGANZ MINING RHR terletak pada 140°52'30.93"


bujur timur dan 2°39'12.59" lintang selatan. Berada di daerah bentang alam berupa
bukit. Secara administratif area penambangan terletak di jalan poros koya tengah,
Skouw sae, distrik muara tami, kota Jayapura, Papua. PT. VAGANZ MINING RHR
berbatasan dengan :

- Sebelah Utara :
- Sebelah Timur :
- Sebelah Selatan :
- Sebelah Barat :
Kesampaian daerah penelitian yaitu dari wilayah distrik Heram, Waena menuju ke
lokasi penelitian di distrik Muara tami, kota Jayapura dapat di tempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor ataupun mobil jarak tempuh ± 50 Km dengan
waktu tempuh ± 1 jam perjalanan.

Gambar kesampaian daerah penelitian


2.2 Keadaan geologi

Kota Jayapura memiliki potensi bahan galian golongan B dan golongan C.


golongan B diantaranya berupa pasir besi yang terdapat di waena, angkasa dan Base-
G dengan luasan ± 8.000 ha; dan nikel yang terdapat di sepanjang kaki pengunungan
cycloop dengan luasan ± 18.000 ha. Golongan C diantaranya adalah batu
gamping/batu karang yang terbesar di daerah entrop, polimak, tanah hitam, koyo
koso, koya barat, moso dan koya tengah; pasir dan batu (sirtu) tersebar di daerah pasir
II, waena, padang bulan dan yoka dengan luas keseluruhan ± 32.000 ha; bentonit
terdapat di daerah Nafri dengan luasan ± 1000 ha, tanah liat/batu lempung terdapat di
daerah Nafri, Koya Timur, Koya Barat, Koya Tengah, Holtekamp dan Koya Koso
dengan luasan ± 28.000 ha; dan pasir besi terdapat di daerah angkasa dan waena
dengan luasan ± 12.000 ha. Bahan galian ini tersebar sesuai dengan kondisi geologi
(morfologi, stratigrafi dan struktur geologi) daerah Kota Jayapura. Eksploitasi bahan
galian golongan B dan C di Kota Jayapura telah dilakukan oleh perorangan maupun
perusahaan berbadan hokum, namun kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota
Jayapura dan pengelolaan lingkungan tambang belum optimal.

Dengan jumlah usaha yang cukup banyak dan luas lahan yang dikelola cukup
besar maka kegiatan ini berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti : kerusakan
dan pencemaran lingkungan sekitar daerah kegiatan, rusaknya daerah-daerah
konservasi dan daerah tangkapan hujan, bencana geologi seperti banjir, gerakan
tanah/longsor dan erosi/sedimentasi dan menurunnya kualitas dan muka air tanah
sehingga menyebabkan berkurangnya debit air permukaan. Untuk meminimalisasi
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, maka perlu disusun suatu system
pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian yang berwawasan lingkungan.

 Geografis kota Jayapura

Kota Jayapura yang terletak di timur Indonesia merupakan pusat permukiman


terpadat di Provinsi Papua. Dengan luas wilayah hanya 940 km2, kota ini harus
menampung penduduk 256,705 jiwa dengan tingkat pertumbuhan per tahun mencapai
4,41% per tahun. Sekitar 94,5% penduduk Kota Jayapura terpusat di bagian barat
kota yang hanya mencakup 33,33% dari luas wilayah. Kota Jayapura terletak di
bagian utara Provinsi Papua pada 1°28’17,26”-3°58’0,82” Lintang Selatan dan
137°34’10,6“–141°0’8,22” Bujur Timur. Secara Geografis, Kota Jayapura terdiri dari
5 (lima) distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik
Abepura dengan, Distrik Heram dan Distrik Muara Tami. Luas wilayah administrasi
Kota Jayapura adalah 940 km2.

- Bagian Utara : Samudera Pasifik


- Bagian Barat :Kab. Jayapura
- Bagian Selatan : Kabupaten Keerom
- Bagian Timur : Negara Papua New Guinea (PNG).

Kondisi topografi

Topografi daerah Kota Jayapura cukup bervariasi, mulai dari daratan, yang
landai sampai berbukit-bukit/gunung, dimana terdapat ±60% daerah tidak layak huni
(non budidaya) karena terdiri dari daerah perbukitan yang terjal dengan kemiringan
diatas 40%, rawa-rawa berstatus konservasi atau hutan lindung. Kota Jayapura berada
pada ketinggian 1 – 700 M di atas permukaan laut (dpl) dan hanya ± 40% lahan yang
layak huni (budidaya) dan hamparan itu sebagian besar di Distrik Muara Tami yang
merupakan wilayah perbatasan dengan Negara PNG.

Geomorfologi regiona kota Jayapura

Dicirikan oleh batuan-batuan sedimen dan batuan gunungapi yang beralaskan


batuan-batuan metamorfosa dan ultrabasa. Mandala ini menempati bagian utara
wilayah Papua (Visser dan Hermes, 1962).

Struktur dan Tektonik

Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar
mendatar. Arah umum struktur regional pada batuan sedimen adalah baratlaut-
tenggara, beberapa hampir mendekati barat-baratlaut, timur-tenggara dan utara-
baratlaut; selatan-tenggara terutama pada batuan Tersier. Struktur timur-timurlaut –
baratbaratdaya terdapat pada batuan metamorf dan ultrabasa, sedangkan yang hampir
utara-selatan pada batugamping Kuarter dan juga batuan metamorf. Sejak kala Kapur
sampai Miosen Awal, diperkirakan telah terjadi kegiatan gunungapi bawah laut yang
membentuk Formasi Auwewa. Kegiatan tektonik pada Oligosen Tengah
menyebabkan susut laut dan pada saat tersebut batuan ultramafik, mafik dan
metamorf muncul ke permukaan, sementara kegiatan gunungapi berlangsung terus.
Pada Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah terjadi sedimentasi batugamping
ganggang-koral dan batugamping pelagos tufaan dalam lingkungan laut dangkal-agak
dalam, membentuk Formasi Numbay. Pada Miosen Awal terjadi pengendapan
sedimen turbidit Formasi Makats, yang disusul oleh susut laut pada Pliosen Akhir-
Plistosen. Mulai Plistosen Awal sekeliling “Tinggian Cycloop” terjadi sedimentasi
batugamping terumbu koral dalam lingkungan laut dangkal-laut terbuka agak dalam.
Pengangkatan kuat pada Akhir Plistosen diikuti oleh suatu pelipatan dan penyesaran
yang kuat pada Formasi Jayapura serta mempertajam pelipatan pada Formasi Makats.
Kegiatan pengangkatan pada akhir pembentukan Formasi Jayapura ditandai oleh
adanya julang setinggi 750 meter. Tektonik saat tersebut berpengaruh pada
pembentukan Batuan Campuraduk dan Satuan Endapan Lumpur. Gejala poton yang
masih aktif dan kelurusan yang diduga sesar pada sedimen klastika kasar dan
batugamping koral, serta adanya terumbu terangkat berupa undak, menjadi bukti
tektonika masih aktif (Suwarna dan Noya, 1995).

 Satigrafi
Stratigrafi regional daerah penelitian menurut Suwarna dan Noya (1995),
dalam peta Geologi Lembar Jayapura, Pegunungan Cycloops dapat dibagi menjadi
beberapa satuan yang berumur Pra Tersier sampai Kuarter.

1. Kelompok Malihan Cycloops (pTmc).


Terdiri dari sekis, spot gneis, filit, amphibolit, unakit, batu pualam, aktinolit, dan
hornfels. Mengandung urat-urat kuarsa setebal 50 cm, setempat mineral sulfida akibat
terobosan granit sebelum sekis mengalami alih tempat.
2. Batuan ultramafik (um).
Kelompok batuan ini tersusun atas harsburgit, serpentinit, piroksenit dan dunit.
Hasburgit mempunyai ukuran menengah sampai kasar, mineral utama olivin sebagian
mengalami ubahan menjadi antigorit dan orthopiroksin.
3. Batuan Mafik (m).
Kelompok batuan ini terdiri dari Gabro dan Diorit. Gabro sebagian sudah teruralitkan,
terbreksikan banyak mengandung plagioklas dan ortho-klinopiroksen, tremolit-
aktinolit yang merupakan hasil ubahan piroksen, olivin mengandung inklusi piroksen.
4. Formasi Auwewa (Tema).
Formasi ini tersusun atas lava basal, diabas dan andesit, aglomerat, breksi gunung api,
tuff, sisipan batugamping, grewek dan tuff pasiran gampingan. Lava basal banyak
terdapat kekar lapis, bentukan lava berupa lava bantal dan amigdaloid, banyak
mengandung plagioklas dan gelas, piroksen dan sedikit mineral bijih, sebagian berupa
spilit.
5. Formasi Nubai (Tomn).
Terdiri dari batugamping bersisipian biomikrit, napal, batupasir halus, grewak
batugamping tufan, tuf; setempat bersisipan kalkarenit dan kalsipelit. Batugamping
dan biomikrit, berlapis baik; jelek;
fosil Lepidocyclina sp., Spiroclypeus., Amphistegina sp., Elphidium sp., Globorotalia
sp., Globigerina sp., ganggang moluska, dan koral, umur Oligosen-Miosen Awal (Te
bawah atas). Batupasir halus, sisipan tebal 15 cm.
6. Formasi Makats (Tmm).
Terdiri dari berselingan dengan batulanau dan batulempung, sisipan napal dan
konglomerat, lensa dan buncak batugamping; bagian bawah bersisipan tuf dan breksi
gunungapi. Greywacke, setempat gampingan, urat kalsit mengisi rekahan sampai 0,5
cm; struktur lapisan bersusun, lapisan sejajar, silang siur dan lapisan perulangan.
7. Formasi Jayapura (Qpj).
Terdiri dari batugamping koral-ganggang, kalsirudit, kalkarenit; setempat
batugamping kapuran, batugamping napalan dan napal, berlapis jelek, setempat
berstuktur terumbu; setempat berselingan dengan batugamping pelagos. Fosil
foraminifera kecil bentos dan pelagos, koral, moluska dan ganggang. Umur satuan
Plistosen.
8. Kipas Aluvium (Qf).
Terdiri dari aluvium kasar dan konglomerat, terpilah buruk. Terdiri terutama dari
pasir, kerakal, dan kerikil batuan ultramafik dan malihan.
9. Aluvium & Endapan Pantai (Qa).
Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur di lingkungan rawa dan pantai,
mengandung pecahan batugamping koral resen.

 Struktur Geologi
Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar mendatar.
Arah umum struktur regional pada batuan sedimen berarah baratlauttenggara, beberapa
hampir mendekati barat baratlaut, timur tenggara dan utarabaratlaut; selatan tenggara
terutama pada batuan tersier. Struktur timur timurlaut, barat baratdaya terdapat pada batuan
malihan dan ultrabasa, sedangkan yang hampir utara selatan pada batugamping kuarter.
Arah umum sumbu lipatan barat baratlaut; timur tenggara. Beberapa sumbuantiklin
tergeserkan oleh sesar mendatar maupun sesar turun. Sesar timur berarahbarat baratlaut-timur
tenggara, timur laut-barat daya, serta hampir utara selatan;menyesarkan batuan berumur
tersier dan kuarter. Sesar naik berarah jurusbaratlaut-tenggara dan melengkung kearah barat-
timur memisahkan malihancycloops dengan satuan batuan ultramafik dan mafik.
2.3 Keadaan daerah penelitian

Keadaan daerah PT. VAGANZ MINING RHR berdarada di kota jayapura,


distrik Muara tami, Papua.

2.3.1 vegetasi
Kondisi vegetasi PT. VAGANZ MINING RHR pada umumnya yaitu
heterogen yang terdiri dari tumbuhan berupa semak, rumput-rumput serta pohon-
pohon besar.

2.3.2 Flora dan Fauna


Tumbuhan dan hewan yang berada di sekitar wilayah penambangan PT.
VAGANZ MINING RHR bermacam-macam mulai dari tanaman yang berukuran
kecil sampai besar sedangkan untuk hewan mulai dari burung sampai hewan-
hewan kecil.

2.4 Tata guna lahan dan penduduk


2.5 Iklim

Iklim di Kota Jayapura adalah tropis basah. Suhu udara rata-rata berkisar 30°C
dengan suhu udara minimum berkisar 29°C dan suhu udara maksimum 31,8°C. Curah
hujan bervariasi antara 45-255 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata antara 148-175
hari hujan/tahun. Kondisi curah hujan di Distrik Muara Tami Curah hujan rata-rata
1.500 - 2.500 mm/tahun dan jumlah hari hujan rata-rata bervariasi antara 148 – 175
hari hujan/tahun. Iklim Kota Jayapura yang karena pengaruh letaknya, maka dapatlah
di kategorikan beriklim tropis, dengan suhu rata-rata 21°C - 31°C, musim Hujan dan
Musim Kemarau tidak teratur sebagai akibat pengaruh gerakan angina dari antar
Benua Australia dan Asia serta lautan Pasifik dan lautan Hindia. Kelembaban udara
rata-rata bervariasi antara 77% - 82%.
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
3.1 Kondisi Batuan
Batuan Andesit terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900 sampai 1.100
derajat celcius. Mineral-mineral yang dikandung batuan andosit bersifat mikroskopis,
sehingga tak bisa dilihat tanpa batuan mikroskop. material-material itu antara lain
adalah :

 Silika (SiO2), dengan jumlah antara 52-63 %


 Kuarsa, dengan jumlah sekitar 20 %
 biotite
 Basalt
 Feltise
 Plagiocase feldspar
 pyroxene (clinopyroxene dan orthopyroxene)
 hornblende dengan persentase sangat kecil

Di lapangan, morfologi batuan andesit dapat dikenali dari warna abu-abu yang
dominan sampai merah. Warna ini menandakan kandungan silicanya yang cukup
besar. Ciri morfologi lainnya adalah memiliki pori-pori yang cukup padat dan
struktur yang sangat pejal. Tapi struktur kepadatan batuan andesit masih dibawah
batuan granit

Batuan Andosit berbentuk kristalin. Terdapat beberapa macam kristal mineral pada
batuan andesit. Kristal-kristal ini sudah terbentuk jauh sebelum proses pembekuan
magma terjadi. Karena itu, para ahli geologi bisa mengidentifikasi sejarah perjalanan
magma dari kristalin yang terdapat pada batuan andesit.

Kristal-kristal penyusun batuan andesit memiliki dua ukuran. Perbedaan ukuran ini
terjadi karena magma yang keluar ke permukaan bumi belum sempat terkristal akan
terkristal dengan cepat karena suhu permukaan yang rendah. Hasilnya adalah dua
kristal dengan ukuran yang berbeda. Yaitu :

 fenokris. adalah kristal besar yang sudah terbentuk perlahan-lahan sejak di


bawah permukaan bumi
 groundmass, adalah kristal berukuran kecil yang terbentuk dengan cepat di
permukaan.
Pada umumnya, jenis kristal-kristal dalam batuan andesit seragam (Fenokris saja atau
Groundmass saja). Namun ada kejadian dimana, batuan andesit mengandung
keduanya, baik fenokris maupun groundmass. Batuan andosit dengan ciri-ciri seperti
ini disebut Andosit Porfiri.

Walaupun pada umumnya berwarna abu-abu, namun pada kondisi cuaca tertentu,
batuan andosit bisa saja memiliki warna coklat tua. Karena itu untuk
mengidentifikasinya perlu dilakukan pemeriksaan lebih detail. Jika ditemukan ada
batuan yang memiliki ciri morfologi sama dengan batuan andosit tapi belum pasti
akan kandungan kimianya, maka untuk sementara batuan tersebut disebut andesitoid.
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan mineralnya barulah
diputuskan apakah batuan ini benar merupakan batuan andesit atau bukan.

3.2 Sumber daya dan Cadangan


3.6.1 Sumber daya
Segala sesuatu yang ada di alam (berkaitan dengan mineral). Dimana
sebagian darinya bisa diekstrak secara ekonomis.

- terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung dari


pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan,
sedangkan kadarnya diperoleh dari hasil analisa contoh. Jarak titik-
titik pengambilan contoh dan pengukuran sangat dekat dan
terperinci, sehingga model geologi endpan mineral dapat diketahui
dengan jelas. Struktur, jenis , komposisi, kadar, ketebalan,
kedudukan, dan kelanjutan endapan mineral serta batas
penyebarannya dapat ditentukan dengan tepat. Batas kesalahan
perhitungan baik kuantitas maupun kualitas tidak boleh lebih dari
20%.
- terkira adalah cadangan yang jumlah tonase dan kadarnya sebagian
diperoleh dari hasil perhitungan pemercontohan dan sebagian lagi
dihitung sebagai proyeksi untuk jarak tertentu berdasarkan keadaan
geologi setempat titik-titik pemercontoh dan pengukuran jaraknya
tidak perlu rapat sehingga struktur, kadar, ketebalan, kedudukan,
dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya belum
dapat dihitung secara tepat dan baru disimpulkan/dinyatakan
berdasar indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun kualitas
20% - 40%.
- terduga adalah cadangan yang diperhitungkan kuantitasnya
berdasarakan pengetahuan geologi, kelanjutan endapan mineral,
serta batas dari penyebaran. Ini diperhitungkan dari beberapa titik
contoh, sebagian besar perhitungannya didasarkan kepada kadar
dan kelanjutan endapan mineral yang mempunyai ciri endapan
sama. Toleransi penyimpangan kesalahan terhadap perhitungan
cadangan adalah 60%.

3.6.2 Cadangan
Menurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserves) adalah
bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang dapat
diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hukum dan
kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan mineral biasanya
digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Klasifikasi cadangan di
Amerika menurut  US Berau Of Mine and US Geological Survey (USBM and
USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973  sebagai berikut:

- Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral


terunjuk dan sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.
- Cadangan Terbukti (Proved Recerve) adalah sumber daya mineral
terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor
yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat
dilakukan secara ekonomis.
3.3 Data Lapangan

X Y Z Titik
486143 9706719 81 P1
486128 9706716 86 P1D1
486117 9706728 87 P1D2
486119 9706734 88 P1D3
486101 9706727 94 P1D4
486086 9706719 98 P1D5
486083 9706733 101 P1D6
486104 9706755 88 P1D7
486071 9706722 102 P1D8
486090 9706747 98 P1D9
486073 9706733 104 P1D10
486084 9706752 101 P1D11
486065 9706735 109 P1D12
486082 9706739 105 P1D13
486072 9706745 110 P1D14
486063 9706762 117 P1D15
486046 9706737 114 P1D16
486039 9706744 118 P1D17
486054 9706762 124 P1D18
486043 9706759 126 P1D19
486034 9706762 131 P1D20
486026 9706761 134 P1D21
486021 9706764 137 P1D22
486052 9706767 126 P1D23
486056 9706855 75 P2
486085 9706752 84 P2D1
486086 9706763 92 P2D2
486097 9706755 92 P2D3
486113 9706750 90 P2D4
486133 9706746 89 P2D5
486107 9706763 95 P2D6
486112 9706767 99 P2D7
486111 9706771 103 P2D8
486139 9706761 96 P2D9
486105 9706777 109 P2D10
486110 9706778 111 P2D11
486104 9706781 114 P2D12
486103 9706782 118 P2D13
486149 9706802 120 P2D14
486103 9706794 129 P2D15
486201 9706794 106 P2D16
486108 9706801 134 P2D17
486177 9706771 98 P2D18
486100 9706804 140 P2D19
486051 9706819 86 P3
485940 9706794 82 P3D1
485947 9706810 89 P3D2
485970 9706821 93 P3D3
485951 9706826 99 P3D4
485990 9706833 97 P3D5
485941 9706825 99 P3D6
486001 9706844 99 P3D7
485946 9706825 101 P3D8
486004 9706849 101 P3D9
485936 9706832 106 P3D10
485967 9706865 112 P3D11
485947 9706838 104 P3D12
485960 9706851 112 P3D13
485945 9706844 109 P3D14
485975 9706857 113 P3D15
485988 9706861 94 P3D16
485992 9706808 83 P3D17
486007 9706845 93 P3D18
486017 9706846 92 P3D19
486050 9706877 93 P4
485959 9706760 77 P4D1
485949 9706765 81 P4D2
485969 9706773 78 P4D3
485948 9706770 85 P4D4
485943 9706784 81 P4D5
485969 9706786 83 P4D6
485965 9706820 89 P4D7
485960 9706800 93 P4D8
485965 9706806 89 P4D9
485960 9706809 93 P4D10
485955 9706814 99 P4D11
485959 9706824 99 P4D12
485950 9706826 107 P4D13
485954 9706825 104 P4D14
485959 9706846 105 P4D15
485970 9706844 99 P4D16
486019 9706851 88 P5
485994 9706798 83 P5D1
485990 9706795 83 P5D2
485981 9706804 88 P5D3
485969 9706805 91 P5D4
485966 9706819 91 P5D5
485963 9706824 93 P5D6
485961 9706787 100 P5D7
485958 9706819 97 P5D8
485953 9706828 100 P5D9
485958 9706805 97 P5D10
485951 9706816 100 P5D11
485994 9706788 80 P5D12
485985 9706787 84 P5D13
485984 9706765 79 P5D14
485944 9706772 114 P6
485945 9706787 114 P6D1
485994 9706790 85 P6D2
485991 9706789 86 P6D3
485987 9706789 88 P6D4
485997 9706799 80 P6D5
485994 9706785 88 P6D6
485991 9706783 90 P6D7
485991 9706805 80 P6D8
485989 9706782 92 P6D9
3.4 Perhitungan sumber daya

CROSS SECTION 1 (AA-BB)

Profile 1

103
Elevation

89

75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 2
117

103
Elevation

89

75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN :

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

7443,2774+7434
x 14,21=¿ 105708,4849m3
2
CROSS SECTION 2 (BB-CC)

Profile 2
117

103
Elevation

89

75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 3
122

108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN :

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

7434,76+6588,88
x 14,21=¿99638,05101 m3
2
CROSS SECTION 3(CC-DD)

Profile 3
122

108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 4
127

113
Elevation

99

85
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN:

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

6588,88+5531
x 14,21=¿86113,71264m3
2
CROSS SECTION 4 (DD-EE)

Profile 4
127

113
Elevation

99

85
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 5
136

122
Elevation

108

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN:

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

5531,26+7027,68
x 14,21=¿89231,38025 m3
2
CROSS SECTION 5 (EE-FF)

Profile 5
136

122
Elevation

108

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 6
122

108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238
Distance

PERHITUNGAN:

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

7027,68+ 7161,79
x 14,21=¿100816,2483 m3
2
CROSS SECTION 6 (FF-GG)

Profile 6
122

108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238
Distance

Profile 7
117
Elevation

103

89

75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN:

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

7161,79+ 7879,66
x 14,21=¿106869,5832 m3
2
CROSS SECTION 7 (GG-HH)

Profile 7
117
Elevation

103

89

75
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 8
126

112
Elevation

98

84

70
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN:

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

7879,66+8047,56
x 14,21=¿113162,9791m3
2
CROSS SECTION 8 (HH-II)

Profile 8
126

112
Elevation

98

84

70
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 9
122

108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252 266
Distance

PERHITUNGAN:

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

8047,56+4721,22
x 14,21=90722,21032 m3
2
CROSS SECTION 9(II-JJ)

Profile 9
122

108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252 266
Distance

Profile 10
108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN :

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

4721,22+4097,88
x 14,21=¿ 62659,74245 m3
2
CROSS SECTION 10(JJ-KK)

Profile 10
108
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

Profile 11
Elevation

94

80
0 14 28 42 56 70 84 98 112 126 140 154 168 182 196 210 224 238 252
Distance

PERHITUNGAN:

Luas Penampang 1+ Luas Penampang 2


x Jarak Antar Sayatan
2

4097,88+3538,69
x 14,21=¿54257,85614m3
2
JARAK ANTAR
SAYATAN 1 SAYATAN 2 BAGI SAYATAN HASIL
7443,2774 7434,7641 2 14,21 105708,4849
7434,7641 6588,8884 2 14,21 99638,05101
6588,8884 5531,2682 2 14,21 86113,71264
5531,2682 7027,6875 2 14,21 89231,38025
7027,6875 7161,7915 2 14,21 100816,2483
7161,7915 7879,6699 2 14,21 106869,5832
7879,6699 8047,5615 2 14,21 113162,9791
8047,5615 4721,2225 2 14,21 90722,21032
4721,2225 4097,8827 2 14,21 62659,74245
4097,8827 3538,691 2 14,21 54257,85614
TOTAL 909180,2483

BERAT JENIS 2,8


TONASE 2545704,695
Bab IV
RENCANA PENAMBANGAN
4.1 Pemilihan Metode Penambangan
4.1.1 Sistem Penambangan
Dalam dunia pertambangan sistem penambangan menjadi sangat penting
karena akan menjadi tolak ukur untuk mendapatkan keuntungan baik dari segi
teknis maupun ekonomi. Penentuan sistem penambangan yang salah akan
menimbulkan banyak masalah dan kerugian yang akan dialami oleh suatu
perusahaan, oleh karena itu penentuan sistem penambangan dipengaruhi oleh
beberapa faktor sehingga diperlukan tingkat ketelitian dan perhitungan yang baik
dalam proses penentuannya. Saat ini sistem penambangan yang dikenal ada 3
yaitu :

4.1.1.1 Tambang Terbuka (Surface Mining)


Tambang terbuka merupakan satu dari dua sistem penambangan yang
dikenal, yaitu Tambang terbuka dimana segala kegiatan atau aktivitas
penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat permukaan bumi dan
tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia luar.

Pada prinsipnya tambang terbuka dapat digolongkan ke dalam empat


golongan :
a. Open pit/Open mine/Open cut/Open cast.
Adalah tambang terbuka yang diterpakan pada penambangan ore
(bijih). Misalnya nikel, tembaga, dan lain-lain.
b. Strip Mine.
Penerapan khusus endapan horizontal/sub-horizontal terutama untuk
batubara, dapat juga endapan garam yang mendatar. Contoh tambang
batubara
c. Quarry
AdalahTambang terbuka yang diterapkan pada endapan mineral
industri (industrial mineral).
d. Alluvial Mine
Dapat dikatakan sebagai “placer Mining” ataupun di Australia
disebut “Beach-mine” yaitu cara penambangan untuk endapan placer
atau alluvial.
Secara garis besar, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan
kegiatan penambangan dibagi dalam dua kategori, yaitu faktor teknis dan
faktor ekonomi.

a. Kajian Secara Teknis

Unsur unsur teknis yang perlu mendapat perhatian dalam


pelaksanaan aktifitas kegiatan kerja sebuah proyek penambangan
meliputi :
 Kondisi Umum tempat proyek dilaksanakan
Kondisi Kondisi tempat kerja yang perlu diperhatikan adalah
meliputi kondisi geologi, topografi, iklim dan sosial Budaya.
Keadaan umum tersebut mutlak diperhitungkan guna
menentukan penjadwalan waktu kegiatan dan yang utama sekali
menetapkan efesiensi kerja kerja efektif dari pelaksanaan proyek
tersebut.
 Sarana perlengkapan peralatan kerja
Jenis perlengkapan dan peralatan kerja disesuaikan dengan
kondisi tempat kerja, maksud pekerjaan, kapasitas produksi, dan
efektivitas kerja yang diinginkan. Cara pengadaanya
diperhitungkan dengan umur produksi dan efektifitas kerja dan
ketersediaan modal kerja yang di miliki.
 Metode Pelaksanaan kerja
Dalam proyek ini pelaksanaan kegiatan pembongkaran material
dilakukan dengan peledakan. Metode tersebut dipilih mengingat
jenis materialnya memilki kekerasan yang cukup tinggi, fraksi
material yang lepas yang sasaran produksinya telah ditentukan.
b. Kajian Secara Ekonomis
Kajian secara ekonomis dimaksudkan untuk mengetahui sebuah
proyek penambangan memperoleh keuntungan atau tidak. Dalam
perhitungan aliran uang diperhatikan beberapa faktor yang
berpengaruh dalam situasi ekonomi.

4.1.1.2 Tambang Bawah Tanah (Underground Mine).


Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral
yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral
tersebut. Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti
emas, tembaga, seng, nikel, dan timbal. Karena letak cadangan yang
umumnya berada jauh dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat untuk
mencapai lokasi cadangan.

4.1.1.3 Tambang bawah Air (Underwater Mine)


Penambangan bawah laut adalah proses pengambilan mineral yang relatif
baru yang dilakukan di lantai samudra. Situs penambangan samudra
biasanya berada di sekitar kawasan nodul polimetalik atau celah hidrotermal
aktif dan punah pada kedalaman 1.400 - 3.700 meter di bawah permukaan
laut. Celah tersebut menciptakan deposit sulfida, yang berisikan logam
mulia seperti perak, emas,tembaga, mangan, kobalt, dan seng. Deposit
tersebut ditambang menggunakan pompa hidrolik atau sistem ember yang
mengangkut bijih ke permukaan untuk diproses. Mengenai operasi
penambangan, penambangan bawah laut memunculkan pertanyaan
mengenai kerusakan lingkungan terhadap daerah sekitar.
4.1.2Penentuan Sistem Penambangan PT. AMCON
PT. VAGANZ MINING RHR adalah perusahaan yang bergerak dalam
pengelolaan bahan galian batua. Sebagai hasil dari perhitungan (BESR I, BESR
II) dalam penentuan sistem penambangan yang akan digunakan maka di ketahui
bahwa sistem penambangan yang digunakan adalah tambang terbuka serta
keuntungan yang akan diperoleh. Sistem Tambang Terbuka secara teknis di bagi
dalam 3 bagian yaitu :

4.1.2.1 Open pit / Open cut / Open cast / Open mine


Open pit / Open cut / Open cast / Open mine adalah tambang terbuka yang
diterapkan untuk menambang endapan endapan bijih (ore), perbedaan open pit
dengan open cut / open cast / open mine adalah arah penggaliannya. Disebut
open pit apabila penambangannya dilakukan dari permukaan relatif datar menuju
ke arah bawah di mana endapan bijih tersebut berada. Disebut open cut / open
cast / open mine apabila penggalian endapan bijih dilakukan pada suatu lereng
bukit. Perbedaan open pit dan open cast juga dilihat dari pemindahan tanah
penutupnya. Pada open pit, tanah penutup dikupas dan dipindahkan ke suatu
daerah pembuangan yang tidak ada endapan di bawahnya, sedangkan pada open
cast tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan, tetapi dibuang ke
daerah bekas tambang yang berbatasan. Penambangan dengan cara open pit
adalah penambangan terbuka yang dilakukan untuk menggali endapan-endapan
bijih metal seperti endapan bijih nikel, endapan bijih besi, endapan bijih
tembaga, dan sebagainya. Penambangan dengan cara open pit biasanya dilakukan
untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau daerah
lembah. Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk cekungan
atau pit. Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan
dan topografinya.

Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua) macam, yaitu :

1) Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars, dan
sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping dengan
menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.

2) Cara inkonvensional atau cara tak langsung adalah cara pengangkutan


hasil galian / peledakan ke tempat dumping dengan menggunakan cara
kombinasi alat-alat angkut. Misalnya dari permuka/medan kerja (front) ke tempat
crusher digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke loading point; dari
sini diangkut ke ore bin dengan memakai belt conveyor, dan akhirnya diangkut
ke luar tambang dengan cage. Penambangan dengan cara open cast hampir sama
dengan cara penambangan open pit. Namun, teknik penambangan ini dilakukan
untuk daerah lereng bukit. Medan kerja yang digali dari arah bawah ke atas atau
sebaliknya (side hill type). Bentuk tambang dapat pula melingkari bukit atau
undakan, hal tersebut tergantung dari letak endapan penambangan yang
diinginkan. Cara pengangkutan endapan bijih atau mineral pada metode ini sama
dengan pengangkutan yang dilakukan pada metode open pit.

4.1.2.2 Quarry (kuari)


Quarry (kuari) adalah jenis tambang terbuka yang ditetapkan untuk
menambang endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri,
misalnya penambangan batu gamping, marmer, granit, andesit, dll. Berdasarkan
letak endapan yang digali atau arah penambangannya, kuari dibagi menjadi 2
golongan yaitu:

1) Side hill type adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk
menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya di lereng bukit
atau endapannya berbentuk bukit. Berdasarkan jalan masuk ke permukaan
penambangan side hill type dibedakan menjadi dua yaitu jalan masuk berbentuk
spiral (diterapkan jika seluruh lereng bukit akan digali, yang arah penggaliannya
dilakukan mulai dari bagian atas ke arah bawah) dan jalan masuk langsung
(diterapkan apabila sebagian lereng saja yang akan digali.

2) Pit type adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk


menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya pada suatu
daerah yang relatif mendatar. Berdasarkan jalan masuk ke permukaan kerjanya
pit type memiliki tiga kemungkinan jalan masuk diantaranya jalan masuk
berbentuk spiral (apabila bentuk endapan yang akan ditambang kurang lebih
bulat atau lonjong), jalan masuk langsung (apabila bentuk endapan yang akan
ditambang kurang memanjang atau persegi) dan jalan masuk zig-zag (dimana
bentuk endapan yang ditambang hampir sama untuk jalan masuk langsung).
Bentuk bentuk dasar kuari di atas disesuaikan dengan keadaan dan bentuk
endapan serta topografi daerahnya.

Keuntungan penambangan dengan cara ini adalah :

1. Dapat diusahakan adanya cara penirisan alamiah dengan membuat medan


kerja sedikit miring ke arah luar dan di tepi jalan masuk dibuatkan saluran air.
2. Alat-angkut bermuatan bergerak ke arah bawah yang berarti mendapat bantuan
gaya gravitasi, dengan demikian waktu pengangkutannya (cycle time) menjadi
lebih singkat. Sementara kerugian yang didapat jika menggunakan proses
penambangan ini adalah : 1. Meterial penutup harus dikupas dan dibuang
sekaligus sebelum penambangan dilakukan, berarti diperlukan modal yang besar
untuk mengongkosi pengupasan material penutup. 2. Karena jalan masuknya
miring, bila pengemudi-pengemudi alat-alat angkut kurang hatihati karena ingin
dapat premi produksi, maka hal ini akan dapat menyebabkan kecelakaan,
terutama pada jalan masuk yang berbentuk spiral.

4.1.2.3 Strip Mine


merupakan penambangan terbuka yang dilakukan untuk endapan-endapan
yang letaknya mendatar atau sedikit miring. Dalam metode ini yang harus
diperhitungkan adalah cara nisbah penguapan (stripping ratio) dari endapan yang
akan ditambang, yaitu perbandingan banyaknya volume tanah penutup (m3 atau
BCM) yang harus dikupas untuk mendapatkan 1 ton endapan. Cara ini sering
diterapkan pada penambangan batubara, atau endapan garam-garam.

4.2 Land Clearing


4.3 Permodelan, Geometri lereng
4.3.1 Perhitungan Permodelan

No Tahun Produksi Volume (m3)

1 Tahaun Pertama 175.639

2 Tahun keDua 175.728

3 Tahun keTiga 175.728

4 Tahun keEmpat 119.815


Volume Total 646.454

4.3.2 Geometri Lereng


4.4 Jalan Tambang
4.5 Target Produksi
4.6 Layout

4.7 Peralatan Tambang (Pemilihan Alat)


BAB V FASILITAS PENUNJANG DAN INFRASTRUKTUR
5.1 kantor
5.2 basecamp
5.3 bengkel
5.4 parkiran
5.6 stockpile
BAB VI LINGKUNGKUNAGN DAN K3
6.1 Perencanaan Lingkungan

Kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dilakukan mengikuti


kemajuan tambang. Departemen lingkungan PT. MGM melakukan dua usaha dalam
pengelolaan lingkungan yaitu; usaha pengelolaan lingkungan dan usaha pemantauan
lingkungan.

6.1.1 Teknik dan Metode Pengelolaan Lingkungan


Teknik pengelolaan yang dilakukan pada penambangan terbuka antara lain
dengan melakukan.

a) Penimbunan kembali tanah penutup yang telah diangkat saat penambangan


kedalam lubang bekas tambang dan menutupnya dengan tanah pucuk
secara tersebar sesuai dengan pola dan kemajuan tambang.

b) Untuk menghindari hilangnya material tanah akibat dari erosi air


permukaan maka akan dilakukan penimbunan secara langsung ke dalam
lubang bekas tambang, kemudian membuat pengaturan kemiringan 25%.

c) Untuk meghindari erosi yang mungkin timbul dari tanah pucuk yang
disimpan untuk sementara waktu maka dilakukan penutupan sementara
dengan mulsa dan atau “cover crop” untuk menghindari erosi permukaan
dan kemiringan lereng timbunan akan diupayakan selandai mungkin.

 Tanah Pucuk (Pengamanan dan Pemeliharaan) Pengupasan tanah


pucuk merupakan tindakan awal yang dilakukan sebelum suatu proses
penambangan dimulai. Ketebalan yang harus dikupas disesuaikan
dengan karakteristik dan ketebalan dari tanah pucuk tersebut. Sifatsifat
tanah pucuk tersebut didapatkan dari hasil survey tanah yang telah
dilakukan. Tanah pucuk tersebut dapat langsung disebarkan ke lahan
reklamasi yang sudah siap maupun disimpan sebagai tumpukan tanah
pucuk, jika belum tersedianya lahan yang siap untuk penempatan tanah
pucuk. Lokasi penyimpanannya diusahakan pada daerah yang datar
dan tidak mengganggu kegiatan penambangan. Selama dalam
penyimpanan, tumpukan tanah pucuk akan disebar dengan tanaman
merambat (cover crop) untuk mengurangi terjadinya terjadinya erosi
dari air permukaan
 Tanah Buangan di Luar Tambang Setelah pengupasan tanah pucuk
selesai akan diteruskan dengan pengupasan tanah penutup. Pada awal
pembukaan Pit biasanya tanah penutup akan ditimbun di luar tambang,
tetapi jika lokasi penimbunan tanah penutup pada lokasi bekas
tambang sudah tersedia maka tanah penutup yang telah dikupas
sedapat mungkin digunakan untuk menimbun lubang bekas
penambangan terdahulu (backfilling). Tetapi jika masih tidak
memungkinkan, tanah penutup tersebut akanditimbun di luar tambang.
Batuan penimbun yang berpotensi asam ditempatkan di lubang bekas
tambang diatur hingga sedemikian rupa sehingga tidak diterpa oleh
udara maupun air. Timbunan tanah/batuan penutup tersebut akan
dipersiapkan menjadi lahan reklamasi

6.1.2 Pemantauan Lingkungan

A. Pemantauan Kualitas Air Pemantauan lingkungan untuk manajemen air


meliputi usaha pengambilan sampel air harian untuk pengukuran pH,
kekeruhan dan temperatur. Pada pengukuran ini standar yang ditetapkan
untuk pH adalah 6-8. Bila kualitas pH air belum memenuhi standar yang
ditetapkan, pihak manajemen melakukan usaha pengelolaan kembali
dengan menambahkan kapur tohor untuk menaikkan pH air sampai
mendekati normal. Kekeruhan yang ditetapkan sesuai standar baku mutu
air tambang adalah 294 NTU (Nephelometrik Turbidity Unit), bila
kekeruhan air belum mencapai standar maka akan dilakukan pengelolaan
lebih lanjut dengan menambahkan tawas untuk mengurangi kekeruhan
tersebut.

B. Monitoring Lingkungan Usaha untuk memonitoring lingkungan ditempuh


manajemen dengan mengadakan pengukuran langsung yang dilaksanakan
sendiri dari pihak PT. VAGANZ MINING RHR Teknik Kesehatan
Lingkungan. Monitoring yang telah dilaksanakan sebagai usaha
pemantauan lingkungan adalah pengukuran tentang kebisingan, debu, suhu,
kelembaban, kecepatan angin dan arah angin. Untuk pengukuran
kebisingan yang telah dilaksanakan adalah kebisingan untuk lingkungan
masyarakat dan kebisingan untuk lingkungan kerja.
6.2 Kesehatan dan keselamatan kerja (k3)

K3 adalah kegiatan tenaga kerja yang berkeahlian khusus yang menjamin dan
mengawasi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang sudah ditetapkan pemerintah.

6.2.1 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)


Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang selanjutnya
disebut SMK3 yang digunakan PT. VAGANZ MINING RHR mengacu kepada
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor: 555.K/26/M.PE/1995
Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Pada
Keputusan Menteri tersebut dalam pasal 23 disebutkan bahwa; “Pada setiap
kegiatan usaha pertambangan berdasarkan pertimbangan jumlah pekerja serta
sifatnya atau luasnya pekerjaan, Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dapat
mewajibkan pengusaha untuk membentuk unit organisasai yang menangani
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berada di bawah pengawasan Kepala
Teknik Tambang.” Oleh karena itu, PT. VAGANZ MINING RHR membentuk
Safety Department yang berdiri terpisah dengan Environment Department yang
memiliki komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman
serta mencapai dan mempertahankan target “zero accident”. Untuk itu, safety
department menyusun job description sebagai upaya untuk merealisasikan
komitmen tersebut. Selain itu, program kerja juga disusun per satu bulan sebagai
implementasi dari job description yang telah disusun. Sedangkan untuk
mengetahui sejauh mana pelaksanaan dari job description maka disusun pula
quality objective sehingga nantinya performance safety department bisa dilihat
dari pencapaian quality objective tersebut.

1. Kegiatan Pokok Departemen Safety


Safety department sebagai departemen yang bertanggung jawab untuk
memfasilitasi dilaksanakannya kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja
memiliki kegiatan pokok sebagai berikut:

a. Memfasilitasi semua karyawan untuk berdiskusi masalah keadaan tempat


kerja, faktor dan potensi yang ada serta kelengkapan alat pelindung diri
(APD) yang dibutuhkan baik internal departemen maupun eksternal
departemen.
b. Melakukan pencegahan kecelakaan atau ketidaktahuan akan kondisi yang
tidak aman (unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe act)
setiap karyawan atau orang lain yang berada ditempat kerja.

c. Mengadakan inspeksi terhadap bangunan dan peralatan keselamatan kerja


mulai dari konstruksi, letak, penyusunan dan penyimpanan barang, alat
keselamatan yang harus tersedia serta rambu-rambu yang harus dipasang.

d. Meningkatkan sumber daya manusia baik dari segi pengetahuan tentang


K3 ataupun dari segi pemahaman tentang K3 dengan mengadakan training.

e. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan kesadaran tentang


K3 serta mengajak karyawan turut berperan aktif dalam mengkampanyekan
K3.

f. Melaksanakan statistik kecelakaan kerja yaitu berupa perhitungan tentang


rata-rata frekuensi waktu kerja yang hilang, tingkat rata-rata keparahan
waktu kerja yang hilang, besarnya kerusakan peralatan yang dikonversikan
kedalam mata uang dan memperhitungkan kerugian dari setiap kecelakaan
yang terjadi dalam hitungan mata uang.

g. Melakukan kegiatan inisiatif yang dilakukan berdasarkan faktor dan potensi


bahaya yang diamati sebagai langkah preventif atas kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. h. Memberlakukan surat-surat izin mengenai segala
sesuatu aktivitas berbahaya yang ada.

2. Komitmen Departemen Safety

Komitmen dari safety department adalah menciptakan lingkungan


kerja yang sehat dan aman serta mencapai dan mempertahankan target
“zero accident’’.

3. Kebijkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

PT. VAGANZ MINING RHR mendukung sepenuhnya segala usaha-


usaha yang menjadi komitmen manajemen dalam penerapan K3 di
lingkungan kerja, hal ini tercemin dari kebijakan manajemen untuk
mengutamakan keselamatan kerja (safety first) dan melakukan semua
tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan bahwa standar-standar
tertinggi kesehatan dan keselamatan kerja dijaga bagi semua karyawan dan
kontraktor merupakan cita-cita tertingginya.

4. Quality Objective (QO)

Quality objective dalam safety department adalah sebagai berikut:


a. Target utama dengan fatality
b. Lost time injury frekwensi rate
c. Lost time injury severity rate
e. Lost cost caused accident

5. Program Kerja Departemen Safety

Untuk mewujudkan kegiatan pokoknya safety departement memiliki


beberapa program kerja yang pelaksanaannya diagendakan per satu tahun.
Kegiatan tersebut antara lain: 34
a. Memfasilitasi setiap departemen untuk melakukan safety talk menjadi
agenda rutin yang dilaksanakan satu minggu sekali.

b. Melaksanakan safety & enviro meeting yang dilaksanakan satu bulan


sekali.

c. Melaksanakan pit meeting yang dihadiri oleh production department, safety


department, mine department dan divisi plan di lokasi tambang.

d. Pelaksanaan training mengenai materi-materi K3.

e. Mengadakan lomba dan reward yang melibatkan semua karyawan untuk


ikut mengkampanyekan K3.

f. Kegiatan inisiatif yaitu pemasangan rambu-rambu K3, pemasangan APAR


dan alat-alat keselamatan lainnya.

7. Struktur Organisasi Departemen Safety

Organisasi departemen safety PT. VAGANZ MINING RHR ini


memiliki struktur sebagai berikut:

6.2.2 Sistem Keselamatan Kerja

1. Sistem Pengelolaan Keselamatan Kerja


Sistem pengelolaan keselamatan kerja dimulai dengan melaksanakan
identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada
yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi
bahaya dimulai dengan membuat standart operational procedure (SOP).
Kemudian sebagai langkah analisa dilakukanlah observasi dan inspeksi.
Setelah dianalisa, tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah
evaluasi resiko untuk menilai seberapa besar tingkat resikonya yang
selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian resiko. Kegiatan
pengendalian resiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi,
penyediaan APD, pemasangan rambu-rambu dan penunjukan personel
yang bertanggung jawab sebagai pengawas. Setelah Safety Superintendent
Junior Safety Officer Junior Safety Officer 36 dilakukan pengendalian
resiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan melakukan monitoring
dan peninjauan ulang bahaya atau resiko. Berikut adalah skema sistem
pengelolaan keselamatan kerja:

Gambar . sistem manajemen resiko

2. Fasilitas

A. Alat Pelindung Diri (APD)


PT. MGM menyediakan APD tanpa dipungut biaya kepada semua
karyawan dan visitor yang mendapat izin masuk perusahaan sesuai dengan
registrasi. Adapun APD yang tersedia adalah:
1) Alat pelindung kepala (safety helmet)
2) Alat pelindung telinga (ear plug dan ear muff)
3) Alat pelindung mata (googles)
4) Alat pelindung kaki (safety shoes) Identifikasi Bahaya Kontrol/
Pengendalian Resiko Analisa Bahaya Penerapan Evaluasi Resiko
Monitoring dan Peninjauan Ulang Bahaya/ Resiko 37
5) Baju kerja atau rompi yang dilengkapi dengan scotchlite
6) Alat pelindung pernapasan (masker)
7) Alat pelindung tangan (gloves)
8) Pelindung badan (baju pelampung dan jas hujan)

B. Distribusi dan Pengawasan APD

Prosedur pendistribusian APD dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Karyawan Baru

a) Sebelum diberikan APD karyawan baru terlebih dahulu diberikan safety


induction untuk memperkenalkan jenis bahaya yang ada dan memberikan
pemahaman tentang jenis APD apa saja yang diperlukan.

b) Setelah itu, pengawas yang bersangkutan mengurusi semua berkas dan


kelengkapan untuk diajukan kebagian logistik untuk pengambilan APD.

c) Kemudian, APD diberikan kepada karyawan dan sepenuhnya menjadi


tanggung jawab pemakai mengenai kehilangan dan kerusakan selama batas
waktu yang ditentukan untuk pergantian APD yang baru.

2) Karyawan lama

a) Apabila APD telah rusak maka prosedur distribusi APD juga sama dengan
karyawan baru tetapi perwakilan karyawan tersebut harus membawa APD
yang telah rusak untuk diidentifikasi pihak safety departement sebagai
bukti.

b) Kehilangan APD harus dipertanggungjawabkan oleh karyawan yang


bersangkutan dan diberikan sanksi sesuai dengan yang diberlakukan
manajemen. 38 Pengawasan kedisiplinan karyawan memakai APD
dilakukan oleh pengawas masing-masing. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah pengamatan dan pendekatan secara emosional supaya
pemakaian APD oleh karyawan tidak dirasa hanya sebagai kewajiban tetapi
menganggapnya sebagai kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman dan
selamat dalam bekerja.

C. Media Komunikasi K3

1) Rambu Rambu-rambu yang terpasang adalah jenis rambu larangan,


perintah, infomasi dan peringatan. Rambu ini dipasang di sepanjang jalan
hauling dan di area tambang serta di instalasi berbahaya.

2) Poster Poster K3 banyak terpasang di ruang kerja dengan tujuan sebagai


peringatan dan sebagai motivasi bagi karyawan untuk mempertimbangkan
dan mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja ketika bekerja.

3) Papan Informasi K3 Papan informasi dipasang dengan tujuan untuk


memberikan informasi baik kepada karyawan maupun kepada visitor.
Papan informasi di PT. MGM dipasang di halaman depan dengan harapan
mudah dilihat karena diletakkan di jalur masuk ke kantor.

4) Billboard Billboard di PT. MGM diletakkan di tempat yang sering dilalui


karyawan sehingga mudah untuk dibaca. Billboard ini berisi pengumuman
sebagai media komunikasi yang berisi infomasi.

3. Sertifikasi Keahlian K3

Sertifikasi keahlian K3 diberikan kepada karyawan yang bertanggung


jawab melaksanakan pengawasan dan pengelolaan sesuai dengan unit
kerjanya masing-masing. Adapun sertifikasi yang diberikan itu adalah:
a. Pengawas Operasional Pertama (POP)
b. Pengawas Operasional Madya (POM)
c. Ahli Kesehatan dan Keselamtan Kerja (K3) Umum
d. Akli Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kebakaran
e. Ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Teknisi Listrik
f. Auditor Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SMK3)
g. Auditor Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
h. Sertifikasi Kompetensi Juru Ukur Tambang

4. Sertifikasi Instalasi Berbahaya

Sertifikasi instalasi berbahaya ditujukan pada instalasi yang


berpotensi besar menimbulkan kecelakaan kerja dan keadaan darurat sesuai
dengan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.
555.K/M.PE/1995 tentang Kesehatan dan Keselamatan Pertambangan
Umum.

5. Pembinaan Keselamatan Kerja

Sasaran dalam kegiatan pembinaan keselamatan kerja di bagi menjadi


tiga, yaitu:
a. Karyawan Baru Usaha pembinaan keselamatan kerja untuk karyawan
baru adalah dengan memberikan safety induksi pada awal sebelum
masuk ke lokasi tambang untuk memperkenalkan kondisi tambang dan
memberitahukan faktor bahaya dan potensi bahaya yang ada.

b. Karyawan Lama Usaha pembinaan keselamatan kerja untuk karyawan


lama adalah dengan meningkatkan pengetahuan mereka tentang K3 dan
memperdalam pemahaman serta kesadaran mereka mengenai K3 dengan
mengadakan training.

c. Karyawan Masa Persiapan Pensiun (MPP) Realisasi usaha pembinaan


untuk karyawan MPP belum dilakukan secara konkret. Usaha ini baru
dilaksanakan sebatas pada tahap pewacanaan untuk mempersiapkan
mental karyawan MPP.

6. Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran tidak menjadi potensi kebakaran yang sering terjadi pada


area pertambangan tetapi bisa menjadi potensi bahaya yang sangat
potensial pada tempat-tempat tertentu seperti di area gudang handak dan
tangki penyimpanan BBM. Oleh karena itu, upaya penanggulangan
kebakaran tetap menjadi materi yang harus dikuasai oleh karyawan. Untuk
melaksanakan hal ini, PT MGM tidak membentuk unit pemadam
kebakaran namun dengan menyusun SOP untuk penanggulangan keadaan
berbahaya kebakaran yang diharapkan nantinya semua karyawan bisa
tanggap akan keadaan berbahaya dan bisa melakukan pengelolaan terhadap
bahaya kebakaran.

7. Pengawasan Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja meliputi beberapa


kegiatan dengan safety department sebagai koordinatornya. Kegiatan
pengawasan tersebut antara lain:
a. SOP penanganan keadaan darurat.
b. Satuan inspeksi gabungan K3 yang dilakukan oleh tim inspeksi.
c. Inspeksi khusus keselamatan kerja yang dilakukan oleh intern
departemen safety.
d. Inspeksi rutin K3 yang dilaksanakan oleh tiap departemen dan
dikoordinasikan oleh pengawas masing-masing.

6.2.3 Implementasi Sistem Manajemen K3


Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) PT.
VAGANZ MINING RHR ini adalah integerasi dari Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Tujuan dari penerapan SMK3 ini
adalah untuk mencapai target produktivitas yang diinginkan perusahaan dengan
tidak mengabaikan kaidahkaidah kemanusiaan dan lingkungan. SMK3 ini juga
sebagai acuan bagi manajemen dalam membuat kebijakan dan melaksanakan
setiap aktivitas proses produksi maupun proses penunjangnya. Sasaran dari
implementasi SMK3 ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan target
“zero accident”, meminimalisir dampak lingkungan dengan tidak
mengenyampingkan upaya untuk meningkatkan produktivitas dan
mengoptimalkan kinerja kerja sehingga mencapai profit yang setinggi mungkin
dengan biaya produksi yang seminimal mungkin

Anda mungkin juga menyukai