Anda di halaman 1dari 10

Pandemic Coronavirus Disease 2019: Gerbang Peradaban Digital

(Meneguhkan Paradigma Intersubjektif di Era Digital)1


Oleh: Wamil Nur (Sekretaris Yayasan Pendidikan Handayani Makassar)

Tak seorang pun menyerupai


sekeping pulau, tiada orang yang
sepenuhnya sendirian; tiap orang adalah
sekeping tanah dari sebuah benua, sebagian
dari keseluruhan. Jika sepotong
semenanjung ditenggelamkan air, Eropa
akan mengecil, demikian pula dengan
puncak gunung atau rumah karibmu atau
dirimu sendiri; kematian tiap orang akan
mengurangi makna diriku, karena diriku
terlibat dalam seluruh urusan umat
manusia; dan karenanya kita tak akan
pernah tahu pada siapa lonceng maut itu
memanggil; ia berdentang memanggilmu.

1
Paper ini sebagai bahan diskusi virtual bersama PMII Komisariat UIN Alauddin Makassar pada Tanggal 17 April
2020 di Google Meet.
Bait puisi dari penyair John Donne yang stasiun televisi yang diakses oleh penulis
penulis kutip dari naskah pidato kebudayaan 2 melalui YouTube mengungkapkan bahwa
Budiman Sudjatmiko, Ketua Umum Inovator coronavirus bisa cepat diatasi oleh berbagai
4.0 pada tahun 2018 silam. Bait puisi ini negara mengingat kecanggihan teknologi
sengaja penulis sematkan sebagai pengingat digital saat ini. Negara-negara hanya butuh
bagi kita semua agar tetap menjaga sifat-sifat saling bahu membahu untuk menghentikan
kemanusiaan kita di tengah pandemic Covid- laju penyebaran pandemic covid-19 ini.
19.
“Kecanggihan teknologi digital”
Dalam salah satu kutipannya AGH. merupakan phrase yang digarisbawahi oleh
KH. Hamzah Harun Al-Rasyid penulis. Teknologi digital menandai sebuah
mengungkapkan “pandemic covid-19 menguji era baru dalam kehidupan manusia.
laku sosial manusia. Laku sosial yaitu Masyarakat agraria bertransformasi menjadi
kesediaan memikul tanggung jawab sosial masyarakat industri dan saat ini
dan kesungguhan di dalam bertransformasi menjadi masyarakat digital.
memperjuangkan kepentingan orang lain, Masyarakat digital menikmati berbagai
umat manusia”. Ungkapan yang sangat aplikasi di smartphone maupun di Komputer
populis dari Gus Dur “Kemanusiaan jauh dan/atau laptop seperti belanja, travelling,
lebih penting dari politik”. Berawal dari Kota transportasi, finansial teknologi (fintech)
Wuhan, China, Covid-19 menjadi tantangan bahkan belajar, berbagai flatform digital
baru umat manusia di seluruh belahan bumi. menjadi wadah bagi masyarakat untuk belajar
Negara-negara telah mengkonfirmasi seperti ruang guru dan lain-lain bahkan telah
terjangkit pandemic covid-19. Pandemic ini menjadi flatform yang ditunjuk oleh
tidak memilih baik itu negara maju, negara pemerintah untuk menyelenggarakan pelatihan
berkembang bahkan negara terbelakang pun pra kerja.
dijangkitinya. Manusia kembali menjalani
Aplikasi-aplikasi digital ini tentu saja
ujian dan ini adalah ujian pertama di abad ke-
mempertajam corak konsumerisme dalam
21 dengan kematian bagi yang kalah. Yuval
masyarakat. Dibalik narasi-narasi kemudahan
Noah Harari saat diwawancarai oleh salah satu
hidup terdapat narasi-narasi kegetiran dan
2
Budiman Sudjatmiko, Sebuah Pidato Kebudayaan, kemirisan hidup di masyarakat digital.
Indonesia 4.0: Berguru Pada Alam Yang Terkembang, Kapitalisme digital bersembunyi ke dalam
(2018: Kongres Kebudayaan Indonesia 2018,
Berkepribadian dalam Berkebudayaan)
narasi-narasi kemudahan sehingga dapat tetap manusia sebagai objek sehingga manusia tidak
menguasai struktur negara maupun supra lagi menjadi subjek di dalam peradaban.
struktur negara meminjam istilah Karl Marx. Logika algoritma ini menyebabkan
Salah satu jurnal yang diterbitkan oleh perkembangan dengan kecepatan eksponensial
Teknosains berjudul “Kuasa algoritmik di berbagai bidang. Rhenald Khasali
dalam masyarakat digital (interpretasi menyebutnya dengan istilah disrupsi. Khasali
pandangan Foucault atas teknologi)”3, mengungkapkan disrupsi akan mengantarkan
penulis mencoba menguraikan proses kerja manusia dari masyarakat pertanian menjadi
algoritmik dalam kesadaran masyarakat masyarakat industri dan jasa hingga menjadi
digital. masyarakat digital.5

Menurut Michael Foucault Disrupsi akan terjadi diberbagai aspek


disciplinary power beroperasi untuk kehidupan termasuk pada bidang kesehatan.
menguasai tubuh agar menjadi patuh dan Lahirnya inovasi-inovasi baru dan juga
berguna. Kekuasaaan model ini biasanya munculnya pandemic baru menjadi tantangan
beroperasi pada institusi seperti pendidikan tersendiri bagi masyarakat digital. Pandemic
dan sekolah. Penguasaan ini berusaha covid-19 tentu saja akan mengubah secara
menginternalisasi penundukan dan drastis kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan
menjadikannya seolah sebagai suatu keadaan norma-norma yang ada di masyarakat.
yang normal. Sementara itu disciplinary Pertanyaan yang selalu muncul pada kepala
power beroperasi dalam skala besar melalui kita adalah kemana gelombang transformasi
negara dengan apa yang disebutkan Foucault akan membawa masyarakat di Abad ke-21
sebagai govermentality.4 akan diatur oleh prinsip-prinsip yang secara
fundamental berbeda dari abad ke-20?
Penguasaan negara melalui disiplinary
power maupun pada skala besar seperti Nyaris seluruh cara pandang dalam
govermentality beroperasi dalam skala besar rupa nilai-nilai atau ideologi selama ini dipikul
seperti penguasaan teknologi melalui oleh teori-teori ekonomi politik dan sosial
algoritma. Logika algoritma menjadikan ratusan atau ribuan tahun lalu sebelum
3
Wamil Nur dan Suratman Kayano, Kuasa Algoritmik komputer ditemukan, sebelum biologi
dalam Masyarakat Digital (Interpretasi Pandangan
Foucault atas Teknologi), Jurnal Teknosains Volume 14
No. 01, Januari-Juni 2020. 5
Rhenald Khasali, Disruption, Menghadapi Lawan-
4
Michael Foucault, Govermentality, In The Foucault lawan tak terlihat dalam peradaban uber, Jakarta: PT.
Effect, 1991. Gramedia Pustaka, 2017.
molekuler dan ilmu otak maupun psikologi keinginan dan kemauan umat manusia dalam
dikenal. Di depan mata sekarang akan ada mengubah cara pandang tentang dunia. Sekali
banyak kesempatan terbuka lebar, pun lagi: mengubah cara pandang kita tentang
demikian dengan persoalan dan tantangan dunia!
yang menghadang. Saat ini, pandemic menjadi
Masyarakat Digital & Kapitalisme Digital
ujian bagi manusia. Benarkah pandemic
covid-19 merupakan gerbang peradaban Kosa kata media sosial, data raksasa,

digital. Peradaban yang akan banyak komputasi awan, biologi sintetis, CRISPR

memakan korban bahkan lebih banyak (clustered regularly interspaced short

dibandingkan revolusi-revolusi yang terjadi palindromic repeats), Internet of Things,

sebelumnya? drone, blockchain dan mobil otonom


merupakan penanda lahirnya masyarakat baru
Dalam konteks pandemic, penulis
masyarakat digital. Seperti ulasan di atas,
tertarik untuk mengutip Ali S. Khan dalam
masyarakat digital menikmati berbagai
bukunya berjudul “The Next Pandemic: On
aplikasi untuk berbagai kemudahan.
the Front Lines Against Humandkind’s
Gravest Dangers”6 mengatakan “but my most Cristian Fuchs7 mencatat pesatnya

important goals is to assert that not all perkembangan teknologi digital memicu

epidemics and pandemics are inevitable; and optimisme dan juga kecemasan. Tersisa

the most are preventable if we have the will, sebagian kecil kritisisme. Blok optimisme

and we back up that determination with the dalam masyarakat menilai bahwa teknologi-

allocation of resources”. Ungkapan Ali S. teknologi digital telah secara radikal

Khan memberikan harapan ke umat manusia mentransformasikan dunia, menjanjikan

bahwa epidemic dan pandemic bukannya tidak bentuk-bentuk komunitas baru, cara-cara

bisa dihindari atau tak terelakkan, epidemic alternatif untuk mengetahui dan merasakan,

dan pandemic dapat dihindari dengan cara inovasi kreatif, kultur partisipatif, aktivisme

mengalokasikan sumber daya yang ada untuk berjejaring dan persemaian demokrasi.

melakukan penelitian dalam rangka Sedangkan blok pesimis berargumen bahwa

melakukan langkah pencegahan terhadap teknologi-teknologi digital sama sekali tidak

epidemic dan pandemic. Poinnya adalah 7


Cristian Fuchs, Introduction dalam David Chandler
dan Cristian Fuchs, Digital Objects, Digital Subjects:
6
Ali S. Khan, The Next Pandemic: On The Front Lines Interdisiplinary Perspective in Capitalism, Labour and
Against Humankind’s Gravest Dangers, New York: Politics in Age of Big Data, London: University of
Public Affairs, 2016. Westminster Press, 2019.
membawa perubahan positif, melainkan justru yang dilakukannya. Menurut Hardt & Negri 8
memperparah kedalaman dan perluasan kaum yang terakhir ini tidak mudah
dominasi melalui bentuk-bentuk kontrol yang diklasifikasikan. Mereka berada dimana-mana,
baru seperti jejaring otoritarianisma, cair dan berserak sebagai multitude. Blok
dehumanisasi digital, alienasi 2.0, jejaring optimisme mendominasi baik pada tataran
eksploitasi dan bangkitnya surveillance struktural maupun gugus sektoral, mulai dari
society. tataran global, nasional, hingga lokal.

Blok optimisme ditopang oleh Dominasi blok optimisme karena


korporasi, pemerintah, kaum professional, ditopang oleh kapitalisme digital. Sebagai
ilmuwan/akademisi/intelegensia, leissure contoh, kapitalisme big data dan kuasa
class, kaum konsumeris dan warga yang algoritmik bisa membuat dunia berubah
terkategorikan oleh kehadiran teknologi itu. menjadi suatu mall belanja raksasa di mana
Sementara itu, blok pesimisme diisi kaum manusia-manusia dijadikan target iklan
buruh yang kerja-kerjanya terancam tergusur hampir di manapun, dan di mana logika
atau mereka yang merasa dirugikan oleh komersial mengkoloni masyarakat. Dalam
kehadiran teknologi dan kaum solipsism yang dunia big data, algoritma yang menggunakan
meratapi hilangnya pesona dunia logika instrumental untuk mengkalkulasi
(disencanthement of the world) karena keputusan-keputusan dan kebutuhan-
datangnya teknologi-teknologi otomasi. kebutuhan manusia dapat mengotomasi dan
memprediksi aktivitas sehari-hari. Masalahnya
Blok kritisisme dihuni kaum yang
adalah bahwa algoritma-algoritma dan mesin-
menolak tunduk pada berbagai bentuk narasi
mesin itu tidak memiliki etika dan moral.
kebenaran tunggal dari sistem
Persis dalam konteks inilah kita penting
pengetahuan/kuasa (knowledge/power) dan
mempertanyakan “apakah ilmu sosial
kerja-kerja delusional di balik teknologi
komputasional, kemanusiaan dgital dan
tersebut. Kendatipun hidup dan bernaung
datafikasi di berbagai lini tersebut mampu
dalam ekosistem digital, kaum kritis ini berani
melahirkan sejumlah pendekatan riset baru
mengambil jarak dan mengkalkulasi atas
atau peluang memproduksi ruang-ruang sosial
berbagai kemungkinan, potensi, risiko, limitasi
bagi terbentuknya subyek didik yang
dan ideologi di balik setiap aktivisme digital
8
Michael Hardt dan Antonio Negri, Multitude: War and
Democracy in the Age of Empire, New York: Penguin
Press, 2004.
emansipatoris, berkeadilan dan inklusif di era
digital atau hanya menghasilkan suatu
positivism digital yang justru mengancam
independensi masyarakat kritis?”.

Pandemic Covid-19 memaksa kita


mengikuti modus operandi dari kapitalisme
digital. Saat ini ruang-ruang perkuliahan,
penelitian dan administrasi mengalami Sementara itu, Statista per maret 2019
akselerasi aktivitas digital yang semakin menunjukkan bahwa dari 3,94 miliar
terhubung dengan strategi kontrol manajerial. pengguna internet di seluruh dunia, Indonesi
Bahkan untuk efesiensi pelayanan publik, berada di peringkat kelima dunia dengan
mimpi besar pemerintah mengakselerasi pengguna internet sebanyak 143,6 juta. Seperti
layanan internet berkecepatan tinggi di sektor yang ada pada gambar 2.
peningkatan pertumbuhan ekonomi baik
sektor primer, sektor sekunder, maupun sektor
jasa. Tentu saja mimpi itu adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari platform kapitalisme
digital sebagaimana yang berlaku tunggal di
tataran mondial. Data-data statistik
menunjukkan penggunaan internet di
Indonesia bahkan di dunia sebagai berikut:
Sementara itu dirilis dari Hootsuite per
Tersaji dalam gambar 1, berdasarkan Januari 2020, 4,54 miliar pengguna internet di
data dari Hootsuite, Indonesia berada pada seluruh dunia atau 59% dari total populasi
urutan ke delapan pengguna internet terlama masyarakat dunia seperti pada gambar 3.
dalam sehari. Rata-rata penggunaan internet
dalam sehari adalah 07 jam 59 Menit.
Indonesia berada diatas Malaysia.
melayani atau mengambil alih 58% pekerjaan
fisik, dan menyisakan hal-hal yang kreatif saja
untuk diselesaikan otak dan otot manusia yang
berkesempatan untuk menjadi lebih cerdas.
Yang tak ada preseden sejarah sebelumnya.

Revolusi 4.0 mengawali peradaban


digital dengan tiga hal yang saling bersaing
Dengan melihat statistik
mengisi ruang-ruang hidup publik dan pribadi
perkembangan digitalisasi di dunia
dalam tahun-tahun mendatang. Pertama, Ilmu
berdasarkan penggunaan internet di dunia dan
Komputer yang memungkinkan mesin cerdas
di Indonesia. Penulis mengajak kita bersepakat
mengambil alih sebagian pekerjaan manusia
bahwa kita sedang memasuki sebuah era
melalui kecerdasan buatan dan mesin
digital yang akan berujung pada terbangunnya
pembelajar. Kecepatan komputer terus
peradaban digital. Dan melalui tulisan ini,
meningkat mengikuti hukum Moore dengan
penulis akan berusaha menguraikan langkah-
fungsi makin mendekati otak manusia. Otak
langkah sederhana yang dapat dilakukan agar
manusia beroperasi menggunakan sel otak
prinsip-prinsip emansipatoris, berkeadilan dan
(neuron) dan supercomputer menggunakan
inklusif dapat tetap hidup dalam masyarakat
transistor. Kedua, neurosciensce (ilmu saraf)
digital atau sederhananya pencapaian
yang berusaha mengunggah kesadaran
kehidupan manusia yang harmoni dengan
manusia (memori dan rasa) ke perangkat
menggunakan sifat-sifat kemanusiaan
digital sehingga memungkinkan kesadaran
masyarakat digital.
manusia melampaui batasan-batasan fisiknya.
Gerbang Peradaban Digital Ketiga, rekayasa genetik yang di masa depan

Peradaban digital dimulai dari sebuah memungkin lahirnya manusia serba super dan

revolusi sosio teknologis yang mengantarkan serba sehat tanpa meninggalkan tubuh

manusia memasuki abad digital dan abad fisiknya.

biologi. Sebuah peradaban di mana semua Dampak yang ditimbulkan oleh


tabir keterbatasan fisik, biologis, ruang dan gelombang peradaban digital akan
waktu manusia menyingkirkan satu per satu mengguncang keyakinan-keyakinan lama,
atau beramai-ramai. Pada saatnya segala hal dengan kedalam yang menjangkau setiap
akan menjadi serba cerdas, yang akan
lapisan di masyarakat dan keluasan yang kehidupan manusia atau merupakan wajah asli
memaksa setiap organisasi sosial, bisnis, dan alam maupun masyarakat karena jejaring
politik untuk bertransformasi menyesuaikan menghadirkan kehidupan di berbagai level. Di
diri. Sebagai contoh dalam dunia pendidikan setiap level entitas kehidupan berkomunikasi,
dikenal istilah personalized education dan saling mempengaruhi dan berkreasi bersama,
MOOCS (Massively Open On-line Courses), mulai dari level selular (sel tubuh) hingga
dibidang kesehatan kita mengenal istilah sosial dan bahkan saat ini pada kehidupan
personalized medicine menjadi sistem digital. Masyarakat mengenal frasa “six
pengobatan melalui perekaman genome, degree of separation” untuk menjelaskan rata-
hingga munculnya financial technology rata antar setiap orang di muka bumi, maka
menantang bank-bank konvensional. jejaring online membuat jarak yang lebih
pendek dengan rata-rata 4,67 derajat.
Efek disruptif dari terobosan sains dan
inovasi teknologi akan mengalami multiplikasi Paradigma Intersubjektif berbasis Nilai
berkali-kali lipat karena konektivitas yang Dasar Pergerakan PMII
terbangun antarmanusia. Peradaban digital di
Sebagai organ kaderisasi, Pergerakan
abad ke 21 membuat kita tergopoh-gopoh
Mahasiswa Islam Indonesia memiliki cara
bahkan mereka berskala massif dan agen-agen
pandang atau paradigma dalam merespon
mereka tak hanya di kampus, kampung, atau
perubahan zaman. Sejarahnya ada tiga
pabrik tertentu yang terlokalisasi. Agen-agen
paradigma besar yang menjadi cara pandang
revolusi ada di supercomputer, robot-robot
bagi kader PMII sesuai dengan ruang dan
cerdas, kecerdasan buatan, smartphone, laptop
waktu. Misalnya Paradigma Arus Balik
bahkan di jam tangan. Pelurunya bukan lagi
Masyarakat Pinggiran (ABMP), Paradigma
peluru tetapi data raksasa (big data), mulai
Kritis Transformatif dan Paradigma
dari tingkat konsumsi pulsa, jumlah klik,
Menggiring Arus. Ketiga paradigma tersebut
denyut nadi, tekanan darah, jenis makanan,
sudah cukup hebat untuk mengantar
olahraga favorit, musik favorit sampai
kemampuan kader PMII menuju gerbang
golongan darah.
peradaban digital.
Kunci dari peradaban digital adalah
Salah satu kunci dalam peradaban
konektivitas. Jejaring adalah wajah peradaban
digital adalah kolaborasi. Kolaborasi pada
digital. Jejaring pada dasarnya telah ada dalam
dasarnya telah menjadi nilai gerakan di PMII.
Pada aspek hubungan sesama manusia, kader Titik keseimbangan ini hanya bisa
PMII telah diajarkan peran untuk menghargai dicapai dengan menguatkan interaksi antar
peran sesama manusia atau dalam tawaran subjek baik Tuhan, Manusia dan Alam.
gagasan menghadapi kapitalisme digital Selama ini eksploitasi dan kapitalisme hidup
disebut dengan istilah manusia sosial. Manusia pada ruang interaksi yang memposisikan
sosial menempatkan interaksi, kerja sama dan lingkungan bahkan manusia lain sebagai objek
kolaborasi sebagai hal yang fundamental bukan sebagai subjek. Maka tidak salah ketika
dalam proses kreasi dan kinerja sistem. Di era Harari mengatakan bahwa tiga penyebab
digital saat ini, manusia sosial telah lahir punahnya umat manusia yaitu Perang,
kembali menjadi alternatif dari manusia Penyakit dan Kelaparan. Paradigma
ekonomi. Berbeda dengan manusia ekonomi intersubjektif ini bukanlah istilah baru
yang independen dan egois, manusia sosial melainkan apa yang telah dipraktekkan oleh
hidup dalam jaringan kolaborasi. para pendahulu kita dalam membangun
peradaban dan menjada titik keseimbangan
Manusia sosial berupaya mengejar
agar menjadi tetap dinamis bukan malah
keinginannya sembari mempertimbangkan
menjadi statis di puncak piramida.
dampak dari setiap keputusan yang
dihidupinya, dengan berempati terhadap Tentu saja butuh diskusi lebih Panjang
lingkungan (hubungan manusia dengan alam) untuk menerima intersubjektif sebagai
dan juga terhadap perspektif, kepentingan dan paradigma dan pola interaksi manusia tetapi
kesuksesan orang lain. Pencapaian manusia sebagai pelengkap dari ketiga paradigma
sosial akan kepentingan pribadinya terletak lainnya. Paradigma intersubjektif Tuhan,
pada poin kolaborasi bukanlah menuju puncak Alam dan Manusia dapat menjaga titik
piramida keunggulan satu individu terhadap keseimbangan peradaban baru yaitu peradaban
individu lain. Kesuksesan manusia sosial digital. Peradaban dimana algoritma bekerja
diraih dengan jaringan kolaborasi secara sistematis menaklukkan manusia dan
antarindividu dan sumber daya. Titik alam bahkan bisa menjadi tuhan seperti yang
keseimbangan bukan pada puncak paramida dibayangkan oleh Harari “Deux el Manchina”,
statis melainkan titik-titik dinamis jejaring Tuhan yang keluar dari Mesin (Kecerdasan
sosial yang terus bergerak. Buatan).
Bagi penulis gelombang dinamika meneguhkan praktik emansipasi, keadilan dan
sejarah harus ditangkap dan dirangkul. Inilah inkulis sosial yang terjewantahkan dalam
kenapa kita tidak perlu khawatir dengan bentuk dzikir, pikir dan amal saleh sebagai
berbagai terobosan teknologi baru seperti keutamaan hidup bersama terutama kaum
kecerdasan buatan, robot dan data raksasa. musta’adafin (kaum tertindas) di masa depan.
Peradaban digital membawah dua wajah baru,
Sebagai penutup penulis ingin
peluang dan tantangannya. Wajah lainnya kita
mengucapkan selamat hari lahir Pergerakan
ciptakan dalam bentuk manusia sosial yang
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke 60,
mampu berkolaborasi (intersubjektif) baik
semoga “Kaidah Ushul Fiqih”-memelihara
pada manusia, alam maupun tuhan. Paradigma
hal-hal lama(tradisi) yang bagus serta
intersubjektif ini akan semakin lengkap ketika
mengambil hal-hal baru yang lebih baik- tetap
dipadukan dengan paradigma lainnya sehingga
menjadi pegangan kader dalam menjalani
kader PMII dapat tetap merawat kegelisahan
kehidupan di peradaban digital.
dan harapan dalam merevitalisasi dan
Makassar, 17 April 2020

Anda mungkin juga menyukai