Anda di halaman 1dari 9

Pandemic Coronavirus Disease 2019: Gerbang Peradaban Digital

(Meneguhkan Paradigma Intersubjektif di Era Digital)1


Oleh: Wamil Nur (Sekretaris Yayasan Pendidikan Handayani Makassar)

Tak seorang pun menyerupai sekeping laku sosial manusia. Laku sosial yaitu
pulau, tiada orang yang sepenuhnya kesediaan memikul tanggung jawab sosial
sendirian; tiap orang adalah sekeping tanah dan kesungguhan di dalam memperjuangkan
dari sebuah benua, sebagian dari kepentingan orang lain, umat manusia”.
keseluruhan. Jika sepotong semenanjung Ungkapan yang sangat populis dari Gus Dur
ditenggelamkan air, Eropa akan mengecil, “Kemanusiaan jauh lebih penting dari
demikian pula dengan puncak gunung atau politik”. Berawal dari Kota Wuhan, China,
rumah karibmu atau dirimu sendiri; Covid-19 menjadi tantangan baru umat
kematian tiap orang akan mengurangi makna manusia di seluruh belahan bumi. Negara-
diriku, karena diriku terlibat dalam seluruh negara telah mengkonfirmasi terjangkit
urusan umat manusia; dan karenanya kita pandemic covid-19. Pandemic ini tidak
tak akan pernah tahu pada siapa lonceng memilih baik itu negara maju, negara
maut itu memanggil; ia berdentang berkembang bahkan negara terbelakang pun
memanggilmu. Bait puisi dari penyair John dijangkitinya. Manusia kembali menjalani
Donne yang penulis kutip dari naskah pidato ujian dan ini adalah ujian pertama di abad ke-
kebudayaan2 Budiman Sudjatmiko, Ketua 21 dengan kematian bagi yang kalah. Yuval
Umum Inovator 4.0 pada tahun 2018 silam. Noah Harari saat diwawancarai oleh salah satu
Bait puisi ini sengaja penulis sematkan sebagai stasiun televisi yang diakses oleh penulis
pengingat bagi kita semua agar tetap menjaga melalui YouTube mengungkapkan bahwa
sifat-sifat kemanusiaan kita di tengah pandemic coronavirus bisa cepat diatasi oleh berbagai
Covid-19. negara mengingat kecanggihan teknologi
digital saat ini. Negara-negara hanya butuh
Dalam salah satu kutipannya AGH.
saling bahu membahu untuk menghentikan laju
KH. Hamzah Harun Al-Rasyid
penyebaran pandemic covid-19 ini.
mengungkapkan “pandemic covid-19 menguji

1
Paper ini sebagai bahan diskusi virtual bersama PMII Komisariat UIN Alauddin Makassar pada Tanggal 17 April
2020 di Google Meet.
2
Budiman Sudjatmiko, Sebuah Pidato Kebudayaan, Indonesia 4.0: Berguru Pada Alam Yang Terkembang, (2018:
Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, Berkepribadian dalam Berkebudayaan)
“Kecanggihan teknologi digital” Foucault atas teknologi)”3, penulis mencoba
merupakan phrase yang digarisbawahi oleh menguraikan proses kerja algoritmik dalam
penulis. Teknologi digital menandai sebuah era kesadaran masyarakat digital.
baru dalam kehidupan manusia. Masyarakat
Menurut Michael Foucault disciplinary
agraria bertransformasi menjadi masyarakat
power beroperasi untuk menguasai tubuh agar
industri dan saat ini bertransformasi menjadi
menjadi patuh dan berguna. Kekuasaaan model
masyarakat digital. Masyarakat digital
ini biasanya beroperasi pada institusi seperti
menikmati berbagai aplikasi di smartphone
pendidikan dan sekolah. Penguasaan ini
maupun di Komputer dan/atau laptop seperti
berusaha menginternalisasi penundukan dan
belanja, travelling, transportasi, finansial
menjadikannya seolah sebagai suatu keadaan
teknologi (fintech) bahkan belajar, berbagai
yang normal. Sementara itu disciplinary power
flatform digital menjadi wadah bagi
beroperasi dalam skala besar melalui negara
masyarakat untuk belajar seperti ruang guru
dengan apa yang disebutkan Foucault sebagai
dan lain-lain bahkan telah menjadi flatform
govermentality.4
yang ditunjuk oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan pelatihan pra kerja. Penguasaan negara melalui disiplinary
power maupun pada skala besar seperti
Aplikasi-aplikasi digital ini tentu saja
govermentality beroperasi dalam skala besar
mempertajam corak konsumerisme dalam
seperti penguasaan teknologi melalui
masyarakat. Dibalik narasi-narasi kemudahan
algoritma. Logika algoritma menjadikan
hidup terdapat narasi-narasi kegetiran dan
manusia sebagai objek sehingga manusia tidak
kemirisan hidup di masyarakat digital.
lagi menjadi subjek di dalam peradaban.
Kapitalisme digital bersembunyi ke dalam
Logika algoritma ini menyebabkan
narasi-narasi kemudahan sehingga dapat tetap
perkembangan dengan kecepatan eksponensial
menguasai struktur negara maupun supra
di berbagai bidang. Rhenald Khasali
struktur negara meminjam istilah Karl Marx.
menyebutnya dengan istilah disrupsi. Khasali
Salah satu jurnal yang diterbitkan oleh
mengungkapkan disrupsi akan mengantarkan
Teknosains berjudul “Kuasa algoritmik dalam
manusia dari masyarakat pertanian menjadi
masyarakat digital (interpretasi pandangan

3 4
Wamil Nur dan Suratman Kayano, Kuasa Algoritmik Michael Foucault, Govermentality, In The Foucault
dalam Masyarakat Digital (Interpretasi Pandangan Effect, 1991.
Foucault atas Teknologi), Jurnal Teknosains Volume 14
No. 01, Januari-Juni 2020.
masyarakat industri dan jasa hingga menjadi bahkan lebih banyak dibandingkan revolusi-
masyarakat digital.5 revolusi yang terjadi sebelumnya?

Disrupsi akan terjadi diberbagai aspek Dalam konteks pandemic, penulis


kehidupan termasuk pada bidang kesehatan. tertarik untuk mengutip Ali S. Khan dalam
Lahirnya inovasi-inovasi baru dan juga bukunya berjudul “The Next Pandemic: On
munculnya pandemic baru menjadi tantangan the Front Lines Against Humandkind’s
tersendiri bagi masyarakat digital. Pandemic Gravest Dangers”6 mengatakan “but my most
covid-19 tentu saja akan mengubah secara important goals is to assert that not all
drastis kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai dan epidemics and pandemics are inevitable; and
norma-norma yang ada di masyarakat. the most are preventable if we have the will,
Pertanyaan yang selalu muncul pada kepala and we back up that determination with the
kita adalah kemana gelombang transformasi allocation of resources”. Ungkapan Ali S.
akan membawa masyarakat di Abad ke-21 akan Khan memberikan harapan ke umat manusia
diatur oleh prinsip-prinsip yang secara bahwa epidemic dan pandemic bukannya tidak
fundamental berbeda dari abad ke-20? bisa dihindari atau tak terelakkan, epidemic dan
pandemic dapat dihindari dengan cara
Nyaris seluruh cara pandang dalam
mengalokasikan sumber daya yang ada untuk
rupa nilai-nilai atau ideologi selama ini dipikul
melakukan penelitian dalam rangka melakukan
oleh teori-teori ekonomi politik dan sosial
langkah pencegahan terhadap epidemic dan
ratusan atau ribuan tahun lalu sebelum
pandemic. Poinnya adalah keinginan dan
komputer ditemukan, sebelum biologi
kemauan umat manusia dalam mengubah cara
molekuler dan ilmu otak maupun psikologi
pandang tentang dunia. Sekali lagi: mengubah
dikenal. Di depan mata sekarang akan ada
cara pandang kita tentang dunia!
banyak kesempatan terbuka lebar, pun
demikian dengan persoalan dan tantangan yang Masyarakat Digital & Kapitalisme Digital
menghadang. Saat ini, pandemic menjadi ujian
Kosa kata media sosial, data raksasa,
bagi manusia. Benarkah pandemic covid-19
komputasi awan, biologi sintetis, CRISPR
merupakan gerbang peradaban digital.
(clustered regularly interspaced short
Peradaban yang akan banyak memakan korban

5 6
Rhenald Khasali, Disruption, Menghadapi Lawan- Ali S. Khan, The Next Pandemic: On The Front Lines
lawan tak terlihat dalam peradaban uber, Jakarta: PT. Against Humankind’s Gravest Dangers, New York:
Gramedia Pustaka, 2017. Public Affairs, 2016.
palindromic repeats), Internet of Things, Blok optimisme ditopang oleh
drone, blockchain dan mobil otonom korporasi, pemerintah, kaum professional,
merupakan penanda lahirnya masyarakat baru ilmuwan/akademisi/intelegensia, leissure class,
masyarakat digital. Seperti ulasan di atas, kaum konsumeris dan warga yang
masyarakat digital menikmati berbagai aplikasi terkategorikan oleh kehadiran teknologi itu.
untuk berbagai kemudahan. Sementara itu, blok pesimisme diisi kaum
buruh yang kerja-kerjanya terancam tergusur
Cristian Fuchs7 mencatat pesatnya
atau mereka yang merasa dirugikan oleh
perkembangan teknologi digital memicu
kehadiran teknologi dan kaum solipsism yang
optimisme dan juga kecemasan. Tersisa
meratapi hilangnya pesona dunia
sebagian kecil kritisisme. Blok optimisme
(disencanthement of the world) karena
dalam masyarakat menilai bahwa teknologi-
datangnya teknologi-teknologi otomasi.
teknologi digital telah secara radikal
mentransformasikan dunia, menjanjikan Blok kritisisme dihuni kaum yang
bentuk-bentuk komunitas baru, cara-cara menolak tunduk pada berbagai bentuk narasi
alternatif untuk mengetahui dan merasakan, kebenaran tunggal dari sistem
inovasi kreatif, kultur partisipatif, aktivisme pengetahuan/kuasa (knowledge/power) dan
berjejaring dan persemaian demokrasi. kerja-kerja delusional di balik teknologi
Sedangkan blok pesimis berargumen bahwa tersebut. Kendatipun hidup dan bernaung
teknologi-teknologi digital sama sekali tidak dalam ekosistem digital, kaum kritis ini berani
membawa perubahan positif, melainkan justru mengambil jarak dan mengkalkulasi atas
memperparah kedalaman dan perluasan berbagai kemungkinan, potensi, risiko, limitasi
dominasi melalui bentuk-bentuk kontrol yang dan ideologi di balik setiap aktivisme digital
baru seperti jejaring otoritarianisma, yang dilakukannya. Menurut Hardt & Negri8
dehumanisasi digital, alienasi 2.0, jejaring kaum yang terakhir ini tidak mudah
eksploitasi dan bangkitnya surveillance diklasifikasikan. Mereka berada dimana-mana,
society. cair dan berserak sebagai multitude. Blok
optimisme mendominasi baik pada tataran

7 8
Cristian Fuchs, Introduction dalam David Chandler dan Michael Hardt dan Antonio Negri, Multitude: War and
Cristian Fuchs, Digital Objects, Digital Subjects: Democracy in the Age of Empire, New York: Penguin
Interdisiplinary Perspective in Capitalism, Labour and Press, 2004.
Politics in Age of Big Data, London: University of
Westminster Press, 2019.
struktural maupun gugus sektoral, mulai dari penelitian dan administrasi mengalami
tataran global, nasional, hingga lokal. akselerasi aktivitas digital yang semakin
terhubung dengan strategi kontrol manajerial.
Dominasi blok optimisme karena
Bahkan untuk efesiensi pelayanan publik,
ditopang oleh kapitalisme digital. Sebagai
mimpi besar pemerintah mengakselerasi
contoh, kapitalisme big data dan kuasa
layanan internet berkecepatan tinggi di sektor
algoritmik bisa membuat dunia berubah
peningkatan pertumbuhan ekonomi baik sektor
menjadi suatu mall belanja raksasa di mana
primer, sektor sekunder, maupun sektor jasa.
manusia-manusia dijadikan target iklan hampir
Tentu saja mimpi itu adalah bagian yang tidak
di manapun, dan di mana logika komersial
terpisahkan dari platform kapitalisme digital
mengkoloni masyarakat. Dalam dunia big data,
sebagaimana yang berlaku tunggal di tataran
algoritma yang menggunakan logika
mondial. Data-data statistik menunjukkan
instrumental untuk mengkalkulasi keputusan-
penggunaan internet di Indonesia bahkan di
keputusan dan kebutuhan-kebutuhan manusia
dunia sebagai berikut:
dapat mengotomasi dan memprediksi aktivitas
sehari-hari. Masalahnya adalah bahwa Tersaji dalam gambar 1, berdasarkan
algoritma-algoritma dan mesin-mesin itu tidak data dari Hootsuite, Indonesia berada pada
memiliki etika dan moral. Persis dalam konteks urutan ke delapan pengguna internet terlama
inilah kita penting mempertanyakan “apakah dalam sehari. Rata-rata penggunaan internet
ilmu sosial komputasional, kemanusiaan dgital dalam sehari adalah 07 jam 59 Menit. Indonesia
dan datafikasi di berbagai lini tersebut mampu berada diatas Malaysia.
melahirkan sejumlah pendekatan riset baru atau
peluang memproduksi ruang-ruang sosial bagi
terbentuknya subyek didik yang emansipatoris,
berkeadilan dan inklusif di era digital atau
hanya menghasilkan suatu positivism digital
yang justru mengancam independensi
masyarakat kritis?”.

Pandemic Covid-19 memaksa kita


Sementara itu, Statista per maret 2019
mengikuti modus operandi dari kapitalisme
menunjukkan bahwa dari 3,94 miliar pengguna
digital. Saat ini ruang-ruang perkuliahan,
internet di seluruh dunia, Indonesi berada di
peringkat kelima dunia dengan pengguna emansipatoris, berkeadilan dan inklusif dapat
internet sebanyak 143,6 juta. Seperti yang ada tetap hidup dalam masyarakat digital atau
pada gambar 2. sederhananya pencapaian kehidupan manusia
yang harmoni dengan menggunakan sifat-sifat
kemanusiaan masyarakat digital.

Gerbang Peradaban Digital

Peradaban digital dimulai dari sebuah


revolusi sosio teknologis yang mengantarkan
manusia memasuki abad digital dan abad
biologi. Sebuah peradaban di mana semua tabir
Sementara itu dirilis dari Hootsuite per keterbatasan fisik, biologis, ruang dan waktu
Januari 2020, 4,54 miliar pengguna internet di manusia menyingkirkan satu per satu atau
seluruh dunia atau 59% dari total populasi beramai-ramai. Pada saatnya segala hal akan
masyarakat dunia seperti pada gambar 3. menjadi serba cerdas, yang akan melayani atau
mengambil alih 58% pekerjaan fisik, dan
menyisakan hal-hal yang kreatif saja untuk
diselesaikan otak dan otot manusia yang
berkesempatan untuk menjadi lebih cerdas.
Yang tak ada preseden sejarah sebelumnya.

Revolusi 4.0 mengawali peradaban


digital dengan tiga hal yang saling bersaing
Dengan melihat statistik perkembangan
mengisi ruang-ruang hidup publik dan pribadi
digitalisasi di dunia berdasarkan penggunaan
dalam tahun-tahun mendatang. Pertama, Ilmu
internet di dunia dan di Indonesia. Penulis
Komputer yang memungkinkan mesin cerdas
mengajak kita bersepakat bahwa kita sedang
mengambil alih sebagian pekerjaan manusia
memasuki sebuah era digital yang akan
melalui kecerdasan buatan dan mesin
berujung pada terbangunnya peradaban digital.
pembelajar. Kecepatan komputer terus
Dan melalui tulisan ini, penulis akan berusaha
meningkat mengikuti hukum Moore dengan
menguraikan langkah-langkah sederhana yang
fungsi makin mendekati otak manusia. Otak
dapat dilakukan agar prinsip-prinsip
manusia beroperasi menggunakan sel otak
(neuron) dan supercomputer menggunakan mereka tak hanya di kampus, kampung, atau
transistor. Kedua, neurosciensce (ilmu saraf) pabrik tertentu yang terlokalisasi. Agen-agen
yang berusaha mengunggah kesadaran manusia revolusi ada di supercomputer, robot-robot
(memori dan rasa) ke perangkat digital cerdas, kecerdasan buatan, smartphone, laptop
sehingga memungkinkan kesadaran manusia bahkan di jam tangan. Pelurunya bukan lagi
melampaui batasan-batasan fisiknya. Ketiga, peluru tetapi data raksasa (big data), mulai dari
rekayasa genetik yang di masa depan tingkat konsumsi pulsa, jumlah klik, denyut
memungkin lahirnya manusia serba super dan nadi, tekanan darah, jenis makanan, olahraga
serba sehat tanpa meninggalkan tubuh fisiknya. favorit, musik favorit sampai golongan darah.

Dampak yang ditimbulkan oleh Kunci dari peradaban digital adalah


gelombang peradaban digital akan konektivitas. Jejaring adalah wajah peradaban
mengguncang keyakinan-keyakinan lama, digital. Jejaring pada dasarnya telah ada dalam
dengan kedalam yang menjangkau setiap kehidupan manusia atau merupakan wajah asli
lapisan di masyarakat dan keluasan yang alam maupun masyarakat karena jejaring
memaksa setiap organisasi sosial, bisnis, dan menghadirkan kehidupan di berbagai level. Di
politik untuk bertransformasi menyesuaikan setiap level entitas kehidupan berkomunikasi,
diri. Sebagai contoh dalam dunia pendidikan saling mempengaruhi dan berkreasi bersama,
dikenal istilah personalized education dan mulai dari level selular (sel tubuh) hingga sosial
MOOCS (Massively Open On-line Courses), dan bahkan saat ini pada kehidupan digital.
dibidang kesehatan kita mengenal istilah Masyarakat mengenal frasa “six degree of
personalized medicine menjadi sistem separation” untuk menjelaskan rata-rata antar
pengobatan melalui perekaman genome, setiap orang di muka bumi, maka jejaring
hingga munculnya financial technology online membuat jarak yang lebih pendek
menantang bank-bank konvensional. dengan rata-rata 4,67 derajat.

Efek disruptif dari terobosan sains dan Paradigma Intersubjektif berbasis Nilai
inovasi teknologi akan mengalami multiplikasi Dasar Pergerakan PMII
berkali-kali lipat karena konektivitas yang
Sebagai organ kaderisasi, Pergerakan
terbangun antarmanusia. Peradaban digital di
Mahasiswa Islam Indonesia memiliki cara
abad ke 21 membuat kita tergopoh-gopoh
pandang atau paradigma dalam merespon
bahkan mereka berskala massif dan agen-agen
perubahan zaman. Sejarahnya ada tiga
paradigma besar yang menjadi cara pandang dan juga terhadap perspektif, kepentingan dan
bagi kader PMII sesuai dengan ruang dan kesuksesan orang lain. Pencapaian manusia
waktu. Misalnya Paradigma Arus Balik sosial akan kepentingan pribadinya terletak
Masyarakat Pinggiran (ABMP), Paradigma pada poin kolaborasi bukanlah menuju puncak
Kritis Transformatif dan Paradigma piramida keunggulan satu individu terhadap
Menggiring Arus. Ketiga paradigma tersebut individu lain. Kesuksesan manusia sosial diraih
sudah cukup hebat untuk mengantar dengan jaringan kolaborasi antarindividu dan
kemampuan kader PMII menuju gerbang sumber daya. Titik keseimbangan bukan pada
peradaban digital. puncak paramida statis melainkan titik-titik
dinamis jejaring sosial yang terus bergerak.
Salah satu kunci dalam peradaban
digital adalah kolaborasi. Kolaborasi pada Titik keseimbangan ini hanya bisa
dasarnya telah menjadi nilai gerakan di PMII. dicapai dengan menguatkan interaksi antar
Pada aspek hubungan sesama manusia, kader subjek baik Tuhan, Manusia dan Alam. Selama
PMII telah diajarkan peran untuk menghargai ini eksploitasi dan kapitalisme hidup pada
peran sesama manusia atau dalam tawaran ruang interaksi yang memposisikan lingkungan
gagasan menghadapi kapitalisme digital bahkan manusia lain sebagai objek bukan
disebut dengan istilah manusia sosial. Manusia sebagai subjek. Maka tidak salah ketika Harari
sosial menempatkan interaksi, kerja sama dan mengatakan bahwa tiga penyebab punahnya
kolaborasi sebagai hal yang fundamental dalam umat manusia yaitu Perang, Penyakit dan
proses kreasi dan kinerja sistem. Di era digital Kelaparan. Paradigma intersubjektif ini
saat ini, manusia sosial telah lahir kembali bukanlah istilah baru melainkan apa yang telah
menjadi alternatif dari manusia ekonomi. dipraktekkan oleh para pendahulu kita dalam
Berbeda dengan manusia ekonomi yang membangun peradaban dan menjada titik
independen dan egois, manusia sosial hidup keseimbangan agar menjadi tetap dinamis
dalam jaringan kolaborasi. bukan malah menjadi statis di puncak piramida.

Manusia sosial berupaya mengejar Tentu saja butuh diskusi lebih Panjang
keinginannya sembari mempertimbangkan untuk menerima intersubjektif sebagai
dampak dari setiap keputusan yang paradigma dan pola interaksi manusia tetapi
dihidupinya, dengan berempati terhadap sebagai pelengkap dari ketiga paradigma
lingkungan (hubungan manusia dengan alam) lainnya. Paradigma intersubjektif Tuhan, Alam
dan Manusia dapat menjaga titik keseimbangan intersubjektif ini akan semakin lengkap ketika
peradaban baru yaitu peradaban digital. dipadukan dengan paradigma lainnya sehingga
Peradaban dimana algoritma bekerja secara kader PMII dapat tetap merawat kegelisahan
sistematis menaklukkan manusia dan alam dan harapan dalam merevitalisasi dan
bahkan bisa menjadi tuhan seperti yang meneguhkan praktik emansipasi, keadilan dan
dibayangkan oleh Harari “Deux el Manchina”, inkulis sosial yang terjewantahkan dalam
Tuhan yang keluar dari Mesin (Kecerdasan bentuk dzikir, pikir dan amal saleh sebagai
Buatan). keutamaan hidup bersama terutama kaum
musta’adafin (kaum tertindas) di masa depan.
Bagi penulis gelombang dinamika
sejarah harus ditangkap dan dirangkul. Inilah Sebagai penutup penulis ingin
kenapa kita tidak perlu khawatir dengan mengucapkan selamat hari lahir Pergerakan
berbagai terobosan teknologi baru seperti Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke 60,
kecerdasan buatan, robot dan data raksasa. semoga “Kaidah Ushul Fiqih”-memelihara hal-
Peradaban digital membawah dua wajah baru, hal lama(tradisi) yang bagus serta mengambil
peluang dan tantangannya. Wajah lainnya kita hal-hal baru yang lebih baik- tetap menjadi
ciptakan dalam bentuk manusia sosial yang pegangan kader dalam menjalani kehidupan di
mampu berkolaborasi (intersubjektif) baik pada peradaban digital.
manusia, alam maupun tuhan. Paradigma
Makassar, 17 April 2020

Anda mungkin juga menyukai