Anda di halaman 1dari 13

Masyarakat Informasi Dalam Perspektif Manuel

Castells
Advertisement Dokumentasi tulisan ini adalah tugas kelompok untuk mata kuliah
Pemberdayaan Masyarakat Informasi, Prof. Partini. Kebetulan dalam dalam kelas itu dibagi
menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama adalah pandangan dari David Dickson
mengenai teknologi dan kelompok kedua adalah pandangan dari Manuel Castells mengenai
teknologi informasi dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan masyarakat informasi.

Tulisan ini bisa disebut sebagai ringkasan dari beberapa bahan bacaan dari para teman-
teman yang tergabung dalam kelompok kedua. Beberapa diantaranya saya sendiri, Berlian
Eka Kurnia, Nuraini Perdani, Rahmat Fadhli, Resti Laras Gilang Parindra, dan Futri
Wijayanti. Berikut tulisan lengkapnya:

Masyarakat Informasi Dalam Perspektif Manuel Castells


Seperti yang kita ketahui, menurut Ito (1981) dalam Denis Mcquail (2011) bahwa istilah
masyarakat informasi pertama kali berasal dari Jepang pada tahun 1960-an. Walaupun
dalam buku Denis Mcquail tersebut juga mengatakan pada dasarnya jika diruntut awal
sejarahnya, ternyata masyarakat informasi tidak terlepas dari konsep masyarakat ‘pasca-
industrial’dari Daniel Bell pada tahun 1977. Perkembangan masyarakat informasi secara
umum akan dikaitkan dengan adanya kemajuan teknologi informasi yang mempengaruhi di
segala bidang. Oleh karenanya, selain Daniel Bell , dua tokoh yang pionir dalam mengkaji
perkembangan teknologi informasi adalah Manuel Castells (1996). Keduanya juga termasuk
ahli dalam perkembangan teori masyarakat informasi. Jika Bell menyebut masyarakat
informasi dengan sebutan masyarakat pasca-industrial, maka Castells menyebutnya dengan
istilah “zaman informasi”.

Bagi Castells, dikatakan bahwa kemajuan teknologi informasi telah menyediakan “dasar
materi” bagi “perluasan pervasive” dari apa yang disebut bentuk jejaring sosial dari
organisasi dalam setiap keadaan struktur sosial (Rahma Sugihartati, 2014:39). Pervasive
adalah suatu bentuk dimana teknologi telah menyatu terhadap pemakai teknologi dan
lingkungannya sehingga teknologi tersebut bukan suatu hal yang khusus. Bisa dikatakan
teknologi tersebut sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Misalnya penggunaan
smartphone oleh seseorang untuk aktivitasnya sehari-hari. Ketika smartphone tersebut
ketinggalan, maka akan menimbulkan ketidakpastian perasaan.

Manuel Castells memiliki banyak pandangan terhadap perkembangan masyarakat informasi.


Dua diantaranya adalah mengenai konsep informasionalisme dan masyarakat jaringan.
Tulisan ini akan mengulas seperti apa gambaran umum masyarakat informasi berdasarkan
perspektif dari Manuel Castells. Secara umum, ada enam hal yang menjadi gambaran
masyarakat informasi menurut perspektif Manuel Castells tersebut, yakni informasionalisme,
masyarakat jaringan (network society), perekonomian global atau ekonomi informasional,
transformasi angkatan kerja, global city dan cyberculture.
Informasionalisme
Dalam pandangan Castells, teknologi komputer dan aliran informasi telah mengubah dunia
bahkan hingga menimbulkan permasalahan pada bidang sosial, ekonomi, dan budaya.
Istilah informasionalisme yang dikenalkan Castells adalah suatu mode perkembangan
dimana sumber utama produktivitas terletak pada optimalisasi kombinasi penggunaan
faktor-faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi. Jadi, tidak hanya bardasarkan
pada kekuatan modal. Seperti halnya konsep smart city, pada dasarnya adalah memandang
sebuah informasi dan pengetahuan memainkan peranan penting dalam kepengelolaan kota.
Menurut Castells (2000) dalam Rahma (2014), bahwa penerapan pengetahuan (knowledge)
dan informasi menghasilkan suatu proses inovasi teknik yang sifatnya akumulatif serta
berpengaruh signifikan terhadap organisasi sosial. Sehingga perkembangan masyarakat
diakhir abad ke-19 yang dipengaruhi oleh perkembangan informasi dan teknologi informasi
disebut sebagai masyarakat jaringan (network society).

Masyarakat Jaringan (Network Society)


Castells melalui konsepnya tentang masyarakat jaringan (network society) mengembangkan
konsep Daniel Bell pada awal tahun 1970-an. Berawal dari adanya revolusi informasi di
Amerika pada tahun 1970-an mengakibatkan terjadinya perubahan luar biasa pada
pengelolaan dan peran informasi, melahirkan restruksturisasi fundamental pada sistem
kapitalis yang disebut sebagai “kapitalisme informasional”. Selanjutnya dari sinilah muncul
istilah “masyarakat informasi”. Kedua istilah diatas muncul didasarkan pada
“informasionalisme”. Perkembangan masyarakat pada abad ke-19 yang dipengaruhi oleh
perkembangan informasi dan teknologi informasi disebut sebagai masyarakat jaringan atau
yang lazim disebut sebagai network society (Rahma Sugihartati, 2014:61).

Dengan adanya jaringan (network) memungkinkan komunikasi berjalan kesemua arah, pada
level struktur manapun, tanpa perlu diwakilkan. Produktivas dan efisiensi kerja organisasi/
institusi akan semakin berkembang pesat dengan adanya perkembangan teknologi informasi
dan jaringan informasi. Dengan adanya jaringan ini, maka seyogyanya pemberdayaan
masyakarat informasi dapat dilakukan ke semua lapisan masyarakat, pada level struktur
mana saja, dimanapun dan kapanpun. Jaringan menjadi hal penting karena dengan adanya
jaringan setiap individu berhubungan satu sama lain, saling terbuka, mampu berkembang,
dinamis, dan mampu bergerak ke arah yang lebih baik. Adanya jaringan ini juga membuat
kapitalisme semakin mendunia dan teroganisasi. Hal ini tergambar pada perkembangan
perusahaan transnasional yang luar biasa berkembang di berbagai negara, tidak akan terjadi
tanpa dukungan teknologi informasi. Adanya teknologi informasi disini memadukan
jaringan kerja dan komunikasi secara terintegrasi.

Ekonomi Informasional
Ekonomi pada dasarnya mengalami dinamika perubahan dari waktu ke waktu. Dinamika
tersebut ditandai dengan perubahan bentuk ekonomi tradisional menjadi ekonomi baru.
Ekonomi yang ada saat ini adalah ekonomi yang baru dimana dikenal dengan ekonomi yang
informasional dan global. Perekonomian informasional adalah perekenomian perusahaan,
perekonomian di suatu wilayah atau Negara, yang sumber produktivitas dan daya saingnya
sangat tergantung pada dukungan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi pengolahan
yang mereka miliki, termasuk teknologi manajemen dan manajemen teknologi (Rahma
Sugihartati, 2014:61).

Kemunculan ekonomi informasional global yang baru semakin menguntungkan organisasi


ataupun Negara, ekonomi ini bersifat informasional karena produktivitas dan daya saing
dari unit-unit dan agen-agen dalam ekonomi ini secara mendasar tergantung pada kapasitas
mereka untuk menghasilkan, memproses dan mengaplikasikan pengetahuan dan informasi
secara efisien. Sifat eknomi ini adalah mengglobal karena mempunyai kapasitas untuk
bekerja sebagai unit secara real-time pada skala dunia (planetary), melewati batas-batas
Negara dan terjadi karena adanya teknologi komunikasi dan informasi. Dengan bangkitnya
ekonomi informasional yang bersifat global ini muncul bentuk organisasional yang baru
yakni perusahaan jaringan [network enterprise], yaitu bentuk spesifik perusahaan yang
sistem sarananya dibangun dari titik temu sejumlah segmen sistem tujuan otonom.
Perusahaan jaringan ini adalah perwujudan dari kultur ekonomi informasional global yang
memungkinkan transformasi tanda-tanda ke komoditas seperti informasi dan pengetahuan.
Pada era masyarakat informasi ini, dalam kontek ekonomi informasional, satu hal penting
yang disebut Castells (1996) adalah “Jaringan”, yang sifatnya terbuka, mampu melakukan
ekspansi tanpa batas, dinamis dan mampu berinovasi tanpa merusak sistem.

Transformasi Angkatan Kerja


Ciri lainnya yang menandai peranan teknologi terhadap masyarakat informasi melalui
kacamata Castells adalah adanya transformasi angkatan kerja / lapangan pekerjaan.
Masyarakat informasi dipandang sebagai sebuah gejala sosial yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan masyarakat. Penggunaan teknologi dalam lingkup masyarakat
informasi juga memiliki peranan yang cukup signifikan dalam perubahan/transformasi
angkatan kerja. Penggunaan teknologi dalam dunia pekerjaan memunculkan kecemasan dan
kekhawatiran akan pengurangan jumlah tenaga kerja teknis yang dapat digantikan oleh
teknologi sehingga jumlah pengangguran akan meningkat. Teknologi baru yang menjadi
basis bisnis akan membuka peluang: (1) operasional pekerjaan berjalan secara otomatis,
perusahaan menjalankan produksi di luar negeri atau melakukan “outsource” pasokan atau
mengadakan subkontrak dengan perusahaan-perusahaan kecil; dan (2) pengembangan
jaringan perusahaan dengan melakukan subkontrak yang bersifat individual antara
manajemen dan pekerja secara ad hoc untuk waktu dan pekerjaannya.

Di sisi lain, perkembangan teknologi ini juga membuka peluang jenis pekerjaan baru.
Perkembangan ini memunculkan pertumbuhan lapangan pekerjaan mandiri, pekerjaan
temporer, dan paruh waktu yang bisa dibayar sangat tinggi tergantung pada kualitas hasil
kerja yang diberikan. Dengan catatan, kondisi ini dimungkinkan terjadi pada masyarakat
yang melek teknologi informasi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan dan keterampilan
yang rendah dan tanpa kemampuan untuk ‘bersahabat’ dengan teknologi akan tertinggal.

Berbeda dengan era masyarakat industri di mana posisi pekerja sering kali hanya dipandang
sebagai kumpulan massal dari para buruh yang acap kali tersubordinasi, di era masyarakat
informasi, munculnya berbagai profesi dibidang jasa pengolah informasi dan orang-orang
yang menguasai teknologi informasi, umumnya memiliki posisi bargaining lebih dan
dihargai kompetensinya. Kondisi ini juga berlaku dalam dunia perpustakaan. Permintaan
akan tenaga pustakawan hari ini tidak lagi hanya kebutuhan akan pengetahuan dan
keterampilan mengklasifikasi buku, namun lebih dari itu adalah bagaimana pustakawan
dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan akan teknologi informasi dalam
pekerjaan keseharian di perpustakaan.

Global City
Sebagaimana yang dikatakan Castell bahwa ruang mengalir adalah organisasi materi
praktek-praktek sosial pertukaran waktu yang bekerja melalui aliran jaringan. Jaringan
adalah serangkaian titik, hub atau node - ini bisa orang, kota, bisnis, nationstates -
dihubungkan bersama oleh arus dari berbagai macam: arus informasi, bahkan, uang, orang.
Jadi ruang arus adalah baik node dan menghubungkan. Appadurai mencoba untuk
menkonseptualisasikan globalisasi dengan dunia yang silang-menyilang oleh serangkaian
tidak berkesinambungan yang bereaksi dengan bergabung dalam jaringan kejahatan global.
Selain itu, mereka tidak hanya mengelilingi dunia seperti satelit, mereka mendarat. Di mana
mereka mendarat, dan apa hasil dari arahan mereka, juga sama tidak terduga.

Appadurai dan Castells juga setuju bahwa node mana ini proses yang kompleks yang paling
jelas bermain yang disebut-kota global. Karakteristik lain dari ruang arus berkaitan dengan
waktu. Waktu bermetamorfosis oleh ruang arus, menciptakan apa yang disebut Castells
waktu abadi (sampai nanti). Castells telah menyebut ini sebagai pemusnahan ruang oleh
waktu, atau waktu-ruang kompresi. komunikasi global seketika mengalir membuat ruang
menyusut. Pengalaman ruang, jarak, secara mendalam dimediasi oleh waktu: waktu
perjalanan membuat kita merasakan betapa dekat atau jauh tempat yang, tergantung pada
mode transportasi. dunia terasa lebih kecil dari pesawat jet. Bahkan berlaku sama dengan
komunikasi. Castells juga membuat sejumlah komentar wawasan lain di dunia kota di
masyarakat jaringan. Salah satunya adalah bahwa 'kota global terbuat dari banyak potongan-
potongan kota di seluruh dunia. Sebuah kota global bukan tempat, tetapi merupakan proses.
Bagian dari proses ini adalah tentang disembedding, kota global yang menekankan
interkoneksi dengan kota global lainnya.

Sebagaimana Castell dalam (Bell, 1970: 71) mengatakan, 'Globalisasi sangat selektif. "Selain
itu, geografi baru ini tentang kekuatan jaringan, tidak jaringan kekuasaan. Sebagaimana
dicatat, disebut kota global utama node atau hub di ruang mengalir. Ini bagi Castells, dan
bagi kita, menimbulkan sebuah teka-teki yang menarik. Diberikan kualitas dari masyarakat
jaringan, mengingat bahwa ruang-waktu orang kompresi 'membebaskan' dari kendala
geografi, dan diberikan semua tentang cara-cara baru 'hidup kabel'. Kota global yang
'cenderung untuk menghasilkan gaya arsitektur, jenis tertentu kosmopolitan estetika, dan
serangkaian fasilitas yang mencirikan gaya hidup yang elit global' seperti restoran yang
menyajikan sashim atau berbagai macam 'ruang VIP' yang menawarkan berkelas. Sehingga
ruang arus adalah jaringan tempat yang terhubung satu sama lain. Tidak hanya node dari
komunikasi elektronik, tetapi juga situs dari konstelasi kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan
politik.

Lalu adanya fenomena lain yang menarik luas akademik dan pembuatan kebijakan
perhatian baru-baru ini yang membuat beberapa kota lebih menarik bagi inovator dan
materi yang dipandang sebagai penyelamat kota dirusak oleh pergeseran untuk
memasukkan industrialisme (atau informationalism) yang patah hati pusat-pusat kota di
seluruh dunia, dan juga sebagai mesin dari competitivenss antar-kota baru, sebagai kota
mempromosikan diri. Hal inilah yang kemudian mengalami pertumbuhan suatu kota dan
berkembang menjadi kawasan kosmopolitan. Hal inilah kemudian banyak kota besar di
dunia kini ramai-ramai membuat tagline kampanye untuk mencitrakan dirinya sebagai kota
global. Dan terjadi proses globalisasi dalam pembangunan kota menjadi kota global.

(Dampak Masy Jaringan) Cyberculture


Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, memberikan dampak yang sangat
besar bagi perkembangan masyarakat, sehingga muncullah suatu pola masyarakat baru.
Castells mengemukakan bahwa hal baru pada era masyarakat ini dimulai oleh sesuatu yang
sederhana, yakni teknologi. Hal ini bukan berarti bahwa teknologi dapat menciptakan
masyarakat, melainkan teknologi merupakan bagian dari masyarakat. Castells menjelaskan
bahwa teknologi informasi baru bukanlah penyebab dari adanya transformasi sosial, tetapi
tanpa adanya teknologi, proses yang mengarah pada transformasi sosial tidak dapat terjadi.
Oleh karenanya teknologi dapat dikatakan sebagai suatu kebutuhan bagi masyarakat
sekarang (network society). Berbagai macam infrastruktur teknologi yang kita miliki saat ini
berbasis pada komputer, teknologi jaringan, telekomunikasi, dan perkembangan dari
nanoteknologi. Hal ini merupakan transformasi yang luar biasa baik dilihat dari sisi positif
maupun negatifnya, mereka menyediakan dasar infrastruktur yang sepenuhnya berbeda dari
20-25 tahun yang lalu.

Kita tidak dapat mengatakan bahwa hanya karena kita berada pada suatu tatanan
masyarakat baru, maka semua masalah dapat diselesaikan dengan mudah. Kita harus bisa
mengenali hal baru apa yang dihasilkan teknologi, bagaimana kompleksitas yang dihasilkan
dari munculnya teknologi, serta tantangan apa yang diberikan teknologi terhadap
masyarakat. Faktanya kita dapat dengan mudah merusak dunia, masyarakat, maupun diri
kita sendiri sebagaimana kita dapat membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi
kehidupan manusia hanya dengan mengandalkan teknologi. Sesuatu yang baru dari
masyarakat ini adalah adanya jejaring, artinya saat ini kita tidak hanya memasuki paradigma
teknologi baru, tetapi suatu bentuk baru struktur organisasi atas segala apa yang kita
lakukan. Kita telah bergeser dari masyarakat yang segala bentuk aktivitasnya terorganisasi
secara vertikal, terstandardisasi, terstruktur secara rasional dan hirarkis, menjadi
masyarakat yang aktivitasnya berjejaring.

Pada tahun 1990-an masyarakat Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya membuat
program pengembangan infrastruktur informasi modern atau disebut dengan information
superhighway, yang pada akhirnya memicu munculnya dunia maya (cyber space). Castells
(dalam Sugihartati, 2014:39) mengatakan bahwa era revolusi informasi selalu ditandai
dengan adanya perkembangan teknologi informasi, sehingga memunculkan kebudayaan
virtual riil, yakni suatu sistem sosial-budaya baru dimana realitas sepenuhnya masuk dalam
setting citra maya, yang di dalamnya tampilan tidak hanya ada di layar tempat
dikomunikasikannya pengalaman, namun telah menjadi pengalaman itu sendiri. Dengan
kata lain, di era masyarakat post-industry realitas sosial dapat dikatakan telah mati, yang
kemudian diambil alih oleh realitas yang bersifat virtual, realitas cyberspace. Dunia baru
yang dimediasi oleh hadirnya teknologi informasi yang makin maju dan super canggih telah
melahirkan hal-hal yang serba virtual, seperti kebudayaan virtual dan komunitas virtual.

Kelahiran revolusi informasi yang ditandai dengan teknologi komunikasi dan media baru
(new media) mulai menggeser peran media-media konvensional, bahkan pada titik tertentu
new media memberikan lebih dari apa yang bisa diberikan oleh media konvensional.
Perpustakaan sebagai suatu lembaga pusat informasi seharusnya dapat melihat fenomena
revolusi informasi ini sebagai suatu peluang dalam membentuk dan mengembangkan
perpustakaan yang lebih futuristik. Segala bentuk perubahan yang diakibatkan karena
munculnya masyarakat informasi, seperti munculnya realitas virtual (cyberspace) dan new
media, dapat dijadikan senjata bagi perpustakaan untuk meningkatkan mutu layanannya
yang berbasis pada preferensi pengguna.

Perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih serta munculnya revolusi


informasi, memberikan dampak perubahan yang signifikan terhadap perilaku membaca
maupun perilaku penemuan informasi masyarakat. Pada zaman dahulu sebelum munculnya
internet, proses pencarian informasi cenderung berkutat dengan buku maupun bahan
tercetak lainnya, namun pada era generasi milenium mulai terjadi perubahan perilaku
pencarian informasi, dimana mereka lebih bergantung terhadap bahan digital dibandingkan
dengan bahan non-digital.

Perihal tersebut didukung oleh pernyataan Junni (2007) yang mengatakan bahwa
keberadaan internet telah mengubah perilaku penemuan informasi masyarakat, dimana
ketergantungan pemustaka terhadap koleksi perpustakaan terkurangi oleh banyaknya
informasi yang berjejalan di dunia maya. Berkenaan dengan hal itu, Sugihartati (2011) juga
telah menyampaikan bahwa di era masyarakat informasi, seorang pengguna yang
membutuhkan informasi tertentu tidak harus datang ke perpustakaan dan kemudian
mencari koleksi yang dibutuhkan di rak-rak dengan dibantu katalog, melainkan ia cukup
duduk di kamarnya sendiri, membuka laptop, dan kemudian berselancar di dunia maya
untuk mendownload e-book atau mencari informasi yang dibutuhkan melalui google, yahoo,
atau situs-situs lainnya.

Teknologi digital tidak menciptakan revolusi itu sendiri, melainkan hanya berperan sebagai
alat yang mendasari/mendukung infrastruktur komunikasi saat ini yang berguna untuk
menyimpan dan mentransmisi data. Nilai yang diciptakan oleh jejaring sosial dan internet
jelas berkaitan dengan fakta yang memungkinkan seseorang untuk berinteraksi dengan
kerabat jauh menggunakan facebook, email, whatsapp, skype, serta aplikasi-aplikasi serupa
lainnya secara gratis. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan juga dengan mudah
tersebar ke seluruh penjuru dunia dengan bantuan teknologi digital ini. Seperti yang kita
ketahui, kita dapat dengan mudah mengakses buku-buku serta jurnal hasil penelitian
melalui internet. Saat ini internet dapat menyediakan segala macam informasi yang
terpercaya, dimana kita dapat mengunduh e-book, e-journal, video, musik, serta jenis
informasi lain dari sumber aslinya. Bahkan media belajar online juga tersedia dalam
berbagai macam topik. Saat ini seseorang dapat membawa perpustakaan kecil di saku
mereka yang terekam dalam flashdrive atau smartphone mereka. Fenomena ini menciptakan
sebuah dunia informasi yang mudah untuk diakses. Nilai yang dihasilkan oleh teknologi
digital ini sangat luar biasa, hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sistem
pengukuran nilai yang digunakan pada era industri yang berdasarkan modal dan uang.

Terima kasih buat teman-teman satu kelompok: Berlian Eka Kurnia, Nuraini Perdani,
Rahmat Fadhli, Resti Laras Gilang Parindra, dan Futri Wijayanti. Semoga tulisan ini bisa
bermanfaat.

Daftar Pustaka

 Castells, Manuel.1996. The Rise of The Network Society (The Information Age: Economy,
Society, and Culture). London:Willey-Blackwell
 Junni, P.2004.Students Seeking For Information For Their Masters’s Theses: The Effect of
the Internet. Swedish School of Bussiness and Economics Administration.
 McQuail, Denis. 2011.Teori Komunikasi Massa.Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
 Sugihartati, Rahma.2014.Perkembangan Masyarakat Informasi & Teori Sosial
Kontemporer.Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
 __________________.2011.Menyikapi Perilaku Users Pada Layanan Perpustakaan di Era
Digital. Disampaikan pada Seminar Ethics of Librarianship. Surabaya: Perbanas
PEMBAHASAN

Manuel Castells lahir di Barcelona pada tahun 1942 dalam sebuah keluarga Francisco Franco. Castells
merupakan profesor di Open university of Catalonia dan pakar analisis Urbanisasi. Castell menerbitkan sebuah
karya trilogi “ The information Age” yang berisi 3 volume yaitu volume 1 “The Rise of Network Society”
(1996) menekankan masalah sosial struktural seperti teknologi, ekonomi dan tenaga kerja proses yang
meletakkan dasar bagi era informasi'. Volume 2 “The Power of Identity” (1997a) perhatian utama adalah dengan
sosiologi yang dari 'masyarakat jaringan', khususnya dengan gerakan sosial yang muncul dalam menanggapi
perubahan fundamental dan kemudian mengambil keuntungan dari keadaan baru disajikan. Volume 3 “End of
Millenium “(1998) adalah yang paling eksplisit bersangkutan dengan politik, tema utama adalah inklusi sosial
dan eksklusi, dan menjadikan pembelajaran pada Uni Soviet untuk masa depan Eropa, munculnya pinggiran
Pasifik dan secara signifikan dalam jaringan kejahatan global.

Argumen inti Castells adalah bahwa 'era informasi' atau 'masyarakat baru' yang telah diwujudkan melalui
pembangunan jaringan (Didukung oleh Teknologi informasi dan komunikasi) yang memberikan prioritas
untuk information flows. Castells tidak secara gamblang mengusulkan kehadiran sebuah 'masyarakat informasi'.
Dalam pandangannya semua masyarakat memiliki informasi yang digunakan, dan istilah 'masyarakat informasi'
sedikit memiliki nilai analisis berkaitan dengan era sekarang. Castells mengambarkan masyarakat sekarang ini
lebih kepada “Masyarakat Jaringan”.

Masyarakat jaringan merupakan kemampuan beradaptasi dan merespon pasar global, yang terpenting adalah
jaringan. Jaringan terpusat dan hierarkis yang diatur oleh korporasi(perusahaan) yang memberikan produk dan
layanan yang efisien dan dengan harga yang menguntungkan. Jaringan yang dibuat dan terus-menerus dibuat
ulang oleh para Aktor di dalam atau di luar perusahaan.Masyarakat jaringan merupakan sistem teknologi
ekonomi dimana struktur sosial dan aktivitas organisasi mengimplementasikan teknologi informasi dalam proses
jaringan jaringan informasi. Struktur sosial :melibatkan masyarakat untuk mengorganisasi rencana dalam
hubungan produksi, konsumsi, reproduksi, pengalaman dan kemampuan komunikasi budaya.

Berikut beberapa karakteristik masyarakat jaringan menurut Castell :

1. The Network Enterprise (Jaringan Perusahaan)


Perhatian Castells terhadap perubahan dalam praktik kerja dan pola kerja. dalam pandangan Castells, pekerjaan
informasi secara besar-besaran telah meningkat di seluruh masyarakat, peningkatan itu lebih memuaskan
daripada tenaga kerja yang tersedia di masa lalu, jauh lebih individu daripada sebelumnya, dan perubahan
kenyataan “masyarakat jaringan” berarti bahwa orang harus terbiasa untuk menjadi 'flexible' dalam apa yang
mereka lakukan dan apa yang mereka harapkan untuk melakukan di masa depan jika mereka ingin bertahan di
tengah-tengah 'volatilitas sistemik' informasi kapitalisme.
2. Cultural consequences (Konsekuensi Budaya)

Dalam masyarakat jaringan yang dinamis timbul konsekuensi budaya yang berdampak negatif kepada
masyarakat yang disebabkan oleh perubahan teknologi, seperti konten dalam jaringan internet yang
menyimpang dari budaya (pornografi dan neofasis), konten dalam televisi(media massa) yang menyajikan siaran
terpusat kepada masyarakat yang homegen. Disisi lain perubahan teknologi juga berdampak positif terhadap
masyarakat jaringanl.x, seperti pemanfaatan media internet untuk pengiriman Email, namun castell tetap
menitikberatkan dampak negatif dari perubahan teknologi tersebut, padahal dia sendiri juga berpendapat bahwa
“Hak warga negara (masyarakat informasi) adalah untuk memperluas akses TIK. internet

3. The space of flows (Ruang arus)

Dalam Masyarakat informasi, castell mengumukakan kembali tentang perbedaan antara ‘space of places’ dan
the ‘space of flows’, untuk penekannya dalam masyarakat jaringan. Dengan informasi mengalir menjadi pusat
organisasi masyarakat hari ini, tempat-tempat yang berbeda dan terlempar jauh dapat menjadi 'terintegrasi dalam
jaringan internasional yang menghubungkan sektor paling dinamis. Castells menekankan argumen bahwa
daerah dan pemukiman penting, tetapi menunjukkan bahwa kita sekarang mengalami 'diskontinuitas geografis'
yang melemparkan hubungan keluar dari keteraturan. Keterbaruan 'lingkungan [x] inovasi' akan menentukan
khususnya bagaimana tempat makmur atau penurunan, tetapi semua akan diintegrasikan ke dalam “masyarakat
jaringan”.

4. Timeless time

Teknologi informasi komunikasi baru tanpa henti memusnahkan waktu, mengompresi dan juga menghilangkan
peruntutan waktu. Misalnya di pasar keuangan global, perang ('smart' bom, 'melekat' pelaporan), teknik
reproduksi baru, kesehatan. Timeless time mencirikan fungsi penguasa dan kelompok sosial,

Secara efektif, masyarakat sedang berjuang untuk mendefinisikan kembali “time”, antara pemusnahan dan
peruntutan di satu sisi, dan kesadaran 'real' waktu bergerak maju selama-lamanya.

5. The power of identity (Kekuatan Identitas)

Volume 2 dari Era Informasi yaitu penekanan dari pembangunan 'masyarakat jaringan' yang meliputi integrasi
dan kecenderungan untuk membagi-bagi menuju kepedulian terhadap identitas kolektif. Pokok persoalan di sini
adalah gerakan sosial, dimana Castells mengartikan ‘tindakan kolektif efektif [yang] mengubah nilai-nilai dan
lembaga-lembaga masyarakat ‘dan yang memberikan orang dengan elemen utama identitas mereka.

Inti argumen ini berkaitan dengan bagaimana identitas semakin mengalami kemunduran karena tren globalisasi
dan masyarakat jaringan. Jadi, misalnya, Negara terancam dengan tekanan persaingan global sepertii tenaga
kerja asing yang lebih murah

6. New forms of stratification (Bentuk-bentuk baru stratifikasi)

Di tempat kapitalisme yang diarahkan oleh kelas penguasa kita sekarang memiliki kapitalisme tanpa kelas
kapitalis. Jaringan mahir dan berorientasii 'tenaga kerja informasi' bertanggung jawab untuk menjalankan
kapitalisme saat ini. Kelompok ini telah menjadi kekuatan utama dalam masyarakat, bertanggung jawab untuk
hampir segala sesuatu dari merancang teknologi untuk mengelola perubahan perusahaan dan mengagitasi untuk
reformasi legislatif. Pada gilirannya, pekerja kasar (disebut 'buruh generik' oleh Castells) daianggap semakin
berlebihan dan tidak tenang dalam kapitalisme informasi. Mereka terus-menerus terancam oleh kekakuan
mereka sendiri, yang membuat mereka tidak mampu mengatasi perubahan.

Dengan sistem kelas lama berubah, politik kelas menjadi usang dan digantikan oleh gerakan-gerakan sosial yang
lebih mampu untuk terlibat dengan situasi yang berubah dari masyarakat jaringan dan gaya hidup politik dan
identitas yang menjadi ciri era sekarang. Para pemimpin gerakan-gerakan baru juga memiliki media dan
keterampilan organisasi yang diperlukan untuk mobilisasi efektif di era informasi.

7. The demise of the working class

Castells menganggap bahwa sistem stratifikasi telah secara radikal diubah oleh kapitalisme informasi. Di atas
semua, ini diwujudkan dalam munculnya 30 persen dari struktur kerja dari OECD (Organisasi untuk Kerjasama
Ekonomi dan Pembangunan) negara dipertanggungjawabkan oleh tenaga kerja informasi. Castells berpendapat
bahwa kerja informasi adalah bahwa berbagai pekerjaan yang menghasilkan perubahan, memegang bersama-
sama ekonomi baru, dan umumnya tidak memikirkan perencanaan dan operasionalisasi yang diperlukan oleh
informasi kapitalisme.

8. Meritocracy (Meritokrasi)
Meritokrasi adalah bentuk pemerintahan atau administrasi di mana para pemimpin dipilih berdasarkan prestasi
atau kemampuan mereka. Castells mendukung prinsip meritokrasi, ia menegaskan bahwa kapitalisme saat ini
dipimpin oleh orang-orang dengan modal informasi, sementara kepemilikan modal ekonomi tidak lagi
mencukupi untuk mengontrol tuas kekuasaan.
9. The persistence of a propertied class
Castells mengklaim, menggambarkan tradisi panjang sosiologi 'manajerial', bahwa 'kelas manajerial' berjalan
pada perusahaan. kemampuan manajerial, 'merupakan jantung kapitalisme di bawah informationalism. Pada
hubungan kapitalisme global memang sebagian besar pekerja informasi, berdasarkan asal-usul istimewa,
[pendidikan istimewa dan keuntungan tak ternilai kekayaan warisan.

10. The origins of informational capitalism (Asal-usul Kapitalisme Informasi)

Castells menarik perbedaan antara apa yang ia sebut mode informasi pembangunan dan mode produksi kapitalis.
Yang terakhir ini berasal dari tradisi Marxis, dan mengacu pada ekonomi pasar, produksi untuk profit,
kepemilikan pribadi dan sejenisnya. Namun, modus pembangunan mengacu pada cara memproduksi suatu
tingkat kekayaan. Industrialisme adalah salah satu modus pembangunan, dan sekarang kita telah memasuki
paradigma sosio-teknis, modus informasi pembangunan, yang menyajikan kita cara baru menciptakan kekayaan.
Dalam pandangan Castells , modus nasional ini pembangunan adalah di mana 'tindakan pengetahuan pada
pengetahuan itu sendiri [adalah] sumber utama produktivitas'.

11. Epochal change (Era Perubahan)

Anggapan Castells bahwa kapitalisme informasi menandai perubahan dari era yg penting. Sementara
kapitalisme tetap berlaku, jelas, juga, bahwa ia percaya - sebagai judul trilogi-nya - bahwa kita telah memasuki
'era informasi'. Namun Frank ingin merefleksikan laporan Castells tentang perubahan dalam hal pertanyaan,
hanya bagaimana seseorang mengidentifikasi transisi dr era yg penting? Dalam melakukannya, frank berniat
untuk meningkatkan keraguan tentang konsep Castells untuk informasi itu sendiri.

Dengan demikian, Castells mengacu pada 'masyarakat jaringan' sebagai konseptualisasi paling akurat dari era
ini, dan sulit untuk tidak setuju dengan sebutan itu. Namun, masih ada kesulitan tentang pernyataan Castells,
mulai dari hal-hal substantif seperti meremehkan tentang arti-penting ketidaksetaraan kelas, hubungan antara
kontinuitas dan perubahan dalam argumennya, dan ambiguitas seperti apa dia mengerti dengan informasi.

BOOK REVIEW
Karya Manuel castells tentang “Information age” merupakan gambaran secara luas tentang Era informasi.
Dalam penjelasannya manuel castell menjelaskan ke dalam triloginya “information age” yaitu The Rise of
Network Society, the Power of Identity, dan End of Millenium. Argumen inti Castells adalah bahwa 'era
informasi' atau 'masyarakat baru' yang telah diwujudkan melalui pembangunan jaringan (Didukung oleh
Teknologi informasi dan komunikasi) yang memberikan prioritas untuk information flows. Castells tidak secara
gamblang mengusulkan kehadiran sebuah 'masyarakat informasi'. Dalam pandangannya semua masyarakat
memiliki informasi yang digunakan, dan istilah 'masyarakat informasi' sedikit memiliki nilai analisis berkaitan
dengan era sekarang. Castells mengambarkan masyarakat sekarang ini lebih kepada “Masyarakat Jaringan”.
Masyarakat jaringan merupakan sistem teknologi ekonomi dimana struktur sosial dan aktivitas organisasi
mengimplementasikan teknologi informasi dalam proses jaringan jaringan informasi. Struktur sosial :melibatkan
masyarakat untuk mengorganisasi rencana dalam hubungan produksi, konsumsi, reproduksi, pengalaman dan
kemampuan komunikasi budaya.

Beberapa karakteristik utama masyarakat jaringan manuel castell yaitu

1. The Network Enterprise

2. Cultural consequences

3. The space of flows

4. Timeless time

5. The power of identity


6. New forms of stratification

7. The demise of the working class

8. Meritocracy

9. The persistence of a propertied class

10. The origins of informational capitalism

11. Epochal change

Namun, dalam pandangan Frank Webster, masyarakat jaringan manuel castell masih sulit dipahami seperti hal-
hal substantif seperti meremehkan tentang arti-penting ketidaksetaraan kelas, hubungan antara kontinuitas dan
perubahan dalam argumennya, dan ambiguitas seperti apa dia mengerti dengan informasi.

Kelebihan

Dalam menyajikan chapter V masyarakat jaringan(manuel castell), Frank webster (penulis) menjelaskan
masyarakat jaringan dalam perspektif manuell castell. Frank webster juga memberikan teori lain dalam
penjelasannya terkait konsep masyarakat jaringan. Frank mengkritik pernyataan dari castell yang dianggap
kurang bisa dipahami dan terkesan kaku seperti hal-hal substantif contohnya meremehkan tentang arti-penting
ketidaksetaraan kelas, hubungan antara kontinuitas dan perubahan dalam argumennya, dan ambiguitas seperti
apa dia mengerti dengan informasi.

Kekurangan

Frank Webster secara gambalang menggambarkan masyarakat jaringan dalam perspektif manuel castell, seperti
penjelasan mengenai penulis, masyarakat informasi(Informasi Age), masyarakat jaringan dan karakteristik
masyarakat jaringan. Tidak hanya itu, Frank Webster juga membandingkan dan mempertegas penjelasan
mengenai masyarakat jaringan melalui kritik yang diberikan dan juga berdasarkan pada teori lain. Namun perlu
disadari, Frank webster dalam konteks ini terlalu mengkritik perspektif manuel castell seperti mengkoreksi hal-
hal substantif, meremehkan tentang arti-penting ketidaksetaraan kelas, hubungan antara kontinuitas dan
perubahan dalam argumennya, dan ambiguitas seperti apa dia mengerti dengan informasi.

Rekomendasi

Frank Webster perlu menjelaskan masyarakat jaringan dalam perspektif manuel castell dengan penjelasan lebih
detail dan menjelaskan kritik-kritik yang disampaikan kepada manuell castell. Tidak hanya itu Frank Webster
juga Perlu memberikan solusi kepada manuel castell.

Kesimpulan
Argumen inti Castells adalah bahwa 'era informasi' atau 'masyarakat baru' yang telah diwujudkan melalui
pembangunan jaringan (Didukung oleh Teknologi informasi dan komunikasi) yang memberikan prioritas
untuk information flows. Dalam pandangannya semua masyarakat memiliki informasi yang digunakan, dan
istilah 'masyarakat informasi' sedikit memiliki nilai analisis berkaitan dengan era sekarang. Castells
mengambarkan masyarakat sekarang ini lebih kepada “Masyarakat Jaringan”. Masyarakat jaringan merupakan
sistem teknologi ekonomi dimana struktur sosial dan aktivitas organisasi mengimplementasikan teknologi
informasi dalam proses jaringan jaringan informasi.

DAFTAR PUSTAKA
Webster, Frank. 2006. Theories of The Information Society.Canada : Routledge.
Geoffrey Glass .2015. “Manuel Castells's Network Society” dalam http://www.geof.net/research/2005/castells-
network-society diakses pada 20 Maret 2017 pukul 19.50 WIB

Informasionalisme dan globalisasi memunculkan masyarakat jaringan sebagai respon


perkembangannya di era modern. Masyarakat jaringan atau yang disebut oleh Manuel
Castells (2004: 3) sebagai network society adalah sebuah struktur masyarakat modern yang
terbentuk dari rangkaian jaringan-jaringan yang terdiri dari arus informasi dan teknologi
komunikasi. Ia kemudian lebih merujuk arus informasi sebagai globalisasi dan teknologi
komunikasi sebagai informasionalisme. Castells (2004: 8-9) mengungkapkan bahwa
informasionalisme merupakan sebuah paradigma teknologi yang kemudian berkembang
sebagai teknologi komunikasi pada era abad ke-21. Industrialisasi, digitalisasi, dan
komunikasi yang menggunakan sistem komputasi yang lahir dari proses pertukaran informasi
secara binary merupakan sebuah informasionalisme. Hal ini kemudian disederhanakan
berdasarkan kapasitas manusia dalam memproses informasi dan komunikasi yang kemudian
dimanifestasikan ke dalam bentuk fisik seperti mikroelektronoik, perangkat lunak, mesin,
ataupun teknologi lain. Di lain pihak, perputaran arus informasi, dinamika komunikasi, dan
cepatnya perkembangan teknologi lebih merujuk kepada globalisasi yang menjadi salah satu
faktor pendukung terjadinya modernisasi.
Globalisasi dan informasi sendiri bukanlah hal yang tangible atau dapat dirasakan
dengan indra. Dapat dikatakan untuk sementara bahwa masyarakat jaringan adalah sebuah ide
yang masih virtual. Namun Castells (2005: 4-6) mengungkapkan bahwa terdapat transformasi
di dalam struktur masyarakat yang merubah pola relasi individu. Seperti misalnya mulai
munculnya microchip atau alat komunikasi dengan mobilitas yang tinggi pada sekitar tahun
1970. Munculnya internet pada waktu-waktu selanjutnya menjadi salah satu perkembangan
yang mendukung terjadinya masyarakat jaringan, tidak lagi semata-mata sebuah ide, namun
secara tidak disadari menjadi inti dari struktur masyarakat. Meski kemudian pada awal
penggunaan hanya orang-orang tertentu yang dapat menggunakannya, namun dengan adanya
globalisasi dan informasionalisme, tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk menyebarkan
konektivitas hingga ke struktur masyarakat yang paling dasar.
Tidak hanya Castells, Cardoso (2005: 26) juga menyatakan pendapatnya mengenai
keberadaan masyarakat jaringan. Cardoso mengatakan bahwa masyarakat di era modern
sekarang telah memenuhi syarat dasar untuk menjadi salah satu anggota dalam masyarakat
jaringan. Sebagai sebuah masyarakat informasi dan masyarakat jaringan, individu pertama
harus memiliki akses informasi dan teknologi. Hal ini tentu bukan menjadi permasalahan
yang besar karena sekarang ini, sebagian besar lapisan masyarakat telah memiliki akses yang
cukup cepat dalam hal informasi. Cardoso (2005: 65) berpendapat bahwa kehidupan
masyarakat sekarang bukan lagi ditentukan berdasarkan divisi sosial ataupun divisi ekonomi.
Cardoso meyakini bahwa pendapat Castell mengenai masyarakat jaringan dan kehidupan
berdasarkan informasi benar-benar terjadi. Masyarakat pada era modern akan lebih
menghargai nilai-nilai kognitif atau seberapa besar informasi yang di dapat. Hal ini kemudian
yang membagi masyarakat menjadi beberapa profesi profesional, seperti pendidikan tingkat
tinggi, kemampuan menggunakan teknologi, dan sebagainya. Tidak hanya itu, kemampuan
tersebut terkadang menjadi standar dasar bagi beberapa pihak karena informasionalisme
merupakan hal yang dapat dicari dan didapatkan.
Menarik, Smart (in Gill, 2009: 3-4) mengungkapkan pendapat yang berbeda. Ia
menyatakan bahwa terdapat keanehan di dalam posisi Castell yang menyatakan teorinya
mengenai masyarakat jaringan. Bila kemudian masyarakat jaringan merupakan masyarakat
yang terbentuk dari rangkaian informasi dan teknologi komunikasi dan Castell
mendefinisikan informasi dan jaringan ada dimanapun, hal ini kemudian yang menjadi kritik
itu sendiri. Smart tidak menemukan poin fokus dari masyarakat jaringan dan mengkritik
bahwa sesungguhnya tidak ada transformasi yang terjadi di dalam struktur masyarakat
menjadi masyarakat jaringan, melainkan hanya perluasan skala informasi yang semakin
besar. Namun Castells (2004: 5-6) mengatakan bahwa transformasi tersebut terjadi, dan
jaringan informasi serta perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan transformasi terjadi. Bila kedua hal itu tidak ada, maka beberapa bentuk
transformasi masyarakat tidak akan terjadi.
Penulis kemudian menempatkan posisi pada pendapat Castells dan menyetujui adanya
masyarakat jaringan. Castells (2005: 5-7) menyatakan bahwa jaringan merupakan elemen
dasar dari transformasi masyarakat jaringan. Di dalam jaringan tersebut kemudian terdapat
informasi dan teknologi yang digunakan oleh masyarakat dan karena sifatnya yang ekspansif,
sehingga masyarakat jaringan bersifat global dan dapat menembus batas negara secara fisik.
Hal ini kemudian terbukti dengan munculnya media-media sosial lintas negara seperti
Interpals, Facebook, Twitter, ataupun lainnya yang kemudian memudahkan satu dengan yang
lain untuk berinteraksi tanpa harus bertatap muka. Ikatan antar masyarakat jaringan juga
dapat terjalin meski kemudian tidak secepat dan seintens dibandingkan dengan bertemu
secara langsung. Penulis juga berpendapat bahwa lahirnya konsep masyarakat jaringan
sendiri juga sebagai respon adanya globalisasi dan informasionalisme, seperti yang dikatakan
oleh Gill (2009: 4-5) bahwa senada dengan Castells, masyarakat jaringan dapat risingkarena
adanya perkembangan teknologi dan infromasi yang berputar secara cepat. Tidak hanya itu,
penulis berpendapat bahwa konsep masyarakat jaringan sendiri bukanlah sebuah hal yang
virtual. Beberapa dari kita mungkin bahkan telah menjadi bagian dari masyarakat jaringan
dengan bergabung dengan media sosial tertentu dan berteman dengan individu lain yang
melintas batas negara.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep masyarakat jaringan sendiri lahir
sebagai respon dari fenomena globalisasi dan informasionalisme yang berkembang semakin
cepat. Meski kemudian masyarakat jaringan sendiri dilihat sebagai konsep yang virtual
karena masyarakat di dalamnya hanya memiliki keterikatan secara tidak langsung, namun
kehadiran media sosial yang menghubungkan masyarakat dan bagaimana kemudian
masyarakat menggunakannya untuk berinteraksi merupakan sebuah masyarakat jaringan itu
sendiri. Bukan kemudian bagaimana mencapai titik masyarakat jaringan melainkan
bagaimana memahami kontur dan dinamika dari transformasi masyarakat.

Referensi:
Cardoso, Gustavo. 2005. “Societies in Transition to the Network Society”, in Manuel Castells
& Gustavo Cardoso (eds.), The Network Society: From Knowledge to Policy, Ch. 2, pp. 23-
70. Washington DC: Johns Hopkins Center for Transatlantic Relations.
Castells, Manuel. 2004. “Informationalism, Networks, and the Network Society: A
Theoretical Blueprint”, in The Network Society: A Cross Cultural Perspectives, Ch. 1, pp. 3-
48. Cheltenham: Edward Edgar Publishing Ltd.
Castells, Manuel. 2005. “The Network Society: From Knowledge to Policy”, in Manuel
Castells & Gustavo Cardoso (eds.), The Network Society: From Knowledge to Policy, Ch. 1,
pp. 3-22. Washington DC: Johns Hopkins Center for Transatlantic Relations.
Gill, Pam. 2009. “Castells’ Transformation for the ‘Rise’ of ‘Network Society’: Implications
for Stakeholders in Educational Environmens”, in Access to Knowledge: A Course
Journal, Vol. 1, No. 2, pp. 1-10.

Anda mungkin juga menyukai