com/purwanto57107/5c9663187a6d886e3033fb78/masyarakat-
informasi-perspektif-manuel-castells-informasionalisme-masyarakat-jaringan-dan-ekonomi-
informasional?page=all
Oleh karenanya, selain Daniel Bell , dua tokoh yang pionir dalam mengkaji perkembangan
teknologi informasi adalah Manuel Castells (1996). Keduanya juga termasuk ahli dalam
perkembangan teori masyarakat informasi. Jika Bell menyebut masyarakat informasi dengan
sebutan masyarakat pasca-industrial, maka Castells menyebutnya dengan istilah "zaman
informasi".
Bagi Castells, dikatakan bahwa kemajuan teknologi informasi telah menyediakan "dasar
materi" bagi "perluasan pervasive" dari apa yang disebut bentuk jejaring sosial dari
organisasi dalam setiap keadaan struktur sosial (Rahma Sugihartati, 2014:39).
Pervasive adalah suatu bentuk dimana teknologi telah menyatu terhadap pemakai teknologi
dan lingkungannya sehingga teknologi tersebut bukan suatu hal yang khusus. Bisa dikatakan
teknologi tersebut sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Misalnya penggunaan smartphone
oleh seseorang untuk aktivitasnya sehari-hari. Ketika smartphone tersebut ketinggalan, maka
akan menimbulkan ketidakpastian perasaan.
Tulisan ini akan mengulas seperti apa gambaran umum masyarakat informasi berdasarkan
perspektif dari Manuel Castells. Secara umum, ada enam hal yang menjadi gambaran
masyarakat informasi menurut perspektif Manuel Castells tersebut, yakni informasionalisme,
masyarakat jaringan (network society), perekonomian global atau ekonomi informasional,
transformasi angkatan kerja, global city dan cyberculture.
Informasionalisme
Dalam pandangan Castells, teknologi komputer dan aliran informasi telah mengubah dunia
bahkan hingga menimbulkan permasalahan pada bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Istilah
informasionalisme yang dikenalkan Castells adalah suatu mode perkembangan dimana
sumber utama produktivitas terletak pada optimalisasi kombinasi penggunaan faktor-faktor
produksi berbasis pengetahuan dan informasi.
Jadi, tidak hanya bardasarkan pada kekuatan modal. Seperti halnya konsep smart city, pada
dasarnya adalah memandang sebuah informasi dan pengetahuan memainkan peranan penting
dalam kepengelolaan kota.
Menurut Castells (2000) dalam Rahma (2014), bahwa penerapan pengetahuan (knowledge)
dan informasi menghasilkan suatu proses inovasi teknik yang sifatnya akumulatif serta
berpengaruh signifikan terhadap organisasi sosial.
Selanjutnya dari sinilah muncul istilah "masyarakat informasi". Kedua istilah diatas muncul
didasarkan pada "informasionalisme". Perkembangan masyarakat pada abad ke-19 yang
dipengaruhi oleh perkembangan informasi dan teknologi informasi disebut sebagai
masyarakat jaringan atau yang lazim disebut sebagai network society (Rahma Sugihartati,
2014:61).
Dengan adanya jaringan (network) memungkinkan komunikasi berjalan kesemua arah, pada
level struktur manapun, tanpa perlu diwakilkan. Produktivas dan efisiensi kerja organisasi/
institusi akan semakin berkembang pesat dengan adanya perkembangan teknologi informasi
dan jaringan informasi.
Dengan adanya jaringan ini, maka seyogyanya pemberdayaan masyakarat informasi dapat
dilakukan ke semua lapisan masyarakat, pada level struktur mana saja, dimanapun dan
kapanpun. Jaringan menjadi hal penting karena dengan adanya jaringan setiap individu
berhubungan satu sama lain, saling terbuka, mampu berkembang, dinamis, dan mampu
bergerak ke arah yang lebih baik.
Adanya jaringan ini juga membuat kapitalisme semakin mendunia dan teroganisasi. Hal ini
tergambar pada perkembangan perusahaan transnasional yang luar biasa berkembang di
berbagai negara, tidak akan terjadi tanpa dukungan teknologi informasi. Adanya teknologi
informasi disini memadukan jaringan kerja dan komunikasi secara terintegrasi.
Ekonomi Informasional
Ekonomi pada dasarnya mengalami dinamika perubahan dari waktu ke waktu. Dinamika
tersebut ditandai dengan perubahan bentuk ekonomi tradisional menjadi ekonomi baru.
Ekonomi yang ada saat ini adalah ekonomi yang baru dimana dikenal dengan ekonomi yang
informasional dan global.
Sifat eknomi ini adalah mengglobal karena mempunyai kapasitas untuk bekerja sebagai unit
secara real-time pada skala dunia (planetary), melewati batas-batas Negara dan terjadi karena
adanya teknologi komunikasi dan informasi.
Dengan bangkitnya ekonomi informasional yang bersifat global ini muncul bentuk
organisasional yang baru yakni perusahaan jaringan [network enterprise], yaitu bentuk
spesifik perusahaan yang sistem sarananya dibangun dari titik temu sejumlah segmen sistem
tujuan otonom.
Perusahaan jaringan ini adalah perwujudan dari kultur ekonomi informasional global yang
memungkinkan transformasi tanda-tanda ke komoditas seperti informasi dan pengetahuan.
Pada era masyarakat informasi ini, dalam kontek ekonomi informasional, satu hal penting
yang disebut Castells (1996) adalah "Jaringan", yang sifatnya terbuka, mampu melakukan
ekspansi tanpa batas, dinamis dan mampu berinovasi tanpa merusak sistem.\
ads
Beragamnya tipe jaringan dalam komunikasi manajemen bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipahami.
Dengan mengerti tipe jaringan yang ada pada manajemen, maka proses komunikasi bisa dilakukan dengan
mudah. Komunikasi yang efektif bisa dibangun dari sana dan mempercepat pencapaian tujuan dari
manajemen. Berikut ini adalah beberapa tipe dari jaringan komunikasi:
Jaringan komunikasi organisasi rantai bisa digambarkan sebagai sebuah proses komunikasi berantai, dimana
satu pesan dari sumber asli (pemimpin), akan diteruskan ke partisipan lain hingga ke partisipan paling akhir.
Umumnya, komunikasi dengan sifat berantai ini memiliki kecenderungan hubungan antar partisipan saja. Ini
artinya, partisipan terakhir perlu melakukan validasi apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan sumber
asli atau tidak dengan menanyakan langsung pada pemimpin—jika diperlukan.
3. Jaringan Komunikasi Y
Jaringan komunikasi Y bisa digambarkan seperti huruf Y, dimana tiga orang anggota dapat berhubungan
dengan orang-orang disampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang hanya dapat
berkomunikasi dengan seseorang disampingnya. Ada faktor yang mempengaruhi komunikasi
kelompok menjadi pola seperti ini.
Jaringan komunikasi lingkaran hampir mirip dengan jaringan komunikasi roda. Perbedaannya, di sini tidak
ada pemimpin sebagai sentral dari proses komunikasi. Hubungan terjadi hanya antar partisipan, dan setiap
partisipan terhubung satu sama lain sehingga isi pesan yang ada dalam jaringan komunikasi ini bisa
dipastikan akan selalu terdistribusi dengan baik dan “berputar”.
Jaringan komunikasi bintang sering dikenal juga dengan istilah jaringan all channel. Ini artinya setiap
partisipan mendapatkan semua jenis pesan yang sama, dimana setiap partisipan juga saling terlibat aktif
dalam interaksi. Manajemen komunikasi ini cenderung tidak teratur karena masing-masing bisa berinteraksi
dengan bebas. Ini bisa menjadi salah satu hambatan komunikasi organisasi.
Jaringan komunikasi upward di dalam manajemen menggambarkan hubungan komunikasi dari bawahan
kepada atasan. Pola komunikasi ini sering ditemui terutama dalam wilayah perkantoran. Manajemen
komunikasi dalam perusahaan umum juga menggunakan jaringan komunikasi ini.
Berkebalikan dengan jaringan komunikasi upward, komunikasi downward memberikan gambaran komunikasi
dari atasan kepada bawahan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan mengenai etika komunikasi atasan
dengan bawahan ini supaya masing-masing pihak bisa saling terjaga tujuannya. Komunikasi
kepemimpinan adalah hal yang biasanya disorot dalam jenis jaringan ini.
Berbeda dengan upward dan downward, komunikasi horizontal terjadi dalam jabatan atau posisi yang sama.
Biasanya etika komunikasi juga tetap perlu diperhatikan di sini. Sifatnya juga bisa berupa komunikasi formal
atau pun komunikasi informal.
Beberapa macam contoh dari jaringan komunikasi di atas menggambarkan bagaimana pola interaksi yang
bisa dilakukan. Ketepatan dalam membuat jaringan komunikasi akan memudahkan dalam mencapai tujuan
sebuah organisasi. Identifikasi tipe jaringan komunikasi ini akan sangat berguna terutama dalam membangun
kerangka pola komunikasi yang baik dalam manajemen.