Anda di halaman 1dari 4

Nama : Liyana Dinie Saffa

Nim : 11820521001
Jurusan : Ekonomi Syari’ah
Mata Kuliah : Auditing Bank Syari’ah

PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRETASI INDEPENDENSI


Peraturan Nomor 101
Kantor akuntan publik harus independen ketika memberikan jasa tertentu, tetapi tidak untuk jasa
lainnya. Peraturan ini berlaku untuk jasa audit. Independensi juga diwajibkan dalam jenis jasa
astesi lainnya, seperti jasa review dan audit atas laporan keuangan prospektif. Ada beberapa
masalah dan interpretasi penting yang melibatkan independensi:
A. Kepentingan Keuangan.
Interpretasi peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk memiliki saham atau
investasi lainnya dalam klien audit karena hal itu berpotensi merusak independensi aktual
(independensi dalam fakta), dan pasti akan mempengaruhi persepsi pemakai atas
independensi auditor (independensi dalam penampilan).
B. Masalah Kepentingan Keuangan yang Berkaitan.
Beberapa interpretasi atas peraturan 101 berkaitan dengan aspek-aspek khusus dari
hubungan antara keryawan kantor akuntan publik dan kliennya.
C. Perkara Hukum Antara Kantor Akuntan dan Klien.
Apabila ada tuntutan hukum atau maksud untuk memulai tuntutan hukum antara kantor
akuntan publik dan kliennya, kemampuan kantor akuntan publik dan klien agar tetap
obyektif akan dipertanyakan. Interpretasi menganggap perkara ini sebagai pelanggaran
atas peraturan 101 selama audit masa berjalan. Gugatan klien sehubungan dengan jasa
perpajakan atau jasa nonaudit lainnya, atau gugatan terhadap klien maupun kantor
akuntan publik oleh pihak lain, biasanya tidak mengganggu independensi.
D. Jasa Pembukuan dan Jasa Lainnya.
Jika akuntan publik mencatat transaksi ke dalam jurnal klien, memposting jumlah total
bulanannya ke dalam buku besar, membuat ayat jurnal penyesuaian, dan kemudian
melakukan audit, ada beberapa pertanyaan seperti apakah akuntan publik dapat
independen dalam memainkan peran auditnya. Ada 3 persyaratan penting yang harus
dipenuhi auditor sebelum dapat diterima untuk memberikan jasa pembukuan dan audit
kepada klien:
a. Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan keuangan.
b. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen yang
mengoperasikan perusahaan.
c. Akuntan publik, dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan yang disusun dari
pembukuan dan catatan yang telah disiapkan sepenuhnya atau sebagian oleh akuntan
publik, harus sesuai dengan GAAS.
Selain itu KAP menawarkan banyak jasa lainnya untuk membantu klien yang secara potensial
dapat mengganggu independensi. Aktivitas semacam ini dapat diizinkan sepanjang anggota tidak
menjalankan fungsi manajemen atau membuat keputusan manajemen.
E. Fee yang Belum Dibayar.
Menurut Peraturan 101 dan aturan serta interpretasinya, independensi terganggu apabila
fee yang ditagih atau belum ditagih atas jasa profesional yang telah diberikan belum
dibayar lebih dari 1 tahun sebelum tanggal laporan. Fee yang belum dibayar ini dianggap
sebagai pinjaman dari auditor kepada klien dan hal ini dinggap melanggar aturan.

Peraturan Nomor 302

Independensi akuntan publik mencakup independensi in appeareance dan independensi in


fact. Independensi in appeareance mengacu pada apa yang dilihat oleh publik terhadap
independensi seorang akuntan publik. Independensi ini akan dinilai oleh publik. Sementara
independensi in fact mengacu pada fakta yang dilakukan akuntan dalam melaksanakan tugasnya.
Independensi ini tidak akan terlihat oleh publik. Kedua jenis independensi ini harus dimiliki oleh
seorang akuntan publik sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas.
Beberapa hal yang mempengaruhi independensi auditor, diantaranya adalah kepemilikan
kepentingan terhadap klien, baik secara material ataupun tidak. Misal auditor atau staf memiliki
saham di perusahaan milik klien. Selain itu, hubungan keungan dengan klien juga akan
mempengaruhi independensi auditor.
Hubungan keuangan ini diatur dalam kode etik profesi auditor, yaitu dalam persyaratan
peraturan no 302 yang melarang adanya contingent fee (fee kontijen). Fee kontijen adalah fee
yang diberikan oleh klien bila auditor memberikan opini tertentu. Sebagai ilustrasi, klien akan
memberikan fee sebesar Rp 50.000.000,00 bila auditor mengeluarkan opini wajar tanpa
pengecualian. Namun, klien hanya akan memberikan fee sebesar Rp 25.000.000,00 bila auditor
memberkan opini wajar dengan pengecualian. Praktik demikian dilarang karena dikahawatirkan
akan mengganggu independensi auditor.
Praktik demikian menyebabkan auditor dapat memiliki kecenderungan untuk memberi
opini sesuai permintaan klien untuk mendapatkan fee besar.
Selain itu, kode etik profesi juga mengatur masalah kelanjutan hubungan dengan klien. Dalam
kode etik tersebut ditulis bahwa auditor tidak boleh memeriksa klien untuk tahun selanjutnya
apabila fee tahun sebelumnya belum dibayar oleh klien.
Yang demikian itu juga akan mempengaruhi independensi auditor. Auditor bisa saja
mendapat tekanan dari klien selama penugasan dengan ancaman fee tidak dibayar apabila tidak
melaksanakan hal-hal yang diminta klien.
Banyak kasus terjadi dalam proses audit laporan keuangan yang melibatkan akuntan
publik, terutama terkait dengan kompetensi dan independensi ini. Kesalahan mengeluarkan opini
memang bisa saja terjadi. Ini disebabkan karena auditor tidak mampu mendeteksi kesalahan
material. Hal ini yang disebut kegagalan audit (audit failure), yaitu auditor tidak mampu
mendeteksi kesalahan material dalam laporan keuangan sehingga salah memberikan opini dalam
kondisi dimana pelaksanaan audit dibawah standar.
Pada umumnya kegagalan audit ini disebabkan karena auditor tidak memiliki kompetensi
dan independensi selama proses audit. Kesalahan memberikan opini tentunya akan berpengaruh
besar pada perusahaan yang diaudit. Dalam hal ini, auditor dapat saja dituntut secara hukum,
apalagi bila kesalahan tersebut diakibatkan kesalahan auditor. Salah satu contoh kasus yang
terkait dengan independensi adalah kasus Enron yang melibatkan kantor akuntan publik Arthur
Anderson. Perusahaan Enron bangkrut, harga sahamnya merosot drastis setelah diketahui bahwa
laba yang diperoleh selama ini hanya manipulatif. Kantor akuntan publik Arthur Anderson
adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kejadian tersebut. KAP tersebut tidak mampu
menjaga independensi yang dimilikinya.
Dalam kasus tersebut, selain menjalankan tugas sebagai auditor, KAP juga bertugas
memberikan jasa akuntansi. Disini dapat terlihat bahwa independensi KAP terganggu akibat ada
hubungan keuangan yang signifikan terhadap terhadap perusahaan. Akibat perbuatan tersebut,
tidak hanya Enron yang mengalami kebangkrutan, tetapi KAP Arthur Anderson juga ditutup.
Dengan demikian, komptensi dan independensi merupakan hal yang penting dimiliki oleh
akuntan publik. Bila seorang akuntan sudah tidak mampu lagi menjaga independensi dan
kompetensinya, hal ini mengakibatkan kepercayaan publik akan berkurang. Tidak hanya pada
akuntan itu saja, tetapi juga terhadap seluruh akuntan public. Akibatnya, profesi akuntan publik
akan mengalami kemunduran.

Anda mungkin juga menyukai