Anda di halaman 1dari 17

TRANSFORMASI

PETI MENJADI IPR


DI PROVINSI RIAU
Disampaikan dalam dialog Minerba :
“Penambangan Liar Tanpa Ijin (PETI) Bukan IPR”
Oleh :
H. SYAMSUAR, M.Si
Gubernur Riau
Jakarta, 27 September 2021
Outline

GAMBARAN UMUM PERTAMBANGAN BATUAN


DAN PERTAMBANGAN TANPA IZIN

REGULASI SAAT INI TERKAIT WPR DAN IPR

STRATEGI TRASNFORMASI PETI MENJADI IPR

TARGET PENCAPAIAN
PROVINSI RIAU (CENTER OF SUMATERA) Pesisir
KOTA DUMAI
Terletak di pantai timur pulau Sumatera,
Luas Kawasan : 203.900,00 Ha
Dengan luasan wilayah 109.512,04 KM2 , Populasi 6.394.087 Jiwa (BPS: Sensus Penduduk 2020) Populasi: 285.967 Jiwa
Terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota (Daratan dan Pesisir)
KABUPATEN
ROKAN HILIR
Daratan Luas Kawasan : 896.142,93 Ha
Populasi: 644.680 Jiwa
KOTA PEKANBARU
Populasi : 63.300,86 Ha KABUPATEN BENGKALIS
Populasi : 1.038.118 jiwa
Luas Kawasan : 843.720,05 Ha
Populasi: 543.987 Jiwa
KABUPATEN
ROKAN HULU KABUPATEN
Luas Kawasan : 722.977,68 Ha KEPULAUAN MERANTI
Populasi: 592.276 Jiwa Luas Kawasan : 360.703,00 Ha
Populasi: 181.095 Jiwa

KABUPATEN KAMPAR
Luas Kawasan : 1.092.819,71 Ha KABUPATEN SIAK
Populasi: 793.005 Jiwa Luas Kawasan : 823.357,00 Ha
Populasi: 440.841 Jiwa
KABUPATEN KUANSING
KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Luas Kawasan : 520.216,13 Ha
Luas Kawasan : 1.379.837,12 Ha
Populasi : 314.276 Jiwa
Populasi: 703.734Jiwa

KABUPATEN KABUPATEN PELALAWAN


INDRAGIRI HULU
Luas Kawasan : 767.626,66 Ha Luas Kawasan : 1.240.413,95 Ha
Populasi : 409,431 Jiwa Populasi: 369.990 Jiwa
LOKASI WPR SE- PROVINSI RIAU
BERDASARKAN KEPMEN ESDM NO. 3669 K/30/MEM/2017
DAN EKSISTING IUP BATUAN

SEBARAN TAMBANG RAKYAT :


Bengkalis/ Rupat
Kabupaten Rokan Hulu (pasir sungai)
Luas : 985 ha
Kota Pekanbaru
Jumlah IUP Batuan : 0 Kabupaten Kampar (emas, sirtu)
Luas : 11.319,2 ha
Jumlah IUP Batuan : 0 Kabupaten Indragiri Hilir (pasir sungai)
Kabupaten Kuantan Singingi (emas, sirtu)
Kota Dumai (pasir)
Kab. Rohul
Kab. Pelalawan
Luas : 1.576,6 ha Kota Pekanbaru (tanah liat)
Luas : 398,4 ha
Jumlah IUP Batuan : 0
Jumlah IUP Batuan : 0 Kabupaten Pelalawan (sirtu)
Kabupaten Bengkalis (pasir, pasir laut-Rupat)

Kab. Indragiri Hilir


Kab. Kampar Luas : 175 ha
Luas : 2.074,8 ha Jumlah IUP Batuan : 0
Jumlah IUP Batuan : 3

Kab. Kuansing
Luas : 10.807,9 ha
Jumlah IUP batuan : 4
KEBUTUHAN BAHAN TAMBANG BATUAN VS KETIADAAN IZIN
USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
FAKTOR KEBUTUHAN DAN EKONOMI
 Kebutuhan batuan untuk pembangunan daerah dan desa cukup besar dalam pembangunan rumah atau rumah
ibadah oleh masyarakat
 Keterdapatan bahan galian di alam relatif mudah untuk ditambang
 Pemenuhan Kebutuhan batuan sangat dipengaruhi jarak sumber bahan galiannya, tidak mungkin mengambil batuan
dari jauh luar daerah, sementara tersedia sumber di dalam daerah.
 Tersedianya pihak pembeli yang sangat agresif
 Animo masyarakat dan pihak swasta memanfaatkan potensi batuan untuk lapangan pekerjaan dan usahanya

PERMASALAHAN
 Ketaatan atas hukum/peraturan rendah (law enforcement rendah)
 Pemahaman serta pengetahuan atas pertambangan yang baik dan benar rendah
 Sistem perizinan sulit diperoleh karna harus mengurus ke kementrian ESDM
 Terjadi kerusakan lingkungan karna tidak ada pengawasan
 Pemerintah daerah dihadapkan dengan dilema karna tidak punya kewenangan dalam menetapkan lokasi usaha
sehingga setiap menerima pengaduan dari masyarakat sulit untuk menyelesaikannya
KEBUTUHAN BAHAN TAMBANG BATUAN VS KETIADAAN IZIN
USAHA PERTAMBANGAN (IUP)
FAKTOR KENDALA REGULASI – HAMBATAN PENGURUSAN PERIZINAN TAHUN 2016 – 2019
DAN TAHUN 2020
 Peralihan kewenangan dari kabupaten ke provinsi, perizinan terkendala belum terbitnya
perda tentang RTRW Provinsi (Tahun 2016 – 2018)
 Kendala persyaratan perizinan, harus mendapatkan rekomendasi Bupati/Walikota Terkait
Kesesuaian dengan RTRW Kabupaten, sementara Kabupaten/Kota belum Memiliki Perda RTRW
Kab/Kota sehingga Bupati/Walikota tidak berani menerbitkan rekomendasi perizinan IUP
(Tahun 2018-2019)
 Terbitnya SE dari Kementerian ATR/ BPN bahwa Bupati/ Walikota dapat menerbitkan
rekomendasi perizinan IUP. (Pertengahan tahun 2019 masyarakat mulai mengajukan
permohonan Izin Pertambangan ke DPMPTSP Provinsi Riau)
 Terbitnya UU No 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara. Menarik kewenangan provinsi dalam
penerbitan izin . Perizinan yang sedang berproses di Provinsi belum sampai ke Tahap Operasi
Produksi
 Mulai 11 Desember 2020, BKPM mulai membuka Perizinan IUP kembali.
SELAYANG PANDANG PERMASALAHAN TAMBANG BUKAN LOGAM
DAN BATUAN

KONDISI TAMBANG PASIR PERAIRAN RUPAT


• Potensi pasir laut yang besar
• Sebelum Indonesia Merdeka, kegiatan tambang pasir laut di Perairan
Rupat oleh masyarakat telah berlangsung secara turum temurun
• Telah menjadi kearifan lokal tentang pertambangan rakyat pasir laut
rupat.
• Pasir laut rupat sebagai bahan galian sangat penting dalam
mensuplay/ pemenuhan kebutuhan pembangunan di kota dumai,
Bengkalis, dan Kepulauan Meranti (Daerah Riau pesisir).
• Sampai sekarang belum dapat dilakukan penerbitan IZIN
PERTAMBANGAN RAKYAT (IPR) – menjadikan masyarakat penambang
rakyat berhadapan dengan HUKUM
SELAYANG PANDANG PERMASALAHAN TAMBANG BUKAN LOGAM
DAN BATUAN

KONDISI TAMBANG SIRTU DI KABUPATEN KAMPAR

• Potensi bahan galian sirtu cukup besar


• Kebutuhan Besar atas bahan galian Sirtu untuk Proyek Nasional Jalan TOL saat ini
• Kebutuhan untuk pembangunan daerah
• Jumlah IUP Batuan yang ada tidak mencukupi suplay kebutuhan bahan galian sirtu
setempat
• Proses Perizinan yang masih tersendat menuju tahap Operasi Produksi
• Timbulnya kerusakan lingkungan pada sungai dan sekitarnya
LOKASI PETI DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI
 Lokasi penambangan emas rakyat menyebar pada beberapa
wilayah kecamatan, berada kebun karet, hutan, sungai dll
dengan menggunakan dompeng. Terdapat lobang-lobang bekas
penambangan yang dibiarkan. Kondisi air sungai sekitar lokasi
penambangan keruh
 Mendulang emas merupakan kegiatan masyarakat asli, termasuk
yang ada di Desa Logas Dan Logas Hilir dilakukan oleh para pelaku
pendulang secara konvensional dan menggunakan alat seadanya

PETI di Desa Logas dan Logas Hilir


Kec. Singingi
DAMPAK NEGATIF KEGIATAN PETI

ASPEK LINGKUNGAN ASPEK SOSIAL BUDAYA

• Kerusakan lingkungan mencakup • Gangguan Trantib


pencemaran perairan umum kimia dan • Migrasi penduduk dari luar lokasi
fisika, Kerusakan lahan dll • Meningkatnya penyakit sosial
• Pelecehan hukum
• Eksploitasi tenaga kerja di bawah umur
• Tidak ada program pengembangan sosial

ASPEK EKONOMI

• Hilangnya potensi PAD


• Besarnya biaya rehabilitasi lahan akibat PETI
• Iklim investasi menjadi tidak sehat
• Keseimbangan harga komoditi tambang menjadi terganggu
• Kerusakan infrastruktur
REGULASI SAAT INI TERKAIT WPR DAN IPR

• PP 22/2010 Tentang Wilayah


Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Undang- Pertambangan
undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang • PP 26/2008 Tentang Rencana Tata Ruang
Pertambangan Mineral Dan Batubara Wilayah Nasional
• PP 55/2010 tentang Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pengelolaan Dan Pelaksanaan Usaha
Tentang Perlindungan Dan Pertambangan Mineral Dan Batubara
Pengelolaan Lingkungan Hidup
• PP Nomor 96 Tahun 2021. Tentang.
Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan. Mineral Dan Batubara
• PP No. 5 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perizinan Berusaha
Berbasis Risiko
• Kepmen Esdm No. 3669 K/30/MEM/2017
Tentang Penetapan Wilayah
Pertambangan Pulau Sumatera
KENDALA

Kondisi Regulasi saat ini,


Pemerintah Provinsi belum mendapatkan pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat
untuk pengelolaan WPR maupun IPR a.l :
- Pembinaan dan pengawasan masih kewenangan pusat
- Perizinan IPR masih menjadi kewenangan Pusat melalui BKPM

DASAR HUKUM :
1. UU Nomor 3 Tahun 2020:
Pasal 14 : Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan kewenangan pemberian Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
Pada ayat (2) kepada Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
pasal 35 : Usaha Pertambangan dilaksanakan berdasarkan perizinan dari pemerintah pusat
pasal 67 (1) : IPR diberikan oleh Menteri
Pasal 73 (1) : Menteri melaksanakan pembinaan di bidang perngusahaan, teknologi pertambangan, serta permodalan dan
pemasaran dalam meningkatkan kemampuan IPR
(2) : Menteri Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kaidah teknis pada IPR yang meliputi :
a. Keselamatan pertambangan; dan
b. Pengelolaan lingkungan hidup termasuk Reklamasi dan Pascatambang
PERMASALAHAN PENERBITAN IPR

Regulasi terkait prasyarat penerbitan IPR belum lengkap


 menjadikan ditolaknya setiap permohonan IPR yang masuk ke BKPM

• Dokumen Pengelolaan WPR oleh pemerintah sebagai pedoman


evaluasi penerbitan IPR belum ada.
• KLHS sebagai dokumen yang mengatur ketentuan kapasitas daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup belum disusun
• Belum terbitnya perda RTRW kabupaten/ kota terkait alokasi pola
ruang untuk WPR
STRATEGI TRANSFORMASI PETI MENJADI IPR

VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI RIAU TERKAIT WPR

VISI

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Riau 2005-2025 :


"Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan Kebudayaan Melayu dalam
Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Batin, di Asia Tenggara Tahun 2025“

MISI

Misi daerah Provinsi Riau yang terkait dengan WPR :


Mewujudkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan
Mewujudkan lingkungan yang lestari
STRATEGI TRANSFORMASI PETI MENJADI IPR
Menilai dan menentukan lokasi yang layak untuk dijadikan WPR
KELENGKAPAN
Mengakomodir WPR dalam RTRW Daerah
WPR
Mendukung Penyusunan Dokumen Pengelolaan WPR dan KLHS

Membangun Sinergitas antar instansi terkait dalam transformasi PETI


ORGANISASI
menjadi IPR

Pilot Project bantuan hibah UNDP - Gold Ismia


PEMBIAYAAN
Program /kegiatan - Pembinaan oleh pemda

• Penguatan kelembagaan dan kerangka kebijakan/peraturan untuk PESK tanpa merkuri


PENGUATAN • Solusi sumber pembiayaan dalam rangka pembelian peralatan pengolahan emas tanpa merkuri
KOPERASI • Peningkatan kapasitas teknis PESK melalui bantuan teknis, transfer teknologi dan dukungan
PEMEGANG IPR terhadap legalisasi
• Pengawasan dan evaluasi, menciptakan sadar lingkungan dalam penambangan emas
TARGET PENCAPAIAN

Peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus pengurangan dan


penghapusan penggunanaan merkuri

Legalisasi penambangan emas menjadi penambangan berizin melalui


penerbitan IPR dengan metode pengolahan emas tanpa merkuri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai