Anda di halaman 1dari 9

Vol. 2, No.

1, April 2014

Technical Paper

Pembuatan Digital Elevation Model Resolusi 10m dari Peta RBI dan
6XUYHL *36 GHQJDQ $OJRULWPD $18'(0

Interpolation of 10m DEMs from RBI maps and GPS survey using ANUDEM

Indarto, Lab. Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan (Lab TPKL),


Program Studi Teknik Pertanian, FTP-UNEJ. Jl. Kalimantan X No.75, Kampus-Tegalboto, Jember 68121
E-mail: indarto.ftp@unej.ac.id
Debby Rio Prasetyo, Lab. Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan (Lab TPKL),
Program Studi Teknik Pertanian, FTP-UNEJ. Jl. Kalimantan X No.75, Kampus-Tegalboto, Jember 68121

Abstract

7KLV VWXG\ SURSRVHV WKH JHQHUDWLRQ RI 'LJLWDO (OHYDWLRQ 0RGHO '(0 ZLWK VSDWLDO UHVROXWLRQ RI P [
P E\ UH LQWHUSRODWLRQ RI HOHYDWLRQ GDWD 'DWD LQSXW IRU WKLV VWXG\ LQFOXGHV GLJLWL]HG GDWXP FRRUGLQDWH
IURP 5%, PDS VDPSOH SRLQWV VXUYH\HG E\ *36 GLJLWL]HG FRQWRXU GDWD IURP6570 '(0 DQG $67(5
*'(0 DQG GLJLWL]HG VWUHDP QHWZRUN OD\HU IURP 5%, $OO FROOHFWHG GDWD ZHUH FRQYHUWHG WR PDVV SRLQW
coordinats. On the top of Topogrid-ArcGIS, all points data were interpolated to produce DEM. After that the
produced DEM were compared and evaluated to the SRTM and ASTER DEMvisually. The result shows that
produced DEM are more accurate to represent the detailed topography of the study areas.

Key words: DEM 10m, GPS survey, Interpolation, SRTM-DEM, Aster-GDEM2.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk membuat DEM dengan ketelitian spasial 10m (ukuran pixel 10m x 10m)
dengan cara re-interpolasi data ketinggian.Input data yang digunakan mencakup: (1) digitasi titik-titik
ketinggian dari peta RBI, (2) hasil survei melalui GPS, (3) data kontur yang diperoleh dari peta DEM
SRTM dan Aster GDEM2, dan (4) layer jaringan sungai. Metodologi penelitian terdiri dari: (1) inventarisasi
data, (2) ekstraksi nilai ketinggian, (3) integrasi data ke dalam Topogrid–ArcGIS, (4) interpolasi DEM.
Hasil interpolasi selanjutnya dievaluasi secara visual dan dibandingkan dengan DEM SRTM dan ASTER
GDEM2. Hasil interpolasi menunjukkan DEM dengan resolusi spasial yang lebih detail (10 m x 10 m) dapat
PHQJJDPEDUNDQ NDUDNWHULVWLN WRSRJUD¿ '$6 OHELK GHWDLO

Kata kunci: DEM 10m, Survei GPS , Interpolation, SRTM-DEM, Aster-GDEM2


Diterima: 12 Desember 2013; Disetujui: 14 Maret 2014

Pendahuluan dapat dijumpai pada banyak literatur, misalnya di


dalam: O'Callaghan and Mark (1984), Jenson and
Digital Elevation Model 'RPLQJXH )DLU¿HOG DQG /H\PDULH
Informasi tentang ketinggian suatu tempat Costa-Cabral and Burges (1994), Garbrecht and
(elevasi) merupakan elemen yang fundamental Martz (1997), Quinn et. al., (1991), Tarboton
dari suatu data Geospatial dan digunakan oleh (1997).
hampir sebagian besar pengguna. Data Elevasi Pada prinsipnya, DEM merupakan suatu model
tersebut digunakan pada banyak aplikasi, misalnya: digital yang merepresentasikan bentuk permukaan
pemetaan luas genangan banjir, perencanaan EXPL NLWD GDODP EHQWXN WLJD GLPHQVL ' 'H¿QLVL
wilayah, perencanaan jaringan jalan, jaringan irigasi, ODLQ PHQ\DWDNDQ EDKZD '(0 PHUXSDNDQ VXDWX ¿OH
pembuatan peta jaringan sungai, dll. Data elevasi atau database yang menampung titik-titik ketinggian
tersebut umumnya disimpan dalam bentuk Digital dari suatu permukaan (Jensen, 2007). Selanjutnya,
(OHYDWLRQ 0RGHO '(0 . DEM selanjutnya dapat Jensen (2007), membedakan DEM menjadi dua,
diintegrasikan dengan data Geospasial lainya di yaitu: DSM dan DTM.
dalam GIS untuk berbagai keperluan. DEM sudah 1. DSM 'LJLWDO 6XUIDFH 0RGHO , yang memuat
lama dikenal dan diaplikasikan di berbagai belahan LQIRUPDVL NHWLQJJLDQ VHPXD ¿WXU GL SHUPXNDDQ
dunia, baik untuk RISET, pendidikan, maupun dunia bumi menliputi: vegetasi, gedung-gedung dan
komersial. Penelitian dan publikasi tentang DEM ¿WXU ODLQQ\D
55
Vol. 2, No. 1, April 2014

2. DTM 'LJLWDO WHUUDLQ PRGHO hanya memuat ArcInfo/ArcGIS; Hydrogrid dan AGWA yang bekerja
informasi ketinggian permukaan tanah EDUH di atas ArcViewGIS, SINMAP di dalam Arcview dan
HDUWK VXUIDFH tanpa terpengaruh oleh vegetasi ArcGIS; ArcHidro-GIS dengan ArcGIS. Beberapa
DWDX ¿WXU EXDWDQ PDQXVLD ODLQQ\D modul pengolahan DEM yang relatif gratis misalnya,
Sepanjang dasawarsa terakhir, penelitian dan HEC-GeoHMS dan HEC-GeoRAS dengan Arcview/
aplikasi menunjukkan bahwa DEM telah memberikan ArcGIS; TauDEM dengan Map Window. Beberapa
KDVLO \DQJ FXNXS VLJQL¿NDQ GDQ GDSDW GLWHULPD contoh paket software pengolah DEM yang berdiri
secara ilmiah. Contoh aplikasi yang menggunakan sendiri dan terpisah dari Software GIS juga sudah
DEM, misalnya: pemodelan Daerah Aliran Sungai, dikembangkan misalnya: &DWFKPHQW6,0 *,6 ZZZ
perencnaan teknik sipil, penempatan titik-titik WRRONLW QHW DX $18'(0 KWWS IHQQHUVFKRRO DQX
korodinat untuk antena BTS, simulasi dan training HGX DX /DQG6HUI (http://www.soi.city.ac.uk/~jwo/
dibidang militer, penerbangan dan perencaan tata ODQGVHUI 7$6 (Terrain Analysis System) (http://
NRWD NDUWRJUD¿ GDQ SHPEXDWDQ SHWD GDVDU GDQ www.uoguelph.ca), Geospatial Analysis Tool
pertambangan. atau GAT (Lindsay, 2009), SAGA (www.qgis.org),
Proses pembuatan DEM umumnya dimulai dari HydroSHEDS (http://hydrosheds.cr.usgs.gov/index.
SHPEXDWDQ SHWD WRSRJUD¿ \DQJ WHUSUR\HNVL GHQJDQ php), TerraStream (Danner et al., 2007) dan lain-
baik. Selanjutnya, garis kontur, titik ketinggian lain.
dan batas wilayah perairan darat dan garis pantai
dikonversi ke layer vektor digital dengan koordinat Photogrammetry/Remote sensing
yang jelas.Selanjutnya, proses interpolasi dengan Proses fotogrametri melalui teknik tertentu
algorithma tertentu akan menghasilkan layer (misalnya: stereo-plotting) dapat digunakan untuk
raster/grid.DEM juga dapat dinyatakan dengan menghasilkan DEM dari teknik foto udara. DEM
grid teratur, jaringan triangulasi (TIN/Triangluation dengan teknik ini dapat mencakup wilayah yang
Irreguler Network GDQ NRQWXU 8NLUDQ ¿OH '(0 DNDQ lebih luas dan ketelitian spasial yang lebih tinggi,
tergantung pada skala dan interval kontur yang sehingga permukaan bumi yang dimaksud dapat
GLMDGLNDQ VHEDJDL VXPEHU IRUPDW ¿OH GDQ NHWHOLWLDQ digambarkan dengan lebih detail. Teknik stereo
VSDVLDO \DQJ GLLQJLQNDQ %HEHUDSD FRQWRK IRUPDW ¿OH menggunakan citra satelit juga sudah sumum
untuk data DEM antara lain: USGS ASCII (.dem), digunakan untuk memproduksi DEM. Beberapa
ESRI GRID,ESRI BIL with HDR, Digital Terrain satelit dengan ketelitian spasial tinggi (misalnya:
Elevation Data (.dted), Generic ASCII, Generic GeoEye-1, WorldView-1, WorldView-2, Pléiades 1A,
BIL, ERDAS Imagine (.img), ER-Mapper (.ers)dan Pléiades 1B dan IKONOS) mampu menghasilkan
GeoTIFF. DEM untuk lokasi tertentu dengan ketelitian spasial
tinggi, menggunakan teknik citra staelit stereo
Teknik Pembuatan dan Jenis Produk DEM 6WHUHR 6DWHOOLWH ,PDJHU\ Satelit lain (misalnya:
Menurut Bossler et al., (2002) dan Jensen SPOT-6, ALOS, dan ASTER mampu menghasilkan
(2007), ada empat macam kategori teknologi yang DEM dengan ketelitian sedang. ASTER GDEM2
digunakan untuk memperoleh informasi ketinggian, merupakan contoh produk DEM yang mengkover
meliputi: (1) pengukuran langsung di lapangan LQ hampir seluruh permukaan bumi. ASTER GDEM2
VLWX VXUYH\LQJ (2) photogrammetri atau Remote dikembangkan bersama oleh METI 0LQLVWU\ RI
sensing, (3) IF-SAR dan (4) LIDAR. (FRQRP\ 7UDGH DQG ,QGXVWU\ 0(7, Jepang dan
National Aeronautics andSpace Administration
In-situ surveying 1$6$ $PHULND 6HULNDW. ASTER GDEM2 tersedia
Pengukuran langung di lapangan menggunakan gratis untuk siapapun dan dapat didownload
GPS akan menghasilkan data titik-titik ketinggian melalui internet, melalui salah satu situs berikut:
dengan koordinat lokasi-nya. Selanjutnya, data asterweb.jpl.nasa.gov/gdem.asp; gdem.ersdac.
tersebut diimport ke dalam software GIS dan jspacesystems.or.jp/ê lpdaac.usgs.gov.
dilakukan interpolasi data untuk menentukan
ketinggian titik-titik lain yang tidak terukur pada IF-SAR
wilayah yang dimaksud. Banyak metode interpolasi Teknik Interferometric Synthetic Aperture Radar
telah digunakan untuk proses pembuatan DEM. ,) 6$5 merupakan teknologi penginderaan jauh
Umumnya proses pembuatan DEM membutuhkan berbasis RADAR interfreometri (interferometric
layer: kontur, datum dan jaringan sungai. Informasi UDGDU . Pembuatan DEM dengan teknik RADAR
lain dapat ditambahkan untuk menghasilkan dapat dilakukan baik melalui platform pesawat
DEM yang lebih baik dan hal ini tergantung pada udara maupun Citra Satelit (Andersen et al., 2005).
software atau cara yang dipakai dalam proses Contoh produk DEM yang menggunakan teknik ini
pembuatan DEM. Banyak paket software GIS atau adalah DEM SRTM.
ektension (plugin) telah dikembangkan dan dapat DEM SRTM 6KXWWOH 5DGDU 7RSRJUDSKLF 0LVVLRQ
dimanfaatkan untuk membuat dan mengolah DEM. (Farr et al., 2007) dan beberapa sistem pesawat
Beberapa modul (ektension) yang terintegrasi udara yang dilengkapi dengan Interferometric
dengan Software GIS antara lain: Topogrid di dalam Synthetic Aperture Radar for Elevation (IFSARE)

56
Vol. 2, No. 1, April 2014

menyediakan data elevasi untuk wilayah tertentu objek ke sumber. Pengembangan dan aplikasi
maupun global. SRTM-DEM telah mengkover hampir sistem LIDAR misalnya dijumpai dalam: Killian et
seluruh permukaan bumi dengan ketelitian spasial al., (1996), Kraus and Pfeiffer (1998, 2001), Wever
90m (Farr et al., 2007). Meskipun, SRTM masih and Lindenberger (1999), Notebaert et al. (2009).
belum menjangkau beberapa wilayah pegunungan Data citra LIDAR sangat detail dan akurat, namun
dan desert, tetapi DEM SRTM tetap merupakan salah demikian menuntut ketersediaan pesawat udara
satu alternatif data DEM gratis yang mengkover yang memadai. Pemotretan juga dapat dilakukan
seluruh wilayah permukaan bumi kita. Data SRTM dengan pesawat tanpa awak (Drone).
telah digunakan untuk memetakan daerah yang sulit
dijangkau, terisolir baik pada skala regional maupun Perkembangan Algoritma
global. Hal ini dijumpai misalnya dalam studi yang Berkembanganya algoritma pengolahan DEM
dilakukan oleh Kinner, dkk. (Kinner et al., 2005). merupakan salah satu ukuran betapa pentingnya
Kelemahan SRTM adalah tidak mengkover wilayah DEM sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
Antartica dan lintang di atas 60” pada bagian utara berbagai permasalahan keseharian kita. Penentuan
bumi kita, sehingga sungai-sungai besar yang arah dan jaringan drainase (jaringan sungai)
mengalir ke wilayah utara digambarkan kurang merupakan aspek penting dalam pengolahan dan
dari yang seharusnya. Beberapa project juga telah pemanfaatan DEM. Umumnya, jaringan sungai
dijalankan untuk memperbaiki performance SRTM GUDLQDJH QHWZRUN ditentukan secara otomatis
DEM pada wilayah yang kosong tersebut (Lehner berdasarkan model arah aliran ÀRZ URXWLQJ
and D’Oll, 2004). Studi dan proyek perbaikan lebih PRGHO .
lanjut untuk meningkatkan performance SRTM Berbagai macam algoritma telah dikembangkan
DEM telah dilakukan oleh beberapa kelompok untuk dapat menurunkan jaringan drainase dan
peneliti, misalnya dijumpai dalam: Lindsay and menentukan arah aliran air di dalam DEM, misalnya
creed (2005), Rodriguez et al.,(2006), Farr et al., dijumpai dalam: O’Callaghan and Mark (1998),
(2007), Hancock, et al., (2006). Saat ini, DEM Quinn et al. (1991), Tarboton (1997), Santini et al.
SRTM sudah dapat didownload secara gratis untuk (2009). Penentuan arah aliran dilakukan dengan
hampir seluruh wilayah permukaaan bumi, melalui step metodologi, mencakup: ¿OOLQJ SLWV atau ¿OO VLQN
EHEHUDSD ZHEVLWH PLVDOQ\D ZZZ FJLDU FVL RUJê (Pengisian cekungan), menentukan arah aliran
glcf.umd.edu/data/srtm/; srtm.usgs.gov; dan www. ÀRZ GLUHFWLRQ , menghitung jumlah piksel yang
opendem.info. mengalir ke tiap piksel di dalam raster (citra) atau
Contoh lain, satelit 7HUUD6$5 ; DQG ÀRZ DFFXPXODWLRQ, menghubungkan akumulasi
7DQGHP6$5 ; dengan sistem SAR (Synthetic aliarn air menjadi ruas sungai VWUHDPQHWZRWNLQJ ,
Aperture Radar) mampu menghasilkan DEM dengan pengkodean ruas sungai VWUHDP RUGHULQJ
ketelitian 10 m untuk wilayah Tropis. Wilayah tropis pembentukan sub-DAS dan penggabungan sub-
umumnya terlalu banyak awan yang menyulitkan DAS menjadi DAS basin/watershed delination
aplikasi sistem remote sensing optik, sehingga (KOVFKODHJHU )DLU¿HOG - DQG /H\PDULH
sistem SAR dapat menjadai salah satu alternatif P.,1991; Freeman, 1991; Garbrecht and Martz,
penyelesaian. 1997; Arge et al., 2003; Grimaldi et al., 2007).
Konversi arah aliran drainase ke suatu bentuk
LIDAR DEM jaringan membutuhkan algoritma lebih lanjut,
LASER atau ³OLJKW DPSOL¿FDWLRQ E\ VWLPXODWHG misalnya slope-area thershlod (O’Callaghan and
emission of radiation” merupakan alat yang dapat Mark, 1984; Tarboton et al., 1991; Holmgren, 1994;
menghasilkan sinar dengan energi tinggi yang Peckham, 1998; Hutchinson, 1998; Wood, 1996ab;
disebut photon pada range penjang gelombang Wood, 1998; Planchon and Darboux, 2001; Dalla
yang sangat sempit. LASER menghasilkan sumber Fontana and Marchi, 2003; Colson, 2006; Grimaldi
sinar yang koheren yang dapat digunakan untuk et al., 2007).
tujuan tertentu, mencakup aplikasi: CD/DVD Sejalan dengan waktu, metode penelusuran
player, sebagai alat photon di industri, peralatn jaringan drainase-pun berkembang dan melahirkan
kedokteran, peralatan survei dan sistem pemetaan banyak algorithma. Lebih detail tentang berbagai
menggunakan LIDAR atau “light detection and algoritma yang digunakan untuk penurunan
ranging”. Panjang gelombang yang dipkai pada jaringan sungai dari DEM dapat dijumpai dalam
EDQ\DN VLVWHP SHPHWDDQ WRSRJUD¿ PHQJJXQDNDQ studi yang dilakukan oleh: Jensonand Domingue
laser adalah 1064 nm, yang merupakan panjang (1988), Holmgren (1994), Quinn et al. (1991), Quin
gelombnag sinar infra-merah dari spektrum et al. (1995), Gallant and Wilson (2000), Lindsay
gelombnag elektromagnetik. Secara ringkas, cara and Creed (2005), Kinner et al. (2005), Wang and
kerja LIDAR adalah: (a) menembakkan sinyal Liu (2006), Metz and Ehlschlaeger (2010), NCWC
dari posisi sensor ke objek dan mengukur waktu (2010).
perjalanan sinyal, (b) mengukur waktu perjalan Perkembangan teknologi DEM juga dikuti
dari suatu sinyal dari sumber ke objek, waktu dengan ketersediaan data-data DEM global
perjalanan kembali sinyal yang dipantulkan dari yang bersifat gratis untuk semua orang. Namun

57
Vol. 2, No. 1, April 2014

demikian, umumnya DEM yang tersedia gratis Lingkungan (Lab.TPKL), FTP - Universitas Jember.
adalah DEM dengan ketelitian piksel (30 m x 30 m), Pengambilan data titik ketinggian dengan cara survei
ASTER GDEM2 atau lebih). Khusus untuk wilayah GPS dilakukan dengan Mobile Mapping System
Indonesia data DEM dengan ketelitian lebih tinggi pada sebagian wilayah sub-DAS Rawatamtu.
dari ASTER GDEM2 masih belum tersedia secara
gratis. DEM dengan ketelitian spasial yang lebih Bahan
tinggi dibutuhkan untuk berbagai macam aplikasi. Bahan yang digunakan sebagai Input dalam
Oleh karena itu prosedur manual pembuatan DEM pembuatan DEM mencakup: (1) peta datum, (2)
dapat ditempuh sebagai salah satu cara untuk peta kontur interval 25 m, (3) koordinat titik-titik
mengatasi permasalahan tersebut. ketinggian hasil survei dengan GPS. Data no (1)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dan (2) diperoleh dari digitasi peta RBI. Ketiga jenis
membuat DEM dengan resolusi spasial 10 m data merupakan komponen utama sebagai input
(ukuran pixel 10 m x 10 m) dengan cara re- untuk proses interpolasi. Bahan lain yang digunakan
interpolasi data ketinggian (datum dan kontur), adalah: (4) Data Digital Elevation Model (DEM) -
dan membandingkan dengan produk DEM Global SRTM, dengan ketelitian pixel (90 m x 90 m); (5)
(SRTM dan ASTER GDEM2). Metode pembuatan ASTER GDEM2, dengan ketelitian pixel (30 m x 30
DEM menggunakan software ArcGIS-10 dengan m). Data no (4) dan (5) digunakan sebagai input
data masukan diperoleh dari digitasi peta RBI, data untuk menghasilkan layer kontur dan pembanding
kontur dari SRTM dan ASTER GDEM2 dan survey DEM yang dihasilkan.
lapang dengan GPS.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Bahan dan Metode software ArcGIS 10.1 yang digunakan untuk
mengolah, membuat dan menganalisis DEM.
Penelitian ini dilakukan di Sub-DAS Rawatamtu Software MapWindow versi 4.8.6 digunakan untuk
(gambar 1). Sub-DAS Rawatamtu merupakan mendigitasi titik-titik ketinggian datum dan kontur
bagian dari DAS Bedadung. Secara Administratif, dari peta RBI. GPS (Global Positioning System)
90% Wilayah DAS Bedadung berada di Wilayah Garmin 76, yang digunakan untuk memperoleh
Kabupaten Jember. titik ketinggian di kawasan Sub-DAS Rawatamtu.
Penelitian dilakukan dari bulan April 2012 sampai Software Map Source 6.13.7 yang digunakan untuk
September 2012. Pengolahan data dilakukan di mentransfer data titik ketinggian hasil survey GPS
Laboratorium Teknik Pengendalian Konservasi dan ke dalam komputer.

Gambar 1. Lokasi Penelitian : Sub-DAS Rawatamtu


58
Vol. 2, No. 1, April 2014

Metode yang dikembangkan oleh Michael Hutchinson


Inventarisasi data (Hutchinson, 1988, 1989, 1996, 2000, 2001,
Inventariasai data dilakukan dengan tiga cara 2008, 2009). Aplikasi ANUDEM untuk produksi
sebagai berikut. Pertama: Digitasi peta RBI untuk DEM dalam skala yang luas dapat dijumpai dalam
mendapatkan layer datum yang berisi data titik-titik Hutchinson and Dowling (1991). Aplikasi DEM
ketinggian dan layer kontur. Kedua: Survey lapang untuk pemodelan di bidang lingkungan dapat
dengan GPS untuk memperoleh tambahan data dijumpai dalam Hutchinson dan Gallant (2000) dan
titik-titik ketinggian terutama pada wilayah yang Hutchinson (2008). Pengembangan lebih lanjut
GDWDU ÀDW GDQ GDHUDK SHJXQXQJDQ 6HODQMXWQ\D ANUDEM termuat dalam Hutchinson et al., (2009,
data hasil survey GPS ditransfer ke komputer 2011). Topo to raster menginterpolasi nilai ketinggian
dan dibuka dengan software ArcGIS 10.1 dan untuk setiap piksel raster dengan memperhatikan
dikonversi menjadi format VKDSH¿OH (*.shp). Ketiga: beberapa konstrain untuk memastikan: (1) struktur
ekstraksi DEM-SRTM dan ASTER GDEM2 menjadi jaringan sungai yang terkoneksi, (2) ruas sungai
data kontur dengan interval 50 m untuk SRTM dan anak-anak sungai tergambar dengan baik.
dan 15 m untuk ASTER GDEM2.Data yang telah Topo to raster juga dapat dijalankan dengan input
diinventarisasi tersebut, selanjutnya diintegrasikan EHUEDVLV ¿OH 'DODP KDO LQL NLWD WLQJJDO PHPDQJJLO
ke dalam software ArcGIS. ¿OH LQSXW NHPXGLDQ GLSURVHV GL GDODP Topo to
Raster dan selanjutnya didapatkan output. Proses
Interpolasi DEM interpolasi menggunakan algorithma (Inverse
Proses interpolasi dilakukan menggunakan Distance Weighting atau IDW). Selanjutnya, layer
metode Topo to Raster yang tersedia didalam hasil interpolasi di clip sesuai dengan batas Sub-
ArcGIS. Topo to raster di dalam ArcGIS merupakan DAS Rawatamtu.
suatu tool yang disediakan khusus untuk
pembuatan DEM. DEM yang dibuat denganTop to Evaluasi DEM
Raster akan secara otomatis dikoreksi sehingga Hasil re-interpolasi DEM tersebut dievaluasi
DEM tersebut memenuhi kriteria hidrologi. Topo untuk menguji kualitasnya. Proses evaluasinya
to Raster dikembangkan dari program ANUDEM GLODNXNDQ GHQJDQ FDUD JUD¿V GHQJDQ SHUEDQGLQJDQ

*DPEDU D 3HWD NODVL¿NDVL NHWLQJJLDQ WHPSDW Gambar 2b. Peta Kemiringan Lereng

Gambar 2c. Peta Kontur Gambar 2d. Peta Aspek


59
Vol. 2, No. 1, April 2014

tampilan. Perbandingan tampilan ini menggunakan menghasilkan berbagai jenis data dan informasi,
tool hillshade yang tedapat pada sotfware ArcGIS. antara lain: kelas kelerengan (Gambar 2b); peta
Koordinat DEM hasil produksi (10 m), ASTER kontur (gambar 2c); dan azimut (Gambar 2d).
GDEM2 (30 m), DEM SRTM (90 m), data survey Produk lain yang dapat diturunkan dari DEM
GPS dan titik-titik ketinggian (datum) pada peta adalah tampilan 3-Dimensi (Gambar 3a) dan garis
RBI untuk lokasi sampel dijadikan masukan untuk penglihatan (Gambar 3b).
mengukur perbedaan ketinggiannya. 3HQJJXQDDQ ¿WXU JDULV SHQJOLKDWDQ line of
sight) berfungsi untuk mengetahui keadaan suatu
lahan dapat terlihat dari daerah yang lain. Garis
Hasil dan Pembahasan yang dibuat secara acak tersebut menghubungkan
antara satu titik dengan titik yang lain. Garis
Kelas Ketinggian berwarna merah menunjukkan daerah tersebut
Gambar 2a memperlihatkan terlihat bahwa tidak terlihat (not visible) dari titik awal garis,
daerah yang paling tinggi adalah 3032,4 m dpl sedangkan yang berwarna kuning menunjukkan
(di atas permukaan laut) yang ditunjukkan oleh daerah tersebut terlihat (visible). Dominasi garis
berwarna putih. Sedangkan daerah yang paling dengan warna merah menginformasikan bahwa
rendah adalah 33,8 m dpl (warna hitam pekat). Sub- Sub-DAS Rawatamtu memiliki kondisi tanah yang
DAS Rawatamtu mencakup 3 kabupaten di Jawa tidak merata. Banyak terdapat bukit-bukit maupun
Timur yang terdiri dari 15 kecamatan di Kabupaten lembah-lembah yang menutup garis penglihatan
Jember, 2 kecamatan di Kabupaten Bondowoso antara titik yang satu dengan yang lain. Hal tersebut
serta 1 kecamatan di Kabupaten Probolinggo. cukup beralasan karena Sub-DAS Rawatamtu
terletak diantara 2 gunung yaitu Gunung Argopuro
Informasi turunan pertama dari DEM dan Gunung Raung. Banyak data-data lain yang
DEM Sub-DAS Rawatamtu yang telah dibuat, dapat dihasilkan dari DEM dan digunakan untuk
dapat diturunkan atau diolah kembali sehingga berbagai keperluan. Data turunan kedua misalnya,

Gambar 3a. Tampilan 3 Dimensi Sub DAS Gambar 3b. Peta Garis pandang
Rawatamtu OLQH RI VLJKW

DEM hasil interpolasi Aster GDEM2 : SRTM DEM:


ketelitian piksel = 10 m ketelitian piksel = 30 m keteltian piksel = 90 m

Gambar 4. Perbandingan Hillshading


60
Vol. 2, No. 1, April 2014

jaringan sungai, luas DAS, berbagai indeks yang University, Raleigh, NC, available at http://www.
PHQ\DWDNDQ WRSRJUD¿ GDQ PRUIRPHWULN '$6 lib.ncsu.edu/theses/available/etd-10302006-
122024.
Evaluasi visual DEM Costa-Cabral, M.C. and Burges, S.J.1994. Digital
Hasil peta di atas merupakan sumber informasi elevation model networks (DEMON): A model
yang dapat dilakukan dengan pengolahan DEM RI ÀRZ RYHU KLOOVORSHV IRU FRPSXWDWLRQ RI
Sub-DAS Rawatamtu. Untuk menguji kualitas contributing and dispersal areas, Water Resour.
DEM yang telah dibuat (resolusi 10 m), maka Res., 30, 1681–1692.
dilakukan evaluasi dan perbandingan dengan Danner, A., Yi, K., Moelhave, T., Agarwal, P. K., Arge,
sumber DEM yang lain yaitu DEM resolusi 30 m L., and Mitasova, H. 2007: TerraStream: From
dan 90 m. Sehingga DEM yang telah dibuat dapat Elevation Data to Watershed Hierarchies, Proc.
dipergunakan untuk memperoleh data yang akurat. ACM GIS, 28, doi:10.1145/1341012.1341049.
Ehlschlaeger, C.1989. Using the A* Search
Perbandingan Tampilan (Hillshading) Algorithm to Develop Hydrologic Models
Hillshading merupakan efek bayangan suatu from Digital Elevation Data, Proceedings of
permukaan. Teknik Hillshading dapat digunakan International Geographic Information Systems
untuk mempertajam visualisasi suatu permukaan. (IGIS) Symposium, Baltimore, MD, USA, 275–
Gambar 4 menampilkan perbandingan visual 281.
dengan hillshade antara DEM hasil interpolasi )DLU¿HOG - DQG /H\PDULH 3 'UDLQDJH
dengan SRTM-DEM adan ASTER GDEM2. networks from grid digital elevation models,
Gambar 4 memperlihatkan bahwa hillshade Water Resour. Res., 27, 709–717.
DEM hasil interpoalsi dengan ketelitian per piksel Farr, T. G., Rosen, A. R., Caro, E., Crippen, R.,
10 m memiliki tampilan yang lebih tajam. Relief Duren, R., Hensley, S., Kobrick, M., Paller, M.,
sungai dapat terlihat dengan jelas. Pada hillshade Rodriguez, E., Roth, L., Seal, D., Shaffer, S.,
30 juga terlihat memiliki tampilan yang cukup tajam Shimanda, J., Umland, J., Werner, M., Oskin, M.,
namun lebih terlihat buram (blur). Burbank, D., and Alsdorf, D. 2007. The Shuttle
Radar Topography Mission, Rev. Geophys., 45,
RG2004, doi:10.1029/2005RG000183.
Simpulan Freeman, T. G. 1991. Calculating catchment area
ZLWK GLYHUJHQW ÀRZ EDVHG RQ D UHJXODU JULG
Penelitian telah berhasil memproduksi DEM Comput Geosci., 17, 413–422.
baru dengan ketelitian spasial 10 m x 10 m. DEM Garbrecht, J. and Martz, L.W.1997. The assignment
tersebut (DEM-10 m) dihasilkan dari re-interpolasi RI GUDLQDJH GLUHFWLRQ RYHU ÀDW VXUIDFHV LQ UDVWHU
data ketinggian yang terdapat pada : titik-titik digital elevation models, J. Hydrol.,192, 204–
ketinggian pada peta RBI, ASTER GDEM2, dan 213.
SRTM. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa Grimaldi, S., Nardi, F., Di Benedotto, F.,
secara viusal DEM-10 m mampu merepresentasikan Istanbulluoglu, E., andBras, R. L., 2007. A
¿WXU GL ODSDQJDQ GQHJDQ OHELK DNXUDW '(0 P physically-based method for removing pits in
juga relatif lebih akurat untuk menggambarkan digital elevation models, Adv. Water Resour., 30,
ketinggian tempat pada setiap pikselnya, dibanding 2151–2158.
ASTER-GDEM2 dan DEM SRTM. Hancock, G. R., Martinez, C., Evans, K. G., and
Moliere, D. R., 2006. Acomparison of SRTM
and high-resolution digital elevation model sand
Daftar Pustaka their use in catchment geomorphology and
hydrology:Australian examples, Earth Surf. Proc.
Andersen, H. E., Reutebuch, S. E., and McGaughey, Land., 31, 1394–1412.
R. J. 2005. Accuracy of an IFSAR-derived digital +ROPJUHQ 3 0XOWLSOH ÀRZ GLUHFWLRQ DOJRULWKPV
terrain model under a conifer forest canopy, Can. for runoff modelingin grid based elevation models:
J. Remote Sens., 31, 283–288, 2005. An empirical evaluation,Hydrol. Process., 8,
Arge, L., Chase, J. S., Halpin, P. N., Toma, L., Vitter, 327–334.
J. S., Urban, D., and Wickremesinghe, R.2003. Hutchinson, M.F. 1988. Calculation of hydrologically
Flow computation on massive grid terrains, sound digital elevation models. Paper presented
GeoInformatica, 7, 283–313. at Third International Symposium on Spatial
Bossler, J. D., Jensen, J. R., McMaster, R. B. and Data Handling at Sydney, Australia.
C. Rizos, 2002, Manual of Geospatial Science & Hutchinson, M.F. 1989. A new procedure for gridding
Technology /RQGRQ 7D\ORU )UDQFLV S elevation and stream line data with automatic
Colson, T. P. 2006. Stream network delineation removal of spurious pits. Journal of Hydrology
from high-resolution digital elevation models, 106: 211-232.
3K ' 'LVVHUWDWLRQ 'HSDUWPHQW RI )RUHVWU\ Hutchinson, M. F. and Dowling, T. I. 1991. A
Environmental Resources, North Carolina State continental hydrological assessment of a new

61
Vol. 2, No. 1, April 2014

grid-based digital elevation model of Australia. models in wooded areas with airborne laser
Hydrological Processes 5: 45-58. scanner data, ISPRS Journal of Photogrammetry
Hutchinson, M. F. 1996. A locally adaptive approach 5HPRWH 6HQVLQJ
to the interpolation of digital elevation models. Kraus, K., Pfeiffer, N., 2001. Advanced DTM
In Proceedings, Third International Conference/ generation from LIDAR data, International
Workshop on Integrating GIS and Environmental Archives of Photogrammetry and Remote
Modeling. Santa Barbara, CA: National Center Sensing, Volume XXXIV-3/W 4 Annapolis, MD.
for Geographic Information and Analysis. See: Lehner, B. and D’oll, P. 2004 Development and
http://www.ncgia.ucsb.edu/conf/SANTA_FE_ validation of a global data base of lakes,
CD-ROM/sf_papers/hutchinson_michael_dem/ reservoirs and wetlands, J. Hydrol., 296, 1–22.
local.html Lindsay, J. B.2009: Whitebox http://www.uoguelph.
Hutchinson, M.F. 2000. Optimising the degree of ca/_hydrogeo/Whitebox/index.html.
GDWD VPRRWKLQJ IRU ORFDOO\ DGDSWLYH ¿QLWH HOHPHQW Lindsay, J. B. and Creed, F., 2005. Removal of
bivariate smoothing splines. ANZIAM Journal artefact depressions from digital elevation
42(E): C774–C796. models: towards a minimum impact approach,
Hutchinson, M.F. and Gallant, J.C. 2000. Digital Hydrol. Process., 19, 3113–3126.
elevation models and representation of terrain Martz, L. W. and Garbrecht, J.1998: The treatment of
shape. In: J.P. Wilson and J.C. Gallant (eds) ÀDW DUHDV DQG GHSUHVVLRQVLQ DXWRPDWHG GUDLQDJH
Terrain Analysis. Wiley, New York, pp. 29–50. analysis of raster digital elevationmodels, Hydrol.
Hutchinson, M.F. 2008. Adding the Z-dimension. Process., 12, 843–855.
In: J.P. Wilson and A.S. Fotheringham (eds), Metz, M. and Ehlschlaeger, C. 2010. Watershed
Handbook of Geographic Information Science, analysis program r.watershed, source code,
Blackwell, pp 144–168. https://trac.osgeo.org/grass/browser/grass/
Hutchinson, M.F., Stein, J.A., Stein, J.L. and Xu, branches/releasebranch64/raster/r.watershed.
T. 2009. Locally adaptive gridding of noisy high North Carolina Division of Water Quality (NCWQ)
resolution topographic data. In Anderssen, 0HWKRGRORJ\IRU,GHQWL¿FDWLRQRI,QWHUPLWWHQW
R.S., R.D. Braddock and L.T.H. Newham (eds) and Perennial Streamsand Their Origins, Version
18th World IMACS Congress. Modelling and 4.1.1, http://portal.ncdenr.org/web/wq/swp/
Simulation Society of Australia and New Zealand ws/401/waterresources/streamdeterminations,
and International Association for Mathematics Effective Date: 1 September 2010.
and Computers in Simulation, July 2009, pp. Notebaert, B., Verstraeten, G., Govers, G., and
2493–2499. See: http://www.mssanz.org.au/ Poesen, J. 2009: Qualitativeand quantitative
modsim09/F13/hutchinson.pdf. DSSOLFDWLRQV RI /L'$5 LPDJHU\ LQ ÀXYLDO
Hutchinson, M.F., Xu, T. and Stein, J.A. 2011. Recent geomorphology, Earth Surf. Proc. Landforms,
Progress in the ANUDEM Elevation Gridding 34, 217–231.
Procedure. In: Geomorphometry 2011, edited by O’ Callaghan, J. F. and Mark, D. M.1984. The
T. Hengel, I.S. Evans, J.P. Wilson and M. Gould, Extraction of Drainage Networks from Digital
pp. 19–22. Redlands, California, USA. See: Elevation Data, Computer Vision, Graphics,and
http://geomorphometry.org/HutchinsonXu2011. Image Processing, 28, 223–344.
Jenson, S. K. and Domingue, J. O.1988. Extracting 3HFNKDP 6 ' (I¿FLHQW H[WUDFWLRQ RI ULYHU
topographic structurefrom digital elevation data networks and hydrologic measurements from
for geographic information systemanalysis, digital elevation data, in Barndorff-Nielsen and
Photogramm. Eng. Rem. S., 54(11), 1593– others, eds., Stochastic Methods in Hydrology:
1600. Rain, Landforms and Floods: Singapore, World
Jensen, J. R., 2007. Remote Sensing of the Scientiifc, 173–203, 1998.
Environment: An earth resource perspective. Planchon, O. and Darboux, F.,2001. A fast, simple
2edPrentice-Hall series in Geographic Information DQG YHUVDWLOH DOJRULWKPWR ¿OO WKH GHSUHVVLRQV RI
Science, USA digital elevation models, Catena,46, 159–176,
Kinner, D., Mitasova, H., Harmon, R. S., Toma, 2001.
L., and Stallard, R. 2005. GIS-based Stream Quinn, P., Beven, K., Chevallier, P., and Planchon,
Network Analysis for The ChagresRiver Basin, 2 7KH SUHGLFWLRQ RI KLOOVORSH ÀRZ SDWKV IRU
Republic of Panama. In: Harmon R (ed) The Rio distributed hydrological model lingusing digital
&KDJUHV $ 0XOWLGLVFLSOLQDU\ 3UR¿OH RI D 7URSLFDO terrain models, Hydrol. Process., 5, 59–79.
Watershed, Springer/Kluwer, 83–95. Quinn, P. F., Beven, K. J., and Lamb, R.1995: The
Killian, J., Haala, N., Englich, M., 1996. Capture ln(a/tan/ß) index: How to calculate it and how to
and evaluation of airborne laser scanner data. use it within the top model framework, Hydrol.
International Archives of Photogrammetry and Process., 9, 161–182.
Remote Sensing, Vol. XXXI, Part B3, pages 383- Rieger, W., 1998. A phenomenon-based approach to
388, Vienna, Austria. upslope area and depressionsin DEMs, Hydrol.
Kraus, K., Pfeiffer, N., 1998. Determination of terrain Process., 12, 857–872.

62
Vol. 2, No. 1, April 2014

Rodriguez, E., Morris, C. S., and Belz, J. E., 2006. :DQJ / DQG /LX + $Q HI¿FLHQW PHWKRG IRU
A global assessment of the SRTM performance, LGHQWLI\LQJ DQG ¿OOLQJ VXUIDFH GHSUHVVLRQV LQ
Photogramm. Eng. Rem. S., 72, 249–260. digital elevation models for hydrologic analysis
Santini, M., Grimaldi, S., Rulli, M. C., Petroselli, A., and modelling, Int. J. Geogr. Inf. Sci., 20, 193–
and Nardi, F., 2009. Pre-processing algorithms 213,2006
and landslide modeling on remotely sensed World Wild life Fund, HydroSHEDS, http://
DEMs, Geomorphology, 113, 110–125. hydrosheds.cr.usgs.gov/index.php, 2009.
Tarboton, D.G. 1997. A New Method for the Hydrol.
Determination of Flow Directionsand Contributing Wood, J. (1996a) Scale-based characterisation
Areas in Grid Digital Elevation Models, Water of Digital Elevation Models. In Parker D. (ed.)
Resour. Res., 33, 309–319. ,QQRYDWLRQV LQ *,6 &K /RQGRQ 7D\ORU
Valeriano, M. M., Kuplich, T. M., Storino, M., Francis.
Amaral, B. D., Mendes, J. N., and Lima, D. J. Wood, J. (1996b) The geomorphological
2006. Modeling small watersheds in Brazilian characterisation of Digital Elevation Models,
Amazonia with shuttle radar topographic mission PhD Thesis, University of Leicester,. http://www.
90 m data, Comput. Geosci., 32, 1169–1181. soi.city.ac.uk/~jwo/phd/
WorldWildlife Fund, HydroSHEDS, http:// Wood, J. (1998) Modelling the continuity of surface
hydrosheds.cr.usgs.gov/index.php, 2009. form using digital elevation models. In Poiker,
Hydrol. T. and Chrisman, N. (Eds.) Proceedings, 8th
Wever, C., and Lindenberger, J., 1999. Experiences International Symposium on Spatial Data
of 10 years laser scanning, http://www.ifp.uni- Handling, IGU, Vancouver, 725-736.
stuttgart.de/publications/ phowo99/wever.pdf
(accessed 21 Jan. 2013).

63

Anda mungkin juga menyukai