Anda di halaman 1dari 2

Rehabilitasi Paska Coronary Artery Bypass Graft (CABG)

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah keadaan abnormalitas jantung yang disebabkan oleh
penyempitan atau obstruksi arteri koronaria yang mensuplai darah ke jantung. WHO menyatakan
bahwa 31% penyebab dari seluruh kematian secara global adalah penyakit kardiovaskular (CVD).
Beberapa faktor resiko CVD antara lain hipertensi, kadar lipid darah yang tinggi, perokok, inaktifitas
fisik, obesitas, diet yang tidak sehat dan diabetes. Hal ini membutuhkan penanganan yang
komprehensif interdisiplin ilmu antara lain rehabilitasi kardiovaskuler.
Tatalaksana PJK adalah dengan pemberian medikamentosa atau dilakukan tindakan
revaskularisasi dimana bisa diberikan dengan cara intervensi perkutan (PCI) dan coronary artery
bypass graft (CABG). Tindakan CABG ini dapat menimbulkan resiko dan komplikasi. Beberapa
komplikasi paska CABG yaitu komplikasi kardiak, komplikasi paru, disfungsi diafragma, gangguan
fingsi ginjal, pressure ulcus karena immobilisasi, anxiety, dan stroke. Komplikasi kardiak yang dapat
terjadi berupa hipovolemia, perdarahan, hipotermia, hipotensi, aritmia, disfungsi kontraktil, dan
postoperative miokardial infark. Komplikasi pulmonal dapat berupa haemothorax, pneumothorax,
atelectasis, pneumonia dan pulmonary embolism. Problem lain yang sering terjadi pasca CABG
adalah nyeri, penumpukan sputum, bronkopneumonia, efusi pleura, efusi pericardial, spasme otot,
oedem extremitas bawah (bila graft diambil dari extremitas bawah), dan infeksi bekas luka operasi.
Disinilah peran rehabiliitasi kardiak bagi pasien CABG untuk mengurangi beberapa resiko komplikasi
diatas.
Rehabilitasi kardiak adalah tindakan pelayanan jangka panjang yang komprehensif meliputi
evaluasi medik, peresepan latihan, modifikasi faktor resiko jantung, edukasi, konseling dan intervensi
behavior. Peran rehabilitasi jantung ini sudah dimulai sejak pre tindakan CABG dan dilanjutkan
setelah tindakan CABG. Sasaran rehabilitasi jantung adalah mengembalikan pasien untuk mencapai
kondisi yang optimal secara fisik, mental, sosial dan vokasional, meningkatkan kapasitas
fungsionalnya, meningkatkan aliran darah coroner / sistim kolateral, memperbaiki efisiensi sistem
cardiovaskuler, memperbaiki faktor resiko, meningkatkan aktifitas kehidupan sehari hari,
meningkatkan kwalitas hidup. Phase rehabilitasi pasien CABG dibagi menjadi; fase I dilakukan saat
pasien dirawat dirumah sakit sebelum dan setelah CABG, fase II sampai fase III/IV dilakukan pasien
pasca CABG yang sudah keluar dari rumah sakit serta untuk mencegah kekambuhan.
Pada Rehabilitasi Fase I (inpatient phase) dibagi menjadi pre- dan post-CABG. Tujuan dari
rehabilitasi pre-CABG adalah adalah mencegah komplikasi pasca tindakan CABG, terutama
komplikasi pulmonal. Program rehabilitasi ini masing masing pasien berbeda, bersifat individual
Sehingga sebelum melakukan rehabilitasi, pasien dievaluasi terlebih dahulu dengan menggunakan 6
minute walking test (6MWT). Tujuan dari 6MWT adalah untuk mengetahui kemampuan fungsional
pasien dengan menggunakan satuan METs.
Program rehabilitasi dimulai dengan assesmen pasien dan edukasi kepada pasien bahwa
latihan ini diperlukan untuk mencegah resiko terjadinya komplikasi pasca operasi. Managemen
psikososial juga dibutuhkan untuk memanage psikologi pasien, adanya kecemasan atau ketakutan
gerak pasca CABG. Sebelum pasien keluar dari rumah sakit perlu dilakukan evaluasi kemampuan
fungsionalnya yaitu dengan melakukan 6 MWT untuk mengevaluasi aktifitas kehidupan sehari hari
yang dapat dilakukan dengan aman. Selain itu juga diberikan edukasi mengenai modifikasi kebiasaan
hidup sebelum operasi, untuk pencegahan sekunder yaitu latihan rutin aerobik , kontrol tekanan darah,
level kolesterol dan gula darah, berhenti merokok, memanage stres. Kemudian melakukan
perencanaan rehabilitasi cardiac fase II.
Pada Rehabilitasi fase II (outpatient phase) dimulai 1-3 minggu setelah keluar dari rumah
sakit (hospital discharge) dengan supervisi dalam pelaksanaan latihan fisik. Jenis Latihan yang
diberikan pada fase ini: Latihan endurance dan resistance. Latihan dapat diberikan setelah dilakukan
uji latih jantung terlebih dahulu. Selain itu, pada fase II juga dapat diberikan latihan Resistance dan
Flexibility yang bertujuan untuk meningkatkan jangkauan gerak (range of motion/ROM),
menghilangkan rasa nyeri, serta mengembalikan / meningkatkan kekuatan atau daya tahan otot. Pada
fase ini perlu diperhatikan tanda dan gejala instabilitas sternum saat melakukan latihan fisik.Latihan
flexibility dapat dimulai 3-5 minggu setelah pasien keluar rumah sakit.
Pada Rehabilitasi Fase III (Maintenance phase) merupakan fase yang paling penting dimana
benefit yang didapat saat fase II dapat hilang jika pasien berhenti melakukan latihan fisik. Fase ini
dilakukan selama 3-6 bulan.
Program rehabilitasi jantung adalah program jangka panjang yang komprehensif yang
melibatkan evaluasi medis, latihan yang diawasi, modifikasi faktor risiko jantung, pendidikan, dan
konseling. Rehabilitasi jantung berbasis latihan CABG membatasi efek fisiologis dan psikologis
penyakit jantung, mengontrol gejala gagal jantung, menstabilkan atau membalikkan proses
aterosklerotik, meningkatkan status psikososial, dan mengurangi risiko kematian mendadak infark
berulang. Rehabilitasi jantung mengurangi faktor risiko, meningkatkan kapasitas latihan fisik,
kepatuhan pengobatan terhadap terapi pencegahan sekunder, dan kelangsungan hidup setelah operasi
CABG.

Penulis : Ivana Purnama Dewi, Kristin Purnama Dewi, Tiniwati Tanojo, Eka Prasetya Budi
Mulia, Meity Adriana
Link : https://www.apicareonline.com/index.php/APIC/article/view/1383

Anda mungkin juga menyukai