Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN KARDIOVASKULER

DISUSUN OLEH :
KHOLIK QURAHMAN ( PO62201230992 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL

TENAGA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA

RAYA PROGRAM STUDI RPL SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN 2024
A. Konsep Operasi Jantung.

Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif


dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan dilakukan tindak perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan
dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2010).
Beberapa kasus dengan gangguan jantung yang tidak dapat ditangani dengan
obat- obatan, proses penanganannya di lakukan dengan tindakan operasi. Operasi jantung
merupakan intervensi bedah untuk mengatasi kelainan atau penyakit jantung serta
mengkoreksi kelainan anatomi atau fungsi jantung.
Tujuan dari operasi jantung dilakukan, selain untuk memperbaiki struktur dapat
juga berfungsi untuk mengatasi kelainan jantung bawaan dan didapat. Beberapa jenis
operasi jantung yang umum dilakukan antara lain operasi Coronary Artery Bypass Graft
(CABG) dilakukan untuk mengatasi penyakit jantung koroner. Operasi
perbaikan/penggantian katup jantung (repair/replacement) untuk mengatasi masalah
regurgitasi/stenosis pada katup-katup jantung. Operasi jantung dengan masalah
congenital heart disease contohnya operasi atrial septal defect closure pada kelainan atrial
septal defect.
Jantung adalah organ penting yang berfungsi memompakan darah keseluruh
tubuh. Kegagalan fungsi jantung akan mengakibatkan kegagalan pada seluruh organ
bahkan kematian. Operasi yang dilakukan pada organ jantung dapat merupakan ancaman
potensial maupun aktual pada integritas seseorang. Kondisi fisik sebelum operasi dan
rasa takut maupun cemas pada tindakan operasi ini akan mempengaruhi proses operasi
secara keseluruhan. Persiapan operasi yang optimal dapat menurunkan resiko pada intra
maupun post operasi.

1. Edukasi pre operasi


Meliputi penjelasan persiapan operasi yang terdiri dari persiapan fisik, persiapan
administrasi dan persiapan psikologis seperti yang sudah di paparkan sebelumnya, edukasi pada
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi sudah di mulai dari pasien masuk poliklinik yang
dilakukan oleh dokter kardiologi, dimana pasien mendapatkan penjelasan mengenai hasil
pemeriksaan atau penyakit yang di derita oleh pasien dan tindakan atau perbaikan yang harus
dilakukan dengan cara operasi.
Selanjutnya pasien akan masuk ruang rawat untuk dilakukan persiapan untuk tindakan
operasi, sehari sebelum tindakan pasien akan dilakukan visit oleh dokter anestesi dan dokter
bedah jantung.
Dari segi dokter bedah jantung pasien akan di jelaskan mengenai penyakit dan rincian
tindakan yang akan lakukan sampai kegagalan yang mungkin akan terjadi saat operasi maupun
sesudah operasi, penjelasan di berikan sejelas mungkin sampai pasien memahami penyakit yang
di deritanya, tujuan tindakan yang akan dilakukan dan persiapan operasi yang harus di jalani
oleh pasien sebelum tindakan operasi seperti: puasa, cukur area operasi, pengosongan lambung,
pemeriksaan laboratorium, persiapan darah, mandi antiseftik, pemberian tanda area insisi dan
pemasangan infus.
Dari segi anestesi dr anestesi akan menjelaskan pada pasien mengenai pembiusan yang
akan dilakukan serta alat-alat yang akan dipasang dikamar operasi serta kemungkinan-
kemungkinan yng kan terjadi selama pembiusan berlangsung, Pemeriksaan yang biasa
digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of
Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain
yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu
Inform Consent.
Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan
dan anastesi). Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat
dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien.
Dalam kondisi nyata tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang
berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan
sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini
terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat,
kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam
perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum,
maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani
surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya.
Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail,
maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh
pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran
keluarga.

2. Edukasi post operasi / tahapan rehabilitasi


Edukasi setelah operasi bypass jantung, atau coronary artery bypass graft /
CABG, pada pasien bahwa proses masih dapat berlanjut walaupun sudah dilakukan
tindakan. Berdasarkan hal ini, pasien harus diberikan motivasi untuk mencegah
perburukan dari penyakit kardiovaskular dan menjaga patensi dari graft. Sampaikan pada
pasien untuk mengikuti regimen terapi dan pemantauan yang dianjurkan oleh dokter yang
merawat.

Minta pasien berhenti merokok, mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol, serta
meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi berat badan. Sampaikan pada pasien untuk
segera mencari pertolongan medis jika mengalami tanda dan gejala yang mengarah pada
komplikasi pasca prosedur, misalnya demam tinggi, nyeri dada, dan palpitasi.

Sampaikan pada pasien untuk menghindari mengangkat benda yang berat dan
menggerakkan bahu terlalu ekstrem. Pada kebanyakan kasus, pasien yang menjalani
CABG dan tidak memiliki komplikasi dapat kembali melakukan aktivitas seksual dalam
4 minggu, tetapi ada baiknya pasien berkonsultasi dahulu dengan dokter yang merawat.
Sampaikan bahwa perasaan depresi dan gangguan jiwa lain dapat muncul. Anjurkan
pasien untuk mengikuti program dukungan mental.

Anda mungkin juga menyukai