Anda di halaman 1dari 44

INSITU

MEASUREMENT
Tegangan Insitu :
Tegangan alamiah yang bekerja di dalam massa batuan yang terdiri dari
tegangan gravitasi, tegangan tektonik, tegangan sisa dan tegangan
normal

Pengukuran insitu digunakan untuk mengetahui keadaan tegangan di


dalam massa batuan dan menentukan parameter-parameter penting
untuk mengetahui perilaku massa batuan.
Pemecahan klasik pengukuran insitu
Tegangan vertikal

Tegangan horisontal
METODE PENGUKURAN

Metode Rosette
Metode Flat jack
Metode pengukuran di lubang bor :
• Metode Overcoring
• Metode uji rekah hidrolik

Interpretasi dari semua hasil pengukuran tegangan insitu


didasarkan pada hipotesa homogenitas, kontinuitas,
isotropi dan elastik linier.
METODE ROSETTE DEFORMASI

Prinsip
Mengukur deformasi supervisial pada sebuah permukaan
bebas di dinding massa batuan

Hipotesa:
• Tegangan bidang (plane stress), tegangan yang tegak
lurus bidang pengukuran sama dengan nol.
• Pembebasan tegangan adalah total.
• Perilaku batuan adalah elastik linier.
 Pengukuran :
Titik-titik pengukuran sebanyak delapan buah yang dipasang pada lingkaran
yang berdiameter 20 cm.
Tegangan didapat dari (Bonvallet, 1976) :
METODE FLAT JACK

Prinsip :
Membebaskan sebagian tegangan yang ada di dalam massa
batuan dengan jalan membuat potongan pada batuan
tersebut dengan bantuan gergaji intan.
Hipotesa :
1) Perilaku batuan adalah elastik reversible, tidak perlu
linier dan batuan homogen
2) Tegangan pada dinding batuan tidak dipengaruhi oleh
proses penggalian.
3) Tegangan yang diukur tegak lurus dengan potongan
yang dibuat atau tegak lurus dengan flat jack.
 Pengukuran :
 Titik-titik pengukuran yang berupa baut besi dipasang dengan jarak 10cm,
masing-masing L1, L2, dan L3
 Buat potongan pada batuan dengan bantuan gergaji intan yang besarnya
hampir sama dengan ukuran flat jack
 Titik-titik pengukuran diukur jaraknya. Sesudah pengukuran selesai, ke
dalam potongan dimasukkan flat jack yang berupa 2 lembar potongan baja
yang dijadikan satu dengan mengelas ujungnya.
 Flat jack dipompa dengan pompa hidrolik sampai ΔL1, ΔL2, dan ΔL3
menjadi nol.
Pengukuran modulus deformasi dengan flat jack :
Perhitungan kestabilitas pada pekerjaan bawah tanah perlu diketahuinya
karakteristik elastisitas batuan, terutama modulus deformasi.

L = l1 + l2 + e
L + |ΔL| = l1 + Δl1 + l2 + Δl2 + e + Δe
Δl1/l1 dan Δl2/l2 menggambarkan regangan elastik dari batuan demikian juga
dengan ΔL’/L’
Δe = perpindahan yang disebabkan oleh relaksasi dari batuan pada lubang
gergajian sesudah pembebasan tegangan.
Kurva tegangan-regangan pada uji flat
jack
METODE OVERCORING

 Prinsip
Membebaskan seluruh tegangan yang ada di massa batuan dengan cara
overcoring

 Hipotesa
Batuan homogen dengan perilaku elastik reversible

 Pengukuran
Mengukur arah dan besarnya tiga tegangan utama pada sebuah titik yang
ditentukan

Dengan menggunakna teori elatisitas linier dan isotrop, maka perpindahan atau
tegangan yang diukur hanya pada dinding lubang bor, artinya p=r dimana r
adalah jari-jari lubang bor.
 Untuk sel dari University of Liege (Belgia) yang dapat mengukur
perpindahan radial dan longitudinal diperoleh hubungan sederhana
sebagai berikut
 Perpindahan longitudinal

 Perpindahan radial
 Sel yang mengukur tegangan dengan extensometer gauge
1) Leeman dan Hayes pada tahun 1966 mempublikasikan
prinsip pengukuran dan teori dari sel yang dilengkapi
sengan extensometer gauge yang berupa tiga rosette.
2) Sel CSIRO (Commonwealth Scientific & Industrial
Research Organization). Sel ini digunakan untuk lubang
bor yang pendek (+10m) yang terbuat dari permukaan
tanah atau dari dalam tanah (terowongan)
3) Sel dari Swedish State Power Board. Peralatan yang
digunakan dapat melakukan overcoring dengan
diameter 76mm sampai mencapai kedalaman 300m.
 Sel yang mengukur perpindahan
1) Sel yang hanya mengukur perpindahan radial, yang
dikenal dengan sel USBM (US. Bureau of Mines). Sel
tersebut memerlukan lubang bor dengan diameter 38
mm dan terdiri dari tiga pengukuran diameterikal
dengan sudut 1200.
2) Sel yang mengukur perpindahan radial dan
longitudinal yang dikembangkan oleh F. Bonnechere
dapat mengukur sekaligus perpindahan radial dalam
delapan titik pada empat diameter dengan sudut 45 0
dan perpindahan longitudinal dalam delapan titik.
METODE UJI REKAH HIDROLIK

 Prinsip
Metode ini mengukur tegangan dengan cara menguji
perilaku rekahan yang sudah ada atau rekahan yang
baru dibentuk dengan injeksi air sampai tekanan yang
diperlukan untuk membuka kembali rekahan tersebut
didalam sebuah bor.

 Peralatan yang digunakan


Alat yang digunakan secara umum adalah double packer di
dalam lubang bor tanpa casing, yaitu mengisolir bagian
dari lubang bor yang akan diuji dengan dua buah packer.
Kurva tipe perekahan
1) Tekanan perekahan (fracturing – yang mempunyai hubungan dengan
kuat tarik batuan), Pfr.
2) Tekanan pertambahan besar, Pc.
3) Tekanan penutupan sesudah popmpa injeksi dihentikan, Pf.
Kurva memberikan puncak (peak) dari tekanan pembukaan kembali yang
kurang dari puncak tekanan perekahan, bahkan puncak tersebut tidak
ada.
Interpretasidari uji rekah hidrolik
Pada pemboran mengakibatkan berubahnya distribusi
tegangan disekitar lubang bor.

Keadaan dimana tegangan utama σ2, σ3 pada bidang yang


tegak lurus pada sumbu lubang bor (dengan σ2> σ3),
tegangan tangensial σθ pada dinding lubang bor memiliki
harga minimal 3 σ3- σ2

Dengan mengambil θ=0 searah dengan σ2, variasi σθ pada


dinding lubang bor. Di sisi lain untuk θ=0 (tegangan
minimal) bertambah kecil sebagai fungsi dari σ2/σ3

σθ=2 σ2= 2 σ3 untuk σ2/ σ3 =1


σθ=0 untuk σ2/ σ3 = 3
σθ mempunyai harga negatif (tegangan tarikan) untuk σ2/
σ3 >3
 Haimson memperkenalkan konsep tegangan efektif yang dinyatakan dalam tekanan
perekahan

Pfr – Po = (3 σh-σH+Rt-2Po) K

Didalam batuan yang permeabilitasnya sangat kecil, K dapat dianggap 1 sehingga


menjadi

Pfr = 3 σh-σH+Rt– Po

Jika batuan tidak permeabel, Po = 0

Pfr = 3 σh-σH+Rt

Dengan membuka lagi rekahan maka persamaan menjadi (dengan menganggap Pr = Pfr –
Rt)

Pfr – Po = (3 σh-σH+Rt-2Po) K
 Prinsip Uji Rekah Hidrolik
Dalam massa batuan dengan metode rekah hidrolik
dilakukan dengan cara menyekat bagian tertentu dari
lubang bor (sekitar 0,5 – 2,5 m) dengan menggunakan
packer kemudian menginjeksian fluida (air atau oli)
pada bagian tersebut dengan kecepatan tertentu,
sekitar 0,1- 1MPa/det hingga batuan mengalami
rekahan.
PENERAPAN UJI INSITU DI
TAMBANG BAWAH TANAH
 Teknik pengukuran tegangan insitu secara langsung dengan
metode rekah hidrolik memanfaat rekahan yang terbentuk karena
proses penekanan hidrolik yang terjadi tegak lurus tegangan
prinsipal minimum.
 Shut-in pressure (Ps) adalah tekanan penutupan rekahan yang
diperlukan agar rekahan tetap terbuka tanpa menambah rekahan.
Dari grafik tekanan uji terhadap waktu, tekanan ini dapat
ditentukan pada titik belok saat tekanan mulai turun dengan
cepat dan saat tekanan mulai konstan.
 Gronseth dan Kry (1981,1982), Zoback dan Haimson (1982), Mc.
Lennan dan Roegiers (1981), Doe dan Hustrulid (1981), dan Mizuta
(1987) mengusulkan cara penentuan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah menggunakan turunan tekanan terhadap
waktu (dp/dt), kemudian membuat grafik dp/dt terhadap
tekanan, sehingga diperoleh kurva kemiringan.
 Reopening Pressure (Pr) adalah tekanan yang diperlukan
untuk membuka kembali rekahan. Tekanan ini
merupakan tekanan puncak pada siklus setelah siklus
dimana breakdown pressure.
 Prinsip Uji Rekah Hidrolik
Dalam massa batuan dengan metode rekah hidrolik
dilakukan dengan cara menyekat bagian tertentu dari
lubang bor (sekitar 0,5 – 2,5 m) dengan menggunakan
packer kemudian menginjeksian fluida (air atau oli)
pada bagian tersebut dengan kecepatan tertentu,
sekitar 0,1- 1MPa/det hingga batuan mengalami
rekahan.
METODE PENGUKURAN TEGANGAN
INSITU TIDAK LANGSUNG

 Metode ini dilakukan dilaboratorium dengan


menggunakan beberapa metode antara lain; emisi
akustik (AE), Deformation Rate Analysis (DRA),
Differential Strain Curve Analysis (DSCA) dan Anelistic
Strain Relaxation (ASR).
 Emisi akustik adalah gelombang elastis frekuensi tinggi
yang muncul karena adanya pelepasan energi yang
cepat dari satu atau lebih sumber pada saat material
mengalami proses pembebanan.
 Efek Kaiser adalah emisi akustik yang terdeteksi pada
saat pembebanan mendekati atau melampaui tingkat
tegangan yang pernah dialami contoh batuan.
 Prinsip
Emisi akustik berhubungan dengan energy gelombang
elastic yang timbul karena mekanisme pembentukan,
pergerakan, dan multiplikasi rekahan, proses friksi
selama penutupan dan pembukaan rekahan,
transformasi fasa propagasi rekahan mikro, deformasi
material, tumbukan, dan pemadatan.
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai