Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGANTAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


“PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK V

ALLISYA DZUHRI SAQINAH (2113201005)


MILA ELFITA DEZA (2113201025)
NADIA ANDINA DAMAYANTI (2113201027)
NAZILLA PUTRI (2113201029)
NIASTI TELAUMBANUA (2113201030)
SILVIRA ANGGRAINI PUTRI (2113201041)
VATIYA LINTANG PRATIWI (2113201046)
ASRI JUMIATI (2013201010)
FANI SYAFITRI (2013201023)
CINDY MAURIN KINANTI (1810104005)

DOSEN PENGAMPU/PENANGGUNG JAWAB :


MEYI YANTI, S.KM, M.KM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
KOTA PADANG
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "PROFESI
KESEHATAN MASYARAKAT" dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah “PENGANTAR ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT”. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang profesi dalam kesehatan masyarakat tersebut agar bisa menjadi pedoman
bagi kami dan para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Meyi Yanti selaku dosen


mata kuliah Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Padang, 09 Desember 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...……4
A. LATAR BELAKANG……………………………………………4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………..…..5
C. TUJUAN…………………………………………………………,.5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………...…………….6
A. PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT……………...6
B. PENGERTIAN PROFESI…………………….…………………6
C. PENGERTIAN PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT…7
D. PENGERTIAN KODE ETIK KESMAS…………………..…...8
E. BENTUK-BENTUK PROFESI KESMAS…………………....12
BAB III PENUTUP…………………………………………………………..…14
A. KESIMPULAN……………………………………………...…..14
B. SARAN……………………………….………………………….14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan  UU No. 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah No. 32 Tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan, secara tegas telah
diatur profesi kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Tenaga kesehatan yang secara syah mempunyai kualifikasi sesuai dengan
bidangnya adalah : tenaga medis, keperawatan, kefarmasian, kesehatan
masyarakat, gizi, keterapian fisik, keteknisian medis (Pasal 2 (1) PP 32/1996).
Secara teoritis bahwa profesi kesehatan masyarakat sejajar dengan tenaga
kesehatan lainnya, seperti medis, perawat, dan lain-lain. Namun keberadaan
profesi kesehatan masyarakat di tengah-tengah masyarakat belum bayak
diperhitungkan (baik sektor pemerintah maupun swasta).
Sejarah kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi
Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Dikisahkan berdasarkan mitos Yunani
Asclepius adalah seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak
disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, namun
Asclepius dapat mengobati penyakit dan bahkan dapat melakukan bedah
berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik. Higeia,
seorang asisten yang kemudian menjadi istrinya, juga telah melakukan
upayaupaya kesehatan dengan cara yang berbeda dengan Asclepius. Perbedaan
tersebut terletak pada cara pendekatan dalam menangani masalah kesehatan.
Perbedaan pendekatan yang dilakukan oleh Asclepius dan Higeia
mengakibatkan munculnya dua aliran atau pendekatan dalam menangani masalah-
masalah kesehatan. Kelompok atau aliran pertama cenderung menunggu
terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif

4
(pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter gigi,
psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik
fisik, psikis, mental, ataupun sosial. Sementara itu, kelompok kedua, seperti
halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan upaya-upaya pencegahan
penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Ke
dalam kelompok ini termasuk para petugas kesehatan masyarakat lulusan-lulusan
sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang (Notoatmodjo,
2007). Perbedaan pendekatan tersebut, pada perkembangan selanjutnya, seolah-
olah timbul garis pemisah menjadi dua kelompok profesi, yakni pelayanan
kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan kesehatan pencegahan
(preventive health care).

B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud dengan kesehatan masyarakat?
B. Apa yang dimaksud dengan profesi?
C. Apa yang dimaksud dengan profesi kesehatan masyarakat?
D. Apa yang dimaksud dengan kode etik profesi kesehatan
masyarakat?
E. Apa saja bentuk-bentuk profesi kesehatan masyarakat?

C. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang pengembangan profesi
kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Pengertian kesehatan masyarakat
2. Pengertian profesi
3. Pengertian profesi kesehatan masyarakat
4. Pengertian kode etik profesi kesehatan masyarakat
5. Bentuk-bentuk profesi kesehatan masyarakat

5
6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESEHATAN MASYARAKAT


Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam
pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit.
Kesehatan masyarakat mencakup semua kegiatan, baik langsung maupun tidak
langsung, untuk mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan
(promotif), terapi (kuratif), maupun pemulihan (rehabilitatif).
Pilar utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain epidemiologi,
biostatistik, kesehatan lingkungan, pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku,
administrasi kesehatan, gizi masyarakat, serta pelayanan kesehatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat. Contoh fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit, puskesmas
dan klinik. Dalam upaya menunjang pelayanan kesehatan didirikan upaya
kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) dengan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dikenal dengan nama pos pelayanan terpadu (posyandu).

B. PENGERTIAN PROFESI
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa
Inggris "Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna
: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen".
Profesi juga sebagai pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya
memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang
khusus untuk bidang profesi tersebut.

7
Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kesehatan, keuangan, militer,
teknik desainer, tenaga pendidik. Seseorang yang berkompeten di suatu profesi
tertentu, disebut profesional. Walau demikian, istilah profesional juga digunakan
untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir.
Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk
pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya
tidak dianggap sebagai suatu profesi.

C. PENGERTIAN PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT


Profesi Kesehatan masyarakat secara pemahaman dapat diartikan sebagai
"kemampuan" yang diberikan kepada seseorang yang telah menempuh pendidikan
akademik formal di Institusi pendidikan kesehatan masyarakat (agent of truth),
kemudian menempuh pendidikan keprofesian (agent of change) sebagai tambahan
keahlian sesuai dengan kompetensi dan minat nya berkarier di masyarakat dan
teregistrasi sebagai tenaga keprofesian kesehatan masyarakat di Indonesia oleh
lembaga otoritas keprofesian (IAKMI, PERSAKMI, AIPTKMI) serta institusi
resmi pemerintah lintas kementrian/departemen dan hukum.
Pofesi kesehatan masyarakat merupakan salah satu penyedia jasa
pelayanan publik dibidang kesehatan masyarakat (preventif, promotif, capacity
and caracter building dan pengembangan usaha jasa pelayanan public dibidang
health care dan konsultan kesehatan masyarakat), yang erat kaitannya memenuhi
kebutuhan sektor eksekutif, legislatif dan yudikatif (pemerintah), swasta, dan
pendidikan. secara nilai, sangat erat kaitannya dengan upaya penciptaan kondisi
kesejahteraan masyarakat, dan kemanusiaan yang universal.
Ciri-ciri profesi :
1. Memberikan pelayanan (service) pada orang segera langsung (yang
umumnya bersifat konfidental).
2. Menempuh pendidikan tertentu dengan melalui ujian tertentu sebelum
melakukan pelayanan.
3. Anggotanya yang relatif homogen.
4. Menerapkan standar pelayanan tertentu.

8
5. Etik profesi yang ditegakkan oleh suatu organisasi profesi.
Kualifikasi suatu pekerjaan sebagai sutau profesi adalah :
1. Mensyaratkan pendidikan teknis yang formal mengenai adekuasi
pendidikannya maupun mengenai kompetensi orang-orang hasil didikannya.
2. Penguasaan tradisi kultural dalam menggunakan keahlian tertentu serta
keterampilan dalam penggunaan tradisi.
3. Komplek okupasi/pekerjaan memiliki sejumlah sarana institusional

D. PENGERTIAN KODE ETIK KESEHATAN MASYARAKAT


Kode etik adalah seperangkat kaidah perilaku yang diharapkan dan
dipertanggung jawabkan dalam melaksanakan tugas pengabdian kepada bangsa,
negara, masyarakat dan tugas-tugas organisasinya serta pergaulan hidup sehari-
hari dan individu-individu dalam masyarakat.
Kode etik harus memiliki sifat-sifat antara lain :
1. Harus rasional,
2. Harus konsisten, tetapi tidak kaku, dan
3.  Harus bersifat universal.
Kode etik profesi terdiri atas :
1. Aturan kesopanan dan
2. Aturan kelakuan dan
3. Sikap antara para anggota profesi.    
Fungsi Kode Etik Profesi :
Biggs dan Blocher ( 1986 : 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu
:
1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah.
2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi.
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
Kaidah-kaidah pokok etika profesi sebagai berikut :
1. Profesi harus dipandang dan dihayati sebagai suatu pelayanan,.
2. Pelayanan professional dalam mendahulukan kepentingan pasien atau
klien mengacu pada kepentingan atau nilai-nilai luhur

9
3. Pengembanan profesi harus selalu mengacu pada masyarakat sebagai
keseluruhan.
4. Agar persaingan dalam pelayanan berlangsung secara sehat

Kode etik kesehatan masyarakat :


Pada dasarnya sebagai pedoman dalam mengkaji Kode Etik Kesehatan
Masyarakat ada 9 nilai yang perlu mendasari :
1. Honesty (kejujuran)
Menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak bohong. Nilai kejujuran
menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah yang dikatakan, dan apa
yang dikatakan adalah apa yang dikerjakan. Prinsip ini juga menyiratkan
kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak dan perjanjian yang
telah disepakati.
Contohnya : Tenaga kesehatan harus menyampaikan sejujurnya
penyakit pasien namun tidak dapat diutarakan semua kecuali kepada keluarga
pasien dan seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) meberikan informasi
tekait dengan kondisi kesehatan masyrakat dengan transparan dan dapat
dipertanggung jawabkan.
2. Integrity (integritas)
Adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional.  Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi.
Contohnya : Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
diberi kepercayaan oleh masyarakat dalam memberantas wabah DBD dan malaria.
3. Transparency (transparan)
Keputusan  yang diambil dan dilakukan melalui aturan yang diikuti secara
benar dan sangat terbuka pada hal-hal yang memang seharusnya bersifat terbuka.

10
Informasi yang ada sangat bebas dan langsung dapat diakses untuk keseluruhan.
Transparansi mengacu kepada ketersediaan dari informasi untuk komunitas umum
dan penjelasan tentang aturan-aturan pemerintah, regulasi dan keputusan.
4. Accountability (akuntabilitas)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung
jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain.
Akuntabilitas merupakan standar  pasti yang mana tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali. Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggungjawabkan suatu
tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut.
Contohnya : Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
menepati janjinya dalam usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di
masyarakat sesuai dengan program yang telah dibuat.
5. Confidentiality (kerahasiaaan)
Institusi kesehatan akan menjaga kerahasiaan informasi yang bisa
merugikan seseorang atau masyarakat. Aturan dalam nilai kerahasiaan ini adalah
bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tak ada satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijin kan oleh klien dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan, menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien
dengan tenaga kesehatan lain harus dicegah. Setiap anggota harus
menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
Contohnya : Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
merahasiakan segala bentuk data terkait dengan data survei yang bersifat pribadi
( tidak dipublikasikan ).
6. Objectivity (objektivitas)

11
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Nilai
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan
atau dibawah pengaruh pihak lain.
Contohnya : Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
memberikan pelayanan kesehatan seperti imunisasi, penyuluhan, pemberantasan
jentik-jentik pada semua lapisan masyarakat.
7. Respect fulness (rasa hormat)
Semakin seseorang memperoleh jabatan puncak, maka seseorang tersebut
secara tidak langsung juga memperoleh martabat dan rasa hormat yang tinggi dari
bawahannya. Namun begitu, bukan berarti seseorang dengan posisi puncak bisa
bersikap semena-mena terhadap bawahannya. Seorang pegawai juga berhak
menerima kebebasan dalam bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya.
Contohnya : Seorang warga menetukan sikap untuk ikut
penyuluahan ataupun kegiatan kesehatan yang diselenggarakan oleh Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM)
8. Obedience to the law (ketaatan pada hukum)
Sikap taat berarti menjaga, memelihara, tunduk atau patuh atas ketertiban
atau suatu ketentuan orang lain. Sikap taat diwujudkan dalam kemauan untuk
menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Dengan demikian, sikap taat
terhadap hukum adalah tunduk dan patuh terhadap segala ketentuan yang
digariskan oleh hukum yang  berlaku dengan memenuhi kewajiban yang
dibebankan dan tidak melanggar hal-hal yang dilarang dalam hokum
9. Loyality (loyalitas)
Suatu konsep yang melewati simpati, peduli, dan hubungan timbal balik
terhadap pihak yang secara professional. Ini berarti ada pertimbangan tentang nilai
dan tujuan orang lain secara nilai dan tujuan sendiri. Hubungan profesional
dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan
masalah dan prioritas, serta mengupayakan pencapaian kepuasan bersama. Untuk

12
mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan pihak
yang harmonis, maka aspek loyalitas harus dipertahankan.
Contohnya : Seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
menepati janjinya dalam usaha peningkatan dan perbaikan kesehatan di
masyarakat sesuai dengan program yang telah dibuat.

E. BENTUK-BENTUK PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT


1. Pendidik Kesehatan
Pendidik kesehatan mengajarkan orang banyak aspek perilaku yang
mempromosikan kesehatan dan kebugaran. Mereka mengembangkan program
untuk mendorong orang membuat keputusan kesehatan yang baik.
2. Petugas Kesehatan Masyarakat
Petugas kesehatan masyarakat lebih fokus pada kesehatan masyarakat dari
pada pasien individu. Mereka adalah pendidik masyarakat tentang risiko
kesehatan yang serius dan bagaimana cara hidup sehat.
3. Epidemiologis
Seorang ahli epidemiologi melihat penyebab penyakit dan masalah
kesehatan masyarakat lainnya agar mereka tidak menyebar atau berulang.
Kemudian mereka melaporkan temuan itu pada pejabar kesehatan masyarakat dan
publik.
4. Biostatistician
Seorang ahli biostatistik menggunakan teknik matematika untuk
menganalisis dan menafsirkan informasi yang terkait dengan kesehatan publik
kemudian menarik kesimpulan.
5. Direktur Kesehatan Lingkungan
Direktur kesehatan lingkungan mendidik, memberikan pelatihan dan
mengatur praktik lingkungan dari pemerintah baik dalam operasi swasta dan
publik. Peraturan-peraturan ini memastikan kualitas air, makanan dan udara di
suatu wilayah tertentu.
6. Bidang Management Kesehatan

13
Sebagai Manager RS, Manager Rekam Medik, Manager Pemasaran RS,
Manager Asuransi Kesehatan, Bank Asuransi, Finance, Manager perusahaan
farmasi, Pemasaran Laboratorium dan alat kesehatan, puskesmas, dinas kesehatan
dan lembaga maupun organisasi sosial/non-profit dibidang kesehatan masyarakat.
7. Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat
sebagai Manager Quality control pada perusahaan Food and Baverages,
Rumah Makan dan restaurant, supervisor HACCP pada berbagai perusahaan :
restaurant, hotel, supermarket, supplier makanan, konsultan gizi, catering.
8. Bidang Promosi Kesehatan Masyarakat:
Sebagai tenaga ahli ataupun management pengelola dalam
mensosialisasikan/promosi kesehatan di masyarakat seperti: Puskesmas, Dinas
Kesehatan, asuransi kesehatan, rumah sakit,  gizi masyarakat, kesehatan
lingkungan dan lembaga-lembaga CSR perusahaan/institusi pemerintah maupun
swasta.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara teoritis bahwa profesi kesehatan masyarakat sejajar dengan tenaga
kesehatan lainnya, seperti medis, perawat, dan lain-lain. Namun keberadaan
profesi kesehatan masyarakat di tengah-tengah masyarakat belum bayak
diperhitungkan (baik sektor pemerintah maupun swasta).
Kode etik kesehatan masyarakat telah mengandung komponen nilai kode
etik dalam praktik kesehatan masyarakat. Ini merupakan sebuah panduan dari
nilai-nilai penting dan keyakinan yang dipakai dan diterima dalam perspektif
kesehatan masyarakat berdasarkan nilai kode etik tersebut.
Lingkungan saat ini, banyak sekali dihadapi dengan tantangan sebuah gaya
dan kebiasaan baru dunia luar. Hal ini membuat masyarakat memiliki pola hidup
baru yang sangat berpengaruh sekali dengan kesehatan di masa depan. Oleh
karena itu, aksebilitas kebijakan kesehatan mengenai asuransi dan manajemen
kesehatan serta pengendalian-pengendalian masalah ini yang harus dipelajari oleh
kesehatan masyarakat.

B. SARAN
Sebagai mahasiswa dan lulusan kesehatan masyarakat diharapkan dapat
menjadi pionir ilmu kesehatan dan menjadi ahli-ahli kesehatan masyarakat yang
berkontribusi untuk masyarakat di Indonesia secara khusus dan masyarakat di
dunia secara umum. Menjadi penggiat berbagai acara kesehatan, melakukan
penyuluhan, memberikan pengetahuan kesehatan kepada masyarakat, dan menjadi
sahabat bagi masyarakat terutama di bidang kesehatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adnani Hariza. (2017). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.

Alamsyah Dedi, M. R. (2013). Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.


Yogyakarta.

Entjang Idan. (1974). Ilmu Kesehatan Masyarakat. jakarta.

Rivai. (2005). Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Kedokteran Pencegahan, 1.

Umar, A. F. (2013). Teori dan Aplikasi Kesehatan Masyarakat. Jakarta.

Soekidjo Notoatmodjo, S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka


Cipta.

Prof. Dr. dr. Eryati Darwin, PA (K). Dr. dr. Hardisman, MHID, DrPH. (2015).
Etika Profesi Kesehatan. Yogyakarta : Deepublish (CV BUDI UTAMA)

16

Anda mungkin juga menyukai