Berdirinya palang merah di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak
masa sebelum perang dunia ke-2 saat itu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan palang merah di Indonesia dengan nama Nederlands Rode kruis afdeling indie atau disingkat NERKAI yang kemudian dibubarkan pada saat pendudukan Jepang. Pada tanggal 5 September 1945 membentuk panitia 5 yang terdiri dari Dr. Mochtar (Ketua), Dr. Bahder Djohan (Penulis), dan Dr. Djohana, Dr. Marzuki, Dr. Sitanala (Anggota).
Palang Merah Indonesia berhasil dibentuk pada 17 September 1945
yang diketuai oleh Drs. Moch Hatta. Pada tanggal 16 Januari 1950 Pemetintah Belanda pembubarkan NERKAI dan menyerahkan asetnya ke PMI pihak NERKAI diwakili oleh Dr. B. Van Trich Sedangkan dari PMI diwakili oleh Dr. Bahder Djohan. PMI mendapat pengakuan secara Internasional oleh Komite Palang Merah Internasional (IFRC) pada 15 Juni 1950 dengan menjadi anggota palang merah internasional. Setelah itu PMI diterima menjadi anggota Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yag disebut Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) pada Oktober 1950.
Pada tahun 2018 PMI adalah organisasi kemanusiaan yang berstatus
badan hukum, diundangkan dengan Undang-Undang No. 1 tahun 2018 tentang Kepalang Merahan guna menjalankan kegiatan Kepalang Merahan sesuai dengan Konfensi Jenawa tahun 1949, dengan tujuan untuk mencegah dan meringankan penderitaan dan melindungi korban tawanan perang dan bencana, tanpa membedakan agama, bangsa, suku bangsa, warna kulit, jenis kelamin, golongan, dan pandangan politik. Adapun tugas yang dilakukan PMI adalah : 1. Memberikan bantuan kepada korban konflik bersenjata kerusuhan dan lainnya 2. Memberikan pelayanan darah sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang- Undangan 3. Melakukan pembinaan relawan 4. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan Kepalang Merahan 5. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan kegiatan Kepalang Merahan 6. Membantu dalam penanganan musibah dan atau bencana didalam dan diluar negeri 7. Membantu pemberian pelayanan kesehatan dan sosial 8. Melaksanakan tugas kemanusiaan lainnya yang diberikan pemerintah.
Proses pembentukan PMI dimulai 3 September 1945 saat itu Presiden
Soekarno memerintahkan Dr. Boentaran (Menkes RI Kabinet 1).
7 Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional : 1. Kemanusiaan Perhimpunan Nasional didirikan berdasarkan keinginan untuk member ikan pertolongan tanpa membedakan korban yang terluka dan menumbuhkan saling pengertian. 2. Kesamaan Pertolongan yang diberikan tujuannya untuk mengurangi penderitaan manusia sesuai dengan kebutuhannya dan mendahulukan keadaan yang paling parah 3. Kenetralan Agar setiap saat mendapat kepercayaan dari semua pihak, perhimpunan nasional tidak boleh melibatkan diri dalam pertentangan, maupun memihak 4. Kemandirian Perhimpunan Nasional disamping membantu pemerintahnya menolong sesama manusia tidak melanggar peraturan negaranya, namun menjada supaya tetap mandiri 5. Kesukarelaan Faktor utama kesukarelaan adalah bahwa pelaksanaan bantuan bukanlah dengan keinginan untuk memperoleh keuntungan finansial namun komitmen pribadi dan kesetiaan terhadap tujuan kemanusiaan 6. Kesatuan Prinsip kesatuan secara khususnya berhubungan dengan struktur institusi dari Perhimpunan Nasional. Peraturan Pemerintah biasanya menyatakan bahwa perhimpunan tersebut merupakan satu-satunya Perhimpunan Nasional yang dapat melaksanakan kegiatan gerakan dinegaranya. - Hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional disuatu negara - Tidak ada diskriminasi dalam perektruitan anggota - Melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayahnya 7. Kesemestaan Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai hak dab tanggung jawab yang sama dalam menolong sesama manusia. Setiap Perhimpunan Nasional memilki 1 suara, kesamaan status dan hak dalam gerakan. - Semua Perhimpunan Nasional mempunyai status yang setara - Tanggung jawab dan kewajiban yang sama dalam membantu satu sama lain, meliputi seluruh dunia - Status dan hak bagi Perhimpunan Nasional memiliki suatu suara. Hal mana melarang pemberian hak suara istimewa maupun kursi tetap kepada Perhimpunan Nasional tertentu.