Booklet Gizi Buruk (24!07!2020)
Booklet Gizi Buruk (24!07!2020)
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA
I
BAG
Tenag
Keseh a
atan
I
BAG
Tenag
Keseh a
atan
Pembangunan kesehatan menjadi investasi utama Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). dinas kesehatan provinsi dan kab/ kota serta fasilitas
Pemenuhan gizi merupakan salah satu upaya untuk pelayanan kesehatan dalam upaya pencegahan dan
menciptakan generasi yang sehat dan tangguh di masa penanganan balita gizi buruk di masa pandemi .
depan. Saat ini Indonesia memiliki tiga beban masalah Pedoman ini juga dapat digunakan sebagai bahan atau
gizi (triple burden) yaitu gizi kurang, gizi lebih, dan media koordinasi dan advokasi dengan stakeholder
defisiensi zat gizi mikro (Global Nutrition Report, 2018). terkait .
Hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi wasting pada
balita 10,2% dan 3,5% diantaranya severe wasting (gizi Kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
buruk). Gizi buruk pada Balita akan meningkatkan telah memberikan dukungan dan kontribusi dalam
angka kesakitan dan kematian serta meningkatkan penyusunan pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat
risiko terjadinya stunting. dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh tenaga kesehatan
dalam upaya menekan dampak dari Pandemi Covid 19.
Pada masa pandemi Covid 19, kasus gizi buruk harus
dicegah dan bila balita menderita gizi buruk tetap harus
mendapat pelayanan secara cepat dan tepat , dengan
mematuhi kebijakan daerah dan protokol kesehatan.
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
I. Latar Belakang dan Tujuan 4
II. Pemantauan Pertumbuhan 5
III. Pencegahan dan Penentuan Balita Gizi Buruk 7
IV. Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita pada masa pandemi Covid-19 20
Daftar Pustaka 21
Corona virus Disease 2019 (Covid-19) pencegahan dan penanganan Covid-19. Meskipun
pemerintah telah menetapkan regulasi tentang PSBB
merupakan virus jenis baru yang
namun pelayanan kesehatan kepada masyarakat tetap
penyebarannya sudah melanda seluruh harus diberikan, dengan penyesuaian atau modifikasi
provinsi dan sebagian besar kabupaten/ pelayanan.
kota. Penambahan korban yang begitu Pencegahan dan tatalaksana Balita gizi buruk
cepat telah menjadi fokus perhatian bagi merupakan salah satu pelayanan gizi yang harus
dilakukan pada masa pandemi Covid-19, dan dilakukan
seluruh lapisan masyarakat dan sesuai protokol kesehatan untuk mencegah penularan
Pemerintah Indonesia. serta memperhatikan pembatasan kontak fisik dan
social distancing.
Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status
Pedoman Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi
penyakit ini menjadi tahap Tanggap Darurat pada
Buruk pada masa Pandemi Covid-19 ini disusun untuk
tanggal 17 Maret 2020. Pemerintah juga menetapkan
memberikan acuan kepada tenaga kesehatan di
Status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat melalui
fasilitas pelayanan kesehatan. Pedoman ini dapat
Kepres no 11 tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah
disesuaikan dengan perkembangan penyakit dan
nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial
situasi terkini serta kebijakan Pemerintah Daerah.
Berskala Besar (PSBB) dalam rangka percepatan
GIZI BURUK adalah KEKURANGAN GIZI yang terjadi dalam JANGKA PENDEK
karena KURANG ASUPAN makanan bergizi dan SERING SAKIT
kematian
@DitGizi @gizimasyarakatkemenkes
Bahaya Gizi Buruk
Dengan daya tahan tubuh yang sangat Balita gizi buruk mempunyai dampak jangka
rendah, balita gizi buruk sangat pendek dan panjang, berupa gangguan tumbuh
mudah terjangkit berbagai kembang, termasuk gangguan fungsi kognitif,
macam infeksi, termasuk kesakitan, risiko penyakit degeneratif atau
infeksi Covid 19. penyakit tidak menular di saat dewasa
serta meningkatkan risiko kesakitan
Mereka menjadi kelompok dan kematian.
rentan yang perlu mendapat
perhatian khusus, dan mendapat
penanganan yang cepat dan
tepat hingga anak sembuh serta
diharapkan tidak membawa
dampak untuk tumbuh
kembang selanjutnya.
BAGAIMANA MENCEGAHNYA?
asi eksklusif 6 bulan,
diteruskan mp-asi imunisasi dasar
dan asi sampai 2 tahun gizi seimbang lengkap
K
selalu
-PA
U
mencuci tangan rutin pantau
K
AU pertumbuhan
dengan sabun
L
N
RA
YU
SA
@DitGizi @gizimasyarakatkemenkes
Mencegah Balita Gizi Buruk
© Ministr
y of Health
(MoH). Gu
© S. Sukotjo, 2016 of Acute Ma idelines for Comm
lnutrition. uni
2nd Edition ty-based Managem
. Lilongwe, ent
Malawi, 201
6.
@DitGizi @gizimasyarakatkemenkes
Tanda-tanda Gizi Buruk Pada Balita
Balita yang mengalami gizi buruk, tanpa atau dengan komplikasi medis,
memiliki satu atau lebih tanda berikut:
1 BB/PB atau BB/TB < -3 SD 2 Lingkar Lengan Atas (LiLA) < 11,5 cm 3 Memiliki Edema bersifat pitting,
pada balita usia 6-59 bulan. minimal pada kedua punggung kaki
< 11,5 cm
konsumsi F100, atau produk terapi gizi lain (sesuai makanan bergiz
Selalu mencatat
i
tumbuh
@DitGizi @gizimasyarakatkemenkes
Pemantauan Pertumbuhan pada Balita
Pemantauan pertumbuhan
merupakan salah satu
upaya deteksi dini
masalah gizi pada balita.
@DitGizi @gizimasyarakatkemenkes
Balita Berisiko Gizi Kurang atau Gizi Buruk yang Perlu Dirujuk
1 Balita (6 – 59 bulan) dengan LiLA kuning 4 Balita gizi kurang (tampak kurus)
(11,5 - <12,5 cm) dan merah (<11,5 cm). atau gizi buruk (tampak sangat kurus)
3 Balita dengan
edema bilateral 5 Bayi < 6 bulan
yang mengalami
kesulitan menyusu
baik disebabkan
karena faktor bayi
maupun faktor ibu
1. Rawat Jalan untuk: Balita usia 6 – 59 bulan Ÿ Tatalaksana gizi buruk pada balita
dengan gizi buruk tanpa komplikasi. Layanan sama seperti kondisi tidak ada
ini dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pandemi yaitu dilakukan oleh Tim
pertama atau Puskesmas. Asuhan Gizi (dokter, perawat/
2. Rawat Inap untuk: bidan, ahli gizi) terlatih sesuai
Ÿ Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan
Pedoman Pencegahan dan
atau tanpa komplikasi); Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita,
Kemenkes, 2019, hanya pada
Ÿ Balita gizi buruk usia 6 - 59 bulan dengan
kondisi pandemi Covid-19 tenaga
komplikasi dan/ atau penyakit penyerta kesehatan pemberi layanan
yang diduga dapat menyebabkan gizi tersebut harus menggunakan alat
buruk; perlindungan diri (APD) untuk
Ÿ Semua balita berusia diatas 6 bulan mencegah penularan COVID-19.
dengan berat badan kurang dari 4 kg.
Editor:
• Sri Wahyuni Sukotjo
(Nutrition Specialist Unicef Indonesia)
• Inti Mudjiati
• Julina