Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

KONSEP MULTIPLIER DAN AKSELERATOR


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro yang diampu
oleh Setiasih, Dra, M.M.

Dibuat oleh
ANDARA DEANITHA (201810087)
DARYANTO (201820026)
FARAH FARIZKA (201810137)
LARA DARMAYANTI (201810005)
RISKI MAULANA P. (201810184)
SILVYA M. OCTAVIANY (201810097)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
STIE BHAKTI PEMBANGUNAN
2018
DAFTAR ISI

BAB II.....................................................................................................................................................3

1.1 PENGERTIAN ANGKA PENGGANDA (MULTIPLIER) DAN PERCEPATAN (AKSELERATOR)..............3

1.2 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MULTIPLIER...............................................................3

1.3 PERUMUSAN MULTIPLIER INVESTASI.........................................................................................5

1.4 PENGERTIAN DAN PENGHITUNGAN AKSELERATOR...................................................................8

1.5 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSELERATOR.........................................................10


BAB II
PENGERTIAN ANGKA PENGGANDA (MULTIPLIER) DAN PERCEPATAN
(AKSELERATOR)
Multiplier atau angka pengganda adalah hubungan kausal antara variable tertentu
dengan variable pendapatan nasional.Jika angka pengganda tersebut mempunyai angka yang
tinggi, maka perubahan yang terjadi pada variable tersebutakan mempengaruhi terhadap
tingkat pendapatan nasional juga besar dan sebalikanya. Perubahan pendapatan nasional itu
ditunjukan oleh suatu angka pelipat yang disebutdengan koefisien multiplier. Sedangkan
Keynes mendefinisikan Multiplier sebagai “Rasio pasti antara pendapatan dan investasi serta,
subyek penyederhanaan tertentu, antara jumlah pekerjaan dan tenaga kerja yang dipekerjakan
pada investasi langsung.”Angka pengganda menggambarkan perbandingan diantara jumlah
pertambahan/pengurangan dalam pendapatan nasional dengan jumlah
pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan
dalam pendapatan nasional. (Sumber:Sadono Sukirno:2011 ).
Akselerator adalah alat pemercepat partikal subatomic agar mempunyai energy yang
sangat besar untuk menimbulkan transmutasi inti yang dikehendaki.Alat pengukurnya disebut
akselerometer yang bekerja berdasarkan hokum kedua Newton (F=m.a) termasuk akselerator
antara lain siklotron, betatron, generator van de graff, dan sinkrotron.
Perhitungan keekonomian sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan agar dapat mengetahui
proyek yang akan atau sedang dilaksanakan apakah layak secara ekonomis atau tidak.
Demikian juga halnya dengan proyek akselerator elektron, dimana jasa perhitungan
keekonomian terhadap akselerator sangat diperlukan untuk mengetahui kelayakan
ekonominya.Perbandingan biaya iradiasi pada kasus referensi dengan kasus Indonesia serta
analisis sensitivitasnya dapat dipakai untuk mencari pemecahan yang optimal dalam
pengambilan keputusan.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MULTIPLIER


Beberapa hal lagi perlu dipahami dalam kaitannya dengan sistem Bisnis. Kita harus melihat
hal-hal dan trend-trend nasional yang mempengaruhi iklim bisnis dari waktu ke waktu.
Mungkin contoh yang paling ekstrim adalah terjadinya depresi yang hebat di Amerika Serikat
pada tahun 1929, yang bahkan juga terjadi di dunia. Rakyat Indonesia yang pada saat itu
masih di bawah penjajahan Belanda, tidak begitu banyak menanggung akibat depresi
tersebut.
Di negara-negara yang sangat menderita akibat depresi itu mengalami antara lain : (a)
melonjaknya tingkat pengangguran, artinya banyak orang yang kehilangan pekerjaan, (b)
banyak keluarga yang “kehilangan” rumahnya, (c) banyak simpanan di bank lenyap karena
bangkrutnya bank yang bersangkutan, dan (d) banyak persuahaan yang gulung tikar.
John Maynard Keynes telah memberikan tinjauan tentang cara penyembuhan derita akibat
depresi. Ia memandang bahwa tingkat kegiatan bisnis di sebuah sitem kapitalis itu tergantung
pada kemauan para wiraswasta untuk menanamkan modalnya. Ia memperlihatkan bahwa
suatu sistem pasar itu dapat mengalami posisi yang buruh dan tidak dapat mengatasinya. Ia
juga menambahkan bahwa pengeluaran pemerintah dapat menjadi elemen utama dalam
penyembuhan tersebut.

A. Investasi
Investasi adalah penggunaan sumber-sumber untuk menciptakan modal baru. Sejumlah uang
seperti itu dapat dibelanjakan untuk peralatan, bangunan, dan persediaan. Uang yang
dikeluarkan untuk investasi baru tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
perekonomian. Dalam kenyataan, pengaruh tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah
rupiah yang dikeluarkan langsung pada investasi. Ini berarti bahwa pengaruh investasi itu
berlipat ganda.adapun multiplier(pengganda) yang menyebabkan terjadinya pelipat-gandaan
itu dapat terjadi seperti berikut:
 Jika sebuah pabrik didirikan dalam suatu masyarakat, para penyedia (supplier) dan para
pekerja bangunan setempat dapat meningkatkanpenghasilannya. Mereka menghemat
sebagian dan membelanjakan sisanya barang-barang lain. Orang-orang dari mana mereka
membeli barang dan jasa juga meningkat penghasilannya. Mereka membelanjakan
sebagian dari penghasilan yang meningkat itu, dan para penyedia barang serta jasa yang
mereka beli juga memiliki uang lebih banyak, dan seterusnya. Multiplier tersebut
menjelaskan mengapa investasi itu menjadi alat yang mempunyai daya untuk
perkembangan bisnis
B. Tabungan
Jumlah yang diputuskan oleh para pekerja untuk ditabung akan menentukan kuat-lemahnya
multiplier tersebut. Semakin banyak tabungan berarti semakin sedikit pengeluaran dan
semakin lemah multiplier tersebut. Tetapi, tabungan itu juga menjadi sumber untuk investasi
modal di masa mendatang . apa yang peting di sini adalah adanya keteraturan dan
keterpercayaan terhadap tabungan sehingga iklim bisnis itu dapat diramalkan

C. Pemerintah
Pemerintah dapat berperan sebagai pengelola sistem bisnis. Pemerintah dapat meminjam
udan membelanjai kegiatanyya. Dapat terjadi bahwa apa yang dipinjam lebih besar dari apa
yang di terimanya. Jika ini terjadi, berarti pemerintah mengakui defisit. Pembelanjaan yang
defisit ini dapat menjadi masalah dan dapat juga tidak menjadi masalah, bergantung pada
situasinya apakah dapat mendukung terjadinya inflasi.
Pemerintah, melalui baik kebijaksanaan “fiskal” atau “moneter”, dapat mempengaruhi
kegiatan bisnis.
 Kebijaksanaan fiskal digunakan untuk mempengaruhi permintaan dengan
meningkatkan pajak (mengurangi permintaan) atau meningkatkan pengeluaran
pemerintah (meningkatkan permintaan).
 Kebijaksanaan moneter berkaitan dengan pengelolaan supply uang untuk
meningkatkan atau menurunkan permintaan. Penggunaan kedua alat tersebut untuk
mempengaruhi sistem bisnis telah meningkat. Tetapi jelas bahwa pemahaman kita
tentang semua pengaruh ersebut belum begitu mendalam.

PERUMUSAN MULTIPLIER INVESTASI


Satu hal yang penting dan merupakan salah satu esensi dari teori Keynes adalah bahwa
perubahan pengeluaran investasi akan menyebabkan perubahan tingkat pendapatan nasional
yang jauh lebih besar daripada perubahan pengeluaran investasi tersebut. Jadi, kalau
pengeluaran investasi berubah, dari I menjadi I + I, maka tingkat pendapatan akan berubah,
dari Y menjadi Y + Y, sedemikian rupa sehingga Y = k I, dan k adalah bilangan yang 1, maka
oleh karena itu Y selalu lebih besar daripada I, kecuali jika k=1 yang kemungkinan terjadinya
adalah sangat kecil. Karena k 1, maka k disebut sebagai angka pengganda investasi atau
multiplier investasi, artinya angka yang menunjukkan kenaikan tingkat pendapatan nasional
karena bertambahnya pengeluaran investasi.
Dengan demikian multiplier investasi dapat dirumuskan sebagai :
kI = Y / I
Rumus multiplier investasi yang lebih lengkap dapat diperoleh cara sebagai berikut :
Pendapatan nasional dalam perekonomian 2 sektor akan berada dalam keseimbangan jika :
Y=C+I
C = a + bY ; b = MPC
Jadi : Y = a + bY + I
Y – bY = a + I
(1-b)Y = a + I 1
Y = (a + I) 1 - b
Apabila I menjadi I + I, maka Y akan menjadi Y + Y, maka :
Y + Y = 1/1 – b * (a + I + I)
Y + Y = 1/1 – b * ( a + I) + I/1 – b * I
Y akan diperoleh : Apabila diperkurangkan Y dari Y +
Y + Y = 1/1 – b * I
Y111
---- = kI = ------- = ---------- = --------
I 1 – b 1-MPC MPS
111
kI = = =
1 – b 1- MPC MPS
Pendapatan Nasional Pada Perekonomian 1 Sektor (Perekonomian Tertutup)
Y=C
C = a + by (Fungsi Konsumsi)
b = MPC = Marginal Propensity to Consume = dc
dy = Besarnya perubahan konsumsi (dc) sebagai akibat adanya perubahan pendapatan (dy)
a = besarnya konsumsi ( c ) pada waktu y = 0,
APC = c
y = Average Propensity to consume =Hasrat rata-rata konsumsi masyarakat .
C = (APC – MPC ) Y + bY
Pendapatan Nasional Pada Perekonomian 2 Sektor
Pendapatan Keseimbangan,
Y=C+I
S=I
Y = ( 1 : (1-b)) (a + I)
C = a + bY
Y = ( a + bY) + I
Y – bY = a + I
(1-b)Y = a + I
Y = ( 1 : (1-b)) (a + I)

Pendapatan Nasional Pada Perekonomian 3 Sektor


Pendapatan Keseimbangan,
Y=C+I+G
S+T=I+G

Formula lainnya untuk menghitung pendapatan nasional


a). Y = C + I + G
b). C = a + bYd
c). Yd = Y + tr – tx

Formula NIE adalah :


Y=C+I+G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b (Y + tr – tx) + I + G
Y = a + bY + btr – btx + I + G
Y – bY = a + btr – btx + I + G
(1-b)y = a + btr – btx + I + G
Y = 1 X (a + btr – btx + I + G )
(1 – b )
Formula NIE lainnya jika tidak ada tr,tx dan G
Y = 1 X (a + I )
(1 – b )

Perhitungan NIE dengan MULTIPLIER, nilai Y = 1 disebut juga Multiplier (Ki)


(1 – b )
Ki = 1 = 1
(1 – b ) (1 – MPC)

Multiplier (Ki) adalah angka kelipatan, contoh : jika I = 20 M, dapat menyebabkan =400
menjadi Y=480 M, berarti NIE (Y) naik sebesar 80 M ( 4 kali), kenaikan ini disebabkan
karena ada I = 20 M. Kejadian ini disebut Multiplier. Adanya I (dI) meningkatkan Y (dY), Ki
= dy/di Maka formula NIE : Y + dY

Y + dY = 1 ( a + I + dI)
(1 – b )
Y + dY = 1 ( a + I ) + 1 (dI)
(1 – b ) (1 – b )
Karena Y = = 1 ( a + I )
(1 – b )
Maka dY = = 1 ( d I )
(1 – b )
Maka dY = = 1
dI (1 – b )
Maka Ki = 1
(1 – b )

PENGERTIAN DAN PENGHITUNGAN AKSELERATOR


Faktor akselerator dapat dilihat dari asasnya yaitu akselerator rmenerengkan
bagaimana dan berapa besar tambahan tingkat konsumsi masyarakat akan mendorong
tambahan tingkat investasi masyarakat, melalui proses tambah tingkatan pendapatan
masyarakat. Apabila terdapat tambahan permintaan akan barang-barang konsumsi dalam
jumlah yang besar sekali, sedangkan tidak cukup dilayani dengan persediaan yang ada, maka
akibatnya timbul dorongan bagi para pengusaha mengadakan penanaman-penanaman baru
dalam pembelian barang-barang modal ataupun perluasan pabrik untuk menghasilkan barang-
barang konsumsi.
  Prinsip akselerator yang menyatakan bahwa investasi merupakan respon terhadap
perubahan-perubahan pada output yang secara tidak langsung menekan kapasitas sebenarnya
sudah lama ada, namun secara formal perkembangannya baru dimulai manakala muncul
kesadaran di kalangan para ekonom bahwa gabungan antara prinsip ini dengan model
multiplier bisa membentuk model-model yang lebih baik tentang perilaku ekonomi siklikal.
J.M. Clark adalah orang pertama yang mengemukakan adanya kemungkinan itu, namun
model formalnya untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Lundberg (1937) dan Harrod
(1936), disusul oleh Samuelson (1939a; 1939b), Hicks (1949; 1950), Goodwin (1948), dan
sejumlah ekonom lainnya yang turut berjasa menyempurnakan modelnya.Bertolak belakang
dengan model penggandaan atau multiplier (aliran Keynesian) yang menghubungkan output
dengan perubahan-perubahan pada investasi, model-model akselerator menghitung nilai
investasi atas dasar perubahan-perubahan pada output.
Untuk memahami investasi, yakni arus pembelanjaan barang-barang modal (capital goods),
kita perlu mengetahui seberapa cepat para investor menutup setiap kesenjangan yang terjadi
antara stok modal aktual (yang benar-benar ada) dengan stok modal optimal. Jika X kita
tetapkan sebagai koefisien penyesuaian yang menghitung seberapa cepat kesenjangan antara
stok modal aktual dan optimal itu dapat tertutup. Koefisien X dan a bersama-sama
mengaitkan investasi dengan selisih pertama dalam tingkat-tingkat output, dan hal itulah yang
disebut sebagai koefisien pemacu atau akselerator, yang dilambangkan dengan V. Dalam
tingkat analisis elementer ini pun, pengenalan prinsip akselerator menguak sejumlah
implikasi penting. Pertama, investasi netto yang bersumber dari prinsip akselerator akan
positif (negatif, atau nol) jika (Y, – Yt l) positif (negatif atau nol). Kedua, investasi netto itu
akan turun kalau tingkat kenaikan outputnya berkurang. Di sisi lain, dari tinjauan sederhana
ini pun kita dapat melihat kelemahan mendasar dalam konsep akselerator. Pertama, hasil-
hasil hitungan di atas hanya berlaku jika investasinya memang ditentukan oleh akselerator,
yakni keinginan menambah investasi dalam rangka memperbesar kapasitas output. Itu
memang saiah satu motif pokok investasi, namun dalam prakteknya perilaku para investor
juga sering dipengaruhi oleh aneka faktor lainnya seperti perubahan perkiraan, adanya
teknologi baru. dan sebagainya. Jadi, konsep akselerator ini hanya menjelaskan sebagian
motif investasi yang tentunya tidak bisa diandalkan untuk memahami total investasi yang
tercipta. Lagipuia, argumen investasi atas dasar kapasitas output seperti ini hanya bertumpu
pada model stok modal optimal Untuk mengetahui arus atau perkembangan investasinya, kita
masih memerlukan penerapan koefisiensi yang sesungguhnya hanya bisa dibenarkan untuk
kasus-kasus tertentu seperti dalam kajian kondisi penawaran investasi barang industri, atau
dalam kasus perkiraan investasi tertentu. Tanpa didukung oleh asumsi-asumsi tambahan
seperti itu, maka kita hanya bisa mengatakan bahwa I bisa lebih besar atau lebih kecil dari O
tergantung pada apakah K, lebih besar atau lebih kecil. Jadi, prinsip akselerator hanya akar.
bermanfaat jika dipadukan dengan konsep penggandaan (multiplier). Masalahnya adalah,
meskipun model itu dapat dipakai untuk memahami sebab - sebab terjadinya fluktuasi siklikai
berulang-ulang), penerapan konsep V memunculkan taksiran instabilitas ekonomi yang bar
biasa besarnya, dan tentu saja tak sesua: dengar, kenyataan sehari-hari. Kelemahan ini dapa:
diatasi dengan memadukan akselerator (V) ITU dengan sejumlah determinan investasi yang
lazim dalam model-model yang lebih umum dengan penetapan “batas atas” dan “batas bewah
fluktuasi pendapatan dalam perhitungannya agar meredam interaksi berlebihan antara
akselerator dan multiplier. Namun terlepas dari kelemahan itu. model-model umum
akselerator telah terbukti berguna sebagai basis penyelidikan empiris terhadap perilaku
investasi.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSELERATOR


Faktor akselerator dapat dilihat dari asasnya yaitu akselerator rmenerengkan bagaimana
dan berapa besar tambahan tingkat konsumsi masyarakat akan mendorong tambahan tingkat
investasi masyarakat, melalui proses tambah tingkatan pendapatan masyarakat. Apabila
terdapat tambahan permintaan akan barang-barang konsumsi dalam jumlah yang besar sekali,
sedangkan tidak cukup dilayani dengan persediaan yang ada, maka akibatnya timbul
dorongan bagi para pengusaha mengadakan penanaman-penanaman baru dalam pembelian
barang-barang modal ataupun perluasan pabrik untuk menghasilkan barang-barang konsumsi.
  Prinsip akselerator yang menyatakan bahwa investasi merupakan respon terhadap
perubahan-perubahan pada output yang secara tidak langsung menekan kapasitas sebenarnya
sudah lama ada, namun secara formal perkembangannya baru dimulai manakala muncul
kesadaran di kalangan para ekonom bahwa gabungan antara prinsip ini dengan model
multiplier bisa membentuk model-model yang lebih baik tentang perilaku ekonomi siklikal.
J.M. Clark adalah orang pertama yang mengemukakan adanya kemungkinan itu, namun
model formalnya untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Lundberg (1937) dan Harrod
(1936), disusul oleh Samuelson (1939a; 1939b), Hicks (1949; 1950), Goodwin (1948), dan
sejumlah ekonom lainnya yang turut berjasa menyempurnakan modelnya.Bertolak belakang
dengan model penggandaan atau multiplier (aliran Keynesian) yang menghubungkan output
dengan perubahan-perubahan pada investasi, model-model akselerator menghitung nilai
investasi atas dasar perubahan-perubahan pada output.
Untuk memahami investasi, yakni arus pembelanjaan barang-barang modal (capital
goods), kita perlu mengetahui seberapa cepat para investor menutup setiap kesenjangan yang
terjadi antara stok modal aktual (yang benar-benar ada) dengan stok modal optimal. Jika X
kita tetapkan sebagai koefisien penyesuaian yang menghitung seberapa cepat kesenjangan
antara stok modal aktual dan optimal itu dapat tertutup. Koefisien X dan a bersama-sama
mengaitkan investasi dengan selisih pertama dalam tingkat-tingkat output, dan hal itulah yang
disebut sebagai koefisien pemacu atau akselerator, yang dilambangkan dengan V. Dalam
tingkat analisis elementer ini pun, pengenalan prinsip akselerator menguak sejumlah
implikasi penting.
Pertama, investasi netto yang bersumber dari prinsip akselerator akan positif (negatif,
atau nol) jika (Y, – Yt l) positif (negatif atau nol). Kedua, investasi netto itu akan turun kalau
tingkat kenaikan outputnya berkurang. Di sisi lain, dari tinjauan sederhana ini pun kita dapat
melihat kelemahan mendasar dalam konsep akselerator. Pertama, hasil-hasil hitungan di atas
hanya berlaku jika investasinya memang ditentukan oleh akselerator, yakni keinginan
menambah investasi dalam rangka memperbesar kapasitas output. Itu memang saiah satu
motif pokok investasi, namun dalam prakteknya perilaku para investor juga sering
dipengaruhi oleh aneka faktor lainnya seperti perubahan perkiraan, adanya teknologi baru.
dan sebagainya. Jadi, konsep akselerator ini hanya menjelaskan sebagian motif investasi yang
tentunya tidak bisa diandalkan untuk memahami total investasi yang tercipta. Lagipuia,
argumen investasi atas dasar kapasitas output seperti ini hanya bertumpu pada model stok
modal optimal Untuk mengetahui arus atau perkembangan investasinya, kita masih
memerlukan penerapan koefisiensi yang sesungguhnya hanya bisa dibenarkan untuk kasus-
kasus tertentu seperti dalam kajian kondisi penawaran investasi barang industri, atau dalam
kasus perkiraan investasi tertentu. Tanpa didukung oleh asumsi-asumsi tambahan seperti itu,
maka kita hanya bisa mengatakan bahwa I bisa lebih besar atau lebih kecil dari O tergantung
pada apakah K, lebih besar atau lebih kecil. Jadi, prinsip akselerator hanya akar. bermanfaat
jika dipadukan dengan konsep penggandaan (multiplier). Masalahnya adalah, meskipun
model itu dapat dipakai untuk memahami sebab - sebab terjadinya fluktuasi siklikai berulang-
ulang), penerapan konsep V memunculkan taksiran instabilitas ekonomi yang bar biasa
besarnya, dan tentu saja tak sesua: dengar, kenyataan sehari-hari. Kelemahan ini dapa: diatasi
dengan memadukan akselerator (V) ITU dengan sejumlah determinan investasi yang lazim
dalam model-model yang lebih umum dengan penetapan “batas atas” dan “batas bewah
fluktuasi pendapatan dalam perhitungannya agar meredam interaksi berlebihan antara
akselerator dan multiplier. Namun terlepas dari kelemahan itu. model-model umum
akselerator telah terbukti berguna sebagai basis penyehdikan empiris terhadap perilaku
investasi.

Anda mungkin juga menyukai