Anda di halaman 1dari 8

UTILITAS DAN PREFERENSI

UTILITAS
Adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi) yang dicapai.
Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan
kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan
kepuasan seseorang.

Asumsi – Asumsi Mengenai Utilitas


  Asumsi Rasionalitas
  Asumsi Perfect Knowledge

Terdapat 2 pendekatan yang berdasarkan asumsi Perfect Knowledge, yaitu:


•          Pendekatan Kardinal
Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan
kepuasan misalnya mata uang.
•          Pendekatan  Ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang tidak dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan kurva indiferens (kurva yg menunjukkan
tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang
sama).

Persamaan Kardinal dan Ordinal:


Persamaan kardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam
mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang
tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).

Perbedaan Kardinal dan Ordinal:


Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam
bilangan / uang. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan /
angka.

KONSUMEN DAN MANFAAT BARANG UTILITY


Hukum Gossen ke - 1atau LDMU :
  Gejala tambahan kepuasan yang tidak proporsional ini pertama kali dikemukakan oleh seorang
ahli ekonomi Jerman yang bernarna Hermann Heinrich Gossen (1810 — 1859), kemudian
dikembangkan oleh W.S.Jevons, K. Menger, L. Wairas dan A. Mar shall. Sekarang dikenal
dengan narna Hukum Gossen ke-I atau Law of Diminishing Marginal Utility (LMDU).

Hukum tersebut dapat dirumuskan sbb:


  Jika jumlah suatu barang yang dikonsumsikan dalam jangka waktu tertentu ditambah, maka
kepuasan total (Total Utility) yang diperoleh memang bertambah, tetapi mulai saat tertentu —
Marginal Utility (tambahan kepuasan yang diperoleh jika konsumsi ditambah dengan satu
satuan) semakin berkurang.
MARGINAL UTILITY DAN HARGA BARANG
Hukum Gossen ke – 2 atau Keseimbangan Konsumen:
  ” Seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk
membeli berbagai macam barang sedemikian rupa sehingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi
secara seimbang, artinya sedemikian rupa sehingga rupiah terakhir yang dibelanjakan untuk
membeli sesuatu memberikan marginal utility yang sama, entah dikeluarkan untuk membeli
barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain”.

Jalan Pikiran Dapat Diringkas sbb:


Keputusan untuk membeli suatu barang tertentu (barang A) didasarkan atas perbandingan
antara Marginal Utility (manfaat, kepuasan) yang diperoleh dan konsumsi barang tsb dan harga
yang harus dibayar untuk memperolehnya. Perbandingan tsb dapat ditulis: atau dengan kata lain:
MU per Rp yang dikeluarkan.

Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perilaku konsumen:


  Faktor individual
  Faktor ekonomi
  Faktor sosial
  Faktor kebudayaan
  Standard hidup (standard of living)

PREFERENSI
Sifat Dasar Prefensi:

1. Preferensi sempurna
2. Ketransitifan Preferensi

Sifat-Sifat Prefensi :

1. Preferensi adalah komplet/ kelengkapan (preferences are complete)

Keharusan memilih menspesifikasi apakah pilihannya sudah dikategorikan a lebih


disukai darpada B, B lebih disukai dari pada A, A dan B sama sama disukai.

2. Preferensi adalah transitif / bertentangan(preferensces are transitive).

Menyatakan pilihan nya tetap antara A lebih disukai dari pada B.

3. Preferensi adalah berkesinambungan (preferensces are continuous).

Menyatakan kondisi A harus lebih disukai dari pada B disetiap nya.

4. Preferensi memperlihatkan “lebih banyak lebih disukai“ (preferensces exhibit


nonsiation).
1. Teori Preferensi Konsumen
Preference mempunyai makna pilihan atau memilih. Istilah preferensi digunakan untuk
mengganti kata preference dengan arti yang sama atau minat terhadap sesuatu. Preferensi
merupakan suatu sifat atau keinginan untuk memilih. (Journal Planit: 2001). Menurut Doris
Grober preferensi media umunya meminta pengguna media untuk mengurutkan preferensi
pengguna terhadap suatu media (Vivian, 2010: 567).
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu), yang diukur dengan
utilitas, dari bundel berbagai barang. Konsumen dipersilahkan untuk melakukan rangking
terhadap bundel barang yang mereka berikan pada konsumen (Indarto, 2011). Yang perlu
diperhatikan adalah preferensi itu bersifat independen terhadap pendapatan dan harga.
Kemampuan untuk membeli barang-barang tidak menentukan menyukai atau tidak disukai oleh
konsumen. Terkadang seseorang dapat memiliki preferensi untuk produk A lebih dari produk B,
tetapi ternyata sarana keuangannya hanya cukup untuk membeli produk B (besanko dan
Braeutigam, 2008).
Guna memahami preferensi konsumen dalam memilih produk, maka diperlukan kerangka
pikir yang memudahkan penelitian. Ada banyak model yang mengungkap tentang perilaku
konsumen, namun model yang dikemukakan oleh Sandhusen (2000) cukup menjelaskan respon
dari konsumen sebagai pembeli dalam mengambil keputusan. Walapun penelitian ini membahas
hingga pembelian yang dilakukan oleh konsumen dari Buyer’s Black Box menuju Buyer’s
Response (Sandhusen, 2000)
Model Sandhusen (2000) mencoba menjelaskan bagaimana respon yang diberikan oleh
seorang pembeli saat melakukan proses pembelian.Pada dasarnya model sandhusen (2000)
menjelaskan bahwa keputusan yang diambil seorang konsumen tidak semata mata merupakan
keputusan yang dipengaruhi faktor internal konsumen seperti karakteristik diri konsumen dan
proses pengambilan keputusan konsumen saja. Adanya faktor eksternal juga mempengaruhi
konsumen dalam mengambil keputusan. Integrasi antara faktor eksternal dan faktor internal itu
dinamakan sandhusen (2000) sebagai Buyer’s Black Box.

Faktor eksternal merupakan segala hal yang berasal dari luar diri konsumen yang mampu
mempengaruhi konsumen dalam memberikan respon seperti menentukan pemilihan terhadap
produk. Sandhusen (2000) membagi faktor eksternal menjadi dua, yaitu Marketing
Stimuli dan Environmental Stimuli. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Solomon,
bahwa faktor eksternal merupakan pembentuk dari persepsi, konsep diri dan gaya hidup
konsumen. Hal yang membedakan adalah, Solomon menjabarkan faktor eksternal
menjadi Culture, Sub culture, Demograpic, Social status, Feference group, Family dan
Marketing activity.
2. Pendekatan Kurva Indiferens
Pendekatan kurva indiferens (ordinal utility) menggunakan pengukuran ordinal dalam
menganalisis pilihan konsumen dan menurunkan fungsi permintaan.Tingkat-tingkat utilitas yang
ditetapkan pada beberapa kelompok barang menunjukan peringkat dari barang-barang
tersebut.Sekelompok barang terdiri dari sejumlah barang dengan kuantitas tertentu.Misalnya
sebuah rumah,dua mobil,atau 3 sepeda motor.
Kurva indiferen (indifference curve) adalah kurva yang menghubungkan titik-titik
kombinasi dari sejumlah barang tertentu yang dikonsumsi dan memberikan tingkat kepuasan
yang sama, atau keadaan di mana konsumen berada dalam keadaan indifferen dalam
mengkonsumsi berbagai jenis barang. Gambar di bawah ini menunjukkan (a) kurva indiferen
konsumen dalam mengkonsumsi barang X dan Y, dan (b) sekumpulan kurva indiferen atau
sering dinamakan peta indiferen (indifference map). Sumbu vertikal menunjukkan jumlah barang
Y, sumbu horizontal menunjukkan jumlah barang X, sedang I1, I2 dan I3 menunjukkan kurva
indiferen kesatu, kedua, dan ketiga. Penggunaan diagram dua dimensi ini adalah untuk
memudahkan analisis, sedangkan untuk lebih dari dua jenis barang dapat digunakan metode
lain , seperti metode matematis atau ekonometrika.

Dengan pendekatan kurva indiferen, konsumen ingin memperoleh kepuasan maksimum,


yaitu mencapai kurva indiferen tertinggi dengan kendala pendapatan yang tersedia. Jadi dalam
satu kurva indiferen, tingkat kepuasan yang diperoleh adalah sama. Perhatikan gambar (a),
konsumsi dititik A, B, C dan D adalah terletak pada kurva indiferen yang sama, berarti kepuasan
yang diperoleh juga sama. Pergerakan dari titik A ke titik B, dari titik B ke titik C, dari titik A ke
titik C dan sebagainya (perpindahan dari satu ke titik lainnya), berarti konsumen ingin
mendapatkan lebih banyak barang X untuk mendapatkan barang Y di mana tingkat kepuasan
konsumen tetap sama, atau sebaliknya perpindahan dari titik D ke titik C, perpindahan dari C ke
titik B dan sebagainya , berarti harus ada barang X yang dikorbankan untuk mendapatkan
tambahan barang Y . Tingkat penggantian barang Y dengan barang X atau tingkat penggantian
barang X dengan barang Y dinamakan tingkat penggantian subsitusi marginal (Marginal rate of
subsitustion), yaitu berapa suatu barang yang dikorbankan untuk mendapatkan tambahan barang
lain.
Gambar (b) adalah sekumpulan kurva indiferen atau dinamakan indiference map, makin
jauh dari titik origin berarti makin tinggi tingkat kepuasan yang diterima konsumen. Kurva
indiferen I3 > I2 > I1, ini berarti kepuasan pada kurva I 3 lebih besar dari I2 dan I1, dan kepuasan
yang diterima konsumen di I2 lebih besar dari kepuasan yang diterima konsumen pada kurva
indiferen I1. Berdasarkan dua gambar di atas dapat ditentukan ciri-ciri kurva.

3.Ciri-ciri Kurva Indiferen

Ciri-ciri kurva indiferen adalah sebagai berikut :


1.      kurva indiferen mempunyai nilai kemiringan negatif (negatively slope), atau paling tidak tak
pernah mempunyai nilai kemiringan positif. Hal ini berarti bahwa bila konsumsi suatu jenis
barang ditambah maka konsumsi barang lain harus dikurangi. Bentuk ektrim dari kurva indiferen
adalah sejajar sumbu vertikal dan sejajar sumbu horizontal
2.      Bentuk kurva indiferen cembung ke titik origin (titik O), hal ini menunjukkan derajat pengantian
barang yang semakin menurun. Derajat penggantian ini dugunakan untuk mengetahui berapa
jumlah barang yang harus dikurangi untuk menambah barang lain agar kepuasan yang diterima
tetap sama.
3.      Kurva indiferen tidak saling berpotongan, karena apabila saling berpotongan maka tidak
konsisten dengan difinisi yang telah dijelaskan diatas.
Penjelasan bahwa kurva indiferen tidak saling berpotongan dapat dijelaskan dengan bantuan
kurva berikut ini :

Berpotongan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya pada kurva indiferen yang sama akan memberikan
kepuasan yang sama. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan kurva indiferen I1 berpotongan
dengan kurva indiferen I2 pada titik C. Kepuasan di titik A sama dengan kepuasan dititik C,
demikian juga kepuasan dititik B sama dengan kepuasan dititik C, sedangkan kepuasan dititik A
lebih besar dari dititik C karena kurva indiferen I2 lebih besar dari I1. Keadaan ini tidak mungkin
terjadi karena pada titik yang sama (titik C) kepuasan yang diterima konsumen berbeda.
4. Asumsi-asumsi pendekatan kurva indiferens

Dua asumsi pertama yang digunakan dalam pendekatan kurva indiferens ini sama dengan asumsi
pada pendekatan utilitas (kardinal).Dua asumsi yang terakhir berbeda karena disini kita
menggangap utilitas bersifat ordinal.

Asumsi-asumsi tersebut adalah:                           

1.      Konsumen mendapatkan kepuasan atau utilitas lewat barang-barang yang dikonsumsinya. U =U
(barang X,barang Y,barang Z …..)
2.      Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran yang
ada.
3.      Konsumen mempunyai suatu skala preferensi.
4.      Marginal Rate of Subsititution (MRS) akan menurun setelah melampaui suatu tingkat utilitas
tertentu.MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti oleh satu unit barang X,pada tingkat
kepuasan yang sama.
a. Kurva Indiferens mencerminkan Preferensi Konsumen
Kurva indiferens adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi (atau pembelian)
barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama, artinya konsumen tidak akan
lebih suka kepada suatu titik dibanding titik-titik lain yang terletak pada kurva tsb. Kumpulan
kurva indiferens disebut indiference maps dari setiap konsumen.

Marginal Rate of Subtitution


Kelompok barang Tongseng (piring) Sate (tusuk)
A 1 20
B 2 15
C 3 11
D 4 8
E 5 6
b. Marginal Rate of Substitution (MRS) pada Kurva Indiferens                 
MRS akan menurun sepanjang suatu kurva indiferens. Jumlah barang Y yang bisa diganti oleh
1 unit barang X, pada kurva indiferens yang sama akan menurun jika rasio antara barang X & Y
naik. Hal tsb menunjukkan bahwa kurva tsb cembung ke arah origin, seperti gambar di atas.
Nilai absolut slope kurva indiferens tersebut akan menurun jika jumlah barang X yang
dikonsumsi meningkat
c. Hubungan antara MRS dengan Slope Kurva Indiferens
Besarnya MRS sama dengan nilai negatif dari slope kurva indiferens, sebab slope kurva
indiferens selalu negatif, maka MRS akan selalu positif.

Marginal utility ( kepuasan marginal )


Yaitu pertambahan / pengurangan kepuasan sebagai akibat adanya
pertambahan/pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.
Secara matematis dapat dicari dengan rumus :
MUx =
MU = Marginal Utility
U = utility
X = barang yang dikonsumsi
Hukum marginal utility yang semakin menurun / Law of Diminishing Marginal Utility :
“ apabila tambahan nilai guna yang akan diperoleh dari seseorang dari mengkonsumsi suatu
barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah
konsumsinya dan pada akhirnya tambahan nilai guna tersebut akan menjadi negative”
Konsep nilai guna (utility) bisa menjelaskan kelemahan berupa paradok antara kegunaan suatu
barang dengan harganya. Seperti tentang durian, dimana sampai titik tertentu Anda tidak mau
lagi memakannya, bahkan jika buah durian itu diberikan secara gratis. Hal ini menunjukkan
bahwa tambahan kepuasan yang diberikan dari tiap tambahan unit barang yang dikonsumsi
semakin berkurang. Inilah yang disebut Law of Diminishing Marginal Utility.
Surplus konsumen terjadi jika harga yang dibayarkan oleh konsumen terhadap suatu barang lebih
tinggi dari harga pasarnya. Surplus konsumen akan terus naik jika konsumen terus membeli
produk sampai unit tertentu dan menghentikannya, karena jika diteruskan konsumen tidak akan
mendapatkan surplus lagi

Anda mungkin juga menyukai