Anda di halaman 1dari 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah

Miskonsepsi Materi Substansi Genetika Siswa SMA Swasta


Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung

Ajeng Safitri*, Tri Jalmo, Berti Yolida


Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri
Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
*e-mail : Safitriajeng67@yahoo.com, Telp: 082281429053

Received: April 11, 2017 Accepted: june 02, 2017 Online Published: June 05, 2017

Abstract: Misconception On Genetic Material Substance On Students Of Senior


High School XII IPA Sub-District Tanjungkarang Barat Bandar Lampung.
This study aimed to describe the students misconceptions and factors that affected
misconceptions. Samples were 30 students that were selected by using saturated
sampling technique. This study design was simple descriptive. Data were obtained
from students and teachers, written test of identification misconception and
questionnaire. Data analysed using CRI methods and misconceptions factors that
were analyzed using percentage formula and Pearson Product Moment
Correlation test. The result showed that there were misconception on students
percentage “Misconception” of 28,13%. Students who have the highest
misconception on the concept cromosom was 38,33%.

Keywords:Certainty Of Response Index (CRI),genetic substance,misconception

Abstrak: Miskonsepsi Materi Substansi Genetika Pada Siswa SMA Swasta


Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi siswa dan faktor yang
mempengaruhi miskonsepsi. Sampel penelitian adalah siswa SMA kelas XII IPA
Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat Bandar Lampung berjumlah 30 siswa yang
dipilih menggunakan teknik Sampling Jenuh. Desain penelitian ini adalah
deskriftif sederhana. Data diperoleh dari soal tes tertulis identifikasi miskonsepsi
dan pemberian angket siswa dan guru. Analisis data miskonsepsi menggunakan
metode CRI dan faktor-faktor yang mempengaruhi miskonsepsi dianalisis
menggunakan rumus persentase serta uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi miskonsepsi siswa sebesar 28,13%. Siswa
yang mengalami miskonsepsi paling tinggi pada konsep kromosom sebesar
38,33%.

Kata kunci: Certainty of Response Index (CRI), miskonsepsi, substansi genetika


PENDAHULUAN sebelum pembelajaran sehingga se-
ring diistilahkan konsepsi pra-
Secara umum tujuan pem- pembelajaran. Konsepsi pembe-
belajaran biologi di SMA adalah lajaran dapat dibedakan atas dua
untuk mencapai pemahaman yang kelompok, yaitu prakonsepsi (pre-
mendalam pada konsep-konsep bio- conception) dan miskonsepsi (mis-
logi. Pada proses pembelajaran bio- conception). Prakonsepsi adalah
logi sering kali ditemukan siswa- konsepsi yang berdasarkan pe-
siswa yang kurang memahami ngalaman formal dalam kehidupan
konsep-konsep biologi secara men- sehari-hari. Sedangkan miskonsepsi
dalam. Kemungkinan hal ini dise- adalah salah satu pemahaman yang
babkan kurangnya motivasi dalam disebabkan oleh pembelajaran pada
diri siswa. Selain itu dalam pembe- umumnya (Manalu, 2012: 2)
lajaran ditemukan kurangnya ke- Miskonsepsi atau tidak akurat
terlibatan siswa dan penekanan guru akan konsep, yang banyak mem-
terhadap keterkaitan antara sikap berikan informasi yang salah dari
biologi dengan lingkungan secara pemahaman ilmuwan atau mis-
nyata (Idha, 2009: 69-73) konsepsi. Miskonsepsi dapat terjadi
Pemahaman konsep biologi ketika siswa berusaha mem-bentuk
merupakan salah satu tujuan penting pengetahuan dengan cara mener-
dalam pembelajaran biologi, yaitu jemahkan pengalaman baru dalam
memberikan pengertian bahwa bentuk konsepsi awal. Pem-
konsep-konsep yang diajarkan bentukan konsepsi awal ini dapat
kepada siswa tidak hanya sekedar dimulai ketika siswa mendapatkan
hafalan, melainkan harus dipahami pengalaman pembelajaran di se-
(Suhermiati, 2015: 2). kolah maupun di lingkungannya
Materi biologi merupakan sendiri (Paramitha, 2013: 4).
salah satu pembelajaran yang di- Miskonsepsi yang dialami oleh
sampaikan oleh guru, karena guru siswa kelas XII SMA banyak terjadi
berperan sebagai pembimbing siswa pada pembelajaran biologi materi
selama pembelajaran untuk men- genetika terutama pada bagian pe-
capai konsep yang diharapkan. Hal warisan sifat, mereka menganggap
ini menyebabkan pengetahuan yang pada materi ini sulit untuk dipahami
dimiliki oleh siswa bisa benar atau karena banyak menggunakan ba-
salah. Padahal pemerolehan pe- hasa-bahasa ilmiah dan terkadang
ngetahuan di sekolah yang salah guru yang menjelaskannya pun
dipengaruhi oleh penguasaan pe- kurang menguasai materi (Nu-
ngetahuan awal yang dimiliki se- santari, 2013: 2).
seorang menyebabkan kesalahan Para pakar dibidang mis-
konsep. Kesalahan konsep diawal konsepsi juga menemukan hal lain
pembelajaran akan mempengaruhi yang menjadi penyebab mis-
penguasaan konsep pada materi konsepsi pada siswa, diantaranya
selanjutnya karena saling ber- adalah dari siswa itu sendiri, guru,
hubungan (Maulidi, 2014: 26) buku teks, dan metode pem-
Konsepsi merupakan per- belajaran yang digunakan (Suparno,
wujudan dari interpretasi seseorang 2013: 29).
terhadap suatu objek yang diam- Siswa yang mengalami
atinya yang sering bahkan muncul miskonsepsi juga dapat dikarenakan
adanya kesulitan siswa dalam Substansi Genetika terdiri dari
memahami konsep. Kesulitan konsep-konsep yang berkaitan
tersebut dapat berasal dari rumitnya antara struktur dan fungsi. Konsep
konsep ataupun istilah yang terdapat ini meliputi struktur gen, DNA, dan
pada biologi. Oleh karena itu kromosom; hubungan antara gen,
penyajian konsep genetika hen- DNA dan kromosom; serta proses
daknya tidak menggunakan pen- replikasi DNA. Konsep lain adalah
dekatan sejarah, namun meng- hubungan DNA dan RNA; proses
gunakan pendekatan konsep yang sintesis protein; serta bagaimana
sesuai dengan perkembangan ilmu substansi genetika dapat mengatur
genetika agar konsepnya mudah sifat beda (Depdiknas dalam
dipahami (Corebima, dalam Chumi- Suhermin, 2014: 1). Sehingga pem-
dach, 2013: 1). belajaran genetika saling berkaitan
Miskonsepsi dapat berdampak (Nusantari, 2013: 5).
buruk bagi siswa karena dapat Genetika telah di identifikasi
menghambat proses belajar akibat sebagai salah satu topik yang sulit
adanya pemahaman konsep yang dalam biologi untuk siswa SMA di
salah. Karakteristik miskonsepsi Zambia. Laporan makalah ini siswa
yang telah teridentifikasi dari be- di lakukan untuk mengetahui sifat
berapa penelitian mengungkapkan dan penyebab kesulitan belajar si-
bahwa miskonsepsi cenderung swa hadapi dalam genetika di
menyebar, bersifat stabil dan tingkat sekolah tinggi di Zambia.
resisten untuk diubah hanya dengan Desain survei yang digunakan dan
metode atau strategi pembelajaran data yang diperoleh dari siswa dan
tradisional dan cenderung untuk guru menggunakan jadwal wawa-
bertahan selama di Universitas ncara dan kuesioner. Prosedur quota
bahkan sampai dewasa (Tekkaya, sampling digunakan untuk memilih
dalam Manalu, 2012: 29). Jika hal sampel dari populasi target (Haam-
ini terus dibiarkan maka mis- bokoma, 2007: 1-2)
konsepsi yang dialami oleh siswa Genetika dianggap sebagai
akan terus menerus mempengaruhi materi yang rumit dan penuh
proses belajar siswa, karena mis- hubungan konseptual yang abstrak
konsepsi pada siswa yang tidak (Duncan dalam Mustika, dkk, 2014:
segera ditangani, lama kelamaan 3).
akan menjadi dogma dalam fikiran Konsep genetika dirasakan
yang akan terus dibawa ke jenjang sulit oleh sebagian besar siswa SMA
pendidikan selanjutnya. karena materi ini bersifat abstrak,
Konsep genetika yang rumit dan perkembangan genetika mo-
berakibat pada pemahaman yang lekuler berkembang sangat pesat
salah tentang materi substansi sementara informasi di buku ajar
genetika sehingga terjadi mis- yang digunakan oleh siswa masih
konsepsi (Nusantari, 2013: 1). berorientasi genetika klasik (Nu-
Genetika dianggap sebagai santari, 2013: 1).
materi yang rumit dan penuh Berdasarkan uraian tersebut
hubungan konseptual yang abstrak yang menyangkut tentang mis-
(Duncan dalam Mustika, dkk, 2014: konsepsi, dampak dari miskonsepsi,
3). dan pentingnya pembelajaran IPA
serta fakta-fakta tingginya tingkat ter-
jadinya miskonsepsi maka penulis
melakukan penelitian berjudul “Mis- Sedangkan kriteria penilaian
konsepsi Materi Substansi Genetika untuk Certainty of Response Index
Pada Siswa SMA Swasta Se- (CRI) pada Tabel 2.
Kecamatan Tanjungkarang Barat Tabel 2. Kriteria penilaian dengan
Bandar Lampung Tahun Ajaran teknik modifikasi CRI.
2016/2017”.
Nilai
Jawaban Alasan Deskripsi
CRI
METODE Benar Benar >2,5 Paham Konsep
Paham Konsep
Benar Benar <2,5
Penelitian ini menggunakan tidak yakin
Benar Salah >2,5 Miskonsepsi
deskriptif sederhana. Penelitian di- Tidak Tahu
laksanakan pada Juli 2016 di tiga Benar Salah <2,5
Konsep
SMA Swasta Se-Kecamatan Tan- Salah Benar >2,5 Miskonsepsi
jungkarang Barat, yaitu SMA DCC Salah Benar <2,5 Tidak Tahu
Konsep
Global School, SMA Islam Cendikia Salah Salah >2,5 Miskonsepsi
dan SMA IT Ar-Raihan. Sampel Salah Salah <2,5 Tidak Tahu
penelitian ini adalah 30 siswa kelas Konsep
XII dari tiga sekolah yang dipilih
dengan sampling jenuh. Penelitian Setelah dianalisis, dilakukan
ini terdiri dari dua tahap, yaitu perhitungan persentase terhadap tiap
prapenelitian dan penelitian. Desain kategori tingkatan pemahaman
yang digunakan adalah deskriptif konsep siswa, dengan rumus sebagai
sederhana. Data kuantitatif berupa berikut:
data hasil tes disertai form Certainty P = f/N x 100%
of Response Index (CRI). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan tes benar salah Ket : P = persentase banyaknya siswa
%tiapkategori tingkat pemahaman konsep;
beralasan yang disertai kolom f = jumlah siswa tiap kategori
kriteria CRI. Analisis data mis- tingkatpemahaman konsep; N = jumlah
konsepsi siswa menggunakan me- seluruh siswa yang menjadi subjek
penelitian.
tode CRI. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi miskonsepsi Setelah dilakukan perhitungan
dianalisis dengan rumus persentase persentase pada kategori “Mis-
dan uji Korelasi Pearson Product konsepsi”, kemudian dikriteriakan
Moment. Adapun skala (Tabel 1) dengan Tabel 3 tingkatan miskon-
yang digunakan dalam metode sepsi.
Certainty of Response Index
(Hakim, 2012: 6). Tabel 3. Kategori tingkatan mis-
Tabel 1.Skala CRI konsepsi
Kriteria Skor Interval (%) Kriteria
Jawaban Menebak 0 Sangat lemah/ sangat
0- 20
rendah
Jawaban Agak Menebak 1 Lemah/ rendah
21- 40
Jawaban Tidak Yakin 2 Sedang
41- 60
Jawaban Agak Yakin 3
61- 80 Kuat/ tinggi
Jawaban Yakin 4
81- 100 Sangat kuat/ sangat tinggi
Jawaban Sangat Yakin 5
Untuk memperoleh persentase Nilai yang diperoleh dikelompokan
skor pada tiap butir pernyataan pada dalam kriteria pada Tabel 5.
angket digunakan rumus sebagai
berikut (Ali, 2013: 186):
% = n/ N x 100
Tabel 5. Kriteria penilaian persentase
Kriteria Persentase (%)
Ket : N = skor maksimal; n =skor per butir pertanyaan
dan pernyataan; %= persentase tiap butir Sangat Tinggi 81- 100
pertanyaan dan pernyataan Tinggi 61- 80,99
Hasil persentase akhir yang di- Sedang 41- 60,99
peroleh kemudian diinterpretasikan Rendah 21- 40,99
kedalam kriteria-kriteria yang telah Sangat Rendah 0 - 20,99
(Sumber: Riduwan, 2012:89)
ditentukan. Berikut adalah kriteria
interpretasi skor yang dimodifikasi Angket yang digunakan terdiri
dari Riduwan (2012: 89). dari 20 pertanyaan yang dijadikan
dasar penentuan gaya belajarnya,
Tabel 4. Kriteria interpretasi skor setelah itu nilai gaya belajar di-
angket hitung menggunakan rumus (Ali,
Interval (%) Kriteria 2013: 201).
0- 20 Sangat tinggi
21- 40 Tinggi % = n/N x 100
41- 60 Sedang
Ket : %= persentase gaya belajar siswa; n=
61- 80 Rendah
skor yang diperoleh; N= skor maksimum tes.
81- 100 Sangat rendah
HASIL PENELITIAN
Selanjutnya untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi mis-
Penelitian ini dilakukan di
konsepsi siswa menggunakan uji
seluruh SMA kelas XII IPA Se-
korelasi Pearson Product Moment
Kecamatan Tanjungkarang Barat
(Arikunto, 2013: 140). Angket siswa
Bandar Lampung yang terdiri atas
yang sudah dihitung skornya
tiga SMA swasta yaitu SMA DCC
kemudian dianalisis korelasinya
Global School, SMA Islam Cen-
dengan banyaknya butir soal yang
dikia, dan SMA IT Ar-Raihan de-
masuk ke dalam kategori “Mis-
ngan keseluruhan siswa kelas XII
konsepsi”. Setelah itu hasilnya di-
IPA berjumlah 30 siswa. Dari tiga
kategorikan dengan nilai rtabel pada
SMA tersebut semua memiliki
taraf signifikansi 5% (Arikunto,
status terakreditasi.
2013: 276).
SMA DCC Global School
Data nilai hasil belajar siswa
merupakan SMA dengan status
yang telah diperoleh dihitung
terakreditasi, jumlah kelas XII IPA
menggunakan rumus menurut
hanya ada satu kelas yang ber-
Riduwan (2010: 89) dengan cara:
jumlah 5 siswa, SMA DCC Global
P = f/N x 100 School memiliki ekstrakulikuler
yang beragam seperti pramuka,
Ket : p= peresentase; f= jumlah jawaban siswa PMR, basket, voli dan drama
yang mengalami miskonsepsi; N= jumlah siswa
musikal. SMA DCC Global School
terletak dipemukiman warga
tepatnya jalan Pagar Alam (PU)
Mata Intan No. 41 Segalamider kategori yang digunakan untuk
Kecamatan Tanjungkarang barat mengidentifikasi siswa apakah siswa
Bandar Lampung. SMA Islam tersebut mengalami miskonsepsi
Cendikia dan SMA IT Ar-Raihan atau tidak, keempat kategori tersebut
sama-sama memiliki status ter- adalah: paham konsep (PK), paham
akreditasi. SMA IT Ar-Raihan konsep kurang yakin (PKKY),
memiliki ekstrakulikuler yakni miskonsepsi (M), dan tidak paham
futsal, tari, hadroh, PMR, KIR, konsep (TPK). Terlihat dari gambar
tahfidz, dan basket. SMA IT Ar- paham konsep tertinggi yaitu
Raihan memiliki satu ruang kelas dengan rata-rata 47,33% dengan
IPA yang terdiri dari 15 siswa. SMA kriteria “sedang”, paham konsep
IT Ar-Raihan terletak di jalan kurang yakin memiliki rata-rata
Purnawirawan No. 114 Gunung tertinggi yaitu dengan rata-rata
Terang Kecamatan Tanjungkarang 18,66% dengan kriteria “redah”,
Barat Bandar Lampung. SMA Is- miskonsepsi dengan rata-rata
lam Cendikia memiliki satu ruang tertinggi yaitu dengan rata-rata
kelas IPA yang terdiri dari 10 siswa, 39,15% degan kriteria “redah” dan
SMA Islam Cendikia terletak di pada tidak paham konsep memiliki
jalan Tamin, Suka Jawa kecamatan rata-rata tertinggi yaitu dengan rata-
Tanjungkarang Barat Bandar rata 40,44% dengan kriteria
Lampung. “sedang”.
Ditinjau dari sarana dan
prasarana sekolah SMA IT Ar-Raihan
dan DCC Global School su-dah
memiliki laboratorium IPA dan alat-
alat praktikum yang mendukung.
Sarana dan prasarana sekolah serta
sumber daya guru yang memadai
akan mendukung proses pembe-
lajaran yang berlangsung. Jika hal ini
tidak diperhatikan maka akan
menyebabkan tujuan pembelajaran
tidak tercapai seperti keadaan kelas
yang kurang nyaman, alat praktikum
serta laboratorium yang tidak tersedia
dan sumber daya guru yang kurang
tepat waktu, maka siswa akan sulit
mencapai kompetensi yang se-
Ket: DCC: SMA DCC Global School; AR: SMA
harusnya. Hal ini dapat mem- IT Ar-Raihan; IC: SMA Islam Cendikia; PK:
pengaruhi minat belajar siswa yang Paham Konsep; PKKY: Paham Konsep
kemudian akan menyebabkan mis- tetapi Kurang Yakin; TTK: Tidak Tahu
Konsep; M: Miskonsepsi.
konsepi.
Berdasarkan dari gambar Gambar 1. Rata-rata tingkat pem-
diagram pemahaman konsep pada ahaman konsepsiswa
materi substansi genetika pada kelas pada tiap SMA
XII sekecamatan Tanjung-karang
Barat Bandar Lampung dapat dilihat Hasil analisis rata-rata pem-
pada (Gambar 1). Ada beberapa ahaman konsep yang miskonsepsi
siswa pada materi substansi Berdasarkan hasil analisis data,
genetika, siswa yang masuk dalam ternyata siswa lebih banyak me-
kategori miskonsepsi memiliki rata- ngalami “paham konsep” dengan
rata 28,1% dengan kriteria “rendah“. rata-rata 32,00% dengan kriteria
Miskonsepsi tertinggi terjadi “rendah” kebanyakan siswa lebih
disekolah SMA Islam Cendikia “paham konsep” pada konsep materi
dengan rata-rata 39,15% dengan DNA dengan rata-rata 50,13%, ini
kriteria “rendah”, dan miskonsepsi terjadi dikarenakan siswa lebih
terendah terjadi pada sekolah SMA sering mendengar dan membaca
IT Ar-Raihan dengan rata-rata tentang DNA dibandingkan dengan
18,10% dengan kriteria “rendah”. materi yang lainnya. Siswa masih
Untuk tingkat pemahaman konsep merasa asing dengan nama-nama
siswa sekolah yang memiliki rata- ilmiah materi substansi genetika
rata paham konsep paling tinggi lainnya dan cenderung belum
terdapat di SMA DCC Global mengenal bahkan mendengar nama
School dengan rata-rata 47,33% ilmiah materi tersebut. Jadi pada
dengan kriteria “sedang”. Sekolah tabel tingkat pemahaman siswa ini
SMA IT Ar-Raihan memiliki rata- terlihat bahwa lebih banyak siswa
rata paham konsep terendah dengan yang paham konsep dibandingkan
rata-rata 22,77% dengan kriteria dengan siswa yang mengalami
“rendah”. miskonsepsi. Tingkat pemahaman
Untuk tingkat pemahaman siswa terendah terjadi pada materi
konsep siswa ( Gambar 2), siswa sistesis protein dengan rata-rata
yang mengalami miskonsepsi se- 18,88% dengan kriteria “sangat
bagian besar pada konsep kro- rendah”, sedangkan untuk materi
mosom dengan nilai rata-rata kode geneetik memiliki rata-rata
38,33% dengan kriteria “rendah”, 24,50% dengan kriteria “rendah” ,
ini terlihat pada Gambar 2 tingkat untuk materi kromosom memiliki
pemahaman siswa. rata-rata 33,61% dengan kriteria
“rendah”, untuk hubungan DNA dan
RNA memiliki rata-rata 29,16%
dengan kriteria “rendah”, dan untuk
RNA memiliki rata-rata 35,77%
dengan kriteria “rendah”.
Miskonsepsi yang terjadi pada
siswa dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti motivasi
siswa, guru bidang studi, metode
yang digunakan dan buku teks.
Angket dianalisis menggunakan uji
Korelasi Pearson untuk melihat ada
atau tidaknya hubungan keempat
faktor tersebut dalam mem-
pengaruhi miskonsepsi siswa. Hasil
Gambar 2. Tingkat Pemahaman analisis angket miskonsepsi siswa
Siswa pada tiap konsep SMA kelas XII Se-Kecamatan
Tanjung Karang Barat Bandar
Lampung dapat dilihat pada Tabel 6 miskonsepsi pada siswa dapat
berikut: dilihat pada Gambar 3:
Tabel 6. Uji korelasi faktor-faktor
yang mempengaruhi
miskonsepi siswa
(N=30)
Aspek Uji Korelasi
yang r hitung rtabel Keterangan
dinilai
Korelasi
signifikan
Motivas
-0,737** 0,349 denganarah
i belajar
korelasi
berlawanan arah
Guru Tidak ada
0,120 0,349
korelasi
Tidak ada
Metode -0,081 0,349 korelasi
Gambar 3. Persentase jawaban sis-
Buku Tidak ada wa yang berpengaruh
-0,118 0,349
Teks korelasi
terhadap miskonsepsi
Berdasarkan Tabel 6 dapat di- dalam angket
lihat bahwa terdapat satu faktor
Berdasarkan pernyataan da-
yang berkorelasi yaitu motivasi
lam angket di atas, dapat dilihat
siswa, faktor motivasi siswa me-
dari masing masing faktor hanya di
miliki korelasi dengan arah ber-
ambil satu sampel pernyataan untuk
lawanan sehingga dapat diartikan
mendukung presentase siswa dalam
semakin tinggi motivasi siswa
belajar. Bahwa faktor siswa dalam
dalam belajar konsep substansi
belajar konsep substansi genetika
genetika maka semakin sedikit
rendah yaitu sebesar 40%. Dan
siswa yang mengalami miskonsepsi
faktor buku yang digunakan
atau sebaliknya.
memiliki rata-rata 63,3%. Se-
Motivasi siswa dalam mem-
dangkan guru dan metode me-
pelajari konsep substansi genetika
miliki rata-rata di atas 80%.Siswa
memiliki kriteria “rendah”, hal ini
menyatakan guru sudah me-
dapat dilihat pada jawaban siswa di
nerangkan dengan jelas dan me-
dalam angket, bahwa siswa
tode yang digunakan juga meng-
menjawab tidak akan bertanya
gunakan bahasa yang mudah
kepada guru, jika siswa tidak
dipahami. Hal ini berarti jika
mengerti dengan materi yang sedang
semakin tinggi minat siswa dalam
diajarkan. Seperti yang dikatakan
belajar substansi genetika dengan
Suparno ( 2005: 29) Para pakar
metode yang tepat dalam kegiatan
dibidang miskonsepsi juga me-
pembelajaran, maka semakin
nemukan hal lain yang menjadi
sedikit siswa yang mengalami
penyebab miskonsepsi pada siswa,
miskonsepsi, atau bisa sebaliknya
diantaranya adalah dari siswa itu
semakin rendah minat siswa maka
sendiri, guru, buku teks, dan metode
semakin tinggi pula miskonsepsi
pembelajaran yang digunakan.
yang terjadi pada siswa.
Beberapa pertanyaan didalam
angket siswa yang mendukung
faktor yang berpengaruh terhadap
PEMBAHASAN Alasan:

Berdasarkan hasil analisis tes


diagnosis dan angket dari jawaban
siswa pada penelitian identifikasi
miskonsepsi siswa pada konsep
substansi genetika pada siswa SMA Berdasarkan jawaban siswa ter-
Se-Kecamatan Tanjung-karang sebut terlihat bahwa siswa
Barat diketahui siswa yang me- menjawab dengan alasan bahwa
ngalami miskonsepsi ada sekitar DNA memiliki peran sebagai
28,13% dengan kriteria “sangat penentu sifat sedangkan jawaban
rendah” dan miskonsepsi tertinggi yang benar adalah “salah” karena
terjadi pada konsep kromosom yang DNA berfungsi sebagai penyimpan
memiliki rata-rata 38,33% dengan informasi genetik, sedangkan yang
kriteria “rendah”. Untuk siswa yang berfungsi sebagai penentu sifat
paham konsep memiliki rata-rata adalah gen dan terletak di lokus.
33,81% dengan kriteria “rendah”. Rata-rata persentase siswa yang
Seperti yang tertera pada memberi jawaban tersebut sekitar
(Gambar 2) tingkat pemahaman 40%. Menurut Utami (dalam
konsep siswa , rata-rata siswa yang Suhermin, 2014: 3) menjelaskan
paham konsep 32,00% dengan bahwa genetika mengandung
kriteria “rendah” dan paham konsep banyak sekali materi yang sulit,
tertinggi terdapat pada konsep DNA misalnya struktur kromosom, DNA,
dengan rata-rata 50,13% dengan RNA serta mekanisme sintesis
kriteria “sedang”. Paham konsep protein, materi-materi tersebut tidak
terendah terjadi pada konsep sintesis dapat diamati dengan mikroskop
protein dengan rata-rata 18,88% cahaya biasa sehingga perlu media
dengan kriteria “sangat rendah”. pembelajaran yang dapat mem-
Miskonsepsi yang terjadi pada berikan ilustrasi terkait materi
siswa SMA Se-Kecamatan Tan- tersebut sehingga memudahkan
jungkarang Barat dapat dikatakan pemahaman siswa.
“rendah”. Ada beberapa faktor pe-
nyebab miskonsepsi yang dialami Soal nomor 3
oleh siswa seperti motivasi siswa, Soal:
buku panduan yang digunakan,
metode serta guru dikelas (Suparno, (Benar/Salah) Kromosom hanya
tersusun oleh DNA, dan tidak ada
2005: 29). Alasan miskonsepsi pada komponenAlasan:
non DNA
lembar jawaban siswa dapat dilihat
pada beberapa contoh soal no 3 Alasan:
berikut:
Soal nomor 3
Berdasarkan jawaban siswa ter-
Soal:
sebut terlihat bahwa siswa men-
(Benar/ Salah) DNA adalah substansi jawab dengan alasan bahwa tidak
genetik penentu sifat yang dapat ada komponen non DNA, karna
diturunkan kepada generasi siswa beranggapan bahwa kro-
selanjutnya yang terletak didalam mosom hanya tersusun oleh DNA
lokus
dan tidak ada komponen lain, menerjemahkan bahasa ilmiah.
sedangkan alasan yang benar adalah Menurut Aloyius (2008: 1) bahwa
kromosom tersusun atas benang- faktanya, materi genetika dipandang
benang kromatin. Dan kromatin bersifat abstrak sehingga sulit untuk
tersusun atas DNA yang berikatan dipahami.
oleh protein histon. Menurut Berdasarkan analisis jawaban
Aloysius (2008: 12) bahwa mis- siswa dari pertanyaan pada angket
konsepsi pada pengertian kromosom yang diberikan sesuai (Tabel 6)
terdapat tiga jenis yaitu mengartikan bahwa hanya faktor motivasi siswa
kromosom sama dengan DNA, yang memiliki korelasi dengan arah
mengartikan kromosom sebagai berlawanan yaitu -0,737**, hal ini
molekul asam nukleat dan meng- menunjukkan bahwa motivasi
artikan kromosom sebagai asam belajar siswa berpengaruh terhadap
nukleat yang memiliki re-plikasi miskonsepsi yang terjadi pada siswa
sendiri. Jawaban pertama dan kedua dengan kriteria sedang dan rata-rata
tersebut termasuk mis-konsepsi 62,66. Sehingga dapat disimpulkan
karena kromosom tidak dapat bahwa semakin rendah minat siswa
disamakan dengan DNA ataupun dalam belajar konsep substansi
molekul asam nukleat. Didalam genetika maka semakin besar
kromosom tidak hanya terdapat miskonsepsi yang terjadi pada
DNA/RNA, namun juga terdapat siswa. Hal ini sesuai dengan
protein histon dan non histon. pendapat Suparno (2013:72) bahwa
faktor motivasi siswa merupakan
Soal nomor 3 salah satu faktor yang berpengaruh
Soal: terhadap miskonsepsi yang terjadi
pada siswa.
(Benar/Salah) Pada tahap transkripsi
terjadi proses penerjemahan kode
Berdasarkan pada (Gambar 3)
genetik oleh RNAd, berupa urutan asam hanya 40% siswa yang akan ber-
amino yang dikehendaki tanya apabila terdapat penjelasan
guru yang kurang dipahami me-
Alasan: ngenai konsep substansi genetika.
Hal ini menunjukkan sangat ren-
dahnya siswa yang berminat dalam
mempelajari konsep substansi
genetika.
Berdasarkan jawaban siswa ter-
sebut terlihat bahwa siswa men- SIMPULAN
jawab dengan alasan bahwa yang
terjadi merupakan tahap translasi Berdasarkan hasil analisis data
atau proses pencetakan, sedangkan dan pembahasan maka dapat di-
jawaban yang benar adalah pada simpulkan bahwa: Miskonsepsi
tahap transkripsi terjadi proses yang terjadi pada siswa kelas XII
pencetakan RNAd, pada tahap tra- SMA Se-Kecamatan Tanjung-
nslasi terjadi proses penerjemahan karang Barat memiliki rata-rata
kode genetik oleh RNAd berupa 28,13% dengan kriteria “sangat
urutan asam amino yang di- rendah” dan miskonsepsi teringgi
kehendaki. Karena siswa terkadang terjadi pada materi kromosom
salah mengartikan atau keliru dalam dengan rata-rata 38,33% dengan
kriteria “rendah”. Miskonsepsi yang Journal of Education, diakses 20
terjadi pada siswa kelas XII SMA Maret 2016 09.00 WIB).
Se-Kecamatan Tanjungkarang Barat
dikarenakan faktor mi-nat siswa Idha, C. 2009. Meningkatkan
yang kurang dalam meng-ikuti Pemahaman Konsep Mata
pembelajaran disekolah. Pelajaran Biologi Melalui
Perfomance Assessment. Jurnal
DAFTAR RUJUKAN Pendidikan Inovatif 3 (02): 69-
73. (Online), (Http://Jurnal
Ali, M. 2013. Strategi Penelitian Pendidikan Inovatif), diakses 05
Pendidikan. Angkasa: Bandung mei 2017 19.00 WIB).

Aloysius, D. C. 2008. Bahan Ajar Manalu, K. 2012. Identifikasi


Genetika Makalah untuk Kuliah Pembelajaran Konsep Upaya
Program S2 Biologi. Malang Mengatasi Miskonsepsi Dalam
Pembelajaran Biologi. Jurnal
Arikunto, S. 2013. Prosedur Pendidikan 2 (6): 1-13.
Penelitian Suatu Pendekatan (Online), (Http://Jurnal
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Nasional Pendidikan, diakses 7
November 2015 07.00 WIB).
Chumaidach, R. 2013. Jurnal Pen-
didikan Organisasi Konsep
Maulidi, A. 2014. Deskripsi Konsepsi
Genetika. Pada Buku Biologi
Siswa pada Materi Hereditas di
SMA Kelas XII. Jurnal EduBio
MAN. Artikel Penelitian.
Tropika. 1 (1): 1-15 (Online),
Pontianak: Universitas
(Https://Edu Bio Pendidikan
Tanjungpura.
Kita.co.id. diakses 26 Januari
2016. 09-00 WIB).
Mustika, A., Yusminah., H dan Andi,
F. 2014. Identifikasi Mis-
Haambokoma. C, 2007. Journal of
konsepsi pada Konsep Ge-
International Development and
netika dengan Metode CRI. Jur-
Cooperation. Nature and Causes
nal Sainsmat. 1 (3): 1-129.
of Learning Difficulties in
(Online), (http://-ojs.-unm.ac.-
Genetics at High School Level in
id/index.php/sainsmat, diakses
Zambia. Jurnal bioedu 4 (13): 1-
8 Januari 2016 09.00 WIB.
9 (Online), (Http://www.
Certainty jurnal education.net,
Nusantari, E. 2013. Jurnal
diakses 10 Januari 2016 14.00
Pendidikan Sains Jenis Mis-
WIB).
konsepsi Genetika yang Di-
temukan pada Buku Ajar di
Hakim, A. Liliasari, dan A.
Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Kadarohman. 2012. Student
Pendidikan Nasional. 1 (1): 1-8.
Concept Understanding of
(Online), (Http://BioEdu
Natural Products. Chemistry in
misconception, diakses 6
Primary and Secondary Me-
Januari 2016 08.00 WIB).
tabolies Using the Data
Collecting Technique of Modified
Paramitha. 2013. Buku Pedoman
CRI. 1 (4): 1-8 (Online),
Guru Biologi Edisi ke-4.
(Http://www.International Online
National Science Teachers
Association. Terjemahan The
Biology Teacher’s Handbook 4th
Edition. Jakarta : PT. Indeks

Riduwan. 2012. Belajar Mudah


Penelitian Untuk Guru,
Karyawan, Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta

Suhermin. 2014. Profil Media Slide


Interaktif Berbasis MS Power
Point. Pada Pokok Bahasan
Substansi Genetika Kleas XII..
1 (1): 1-21. (Online),
(Http://kitabelajargenetik.co.id,
diakses 8 April 2016 12.00
WIB.

Suhermiati, I. 2015. Stdents


Misconception Protein
Synthesis Subject Material
Based On Biology Student
Learning Result. Jurnal
Sainsmat. 4 (3): 5. (Online),
(http://ojs.unm.ac.id/index.php/
sainsmat, diakses 9 september
2016 02.00 WIB).

Suparno, P. 2013. Miskonsepsi dan


Perubahan Konsep dalam
Pendidikan Fisika, Jakarta : PT.
Grasindo

Anda mungkin juga menyukai