Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008, tentang Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah, menyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan
keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel,
menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP) diartikan sebagai proses


yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui empat pilar, yaitu:

a. efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan;


b. keandalan pelaporan keuangan;
c. pengamanan aset negara; dan
d. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Konsep pengendalian intern tersebut menjadi panduan minimal bagi instansi


pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam merancang pengendalian intern di
sektor pemerintahan.

A. Latar Belakang
Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga sebagai instansi penyelenggara
pemerintahan, wajib menyelenggarakan kebijakan SPIP sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 secara terintegrasi ke dalam
kegiatan dan tindakan pelaksanaan tugas pokok di lingkungan Pemerintah Kota
Salatiga.
Rencana Tindak Pengendalian SPIP ditetapkan sebagai wujud pelaksanaan
SPIP secara menyeluruh dalam penyelenggaraan tugas pokok pemerintahan.
Rencana Tindak Pengendalian merupakan uraian mengenai rencana tindak
(action plan) penguatan SPIP baik dalam bentuk pembangunan lingkungan
pengendalian maupun infrastruktur kebijakan pengendalian atas pelaksanaan
tugas pokok Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga, sehingga diharapkan dapat
mendukung atas pencapaian tujuan, visi dan misi Kota Salatiga.

1|Page
B. Dasar Hukum
Penyelenggaraan SPIP pada Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga
berdasarkan:
1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah;
5. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;
6. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 34 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;
7. Peraturan Walikota Nomor 48 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Badan Keuangan Daerah.

C. Gambaran Umum Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga


1. Tugas dan Fungsi
Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga mempunyai tugas membantu
Walikota dalam melaksanakan fungsi penunjang keuangan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Dalam melaksanakan
tugas, Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga menyelenggarakan fungsi
sbb.:
a. penyusunan kebijakan teknis keuangan;
b. pelaksanaan tugas dukungan teknis keuangan;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan
teknis keuangan;
d. pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang keuangan urusan
Pemerintahan Daerah;
e. pelaksanaan administrasi Badan; dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

2|Page
2. Struktur Organisasi

Kepala Badan

Sekretariat

Subbagian Umum dan Subbagian Perencanaan


Kepegawaian dan Keuangan

Bidang Anggaran dan Bidang Barang Milik


Bidang Pendapatan Bidang Akuntansi
Belanja Daerah

Sub Bidang Pelayanan,


Sub Bidang Penyusunan Sub Bidang Akuntansi Sub Bidang Perencanaan
Pengolahan Data dan
Anggaran Anggaran dan Pengadaan
Informasi

Sub Bidang Administrasi


Sub Bidang Penetapan Sub Bidang Akuntansi
Anggaran dan Sub Bidang Pemberdayaan
Pajak Keuangan
Perbendaharaan

Sub Bidang Keberatan Sub Bidang Evaluasi,


Sub Bidang Sub Bidang Penatausahaan
Pajak, Perencanaan dan Pengendalian, dan
Perbendaharaan dan Pengamanan
Evaluasi Pendapatan Pelaporan

3. Visi dan Misi


Visi Walikota dan Wakil Walikota Salatiga merupakan hasil proses
politik terpilihnya kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung
oleh masyarakat, yang mana visi dijadikan sebagai substansi dan rujukan
utama penyusunan RPJMD untuk lima tahun yang akan datang. Visi
pembangunan jangka menengah Kota Salatiga Tahun 2017-2022 adalah
Salatiga HATI BERIMAN yang SMART.
Berdasarkan pernyataan visi di atas, maka terdapat makna yang
terkandung dalam visi tersebut berdasarkan masing-masng frase. Visi Kota

3|Page
Salatiga memiliki dua frase, yaitu kata HATI BERIMAN dan kata SMART. Kata
HATI BERIMAN merupakan singkatan dari kata SEHAT, TERTIB, INDAH dan
AMAN. Sementara itu kata SMART merupakan singkatan dari SEJAHTERA,
MANDIRI dan BERMARTABAT. Maka penjelasan yang dimaksud pada
masing-masing kata dalam kalimat HATI BERIMAN yang SMART adalah
sebagai berikut :
a. Hati Beriman
Secara harfiah “HATI BERIMAN’ megandung arti “Sejiwa dengan Sila I
Pancasila Ketuhanan Maha Esa maka setiap penduduk/warga Kota
Salatiga adalah insan yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa menurut Agama dan Kepercayaan masing-masing”.
“KOTA SALATIGA HATI BERIMAN” mempunyai makna “Terciptanya
suasana dan kondisi kehidupan kota/masyarakat salatiga yang Sehat,
Tertib, Bersih, Indah dan Aman, di mana penduduk/warga kotanya
adalah insan yang percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
menurut Agama dan Kepercayaannya masing-masing untuk mewujudkan
cita-cita bangsa yaitu, masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
materiil –spiritual”. (Perda Kotamadya Salatiga No.10 Tahun 1993)
b. Sejahtera
Mempunyai arti meningkatkan pemenuhan kebutuhan layanan dasar,
fasilitas umum, pelayanan publik dan pembangunan berwawasan
lingkungan.
c. Mandiri
Mengandung arti mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat kegiatan
masyarakat yang berkemampuan serta berperan aktif dalam
pembangunan, yang dilandasi oleh jiwa dan semangat kewirausahaan
untuk meningkatkan potensi dan daya saing daerah. Di dalam
keseluruhan makna dimaksud, mandiri juga mengandung arti
melestarikan nilai-nilai kearifan lokal dan mengutamakan keselarasan
pembangunan, toleransi, dan hubungan antar pemangku kepentingan.
d. Bermartabat
Bermakna untuk mewujudkan Kota Salatiga sebagai pusat
penyelenggaraan pemerintahan yang tunduk pada prinsip prinsip tata
pemerintahan yang bersih, profesional, berwibawa, demokratis,
menjunjung tinggi supremasi hukum dan penghormatan yang tinggi
terhadap hak asasi manusia.

4|Page
Sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang dimaksud dengan
misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang dilaksanakan
untuk mewujudkan visi. Rumusan misi menjadi kerangka bagi tujuan dan
sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang
akan ditempuh untuk mencapai visi pembangunan Kota Salatiga Tahun
2017-2022.
Untuk mencapai visi Kota Salatiga Hati Beriman yang Smart ditetapkan
9 (Sembilan) misi sebagai berikut:
a. meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, mewujudkan SDM yang
handal dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya.
b. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat dan keluarga
berencana.
c. meningkatkan ketentraman, ketertiban dan kondusifitas wilayah.
d. meningkatkan kualitas penataan ruang dan infrastruktur perkotaan yang
berwawasan lingkungan.
e. meningkatkan kualitas pelayanan air bersih, sanitasi dan lingkungan
permukiman kota.
f. mengembangkan ekonomi karakyatan yang berorientasi pada Usaha
Menengah, Kecil dan Mikro.
g. Meningkatkan kerjasama, daya saing daerah dan daya tarik investasi
dan memperluas akses lapangan pekerjaan.
h. Meningkatkan kesejahteraan sosial, kesetaraan gender dan perlindungan
anak.
i. Meningkatkan kualitas pelayaan publik dan mewujudkan tatakelola
pemerintahan yang baik (good governance).
4. Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan tugas dan fungsinya, Badan Keuangan Daerah mengarah
pada pelaksanaan Misi ke-9 yaitu Meningkatkan kualitas pelayanan publik
dan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance).
Tujuan dari misi tersebut adalah meningkatkan pelaksanaan reformasi
birokrasi pemerintah daerah dalam menunjang kualitas pelayanan publik
dan tata kelola pemerintahan. Sedangkan sasaran dari tujuan RPJMD
tersebut adalah meningkatnya partisipasi dan akuntabilitas kinerja birokrasi
pemerintah.

5|Page
Dalam mencapai visi, melaksanakan misi, menangani permasalahan
yang dihadapi, tujuan yang akan dicapai Badan Keuangan Daerah adalah:
a. meningkatkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak dan
retribusi.
b. meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah.
Sedangkan sasaran yang akan dicapai Badan Keuangan Daerah
adalah:
a. meningkatnya pendapatan asli daerah Kota Salatiga.
b. tercapainya opini WTP.

D. Tujuan
Rencana Tindak Pengendalian (RTP) ditujukan sebagai rencana tindak
(action plan) penguatan SPIP baik dalam bentuk pembangunan lingkungan
pengendalian maupun infrastruktur kebijakan pengendalian, melakukan
implementasi atas infrastruktur kebijakan pengendalian yang telah dibangun
dan atau telah ada serta melakukan pemantauan secara berkala yang akan
dilaksanakan oleh pimpinan dan para pegawai di lingkungan Badan Keuangan
Daerah Kota Salatiga.

E. Manfaat
Manfaat Rencana Tindak Pengendalian (RTP) di lingkungan Badan
Keuangan Daerah Kota Salatiga antara lain:
1. Memberikan arah dalam pengembangan SPIP secara menyeluruh hingga
tercipta keterpaduan antara sub-sub unsur SPIP dengan lingkungn
pengendalian dalam aktivitas dan kegiatan pelaksanaan tugas pokok Badan
Keuangan Daerah Kota Salatiga.
2. Menjadi dasar dalam membangun dan mengimplementasi infrastruktur
pengendalian sebagai bagian dari penyelenggaraan SPIP.
3. Menjadi dokumentasi dalam penyelenggaraan SPIP dan pengukuran
kemajuan penyelenggaraan SPIP, serta dasar pemantauan yang
berkelanjutan.

F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Rencana Tindak Pengendalian (RTP) Badan Keuangan
Daerah Kota Salatiga meliputi tujuan pada tingkat instansi yaitu meningkatkan
pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi. Tujuan

6|Page
tersebut mendukung seluruh tahapan proses manajemen yaitu perumusan
kebijakan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pemantauan dalam rangka pengelolaan keuangan dan penyajian
dan pengungkapan laporan keungan daerah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan meliputi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan daerah. Dari sisi tingkatan manajemen, Rencana Tindak
Pengendalian (RTP) Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga akan menjadi
tanggung jawab tingkatan manajemen atas, manajemen menengah, dan
manajemen bawah pada Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga.

G. Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibilities )


Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 (Pasal 55 ayat (4))
menerangkan bahwa Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN
telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang memadai
dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pernyataan tersebut dibuat setiap tahun
bersamaan dengan penyusunan laporan keuangan yang harus didukung dengan
fakta bahwa pengendalian intern memang sudah diselenggarakan.
Pernyataan sebagaimana dikehendaki peraturan tersebut membawa
konsekuensi perlunya dukungan fakta bahwa sistem pengendalian intern
memang sudah disenggarakan secara memadai selaras dengan siklus
penyelenggaraan SPIP mulai dari identifikasi sasaran/tujuan sampai dengan
pemantauan penyelenggaraan pengendalian, serta melakukan evaluasi atas
efektivitas penyelenggaraan pengendalian yang dibuat dan dipantau setiap
tahun.
Rencana tindak dalam penyelenggaraan SPIP tertuang dalam dokumen
Rencana Tindak Pengendalian (RTP). Rencana Tindak Pengendalian merupakan
sarana untuk mendukung penyelengaraan SPIP dan pernyataan pimpinan
mengenai kondisi SPIP. Hal ini disebabkan sejauh mana realisasi atas Rencana
Tindak Pengendalian menunjukkan sejauh mana pengendalian telah dijalankan.

H. Gambaran SPIP
Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggung jawaban
kegiatan instansi pemerintah, pimpinan instansi pemerintah wajib menerapkan
setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa

7|Page
Sistem Pengendalian Intern tersebut sudah dirancang dan diimplementasikan
dengan baik dan secara memadai diperbaharui untuk memenuhi keadaan yang
terus menerus melakukan perubahan perlu dilakukan pemantauan secara terus-
menerus. Pimpinan instansi pemerintah melakukan pemantauan antara lain
melalui evaluasi terpisah atas Sistem Pengendalian Intern masing-masing untuk
mengetahui kinerja dan efektivitas Sistem Pengendalian Intern serta cara
meningkatkannya. Pemantauan juga berguna untuk mengidentifikasi, mengatasi
risiko utama seperti penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah
kelola.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2)
mengenai Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini dilandasi
pada pemikiran bahwa Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan,
dipengaruhi oleh sumber daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan
yang memadai, bukan keyakinan mutlak.
1. Pengertian SPIP
Dalam ketentuan umum Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008,
Sistem Pengendalian Intern (SPI) didefinisikan sebagai proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) wajib diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah daerah.
2. Tujuan SPIP
Penyelenggaraan SPIP ditujukan untuk memberikan keyakinan yang
memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Keyakinan memadai tersebut
ditunjukkan dengan/melalui:
a. kegiatan yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan Instansi
Pemerintah sebagai bagian dari organisasi penyelenggara negara;
b. keandalan pelaporan keuangan Intansi Pemerintah sehingga dapat
dipercaya, baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal Instansi
Pemerintah yang berkepentingan dengan informasi di dalam laporan
keuangan;
c. pengamanan aset negara yang dikelola Instansi Pemerintah dan
digunakan untuk mendukung pencapaian tujuan instansi tersebut;

8|Page
d. Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi
Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara negara.
3. Unsur-unsur SPIP
SPIP wajib diselenggarakan untuk memberi keyakinan memadai bagi
tercapainya empat tujuan yang merupakan pilar menopang dari perwujudan
tujuan Instansi Pemerintah sebagai bagian dari organisasi penyelenggara
negara. Pilar tersebut harus dibangun di atas fondasi unsur-unsur SPIP yang
terdiri dari:
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi yang dibangun dan diciptakan
dalam suatu organisasi yang mempengaruhi efektivitas pengendalian
intern. Oleh karena itu, setiap organisasi wajib menciptakan kondisi
lingkungan pengendalian yang kondusif agar sistem pengendalian intern
dapat terimplementasi secara efektif. Untuk mencapai kualitas
lingkungan pengendalian yang dapat mendorong tercapainya
pengendalian intern yang efektif, perlu dikembangkan lingkungan
pengendalian yang akan menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan sistem pengendalian intern, yaitu:
1) penegakan integritas dan nilai etika;
2) komitmen terhadap kompetensi;
3) kepemimpinan yang kondusif;
4) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
6) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia;
7) perwujudan peran aparat pengawas intern pemerintah yang efektif;
8) hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
b. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian terhadap kemungkinan
kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Kegiatan penilaian risiko dilaksanakan melalui aktivitas identifikasi risiko
dengan menggunakan metodologi dan mekanisme yang memadai untuk
mengenali risiko organisasi serta analisis risiko untuk menentukan
pengaruh risiko yang telah teridentifikasi terhadap pencapaian tujuan
organisasi. Penilaian risiko merupakan bagian yang integral dan terpadu

9|Page
dari proses pengelolaan risiko (yang meliputi identifikasi dan analisis
risiko) serta sistem pengendalian intern, dengan tujuan untuk:
1) mengidentifikasi dan menguraikan seluruh risiko potensial, baik yang
disebabkan faktor internal maupun disebabkan faktor eksternal; dan
2) memeringkat risiko teridentifikasi berdasarkan level keutamaan
prioritas perhatian dan penanganannya agar dapat dikelola secara
efektif.
Pelaksanaan proses penilaian risiko dilakukan dalam tiga tahap kegiatan,
yang terdiri atas:
1) penetapan tujuan organisasi, sebagai target terukur yang
mengarahkan organisasi dalam menjalankan ativitasnya. Pernyataan
tujuan harus bersifat spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan
terikat waktu;

2) Identifikasi risiko untuk menghasilkan suatu gambaran peristiwa yang


berpotensi mengganggu pencapaian tujuan aktivitas organisasi.
Dalam pelaksanaan proses identifikasi risiko, perlu
diperhatikanfaktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa
risiko;
3) Analisis risiko untuk mengestimasi besaran kemungkinan munculnya
peristiwa risiko dan dampak yang ditimbulkan terhadap upaya
pencapaian tujuan organisasi apabila peristiwa risiko tersebut benar-
benar terjadi, serta mentapkan level atau status risiko sebagai
kombinasi hubungan antara kemungkinan dan dampak risiko.
c. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang dipandang tepat untuk
dilakukan dalam rangka mengatasi risiko. Dalam pelaksanaan kegiatan
pengendalian, juga ditetapkan dan dilaksanaan kebijakan serta
prosedur, guna memastikan bahwa tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi risiko telah bekerja secara efektif. Kegiatan pengendalian
yang perlu dilaksanakan organisasi ditentukan berdasarkan hasil
penilaian risiko dengan mempertimbangkan kecukupan pengendalian
existing.
Kegiatan untuk mengendalikan risiko dikelompokan dalam dua kategori,
yaitu preventif dan mitigasi. Pengendalian yang bersifat preventif
merupakan kegiatan pengendalian yang dibangun untuk mengurangi

10 | P a g e
kemungkinan terjadinya peristiwa risiko. Sedangkan pengendalian yang
bersifat mitigasi merupakan kegiatan pengendalian yang dibangun untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan apabila terjadi suatu peristiwa
risiko.
Penyelenggaraan kegiatan pengendalian lebih diutamakan pada kegiatan
pokok organisasi dan relevan dengan hasil kegiatan penilaian risiko,
sehingga pelaksanaan kegiatan pengendalian mampu membantu
memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan organisasi dapat dicapai.
d. Informasi dan Komunikasi
Informasi adalah data yang telah diolah dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi organisasi. Pimpinan organisasi dan seluruh jajaran manajemen
harus mendapatkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan, yang
diperoleh melalui proses identifikasi dan distribusi dalam bentuk dan
waktu yang tepat, agar mereka dapat melaksanakan tugas dan fungsi
secara efisien dan efektif.
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi dengan menggunakan
media tertentu, baik langsung maupun tidak langsung, untuk
mendapatkan umpan balik yang konstruktif.
Dalam rangka penyelenggaraan SPIP, informasi dan komunikasi yang
perlu dikelola adalah informasi dan komunikasi yang dapat
mengintegrasikan pelaksanaan komponen-komponen SPIP secara
efektif, terutama yang terkait langsung dengan pencapaian tujuan
organisasi serta berhubungan dengan pengelolaan risiko dan
pelaksanaan aktivitas pengendalian.
e. Pemantauan Pengendalian Intern
Pemantauan pengendalian intern adalah proses penilaian atas mutu
kinerja sistem pengendalian intern. Pelaksanaan pemantauan
pengendalian intern dimaksudkan untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian intern sudah bekerja sesuai yang diharapkan dan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan telah dilaksanakan sesuai dengan
perkembangan kondisi internal dan eksternal organisasi.
Pemantauan pengendalian intern mencakup kegiatan penilaian atas
desain dan pelaksanaan pengendalian intern, serta menghasilkan usulan
tindakan perbaikan terhadap kualitas sistem pengendalian intern, yang
dilaksanakan melalui tiga jenis kerangka pemantauan, yaitu :

11 | P a g e
1) Pemantauan Berkelanjutan
Kegiatan monitoring terhadap kualitas kinerja pengendalian intern
yang dilaksanakan secara terus menerus dan menyatu dalam
pelaksanaan kegiatan organisasi, dengan menggunakan kriteria
pemantauan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan, seperti kebijakan,
pedoman, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis, Standard
Operating Procedur, dan lain-lain. Tujuan pemantauan berkelanjutan
adalah untuk memastikan bahwa pengendalian intern telah berfungsi
sebagaimana yang diharapkan, dan apabila terdapat kelemahan atau
kegagalan pengendalian, dapat segera ditemukan penyebabnya dan
dilakukan perbaikan seperlunya.
2) Evaluasi Terpisah
Kegiatan pengujian efektivitas sistem pengendalian intern yang
dilaksanakan melalui kegiatan pembandingan antara pelaksanaan
pengendalian intern dengan standar yang telah ditetapkan, serta
menghasilkan rekomendasi konstruktif untuk memperbaiki atau
meningkatkan efektivitas sistem pengendalian intern. Kriteria yang
menjadi acuan evaluasi tidak berbeda dengan kriteria pemantauan
berkelanjutan, yaitu kebijakan, pedoman, petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis, Standard Operating Procedur, dan lain-lain. Kegiatan
evaluasi terpisah dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu, baik
dilaksanakan secara mandiri maupun oleh evaluator independen dari
luar organisasi.
3) Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Audit
Pelaksanaan audit, baik oleh Inspektorat maupun BPK-RI, merupakan
salah satu fungsi manajemen dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas. Pelaksanaan audit atau reviu lainnya akan
menghasilkan rekomendasi perbaikan atas kelemahan
penyelenggaraan kegiatan organisasi. Pimpinan organisasi harus
tanggap dan segera menindaklanjuti temuan dan rekomendasi hasil
kegiatan audit atau reviu lainnya, agar efektivitas penyelenggaraan
sistem pengendalian intern semakin kuat.
Untuk mewujudkan penyelenggaraan SPIP yang efektif, maka seluruh
unsur SPIP tersebut harus diterapkan secara terintegrasi dengan aktivitas
organisasi, agar mampu mencegah timbulnya kegagalan dan
ketidakefisienan dalam pencapaian tujuan organisasi.

12 | P a g e
BAB II
RENCANA TINDAK PENGENDALIAN INTERN

A. PENERAPAN SPIP DI BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA SALATIGA


Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, menyatakan bahwa untuk mencapai
pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel,
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
Dalam kaitan dengan pengendalian intern tersebut, Kota Salatiga telah
menerbitkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 34 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang memuat acuan
penyelenggaraan pengendalian intern pada seluruh kegiatan pemerintahan di
Kota Salatiga yang meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
Peraturan Walikota Nomor 34 Tahun 2011, pasal 4 menyatakan
bahwa pimpinan SKPD wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk
penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya melalui:
a. penegakan integritas dan nilai etika;
b. komitmen terhadap kompetensi;
c. kepemimpinan yang kondusif;
d. penyusunan rancangan struktur organisasi dan perumusan uraian tugas
sesuai dengan kebutuhan organisasi;
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia;

13 | P a g e
g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
dan
h. hubungan kerja yang baik dengan SKPD terkait.
Dari evaluasi lingkungan pengendalian dapat dilihat kondisi
lingkungan pengendalian yang ada pada suatu organisasi dibandingkan
dengan “kondisi ideal” (framework) dari masing-masing sub unsur dalam
lingkungan pengendalian dan sebagai bahan bagi manajemen dalam
perbaikan lingkungan pengendalian.
Metode yang dilakukan adalah menggunakan aplikasi e-SPIP yang di
dalamnya terdapat kuesioner yang harus diisi secara online oleh responden
yang terdiri dari seluruh pejabat struktural dan minimal 3 (tiga) staf pada
masing-masing bidang atau bagian.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko pada Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga dilakukan
pemetaan/identifikasi risiko terhadap kegiatan utama yang menunjang
pencapaian tujuan Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga yang tertuang
dalam RPJMD Tahun 2017-2022.
Penilaian risiko merupakan bagian yang integral dan terpadu dari
proses pengelolaan risiko (yang meliputi identifikasi dan analisis risiko) serta
sistem pengendalian intern, dengan tujuan untuk:
a. mengidentifikasi dan menguraikan seluruh risiko potensial, baik yang
disebabkan faktor internal maupun disebabkan faktor eksternal;
b. memeringkat risiko teridentifikasi berdasarkan level keutamaan prioritas
perhatian dan penanganannya agar dapat dikelola secara efektif.
Langkah atau tahapan dalam melakukan penilaian risiko atas kegiatan
utama adalah sebagai berikut:
a. menetapkan daftar tujuan entitas yang berisi visi dan misi Kota
Salatiga, tujuan dan sasaran entitas serta kegiatan yang mendukung
capaian tujuan sasaran.
b. menetapkan daftar tujuan kegiatan yang berisi rumusan tujuan dan
sasaran strategis kegiatan yang mendukung tujuan
c. menyusun daftar resiko kegiatan yang mendukung capaian sasaran
perangkat daerah beserta dampak jika risiko terjadi.
d. melakukan analisa risiko dengan menggunakan formulir analisis risiko
yang berisi pernyataan risiko, skor kemungkinan dan dampak untuk
menentukan skor status risiko.

14 | P a g e
e. melakukan identifikasi risiko dengan menggunakan formulir identifikasi
pengendalian yang berisi:
1) pernyataan risiko
2) faktor penyebab yang berasal dari internal maupun ekternal
3) mengidentifikasi pengendalian yang sudah ada/yang sudah berjalan
4) melakukan penilaian atas efektivitas pengendaian yang ada. Jika
dari hasil penilaian ternyata pengendalian yang ada belum efektif,
maka perlu diciptakan kegiatan pengendalian dalam bentuk
rencana tindak pengendalian
5) menetapkan penanggungjawabnya serta waktu pelaksanaan

B. RENCANA PENGUATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN


1. Tujuan Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Baik
Unsur lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari unsur-unsur
pengendalian intern lainnya, sehingga unsur lingkungan pengendalian
memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Lingkungan pengendalian
yang baik/buruk menentukan keberhasilan/kegagalan penerapan unsur SPIP
lainnya. Oleh karena itu, secara umum pembangunan lingkungan
pengendalian bertujuan untuk menciptakan “atmosfir” yang kondusif yang
mendorong terimplementasinya sistem pengendalian intern secara efektif di
Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga. Secara khusus, pembangunan
lingkungan pengendalian di Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga
bertujuan untuk:
a. tegaknya integritas dan nilai-nilai etika
b. terciptanya komitmen terhadap kompetensi
c. terciptanya kepemimpinan yang kondusif
d. terwujudnya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
e. terwujudnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
f. terwujudnya kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia
g. terwujudnya aparat pengawasan intern pemerintah yang berperan
efektif
h. terwujudnya hubungan kerja yang baik antar unit kerja terkait
2. Proses Evaluasi Lingkungan Pengendalian

15 | P a g e
Berdasarkan hasil penilaian terhadap lingkungan pengendalian di
Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga, diperoleh gambaran sebagai
berikut:

No Sub Unsur Kondisi


1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika Memadai
2 Komitmen terhadap Kompetensi Cukup Memadai
3 Kepemimpinan yang Kondusif Memadai
Struktur Organisasi yang Sesuai
4 Cukup Memadai
dengan Kebutuhan
Pendelegasian Wewenang dan
5 Memadai
Tanggung Jawab yang Tepat
Kebijakan Pengembangan Sumber
6 Cukup Memadai
Daya Manusia
7 Pengawasan Internal yang Efektif Memadai
Hubungan Kerja yang Baik dengan
8 Memadai
Instansi Pemerintah

3. Perumusan Rencana Penguatan Lingkungan Pengendalian


Kondisi lingkungan pengendalian Badan Keuangan Daerah Kota
Salatiga secara umum sudah memadai, namun demikian masih terdapat
kelemahan-kelemahan pada sub unsur komitmen terhadap kompetensi,
pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan,
penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat dengan rincian sebagai
berikut:
a. komitmen terhadap kompetensi
1) membuat strategi/rencana kompetensi yang berisikan standar
kompetesi yang dibutuhkan oleh instansi untuk melaksanakan tugas
dan fungsinya
2) menempatkan pegawai sesuai dengan kompetensi dan pengalaman
berdasarkan syarat dan kebutuhan dari posisi tersebut
b. struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
1) proses validasi atas tingkat keandalan, keakuratan dan kelengkapan,
ketepatan waktu sistem informasi.
c. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia
1) Instansi mempunyai kebijakan dan prosedur pengelolaan SDM
2) Instansi mempunyai sistem penilaian kinerja dan sistem
penghargaan yang didokumentasikan

16 | P a g e
Terhadap kelemahan lingkungan pegendalian yang ada akan segera
dilakukan perbaikan, yaitu:
a. komitmen terhadap kompetensi
Kompetensi yang dibutuhkan dievaluasi secara regular dan dijaga
kesinambungannya
b. struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
Sistem informasi dilakukan secara berkala
c. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia
Evaluasi kinerja pegawai dan praktik-praktik kompensasi organisasi
termasuk pimpinan instansi, mendukung pencapaian tujuan
pengendalian internal
4. Risiko dan Kegiatan Pengendalian
a. Pernyataan Tujuan
Penyelenggaraan SPIP dimaksudkan untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian
keyakinan tersebut dicapai melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Pada tahun 2019, rencana
tindak pengendalian yang disusun oleh Badan Keuangan Daerah Kota
Salatiga diprioritaskan untuk pembangunan pengendalian dalam rangka
mencapai misi ke-9 yaitu meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Dalam rangka untuk mewujudkan misi ke-9 tersebut, maka
ditetapkan tujuan yang akan dicapai Badan Keuangan Daerah Kota
Salatiga yaitu “meningkatkan pendapatan asli daerah yang
bersumber dari pajak dan retribusi” dengan sasaran “meningkatnya
pendapatan asli daerah Kota Salatiga”.
b. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan
kejadian yang mengancam tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah.
Kegiatan penilaian risiko dilaksanakan melalui proses identifikasi dan
analisis risiko, guna menghasilkan output yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan manajemen.

17 | P a g e
Berikut adalah skala kemungkinan jika risiko itu terjadi dan skala
dampak jika risiko itu terjadi sehingga dapat diidentifikasi level dari risiko
tersebut:

1) Skala Kemungkinan

Skor
Skala Kemungkinan
Skala
No Kegiatan Uraian Risiko Menurut Peserta
Rata-rata
x1 x2 x3 x4 x5 x6
1 Pengelolaan Menurunya
Data Proporsi PAD
Sumber- terhadap
2 2 2 2 2 2 2
sumber Seluruh
Pendapatan Pendapatan
Daerah
  Data wajib
pajak tidak
3 3 3 3 3 3 3
tertangani
  dengan baik
  Kesadaran
Wajib Pajak 3 3 3 3 3 3 3
  Rendah
  Piutang pajak
4 4 4 4 4 4 4
  tidak tertagih

Dimensi pengukuran kemungkinan terjadi risiko:

Kriteria Skala
No Definisi Kriteria Kemungkinan
Kemungkinan Nilai
Kecil kemungkinan tetapi tidak
diabaikan
1 Jarang Sekali Probabilitas rendah, kurang dari pada 1
20 %
Mungkin terjadi sekali dalam 4 tahun
Probabilitas kurang dari pada 50%,
2 Jarang tetapi masih cukup tinggi 2
Mungkin terjadi sekali dalam 2 tahun
Mungkin tidak terjadi atau peluang
50/50
3 Sering 3
Mungkin terjadi kira-kira sekali dalam
setahun

18 | P a g e
Kemungkinan terjadi > 50%
4 Sangat Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam 4
setahun

2) Skala Dampak

Skor
Skala Dampak Menurut
Skala
No Kegiatan Uraian Resiko Peserta
Rata-rata
x1 x2 x3 x4 x5 x6
Pengelolaan
Menurunya
Data
Pnroporsi
Sumber-
1 PAD terhadap 3 3 3 3 3 3 3
sumber
Seluruh
Pendapatan
Pendapatan
Daerah
Data wajib
pajak tidak
    3 3 3 3 3 3 3
tertangani
dengan baik
Kesadaran
    Wajib Pajak 3 3 3 3 3 3 3
Rendah
Piutang pajak
    tidak tidak 3 3 3 3 3 3 3
tertagih

Dimensi pengukuran dampak terjadi risiko:

Kriteria Skala
No Definisi Kriteria Dampak
Dampak Nilai
Cukup mengganggu jalannya pelayanan
Menimbulkan kerusakan/kerugian kecil
Kerugian diatas Rp.25.000.000,00 sampai
Rp.50.000.000,00
Rendah Terjadi penambahan anggaran yang tidak
1 1
Sekali diprogramkan namun tidak lebih dari
Rp.100.000.000,00
Berdampak pada pandangan negatif
terhadap institusi dalam skala lokal.
Adanya kerusakan kecil terhadap lingkungan
2 Rendah Mengganggu kegiatan pelayanan tidak 2

19 | P a g e
signifikan
Adanya kekerasan, ancaman dan
menimbulkan kerusakan/kerugian yang
serius
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.100.000.000,00 sampai
Rp.500.000.000,00
Terjadi penambahan anggaran yang tidak
diprogramkan namun tidak lebih dari
Rp.500.000.000,00
Menggangu pencapaian tujuan organisasi
secara signifikan
Berdampak pada pandangan negatif
terhadap institusi dalam skala lokal (telah
masuk dalam pemberitaan media lokal)
Adanya kerusakan cukup besar terhadap
lingkungan
Mengganggu kegiatan pelayanan secara
signifikan
Adanya kekerasan, ancaman dan
menimbulkan kerusakan/kerugian yang
serius dan membutuhkan perbaikan yang
cukup lama
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.500.000.000,00 sampai
Rp.1.000.000.000,00
3 Tinggi Terjadi penambahan anggaran yang tidak 3
diprogramkan namun tidak lebih dari
Rp.1.000.000.000,00
Sebagian tujuan organisasi gagal
dilaksanakan
Merusak citra institusi dalam skala nasional
(telah masuk dalam pemberitaan media lokal
dan nasional)
Adanya kerusakan besar terhadap
lingkungan
Mengganggu kegiatan pelayanan sangat
signifikan
Kerusakan/kerugian fatal
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.1.000.000.000,00
Terjadi penambahan anggaran yang tidak
Tinggi diprogramkan namun tidak lebih dari
4 4
Sekali Rp.2.000.000.000,00
Sebagian besar tujuan organisasi gagal
dilaksanakan
Merusak citra institusi dalam skala nasional,
penggantian pucuk pimpinan instansi secara
mendadak
Terjadinya KKN dan diproses secara hukum

20 | P a g e
3) Level Risiko

Skor Skor Skor


No Kegiatan Uraian Risiko
Kemungkinan Dampak Status
1 Pengelolaan Menurunya Proporsi
Data PAD terhadap
Sumber- Seluruh
2.00 3.00 6.00
sumber Pendapatan
Pendapatan
Daerah
Data wajib pajak
tidak tertangani 3.00 3.00 9.00
    dengan baik
Kesadaran Wajib
3.00 3.00 9.00
    Pajak Rendah
Piutang pajak tidak
4.00 3.00 12.00
    tidak tertagih

Dimensi penentuan level/peringkat risiko:


Biasa
Luar

(4)
Besa

(3)
Konsekuensi / Dampak

r
Rendah
(2)
Signifika
Tidak

n (1)

Hampir Kemungkinan Kemungkinan Hampir Pasti


Mustahil (1) Kecil (2) Besar (3) (4)

Kemungkinan

4) Peta Risiko

21 | P a g e
4.00

3.50

3.00 3.00 3.00


3.00

2.50
Dampak

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

Kemungkinan

Tingkat keutamaan pengendalian risiko dikelompokkan ke dalam 4


(empat) kategori, sebagai berikut:

Posisi
Level Deskripsi Tingkat Keutamaan
Koordinat
9 < X ≤ 16 4 Ekstrim Segera dikelola
Diperlukan tindakan untuk
6<X ≤9 3 Tinggi
mengelola risiko

22 | P a g e
4<X ≤ 6 2 Sedang Dikelola bila tersedia sumber daya
X ≤4 1 Rendah Tidak perlu tindakan

Hasil kegiatan penilaian risiko selanjutnya dituangkan dalam


rancangan aktivitas pengendalian intern yang berfokus pada upaya
penanganan risiko yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan
utama Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga. Gambaran umum profil
risiko yang teridentifikasi dari tujuan yang ditetapkan dapat diidentifikasi
sejumlah risiko sebagai berikut:

Tujuan: “meningkatkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari


pajak dan retribusi”.

Sasaran: “meningkatnya pendapatan asli daerah Kota Salatiga”

N Kegiatan
Outcame Kegiatan Risiko
o Pengendalian Risiko
1 Tercapainya Pengelolaan 1. Menurunnya 1. Menggali potensi
peningkatan data proporsi PAD sumber-sumber
pengelolaan sumber- terhadap seluruh PAD/ekstensifikasi
keuangan sumber pendapatan PAD
daerah pendapatan 2. Tenaga analisis pajak
daerah daerah
2. Data wajib pajak 1. Intensifikasi PAD
tidak tertangani 2. Tenaga PPNS
dengan baik 3. Tenaga penilai pajak
4. Tenaga pemeriksa
pajak yang kompeten
3. Kesadaran wajib 1. Petugas pajak yang
pajak rendah kompeten
2. Sistem pemantau
transaksi tempat
usaha wajib pajak
3. Penegakan regulasi
4. Piutang pajak 1. Penambahan
tidak tertagih pegawai PNS
2. SDM yang memadai

23 | P a g e
Form identifikasi risiko, analisis risiko, dan rencana tindak
kegiatan pengendalian Tahun 2019 secara lengkap disajikan dalam
lampiran terpisah.
5. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi yang dimaksud dalam RTP ini adalah
informasi dan komunikasi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung
berjalannya pengendalian yang dibangun sesuai dengan rencana yang
tertuang dalam dokumen rencana tindak pengendalian yang meliputi:

Tujuan: “meningkatkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak


dan retribusi”.

Sasaran: “meningkatnya pendapatan asli daerah Kota Salatiga”.

Bentuk/ Sarana
No Kegiatan Pengendalian
Komunikasi
1 1. Menggali potensi sumber sumber Laporan
PAD/ ekstensifikasi PAD
2. Tenaga analis pajak daerah
2 1. Intensifikasi PAD Rapat, Surat undangan,
2. Tenaga PPNS Laporan
3. Tenaga Penilai pajak
4. Tenaga pemeriksa pajak yang
kompeten
3 1. Petugas pajak yang kompeten Rapat, Laporan
2. Sistem Pemantau Transaksi Tempat
Usaha Wajib Pajak
3. Penegakan regulasi
4 1. Penambahan Pegawai PNS laporan
2. SDM yang memadai

Rancangan informasi dan komunikasi idealnya dilaporkan


perkembangannya secara rutin, minimal 6 (enam) bulan agar dapat
dilakukan evaluasi, sehingga komunikasi bisa lebih efektif. Selain itu, hasil
evaluasi akan digunakan sebagai bahan untuk mengambil tindakan yang
bersifat prefentif terhadap kendala yang muncul untuk segera dicari solusi
dan pemecahan masalahnya.
Laporan sebagai bentuk evaluasi berisi hal-hal antara lain:
a. Media/bentuk/sarana pengkomunikasian yang digunakan;

24 | P a g e
b. Penyedia informasi/penanggung jawab tindak lanjut;
c. Penerima informasi/tindak lanjut;
d. Waktu pelaksanaan;
e. Kendala/hambatan yang muncul; dan
f. Realisasi rencana tindak lanjut
rincian rancangan informasi dan komunikasi yang dibutuhkan dalam rangka
pengendalian dmaksud tertuang dalam lampiran.
6. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi atas pengendalian intern ditujukan untuk
memberikan keyakinan apakah Sistem Pengendalian Intern yang terpasang
telah berjalan efektif mengatasi risiko dan apakah tindakan pengendalian
yang diperlukan telah dilaksanakan guna perbaikan Sistem Pengendalian
Intern yang terpasang. Pemantauan dan evaluasi diselenggarakan atas
rencana pengendalian risiko yang masih dibutuhkan sesuai dalam daftar
risiko yang dibangun dalam rencana tindak pengndalian. Pemantauan dan
evaluasi dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:

Tujuan: “meningkatkan pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak


dan retribusi”.

Sasaran: “meningkatnya pendapatan asli daerah Kota Salatiga”

Bentuk/Metode
No Pengendalian yang Direncanakan Pemantauan yang
Diperlukan
1 1. Menggali potensi sumber-sumber PAD/ Pemantauan berkelanjutan
ekstensifikasi PAD
2. Tenaga analis pajak daerah
2 1. Intensifikasi PAD Pemantauan berkelanjutan
2. Tenaga PPNS
3. Tenaga Penilai pajak
4. Tenaga pemeriksa pajak yang
kompeten
3 1. Petugas pajak yang kompeten Pemantauan berkelanjutan
2. Sistem Pemantau Transaksi Tempat
Usaha Wajib Pajak
3. Penegakan regulasi
4 1. Penambahan Pegawai PNS Pemantauan berkelanjutan
2. SDM yang memadai

25 | P a g e
Rincian pemantauan berkelanjutan yang akan dilakukan tertuang dalam
lampiran.
Tindakan perbaikan yang diperlukan yang akan dilaksanakan meliputi:
a. Pemantauan Berkelanjutan
Pemantauan berkelanjutan dilaksanakan atas pengendalian kunci secara
kontinyu dan periodik untuk meyakinkan bahwa pengendalian tersebut
dijalankan sebagaimana seharusnya. Pemantauan berkelanjutan
dilakukan oleh masing-masing OPD pemilik risiko membangun dan
melaksanakan.
b. Evaluasi Terpisah
Evaluasi terpisah dapat dilaksanakan oleh Badan Keuangan Daerah Kota
Salatiga (bagi OPD), atau oleh pihak luar seperti BPKP (Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan)/konsultan. Evaluasi
bertujuan untuk meyakinkan apakah pengendalian intern yang
terpasang telah berjalan efektif.
Pemantauan berkelanjutan dan evaluasi terpisah atas pengendalian
tertuang dan terintegrasi dalam kebijakan dan prosedur pengendalian.
Beberapa hal yang harus disiapkan dalam proses ini adalah:
1) Bentuk pengendalian yang direncanakan
2) Bentuk/metode pemantauan yang diperlukan
3) Penanggung jawab pemantauan
4) Prosedur pemantauan
5) Waktu pelaksanaan

c. Pelaksanaan Tindak Lanjut


Sebagai bagian dari penyelenggaraan dan perbaikan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, atas setiap rekomendasi hasil
audit/evaluasi/reviu dari auditor eksternal maupun internal, setiap OPD
melaksanakan tindak lanjutnya.
d. Pemantauan atas Pelaksanaan Rencana Tindak Pengendalian
Setiap OPD memberikan laporan atas pelaksanaan rencana tindak
pengendalian sesuai tanggungjawabnya secara berkala kepada tim
pemantau. Hasil pemantauan tim pemantau dilaporkan kepada
Inspektur Kota Salatiga selaku koordinator penyelenggara Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Pemerintah Kota Salatiga.

26 | P a g e
BAB III
PENUTUP

Rencana Tindak Pengendalian Intern Badan Keuangan Daerah Kota Salatiga


tahun 2019 merupakan salah satu dokumen penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) dalam rangka mewujudkan proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.

Dokumen rencana tindak pengendalian ini menjadi instrumen untuk


merencanakan dan sekaligus memantau capaian perbaikan/pembangunan
infrastruktur pengendalian intern agar berjalan efektif, efisien, dan mencapai
tujuan/sasaran.

27 | P a g e
Komitmen dari segenap manajemen dan seluruh pegawai serta ditunjang
manajemen yang profesional, efektif, efisien transparan, serta akuntabel
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengendalian, sehingga peningkatan
kualitas penyelenggaraan Sistem Penyelenggaraan Intern Pemerintah secara
bertahap dan berkelanjutan akan dapat tercapai.

Kepala Badan Keuangan Daerah


Kota Salatiga

ADHI ISNANTO, S.Sos., M.Si.


Pembina Utama Muda
NIP.19690125 198803 1 001

28 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai