Maisir adalah permainan yang memperebutkan uang.1 Dalam bahasa Arab judi
diartikan juga sebagai “Qimar”. Maisir atau Qimar memiliki arti kata “taruhan” atau
“perlombaan”.2 Berikut pengertian Maisir / Qimar menurut para ahli:
Menurut Aunur Rahim Faqih, Qimar adalah permainan juga taruhannya apa saja,
dapat berupa uang dan dapat juga berupa barang, yang diberikan oleh pihak yang
kalah kepada pihak yang menang.3
Menurut Hasbi ash-Shiddieqy, judi adalah semua bentuk permainan yang bersifat
“kalah menang” (taruhan), di mana pihak yang kalah memberikan sejumlah uang
atau barang yang disepakati sebagai objek taruhan kepada pihak yang menang. 4
Menurut Syekh Muhammad Rasyid Ridha, Maisir merupakan permainan untuk
mencari keuntungan tanpa harus berpikir dan bekerja keras. 5
Menurut at-Tabarsi, ahli tafsir Syiah Imamiah abad ke-6 Hijriah, Maisir
merupakan permainan di mana pihak pemenang akan mendapatkan sejumlah uang
atau barang tanpa usaha yang wajar dan dapat membuat orang lainnya jatuh ke
lembah kemiskinan.6
Menurut Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2016 tentang Hukum Jinayat, Maisir diartikan
sebagai:
“Maisir adalah perbuatan yang mengandung unsur taruhan dan/atau unsur untung-
untungan yang dilakukan antara 2 (dua) pihak atau lebih, disertai kesepakatan bahwa pihak
yang menang akan mendapat bayaran/keuntungan tertentu dari pihak yang kalah baik
secara langsung atau tidak langsung.”
1
Bambang Marhijanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994, hlm. 254.
2
Ibrahim Hosen, Apakah Judi Itu?, Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 1987, hlm. 25.
3
Aunur Rahim Faqih, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung: Mizan, 1992, hlm. 17.
4
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm. 297-298.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Muhammad Syamsudin, Memahami Makna Spekulasi dalam Perjudian dan Pasar,
https://islam.nu.or.id/post/read/92073/memahami-makna-spekulasi-dalam-perjudian-dan-pasar, diakses pada 26 Oktober 2019,
pukul 22.36 WIB.
Adanya tindakan yang bersifat spekulatif (untung-untungan).
Adanya barang yang dipertaruhkan.
Pihak yang benar dalam spekulasinya menjadi pemenang (penerima untung)
sementara pihak yang salah dalam spekulasi akan berlaku sebagai pihak yang
dikalahkan (merugi).
Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, maisir dapat diartikan sebagai cara
untuk memperoleh keuntungan atau kekayaan secara mudah, tanpa bekerja keras, dan
bergantung pada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan, atau dalam
bahasa sehari-hari dimaknai sebagai kegiatan berjudi. Kegiatan mencari untung dalam bentuk
maisir ini bertentangan dengan tujuan ekonomi syariah, sebab, ekonomi syariah bertujuan
untuk:
Contoh maisir:
Sejumlah orang masing-masing membeli kupon Togel dengan "harga" tertentu dengan
menebak empat angka. (Hal ini sebenarnya tindakan mengumpulkan uang taruhan). Lalu
diadakan undian dengan cara tertentu untuk menentukan empat angka yang akan keluar.
Maka, ini adalah undian yang haram, sebab undian ini telah menjadi bagian aktivitas judi. Di
dalamnya ada unsur taruhan dan ada pihak yang menang dan yang kalah di mana yang
menang mengambil materi yang berasal dari pihak yang kalah.
Di Jawa Timur dahulu terdapat banyak kios-kios pedagang yang menjual jajanan anak kecil,
berupa permen yang di dalamnya tersimpan nomor undian. Bila beruntung maka ia bisa
mendapat hadiah di atasnya. Akan tetapi apabila gagal, ia hanya mendapat permen dua butir
yang harganya tidak setara dengan uang untuk membelinya. Namun, akhir-akhir ini sudah
tidak begitu marak lagi seperti dulu. Jajanan ini oleh orang Jawa diistilahkan dengan bahaa
ngepris, yang asalnya dari kata price. Jajanan dengan contoh di atas, adalah masuk unsur
spekulasi pasar kategori judi. Alasannya antara lain:
8
Ibid.