Anda di halaman 1dari 5

Al-Maisir (Perjudian) Adalah Dilarang

Semua Muamalah yang Berisi al-Maisir (Perjudian) Adalah Terlarang

Definisi Perjudian

Perkataan Maisir bermaksud memperolehi sesuatu dengan mudah atau memperolehi keuntungan
tanpa usaha. Islam melarang semua bentuk urusniaga di mana keuntungan kewangan diperolehi
hanya berdasarkan nasib atau spekulasi dan bukannya dengan usaha gigih untuk mendapatkannya.

Kata Maisir dalam bahasa Arab arti secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat
mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Yang biasa juga disebut berjudi.
Istilah lain yang digunakan dalam al-Quran adalah kata `azlam` yang berarti perjudian.

Judi dalam terminologi agama diertikan sebagai “suatu transaksi yang dilakukan oleh dua pihak
untuk pemilikan suatu benda atau jasa yang mengguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain
dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu”

Kesimpulannya, kata al-maisir (perjudian) dari sisi bahasa mencakup dua hal:

1. Ia adalah usaha mendapatkan harta tanpa susah payah.

2. Ia adalah cara mendapatkan harta dan sebab menjadi kaya (berkecukupan).

Prinsip berjudi adalah terlarang, baik itu terlibat secara mendalam mahupun hanya berperan sedikit
saja atau tidak berperan sama sekali, mengharapkan keuntungan semata (misalnya hanya mencuba-
cuba) di samping sebagian orang-orang yang terlibat melakukan kecurangan, kita mendapatkan apa
yang semestinya kita tidak dapatkan, atau menghilangkan suatu kesempatan. Melakukan
pemotongan dan bertaruh benar-benar masuk dalam kategori definisi berjudi.

http://hafizashraf.blogspot.com/2013/09/al-maisir-perjudian-adalah-dilarang_3.html

Pengertian maysir
Maisir adalah tiap-tiap sesuatu yang ada di dalamnya pertaruhan, itu adalah judi. Jadi judi dalam
agama islam bukan saja terletak dalam permainan tetapi terletak dalam perbuatan yang di dalamnya
da pertaruhan. Pertaruhan itu bukan saja uang tetapi boleh saja rumah, mobil, tanah, dan lain-lain.

Maisir menurut Hasbi ash-shiddieqy mengartikan judi dengan segala bentuk permainan yang adalah
wujud kala-menangnya; pihak yang kalah memberikan sejumlah uang atau barang yang di sepakati
sebagai taruhan kepada pihak yang menang

Maisir menurut Imam Syafi'i di dalam kitabnya Al- iqna' juz II hal 286, apabila dua orang yang
berlomba pacuan kuda itu mengeluarkan taruhannya bersama-sama maka dalam kondisi semacam
itu tidak boleh. Kecuali apabila keduanya tadi memasukkan muhallil, maka hal itu di perbolehkan
apabila kuda yang di pakai oleh muhallilitu sepadan dengan kedua orang yang berpacu tersebut.
Pihak ketiga menjadi penengah tadi di namakan muhallilmkarena dia berfungsi menghalalkan akad
dan mengeluarkan daribentuk judi yang di haramkan

Penegertian maisir menurut Qanun nomer 13 tahun 2003 adalah kegiatan/perbuatan dalam bentuk
permainan yang bersifat taruhan antara dua pihak atau lebih diamana pihak yang menang mendapat
bayaran. Tentang perjudian jelas di uraikan pada pasal-pasal yang terdapat pada Qanun nomor 13
thun 2003, BAB III pasal 4 jelas di sebutkan "maisir hukumnya haram"

Pelaku perjudian

Ta'zir berlaku kepada semua orang yang melakukan kejahatan, syaratnya adalah berakal sehat. Tidak
ada perbedaan, baik laki-laki maupun perempuan, kafir maupun muslim setiap orang yang
melakukan kemungkaran atau menganggap pihak lain sebagai alasan-alasan yang tidak di benarkan
baik dengan perbuatan, ucapan, atau isyarat. perlu di beri sanksi ta'zir agar tidak mengulangi
perbuatannya.

Suatu perbuatan dapat di katakan sebuah perjudian apabila telah memenuhi unsur-unsur khusus,
menurut H.S Muchlis, ada dua unsur yang yang merupakan syarat khusus untuk di namakan
seseorang telah melakukan perjudian

Harus ada dua pihak yang masing-masing terdiri dari dua orang atau lebih yang bertaruh, yang
menang(penebak tepat atau pemilik nomor yang cocok) akan di bayar oleh orang yang kalah
menurut perjanjian dan rumusan tertentu.
Menang atau kalah di kaitkan dengan ke sudahan suatu peristiwa yang berada di luar kekuasaan dan
di luar pengetahuan terlebih dahulu dari para petaruh.

Berdasarkan rumusan judi di atas, maka jika ada kesebelasan sepak bola yang bertanding yang oleh
sponsor akan di berikan hadiah kepada yang menang, ini bukan judi karena tidak ada kedua belah
pihak yang bertaruh.

Pada prinsipnya lomba berhadiah seperti gulat, sepak bola, lomba lari, badminton, atau catur di
perbolehkan oleh agama, asal tidak membahayakan keselamatan badan dan jiwa. Dan mengenai
uang hadiah yang di peroleh dari lomba tersebut di perbolehkan oleh agama jika di lakukan dengan
cara-cara berikut

Jika uang/hadiah itu di sediakan oleh pemerintah atau sponsor non pemerintah untuk pemenang

Jika uang/hadiah itu merupakan janji salah satu dari dua orang yang berlomba kepada lawannya itu

Jika uang/hadiah itu di sediakan oleh para pelaku lomba dan mereka di sertai muhallil, yang akan
mengambil uang hadiah itu, jika jagonya menang; tetapi ia tidak harus membayar jika jagonya kalah.

Posisi perjudian dalam jarimah ta'zir

Di dalam kajian fiqih jinayah ada tiga jarimah yaitu sebagai berikut: pertama, jarimah qishash yag
terdiri atas jarimah pembunuhan penganiayaan. Kedua, jarimah hudud yang terdiri atas jarimah zina,
jarimah qadzf, jarimah syurb al-khamr, jarimah al-baghyu. Ketiga,jarimah ta'zir yaitu semua jenis
tindak pidana yang tidak secara tegas di atur oleh al-qur'an dan hadist

Ketentuan-ketentuan pidana perjudian menurut hukum islam adalah bentuk jarimah ta'zir. Pidana
termasuk kedalam jarimah ta'zir sebab setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat yang tidak
memiliki sanksi had dan tidak ada kewajiban membayar kafarat harus di ta'zir, baik perbuatan
maksiat itu berupa pelanggaran atas hak Allah atau hak manusia.

Tindak pidana ta'zir adalah tindak pidana yang bentuk dan jumlah hukumnya tidak di tentukan oleh
syara'. Tindak pidana yang masuk dalam jenis ini yaitu semua tindak pidana yang hukumnya berupa
ta'zir. Tindak pidana ini terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut

Tindak pidana ta'zir yang asli, yakni setiap tindak pidana yang tidak termasuk dalam kategori tindak
pidana hudud qishash dan diat

Tindak pidana hudud yang tidak di jatuhi dengan hukuman yang di tententukan yakni tindak pidana
hudud yang tidak sempurna dan yang hukumnya hadnya terhindar dan di hapus
Tindak pidana qishash dan diat yang tidak di ancamkan hukuman yang di tentukan

https://www.kompasiana.com/roymei/5a9e4c695e13731060178a92/pandangan-islam-terhadap-
perjudian-dan-tindak-hukumnya?page=all

Anda mungkin juga menyukai