BERBASIS PROYEK
Produksi Purifikasi Enzim Selulase dari Kapang
Trichoderma viride dan Potensinya dalam Bioscouring
Pujiati
Muh. Waskito Ardhi
Endry Nugroho Prasetyo
i
BIOTEKNOLOGI BERBASIS PROYEK
Produksi Purifikasi Enzim Selulase dari Kapang
Trichoderma viride dan Potensinya dalam Bioscouring
ISBN: 978-602-6637-33-8
Penulis
Pujiati
Muh. Waskito Ardhi
Endry Nugroho Prasetyo
Penerbit
CV. AE MEDIA GRAFIKA
Jl. Raya Solo Maospati, Magetan, Jawa Timur 63392
Telp. 082336759777
email: aemediagrafika@gmail.com
website: www.aemediagrafika.co.id
ii
KATA PENGANTAR
iii
Penulisan Buku Bioteknologi Berbasis Proyek
masih banyak kekurangan, sehingga segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat
dihargai demi perbaikan kualitas lebih lanjut.
Harapan selanjutnya semoga Buku Bioteknologi
Berbasis Proyek dapat bermanfaat bagi dosen dan
mahasiswa yang memerlukan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
D. Reagen DNS dan Bradford ........................ 35
E. Gula Reduksi dan Kadar Protein ................ 40
Tes Formatif 3 ........................................... 47
F. Aktivitas Enzim .......................................... 48
Tes Formatif 4 ........................................... 52
G. Produksi Enzim Selulase ............................ 52
Kegiatan Proyek Mahasiswa ...................... 62
Kegiatan Proyek Mahasiswa ...................... 63
BAB III PURIFIKASI ENZIM SELULASE ................ 66
A. Pengertian Purifikasi .................................. 66
TugasMandiri ............................................ 76
B. Uji Aktivitas Enzim Selulase ........................ 77
C. Reagen Dinitrosalisilat (DNS) dan Bradford 81
Lembar Proyek Mahasiswa ........................ 86
D. Kurva Standar Glukosa ............................. 87
Tugas Mandiri ........................................... 89
E. Menentukan Kadar Gula Reduksi ............... 89
Lembar Proyek Mahasiswa ........................ 94
BAB IV APLIKASI ENZIM SELULASE .................. 96
A. Penggunaan Enzim Selulase ...................... 96
B. Bioscouring Kain ....................................... 97
C. Proses Bioscouring .................................... 99
D. Profil Permukaan Serat Kain ...................... 103
E. Data Hasil Penelitian untuk Perbandingan
Proyek Mahasiswa ..................................... 104
F. Data Hasil Penelitian ................................. 105
GLOSARIUM ................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ........................................... 113
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 3.7 Penambahan aquades ............. 83
Gambar 3.8 Comasie Brilliant Blue (CBB) ..... 84
Gambar 3.9 Penambahan etanol ................. 84
Gambar 3.10 Penambahan asamfosfat.......... 85
Gambar 3.11 Penambahan aquades ............. 85
Gambar 3.12 Larutan Standar Glukosa ......... 88
Gambar 3.13 Larutan Standar BSA ................ 88
Gambar 3.14 Memipet enzim ........................ 90
Gambar 3.15 Memipet CMC 1%.................... 90
Gambar 3.16 Inkubasi suhu 500C ................ 90
Gambar 3.17 Penambahan regen DNS ......... 91
Gambar 3.18 Pemanasan suhu 1000C .......... 91
Gambar 3.19 Pengukuran absorbansi............ 91
Gambar 3.20 Memipet enzim ........................ 92
Gambar 3.21 Larutan campuran enzim dan
regen Bradford ........................ 93
Gambar 3.22 Pengukuran absorbansi............ 93
Gambar 4.1 Skema lapisan serat kapas ....... 98
Gambar 4.2 Tes pewarnaan pada serat kain 99
Gambar 4.3 Skema bioscouring kain ........... 101
Gambar 4.4 Tes daya serap kain terhadap
zat warna ................................ 103
Gambar 4.5 SEM serat kain kontrol negatif
(1.500X) .................................. 103
Gambar 4.6 SEM serat kains couring alkalin
(1.500X) .................................. 103
viii
Gambar 4.7 SEM permukaan kain kontrol
negatif (40X) ............................. 104
Gambar 4.8 SEM permukaan kain scouring
alkalin (43X) ............................. 104
Gambar 4.9 SEM permukaan kain kontrol
negatif (5.000X) ........................ 104
Gambar 4.10 SEM permukaan kain kontrol
positif (5.000X) ......................... 104
Gambar 4.11 SEM permukaan kain bioscouring
selulase (5.000X) ...................... 104
Gambar 4.12 SEM permukaan kain kontrol
negatif (500X) ........................... 104
Gambar 4.13 SEM permukaan kain kontrol
positif (500X) ............................ 105
Gambar 4.14 SEM permukaan kain bioscouring
selulase (500X) ......................... 105
ix
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Bioteknologi dikembangkan untuk
meningkatkan nilai bahan mentah dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme
atau bagian bagiannya, misalnya bakteri dan
kapang yang digunakan untuk menghasilkan
enzim yang digunakan berbagai proses
industri. Penggunaan mikroorganisme tersebut
secara terarah dan terkontrol, yang
merupakan aplikasi terpadu antara biokimia,
mikrobiologi, bioteknologi, dan teknologi
kimia. Manfaat yang dirasakan manusia dari
kegiatan tersebut antara lain dalam bidang
industri, kesehatan, pertanian, dan
peternakan. Khususnya penggunaan biokimia,
mikrobiologi, dan rekayasa kimia secara
terpadu mempunyai tujuan untuk mencapai
penerapan teknologi dari kemampuan
mikroba.
Buku ini disusun dengan tujuan agar
dapat membantu mahasiswandalam proses
pembelajaran mahasiswa terutama dalam
Pendahuluan 1
meningkatkan pengetahuan mengenai
Bioteknologi dan penerapannya. Buku ini
memiliki peranan untuk membiasakan
mahasiswa untuk berfikir kreatif, berpikir kritis,
melatih keterampilan proses sains, dan
memiliki kemampuan untuk melakukan
pembelajaran berbasis project (Project Based
Learning) berdasarkan hasil penemuan yang
dilakukan sendiri sehingga mampu
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi.
Buku ini berisi merujuk hasil penelitian yang
berupa produksi dan uji aktivitas enzim
selulase dari kapang Trichoderma Viride
dengan menggunakan substrat limbah
pertanian, melakukan Purifikasi dan
Karakterisasi Enzim Selulase serta Aplikasinya.
Melalui buku ini mahasiswa diharap
kan mampu belajar secara mandiri dengan
atau tanpa kehadiran dosen serta mampu
memperdalam ilmu bioteknologi dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
2 Pendahuluan
PETA KONSEP 1
Dengan substrat
Dari
mikroorganisme
LIMBAH PERTANIAN KAPANG SELULOLITIK
PRETREATMENT PRETREATMENT
FISIK KIMIA
PRODUKSI ENZIM
Mengukur aktivitas
enzim dilakukan
Mengukur
produktivitas
enzim dilakukan
UJI AKTIVITAS
ENZIM
Peta Konsep 3
4
2
5
3
6
BAB I
ENZIM
A. Pengertian Enzim
Enzim adalah biomolekul organik yang
kompleks yang tersusun atas polipeptida
(protein globuler). Enzim merupakan bagian
dari protein yang mengkatalis reaksi-reaksi
kimia, enzim juga dapat diartikan sebagai
protein katalisator yang memiliki spesifisitas
terhadap reaksi yang dikatalisis dan molekul
yang menjadi substratnya.
Enzim memiliki bentuk (konformasi)
tertentu yang spesifik terutama pada sisi
berikatan dengan substrat, enzim hanya
berikatan dengan substrat yang spesifik atau
terbatas. Enzim memiliki sifat spesifik sebab
merniliki tempat aktif yang mengakomodasi
substratnya. Enzim berperan sebagai
biokatalisator pada perubahan substansi kimia.
Enzim juga sebagai biokatalisator berperan
mempercepat terjadinya suatu reaksi tetapi
tidak ikut bereaksi. Zat yang digunakan oleh
Bab I Enzim 7
enzim disebut substrat, sedangkan hasilnya
disebut produk. Dapat dicontohkan dalam
metabolisme glukosa, perubahan glukosa
menjadi alkohol atau asam laktat melibatkan
berbagai jenis enzim yang terdapat dalam
mikroba fermenter. Selain itu, produk reaksi
awal digunakan sebagai substrat reaksi enzim
berikutnya dan seterusnya sampai dihasilkan
produk akhir. Enzim yang berperan sebagai
katalisator dalam proses degradasi selulosa
yaitu enzim selulase.
B. Enzim Selulase
Enzim selulase merupakan salah satu
enzim komersial yang memiliki nilai jual sangat
tinggi. Rahmadani dan Susanti (2013)
mengatakan dalam katalog Merck (2011),
harga selulase (cellulose Onozuka R-10 dari
Tricoderma viride) kemasan 5 g sekitar $3.000,
dan kemasan 25 g selulase sekitar $12.000,
sungguh mahal bukan? Penjualan selulase
terus mengalami pertumbuhan hingga 4% per
tahun. Dalam dunia industri aplikasi enzim
selulase sangat luas sebagai contoh yaitu di
bidang pangan, detergen, tekstil, bahan bakar
kimia, dan pengolahan limbah. Aplikasi
selulase saat ini juga mulai dikembangkan
dalam pengembangan protoplast, antibakteri
chitooligosakarida, immunomodulator dan
agen antitumor (Begum et al, 2012)
8 Bab I Enzim
Enzim selulase sendiri sesungguhnya
adalah sekelompok enzim yang memecah
selulosa menjadi monomer glukosa. Kelompok
enzim tersebut yaitu endoglukanase,
eksoglukanase dan β-glukosidase. Enzim
selulase mampu menghidrolisis selulosa
menjadi glukosa dengan cara memutuskan
ikatan glikosidik β-1,4 dalam selulosa,
selodekstrin, selobiosa, dan turunan selulosa
lainnya.
Enzim selulase merupakan enzim
ekstraseluler yang diproduksi di dalam sel dan
dikeluarkan dari sel untuk mencerna selulosa.
Oleh karena itu, produksi selulase secara
komersial biasanya menggunakan kapang
atau bakteri. Namun, Usaha pengembangan
teknologi enzim selulase terhambat karena
tingginya biaya produksi, sehingga nilai
ekonomi enzim yang dihasilkanpun tinggi.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
menekan biaya produksi adalah dengan
memanfaatkan limbah pertanian yang
mengandung selulosa sebagai media
pertumbuhan mikroorganisme serta sebagai
pengganti substrat selulosa murni. Indonesia
sebagai negara yang banyak menghasilkan
bahan berselulosa (jerami padi, bagase, dan
sebagainya) sangat berpotensi untuk
mengembangkan industri penghasil enzim
selulase.
Bab I Enzim 9
C. Aktivitas Enzim
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungannya seperti
temperatur, keasaman (pH), konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim dan aktivator.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim menurut sebagai berikut:
1. Suhu, setiap kenaikan 100C kecepatan
reaksinya menjadi dua kali lipat dalam
rentang suhu yang tidak beda jauh, hal ini
berlaku juga bagi reaksi katalisis enzim.
Ada enzim yang dapat bekerja optimal
pada pH tinggi dan ada pula yang bekerja
optimal pada pH yang rendah. Jika pH
terlalu tinggi atau terlalu rendah enzim akan
terdenaturasi dan ini akan mengakibatkan
menurunnya aktivitas enzim.
2. Keasaman, aktivitas enzim paling efektif
berkisaran pada pH optimum. Apabila
dinaikkan atau diturunkan akan maka
aktivitas enzim akan turun dengan cepat.
3. Konsentrasi Enzim, dan Kofaktor, jika pH,
suhu dan konsentrasi enzim suatu sistem
reaksi dala keadaan konstan, maka reaksi
awal sampai batas tertentu sebanding
dengan jumlah subtract yang ada. Jika
sistem enzim memerlukan suatu koenzim
atau ion aktivator maka konsentrasi subtrat
dalam keadaan tertentu dapat menentukan
laju keseluruhan sistem enzim itu.
10 Bab I Enzim
4. Inhibitor Enzim, enzim dapat dihambat oleh
zat kimia baik sementara maupun secara
tetap. Enzim dapat menjadi racun jika
terdapat di tempat yang salah.
5. Substrat, enzim mempunyai spesifitas yang
tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim
maka kinerja enzim juga akan optimal.
Substrat yang digunakan dalam proses
fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas
dan produktivitas enzim. Adanya substat
tertentu di dalam medium produksi dapat
memacu mikroorganisme untuk mensekresi
metabolit selnya.
6. Waktu, waktu inkubasi optimum dalam
produksi enzim pada setiap mikroorganisme
berbeda-beda. Pada umumnya produksi
enzimtertinggidihasilkan pada fase
logaritmik/eksponensial pada kurva
pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan
mikroorganisme sangat berpengaruh
terhadap produksi enzim. Pertumbuhan
mikroorganisme yang semakin cepat
menyebabkanpeningkatan produksi enzim.
Sedangkan penurunan produksi enzim
disebabkanoleh karena pertumbuhan sel
yang mengalami penurunan setelah
melewati fasestasioner. Selain itu sel
mikroba yang mati akan mengalami lisis
dan akan melepaskan protease endogenous
yang akan menghidrolisis enzim.
Bab I Enzim 11
7. Pengaruh ion, stabilitas enzim termasuk
selulase dapat dipertahankan dengan teknik
modifikasi kimia dengan penambahan
bahan tambahan atau aditif yang telah
diketahui dapat mempertahankan stabilitas
enzim.
TES FORMATIF 1
12 Bab I Enzim
BAB II
PRODUKSI ENZIM
A. Sumber Enzim
Enzim selulase BIO
Enzim selulase
merupakan enzim ekstra yang dihasilkan
INFO
seluler yang diproduksi di mikroorganisme
mempunyai Karakteristik
dalam sel dan yang berbeda-beda, hal ini
dikeluarkan dari sel untuk dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu,
mencerna selulosa. Oleh pH lingkungan tempat
karena itu, produksi enzim
konsentrasi
bekerja,
substrat
selulase secara komersial tertentu dan waktu
biasanya menggunakan inkubasi. Semua enzim
bekerja dalam rentang
kapang atau bakteri. suhu tertentu pada tiap
Namun, Usaha jenis mikroorganisme.
pengembangan teknologi enzim selulase
terhambat karena tingginya biaya produksi,
sehingga nilai ekonomi enzim yang
dihasilkanpun tinggi. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi
adalah dengan memanfaatkan limbah
pertanian yang mengandung selulosa sebagai
media pertumbuhan mikroorganisme serta
a b
B. Kapang Selulolitik
Kapang atau moulds merupakan fungi
multiseluler berbentuk koloni dari suatu filamen
atau benang. Koloni tersebut dibangun oleh
suatu struktur dasar berupa tubulus berbentuk
silinder yang bercabang-cabang dengan
diameter bervariasi anatar 2 sampai 10 µm
dan disebut hifa. Lebar hifa dari suatu species
biasanya relatif konstan selama
pertumbuhannya. Koloni dari hifa-hifa ini
biasanyakan tumbuh bersamasama diatas
permukaan suatu media dan membentuk suatu
lempengan yang secara kolektif disebut
miselium, yang dapat dilihat secara mudah
tanpa mikroskop. Perkembangan miselium
terjadi karena pertumbuhan dari masing-
masing hifa dengan cara perpanjangan ujung-
ujung hifa dan percabangan dari hifa tersebut.
Hifa merupakan suatu tubulus yang
mengandung nucleus (inti) dengan jumlah lebih
dari satu (bahkan dapat berjumlah ratusan),
yang dilingkupi sitoplasma. Biasanya
sitoplasma dalam suatu hifa dapat saling
TES FORMATIF 2
A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengenal, mendata dan
membuat substrat selulosa dari limbah
pertanian yang ada di lingkungannya.
B. Alat & Bahan
1. Pensil/bolpoint
2. Buku/kertas
3. Blender
4. Timbangan digital
5. Baskom
6. Kain
7. pH meter
8. Oven
9. Kamera
10. NaOH
C. Langkah Kerja
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 2 s/d 3
orang
2. Data dan carilah literatur tentang limbah-
limbah pertanian di daerah kalian yang
berpotensi untuk dijadikan substrat
selulosa.
3. Pilih salah satu limbah (masing-masing
kelompok harus berbeda)
4. Buatlah larutan NaOH konsentrasi 4% 1
M
5. Buatlah substrat selulosa dengan limbah
pertanian yang telah masing-masing
kelompok tentukan.
4 3
4 3
5 6
4 3
5 6
1 2
TES FORMATIF 3
mg glukosa x 1000
Aktivitas (U/ml)=
Mr glukosa x t x V
Keterangan:
Mr Glukosa = Berat Molekul Glukosa (180g/
mol)
t = Waktu inkubasi (menit)
V = Volume Enzim (mL)
aktivitas enzim
Aktivitas spesifik=
konsentrasi protein
TES FORMATIF 4
1 2
4 3
Keterangan:
Setelah larutan dihomogenkan, larutan
perlu di atur pH nya. Pengaturan pH
sangatlah penting untuk dilakukan karena
kapang dapat tumbuh hanya pada pH
tertentu. pH larutan mendels optimum
adalah 5 s/d 5,5. Pengaturan pH dilakukan
dengan menambahkan NaOH apabila
larutan terlalu asam, ataupun dengan HCL
apabila larutan terlalu basa.
4 3
Kapang umur 2 hari Ditumbuhkan dengan
rotary shaker
c. Aklimatisasi
Aklimatisasi dilalui agar kapang
dapat beradaptasi pada lingkungan
baru. Lingkungan baru disini adalah
larutan nurtrisi dengan substrat selulosa
dari limbah pertanian. Semakin banyak
tahap aklimatisasi dilakukan, daya
tahan kapang terhadap larutan nutrisi
semakin tinggi.
Tahap aklimatisasi 1
1) Mengambil kapang yang telah berusia
6 hari (kapang yang telah berada
pada fase lag) dari media PDB.
1 2
Media Aklimatisasi 1
4 3
E. Pembahasan
F. Kesimpulan
A. Pengertian Purifikasi
Purifikasi merupakan suatu metode
pemisahan enzim dari molekul-molekul protein
lain sehingga didapatkan enzim murni.
Purifikasi atau pemurnian protein dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
fraksinasi garam ammonium sulfat, polaritas
(pengendapan dengan etanol atau aseton),
kelarutan relatif protein karena pengaruh pH
(pengendapan isoelektrik). Purifikasi enzim
dengan fraksinasi garam ammonium sulfat
dilakukan secara bertahap dengan tujuan
untuk dapat memperoleh enzim selulase yang
semakin tinggi tingkat kemurniannya, dan
ditandai dengan semakin meningkatnya
aktivitas spesifik enzim tersebut. Purifikasi yang
tidak dilakukan secara bertahap akan
ditemukan protein yang berfungsi sebagai ko-
enzim pada fraksi hasil filtrasi.
Gambar 3.1
Penambahan ammonium
sulfat
Sumber:Fajarwati, 2018
Gambar 3.3.
Natan dan supernatant
Sumber: Fajarwati, 2018
TUGAS MANDIRI
Gambar 3.4
Larutan DNS dan NaOH
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.5
Larutan Na-K tartrat
Sumber: Fajarwati, 2018
5. Mencampur larutan A dan B kemudian
mengaduk dengan magnetik stirrer.
Gambar 3.6
Larutan campuran A dan B
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.7
Penambahan aquades
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.8
Comasie Brilliant Blue (CBB)
G-250
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.9
Penambahan etanol
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.10
Penambahan asam fosfat
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.11
Penambahan aquades
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.13
Larutan Standar BSA
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.14
Memipet enzim
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.15
Memipet CMC 1%
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.16
Inkubasi suhu 500C
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.17
Penambahan reagen DNS
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.18
Pemanasan suhu 1000C
Sumber: Fajarwati, 2018
7. Mendinginkan dan mengukur serapannya
menggunakan spektofotometer pada
panjang gelombang (λ) 540 nm.
Gambar 3.19
Pengukuran absorbansi
Sumber: Fajarwati, 2018
8. Absorbansi yang diperoleh diplotkan pada
persamaan regresi linier kurva standart
glukosa
Gambar 3.20
Memipet enzim
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.21
Larutan campuran
enzim dan reagen
Bradford
Sumber: Fajarwati, 2018
Gambar 3.22
Mengukur absorbansi
Sumber: Fajarwati, 2018
A. Indikator
Menghitung aktivitas enzim dan kadar protein.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menghitung aktivitas enzim
dan kadar protein melalui praktikum.
C. Alat dan Bahan
1. Spektofotometer 8. Tabung reaksi
2. Kuvet 9. Mikro pipet
3. Pipet volum 10. Enzim
4. Gelas beker 11. Reagen DNS
5. Kompor listrik 12. Reagen Bradford
6. Waterbath 13. Aquades
7. Rak tabung reaksi 14. Bufer sitrat
D. Cara Kerja
1. Uji Gula Reduksi
a.
b.
2. Uji Kadar Protein
a.
b.
E. Hasil
1. Kadar Gula Reduksi
Kadar Aktivitas
No Sampel Absorbansi Glukosa Enzim
(mg/mL) (U/mL)
1
2
3
F. Pembahasan
G. Kesimpulan
B. Bioscouring Kain
Serat mentah, benang atau kain
memiliki berbagai jenis bahan pengotor seperti
motes, fragmen kulit dari biji, pestisida,
kotoran, residu kimia, berbagai jenis garam
logam, dan belum menghasilkan serat yang
matang. Bahan pengotor bawaan dibuang di
ruang pengolahan sementara kotoran internal
dari serat kapas dilepas dengan proses
penggosokan/scouring process.
C. Proses Bioscouring
Bioscouring pada kain bertujuan untuk
menghilangkan bagian dari komponen
penyusun serat berupa minyak, lilin, kotoran
yang tidak larut dan kotoran yang mnempel
pada permukaan serat dapat dihilangkan,
sehingga proses selanjutnya seperti
pengelantangan, pencelupan, pencapan dapat
berhasil dengan baik. Pada dasarnya proses
pemasakan atau scouring dilakukan dengan
alkali seperti NaOH (Natrium Hidroksida),
Na2CO3 (Natrium Karbonat), dan air kapur.
Sedangkan proses Bioscouring yaitu mengganti
alkali seperti NaOH (Natrium Hidroksida),
Na2CO3 (Natrium Karbonat), dan air kapur
dengan bahan yang tidak mencemari
lingkungan dan bersifat biodegredebel seperti
enzim selulase.
Perlakuan Keterangan
b Sudan III
Congo red
c Naftol
b Sudan III
Congo red
Naftol
c
a
c Sudan III
Congo red
Naftol
a
b
Enzim 1%
c
Sudan III
Congo red
Naftol
a
b
Enzim 2%
Sudan III
Congo red
a
Naftol
b
c
Enzim 3%
Enzim 4%
Sudan III
c
Congo red
a
Naftol
b
Enzim 5%
110 Glosarium
renik patogen. Inkubasi atau fermentasi
adalah proses memanfaatkan
kemampuan mikroba untuk
mengasilkan metabolit primer dan
metabolit sekunder dalam suatu
lingkungan yang dikendalikan.
Crude Enzim : Enzim kasar atau mentah yang diisolasi
dari kecambah, biji-bijian atau
tumbuhan
Gula : Semua gula yang memiliki kemampuan
Pereduksi untuk mereduksi dikarenakan adanya
gugus aldehid atau keton bebas.
Aktivitas : kecepatan pengurangan substrat atau
Enzim kecepatan pembentukan produk pada
kondisi optimum
Aktivitas : Aktivitas spesifik menggambarkan
Spesifik Enzim aktivitas enzim untuk setiap mg enzim
Bioteknologi : Cabang ilmu yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi, virus dan lain-lain) maupun
produk dari makhluk hidup (enzim)
dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Purifikasi : Merupakan proses pembersihan zat
enzim yang tidak diinginkan agar diperoleh
enzim murni yang diinginkan.
Kapang : Fungi yang berfilamen dan multinukleat
yang memiliki hifa.
Trichoderma : Merupakan kapang yang dapat
viride ditemukan di berbagai tempat dan
merupakan salah satu kapang yang
dapat memproduksi enzim selulase.
Bioprospecting : Eksplorasi materi biologis untuk genetik
bernilai komersila dan sifat biokimia.
Biokatalisator : Senyawa yang mempercepat reaksi
metabolisme tanpa mengalami
perubahan struktur kimia.
Glosarium 111
Degradasi : Suatu reaksi perubahan kimia atau
peruraian suatu senyawa
menjadi senyawa lebih sederhana
secara bertahap.
Bioscouring : Proses pembersihan bahan pengotor
yang ada pada kain seperti motes,
fragmen kulit dari biji, pestisida, residu
kimia, berbagai jenis gram logam
menggunakan agen mikroorganisme.
SEM : (Scanning Electron Microscopy)
mikroskop optik metalurgi yang
menggunakan prinsip refleksi, berarti
bahwa permukaan spesimen
memantulkan berkas media.
112 Glosarium
DAFTAR PUSTAKA
113 Glosarium
Chand. P, A. Aruna, A.M. Maqsood and L.V. Rao.
2004. Novel mutation method for increased
cellulase production. Journal of Applied
Microbiology 2005, 98, 318–323.
Enari, T.M. 1983. Microbial Celullose. In: Forgaty,
W.M. 1985. Microbial Enzymes and
Biotechnology. Appl.Sci.Publ. New York.
Fengel, D dan Wegener, G, 1995. Kayu: Kimia,
Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Terjemahan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Gandjar, I. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Gunam, I.B.W., dan Antara, N.S., 1999, Study on
Sodium Hydroxide Treatment Of Corn Stalk
to Increase Its Cellulose Saccharification
Enzymatically by Using Culture Filtrate of
Trichoderma reesei. Gitayana, Agric.
Technol. J, 5 (1): 34-38
Heru, N. 2011. Diklat Bioteknologi. Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Irawati,R. 2016. Karakterisasi pH, suhu dan
konsentrasi substrat pada enzim selulase
kasar yang diproduksi oleh bacillus
circulans. Skripsi. Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar biokimia. Jilid
1, 2, 3. (Alih bahasa oleh; M.
Thenawidjaja). Erlangga, Jakarta.
Landecker, E. M. 1972. Fundamental of the Fungi.
Prentice Hall Inc. NewYork.
114 Glosarium
Mandels, M. 1982. Cellulases. di dalam D.
Pearlman (Ed) Annual reports on
Fermentation Process. 5:39-44.
Montesqrit. 2007. Isolasi dan karakterisasi selulase
dari trichoderma viride dan rhizopus spp
dengan substrat jerami padi. Jurnal
peternakan Indonesia, 12 (2):112-123,
2007.
Mosier, N., et al. 2005. Features of Promising
Technologies for Pretreatment of
Lignocellulosic Biomass. Bioresource
Technology 96(2005): 673-686.
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk
Laboratorium Ilmu Pangan. PAU Pangan dan
Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal:4-
20.
Ompusunggu, H.E.S., Juwita, Silaban, R. 2014.
Kajian Biomedik Enzim Amilase dan
Pemanfaatannya Dalam Indutri. Universitas
HKBP Nommensen. Medan.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Universitas Indonesia press. Jakarta.
Pujiati., Ardhi M.W., Sulistyarsi. A. 2013. Isolation
of Cellulolytic Mold from Soil of Teak Forest
In Kresek, Madiun. Proceeding international
conference. The 4th Green Technology
Faculty of Science and Technology Islamic of
University State Maulana Malik Ibrahim
Malang
Glosarium 115
Pujiati., Kiswardianta, R.B., Solikawati, W. 2014.
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Inkubasi
Terhadap Aktivitas Enzim Selulase dari
Kapang Aspergillus Niger. Jurnal LPPM Vol.
2 No 1. IKIP PGRI Madiun.
Pujiati., Widiyanto, J. 2017. Kapang Selulolitik.
Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas PGRI Madiun: Madiun.
Roosdiana, A., Mufarrikha, I., dan Prasetyawan, S.
2014. Optimasi Kondisi Produksi Pektin dari
Aspergillus niger. Universitas Brawijaya.
Malang Saropah, A. Jannah, A., Maunatin,
A. 2012. Kinetika reaksi enzimatik enkstrak
kasar enzim bakteri selulolitik hasil isolasi
dari bekatul. Alchemy. 2 (1): 34-35
Sulistyarsi, A., Pujiati., Ardhi, M.W. 2016. Pengaruh
Konsentrasi dan Lama Inkubasi terhadap
Kadar Protein Crude Enzim Selulase dari
Kapang Aspergillus niger. Proceeding
Biology Education Conference. Vol 13(1)
2016: 781-786
Wood, T. M. 1985. Aspects of the Biochemistry of
Cellulose Degradation. p. 173-187. Di
Dalam J. F.Kennedy, G. O. Phillips, D. J.
Wedlock, and P. A. Williams (eds). Celllose
and its Derivite; Chemistry, Biochemistry and
Applications. Eleis Horwood Limeted, John
Wiley and Sons.New York
116 Glosarium
PENULIS
117 Penulis
Endry Nugroho Prasetyo. , S.Si, MT.Dr. techn.
Bekerja sebagai dosen di
Departemen Biologi ITS sejak 2000-
sekarang. Beliau menyelesaikan S3
Universitaet Graz (TU Graz) Austria.
Bidang pengajaran diantaranya
Bakteriologi, Bioremediasi, Teknologi
Enzim, Biokimia, Bioteknologi,
Bioteknologi Lingkungan. Aktif
menulis artikel di jurnal International.
Selain itu aktif pula sebagai konsultan industri baik nasional
maupun internasional. Pengalaman Research scientist in
European Union Biorenew Project [Sixth Framework
Programme (FP6–2004-NMP-NI-4)] located in TU Graz
Austria 2007-2010. 7th Frame European Cotton Bleach
Project 2010-2011. British American Tobacco and TU Graz
project colaboration for enzymatic removing cigarette
toxicants 2011-sekarang dan research-research nasional
lainnya.
118 Penulis