Anda di halaman 1dari 130

BIOTEKNOLOGI

BERBASIS PROYEK
Produksi Purifikasi Enzim Selulase dari Kapang
Trichoderma viride dan Potensinya dalam Bioscouring

Pujiati
Muh. Waskito Ardhi
Endry Nugroho Prasetyo

CV. AE MEDIA GRAFIKA

i
BIOTEKNOLOGI BERBASIS PROYEK
Produksi Purifikasi Enzim Selulase dari Kapang
Trichoderma viride dan Potensinya dalam Bioscouring

ISBN: 978-602-6637-33-8

Cetakan ke-1, Desember 2018

Penulis
Pujiati
Muh. Waskito Ardhi
Endry Nugroho Prasetyo

Penerbit
CV. AE MEDIA GRAFIKA
Jl. Raya Solo Maospati, Magetan, Jawa Timur 63392
Telp. 082336759777
email: aemediagrafika@gmail.com
website: www.aemediagrafika.co.id

Hak cipta @ 2018 pada penulis


Hak penerbitan pada CV. AE MEDIA GRAFIKA

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk


dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit,
kecuali dalam hal pengutipan untuk penulisan artikel
atau karangan ilmiah

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT


atas nikmat dan rahmat-Nya, sehingga buku
dengan judul Bioteknologi Berbasis Proyek dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Adapun
tujuan dari disusunnya buku ini adalah supaya
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
pemanfaatan enzim. Secara umum buku ini
disusun atas hasil penelitian kerjasama antara
Dosen Pendidikan Biologi FKIP UNIPMA dengan
Dosen Biologi Departemen Biologi ITS yang telah
dilakukan dan berdasarkan rujukan, baik jurnal
maupun buku-buku pedoman sebagaimana yang
ada di daftar pustaka. Ada banyak pihak yang
mendukung terselesaikannya buku ini, oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Rektor Universitas PGRI Madiun
2. Kepala LPPM Institut Teknologi Sepuluh
November
3. Kepala LPPM Universitas PGRI Madiun
4. Kepala Laboratorium Biologi ITS
5. Kepala Laboratorium FKIP UNIPMA

iii
Penulisan Buku Bioteknologi Berbasis Proyek
masih banyak kekurangan, sehingga segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat
dihargai demi perbaikan kualitas lebih lanjut.
Harapan selanjutnya semoga Buku Bioteknologi
Berbasis Proyek dapat bermanfaat bagi dosen dan
mahasiswa yang memerlukan.

Madiun, Agustus 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................... i


KATA PENGANTAR .......................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................... iv
PENDAHULUAN .............................................. 1
A. Deskripsi ................................................... 1
B. Petunjuk Penggunaan Buku ....................... 2
PETA KONSEP 1 .............................................. 3
PETA KONSEP 2 .............................................. 5
PETA KONSEP 3 .............................................. 6
BAB I ENZIM ................................................... 7
A. Pengertian Enzim ...................................... 7
B. Enzim Selulase .......................................... 8
C. Aktivitas Enzim .......................................... 10
Tes Formatif 1 ........................................... 12
BAB II PRODUKSI ENZIM ................................. 13
A. Sumber Enzim ........................................... 13
B. Kapang Selulolitik ..................................... 17
Tes Formatif 2 ........................................... 27
C. Substrat Produksi Selulase ......................... 28
Kegiatan Proyek Mahasiswa ...................... 34

v
D. Reagen DNS dan Bradford ........................ 35
E. Gula Reduksi dan Kadar Protein ................ 40
Tes Formatif 3 ........................................... 47
F. Aktivitas Enzim .......................................... 48
Tes Formatif 4 ........................................... 52
G. Produksi Enzim Selulase ............................ 52
Kegiatan Proyek Mahasiswa ...................... 62
Kegiatan Proyek Mahasiswa ...................... 63
BAB III PURIFIKASI ENZIM SELULASE ................ 66
A. Pengertian Purifikasi .................................. 66
TugasMandiri ............................................ 76
B. Uji Aktivitas Enzim Selulase ........................ 77
C. Reagen Dinitrosalisilat (DNS) dan Bradford 81
Lembar Proyek Mahasiswa ........................ 86
D. Kurva Standar Glukosa ............................. 87
Tugas Mandiri ........................................... 89
E. Menentukan Kadar Gula Reduksi ............... 89
Lembar Proyek Mahasiswa ........................ 94
BAB IV APLIKASI ENZIM SELULASE .................. 96
A. Penggunaan Enzim Selulase ...................... 96
B. Bioscouring Kain ....................................... 97
C. Proses Bioscouring .................................... 99
D. Profil Permukaan Serat Kain ...................... 103
E. Data Hasil Penelitian untuk Perbandingan
Proyek Mahasiswa ..................................... 104
F. Data Hasil Penelitian ................................. 105
GLOSARIUM ................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ........................................... 113

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Trichodermaviride ..................... 15


Gambar 2.2 Ampas tebu halus ..................... 16
Gambar 2.3 Kurva pertumbuhan fungi ......... 23
Gambar 2.4 Trichoderma viride media PDA .. 24
Gambar 2.5 Trichoderma viride media PDB ... 25
Gambar 2.6 Karakter Trichodermaviride........ 27
Gambar 2.7 Pemutusan ikatan antara lignin
dan selulosa ............................. 30
Gambar 2.8 Skema pemecahan lignoselulosa 31
Gambar 2.9 Kurva standart glukosa ............. 44
Gambar 2.10 Kurva standart BSA ................... 47
Gambar 2.11 Media Mendels ......................... 54
Gambar 3.1 Penambahan ammonium sulfat. 75
Gambar 3.2 Sentrifugasi............................... 75
Gambar 3.3 Natan dan supernatan .............. 82
Gambar 3.4 Larutan DNS danNaOH............ 83
Gambar 3.5 Larutan Na-K tartart.................. 83
Gambar 3.6 Larutan campuran Adan B ....... 83

vii
Gambar 3.7 Penambahan aquades ............. 83
Gambar 3.8 Comasie Brilliant Blue (CBB) ..... 84
Gambar 3.9 Penambahan etanol ................. 84
Gambar 3.10 Penambahan asamfosfat.......... 85
Gambar 3.11 Penambahan aquades ............. 85
Gambar 3.12 Larutan Standar Glukosa ......... 88
Gambar 3.13 Larutan Standar BSA ................ 88
Gambar 3.14 Memipet enzim ........................ 90
Gambar 3.15 Memipet CMC 1%.................... 90
Gambar 3.16 Inkubasi suhu 500C ................ 90
Gambar 3.17 Penambahan regen DNS ......... 91
Gambar 3.18 Pemanasan suhu 1000C .......... 91
Gambar 3.19 Pengukuran absorbansi............ 91
Gambar 3.20 Memipet enzim ........................ 92
Gambar 3.21 Larutan campuran enzim dan
regen Bradford ........................ 93
Gambar 3.22 Pengukuran absorbansi............ 93
Gambar 4.1 Skema lapisan serat kapas ....... 98
Gambar 4.2 Tes pewarnaan pada serat kain 99
Gambar 4.3 Skema bioscouring kain ........... 101
Gambar 4.4 Tes daya serap kain terhadap
zat warna ................................ 103
Gambar 4.5 SEM serat kain kontrol negatif
(1.500X) .................................. 103
Gambar 4.6 SEM serat kains couring alkalin
(1.500X) .................................. 103

viii
Gambar 4.7 SEM permukaan kain kontrol
negatif (40X) ............................. 104
Gambar 4.8 SEM permukaan kain scouring
alkalin (43X) ............................. 104
Gambar 4.9 SEM permukaan kain kontrol
negatif (5.000X) ........................ 104
Gambar 4.10 SEM permukaan kain kontrol
positif (5.000X) ......................... 104
Gambar 4.11 SEM permukaan kain bioscouring
selulase (5.000X) ...................... 104
Gambar 4.12 SEM permukaan kain kontrol
negatif (500X) ........................... 104
Gambar 4.13 SEM permukaan kain kontrol
positif (500X) ............................ 105
Gambar 4.14 SEM permukaan kain bioscouring
selulase (500X) ......................... 105

ix
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI
Bioteknologi dikembangkan untuk
meningkatkan nilai bahan mentah dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme
atau bagian bagiannya, misalnya bakteri dan
kapang yang digunakan untuk menghasilkan
enzim yang digunakan berbagai proses
industri. Penggunaan mikroorganisme tersebut
secara terarah dan terkontrol, yang
merupakan aplikasi terpadu antara biokimia,
mikrobiologi, bioteknologi, dan teknologi
kimia. Manfaat yang dirasakan manusia dari
kegiatan tersebut antara lain dalam bidang
industri, kesehatan, pertanian, dan
peternakan. Khususnya penggunaan biokimia,
mikrobiologi, dan rekayasa kimia secara
terpadu mempunyai tujuan untuk mencapai
penerapan teknologi dari kemampuan
mikroba.
Buku ini disusun dengan tujuan agar
dapat membantu mahasiswandalam proses
pembelajaran mahasiswa terutama dalam

Pendahuluan 1
meningkatkan pengetahuan mengenai
Bioteknologi dan penerapannya. Buku ini
memiliki peranan untuk membiasakan
mahasiswa untuk berfikir kreatif, berpikir kritis,
melatih keterampilan proses sains, dan
memiliki kemampuan untuk melakukan
pembelajaran berbasis project (Project Based
Learning) berdasarkan hasil penemuan yang
dilakukan sendiri sehingga mampu
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi.
Buku ini berisi merujuk hasil penelitian yang
berupa produksi dan uji aktivitas enzim
selulase dari kapang Trichoderma Viride
dengan menggunakan substrat limbah
pertanian, melakukan Purifikasi dan
Karakterisasi Enzim Selulase serta Aplikasinya.
Melalui buku ini mahasiswa diharap
kan mampu belajar secara mandiri dengan
atau tanpa kehadiran dosen serta mampu
memperdalam ilmu bioteknologi dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

B. PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU


1. Pahami setiap materi teori dasar yang akan
menunjang dalam penguasaan suatu
pekerjaan dengan membaca secara teliti.
2. Berikan pendapat anda terhadap buku ini
untuk ditanyakan kepada dosen pengampu/
pembimbing pada saat kegiatan tatap muka.
Bacalah referensi lainnya yang berhubungan
dengan materi pada buku ini agar anda
mendapatkan tambahan pengetahuan.

2 Pendahuluan
PETA KONSEP 1

PRODUKSI ENZIM SELULASE

Dengan substrat

Dari
mikroorganisme
LIMBAH PERTANIAN KAPANG SELULOLITIK

PRETREATMENT PRETREATMENT
FISIK KIMIA

Siap digunakan dalam Dinokulasikan dalam


proses

PRODUKSI ENZIM
Mengukur aktivitas
enzim dilakukan
Mengukur
produktivitas
enzim dilakukan

UJI KADAR UJI KADAR


GULA REDUKSI PROTEIN

UJI AKTIVITAS
ENZIM

Peta Konsep 3
4
2

5
3

6
BAB I
ENZIM

A. Pengertian Enzim
Enzim adalah biomolekul organik yang
kompleks yang tersusun atas polipeptida
(protein globuler). Enzim merupakan bagian
dari protein yang mengkatalis reaksi-reaksi
kimia, enzim juga dapat diartikan sebagai
protein katalisator yang memiliki spesifisitas
terhadap reaksi yang dikatalisis dan molekul
yang menjadi substratnya.
Enzim memiliki bentuk (konformasi)
tertentu yang spesifik terutama pada sisi
berikatan dengan substrat, enzim hanya
berikatan dengan substrat yang spesifik atau
terbatas. Enzim memiliki sifat spesifik sebab
merniliki tempat aktif yang mengakomodasi
substratnya. Enzim berperan sebagai
biokatalisator pada perubahan substansi kimia.
Enzim juga sebagai biokatalisator berperan
mempercepat terjadinya suatu reaksi tetapi
tidak ikut bereaksi. Zat yang digunakan oleh

Bab I Enzim 7
enzim disebut substrat, sedangkan hasilnya
disebut produk. Dapat dicontohkan dalam
metabolisme glukosa, perubahan glukosa
menjadi alkohol atau asam laktat melibatkan
berbagai jenis enzim yang terdapat dalam
mikroba fermenter. Selain itu, produk reaksi
awal digunakan sebagai substrat reaksi enzim
berikutnya dan seterusnya sampai dihasilkan
produk akhir. Enzim yang berperan sebagai
katalisator dalam proses degradasi selulosa
yaitu enzim selulase.

B. Enzim Selulase
Enzim selulase merupakan salah satu
enzim komersial yang memiliki nilai jual sangat
tinggi. Rahmadani dan Susanti (2013)
mengatakan dalam katalog Merck (2011),
harga selulase (cellulose Onozuka R-10 dari
Tricoderma viride) kemasan 5 g sekitar $3.000,
dan kemasan 25 g selulase sekitar $12.000,
sungguh mahal bukan? Penjualan selulase
terus mengalami pertumbuhan hingga 4% per
tahun. Dalam dunia industri aplikasi enzim
selulase sangat luas sebagai contoh yaitu di
bidang pangan, detergen, tekstil, bahan bakar
kimia, dan pengolahan limbah. Aplikasi
selulase saat ini juga mulai dikembangkan
dalam pengembangan protoplast, antibakteri
chitooligosakarida, immunomodulator dan
agen antitumor (Begum et al, 2012)

8 Bab I Enzim
Enzim selulase sendiri sesungguhnya
adalah sekelompok enzim yang memecah
selulosa menjadi monomer glukosa. Kelompok
enzim tersebut yaitu endoglukanase,
eksoglukanase dan β-glukosidase. Enzim
selulase mampu menghidrolisis selulosa
menjadi glukosa dengan cara memutuskan
ikatan glikosidik β-1,4 dalam selulosa,
selodekstrin, selobiosa, dan turunan selulosa
lainnya.
Enzim selulase merupakan enzim
ekstraseluler yang diproduksi di dalam sel dan
dikeluarkan dari sel untuk mencerna selulosa.
Oleh karena itu, produksi selulase secara
komersial biasanya menggunakan kapang
atau bakteri. Namun, Usaha pengembangan
teknologi enzim selulase terhambat karena
tingginya biaya produksi, sehingga nilai
ekonomi enzim yang dihasilkanpun tinggi.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
menekan biaya produksi adalah dengan
memanfaatkan limbah pertanian yang
mengandung selulosa sebagai media
pertumbuhan mikroorganisme serta sebagai
pengganti substrat selulosa murni. Indonesia
sebagai negara yang banyak menghasilkan
bahan berselulosa (jerami padi, bagase, dan
sebagainya) sangat berpotensi untuk
mengembangkan industri penghasil enzim
selulase.

Bab I Enzim 9
C. Aktivitas Enzim
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungannya seperti
temperatur, keasaman (pH), konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim dan aktivator.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim menurut sebagai berikut:
1. Suhu, setiap kenaikan 100C kecepatan
reaksinya menjadi dua kali lipat dalam
rentang suhu yang tidak beda jauh, hal ini
berlaku juga bagi reaksi katalisis enzim.
Ada enzim yang dapat bekerja optimal
pada pH tinggi dan ada pula yang bekerja
optimal pada pH yang rendah. Jika pH
terlalu tinggi atau terlalu rendah enzim akan
terdenaturasi dan ini akan mengakibatkan
menurunnya aktivitas enzim.
2. Keasaman, aktivitas enzim paling efektif
berkisaran pada pH optimum. Apabila
dinaikkan atau diturunkan akan maka
aktivitas enzim akan turun dengan cepat.
3. Konsentrasi Enzim, dan Kofaktor, jika pH,
suhu dan konsentrasi enzim suatu sistem
reaksi dala keadaan konstan, maka reaksi
awal sampai batas tertentu sebanding
dengan jumlah subtract yang ada. Jika
sistem enzim memerlukan suatu koenzim
atau ion aktivator maka konsentrasi subtrat
dalam keadaan tertentu dapat menentukan
laju keseluruhan sistem enzim itu.

10 Bab I Enzim
4. Inhibitor Enzim, enzim dapat dihambat oleh
zat kimia baik sementara maupun secara
tetap. Enzim dapat menjadi racun jika
terdapat di tempat yang salah.
5. Substrat, enzim mempunyai spesifitas yang
tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim
maka kinerja enzim juga akan optimal.
Substrat yang digunakan dalam proses
fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas
dan produktivitas enzim. Adanya substat
tertentu di dalam medium produksi dapat
memacu mikroorganisme untuk mensekresi
metabolit selnya.
6. Waktu, waktu inkubasi optimum dalam
produksi enzim pada setiap mikroorganisme
berbeda-beda. Pada umumnya produksi
enzimtertinggidihasilkan pada fase
logaritmik/eksponensial pada kurva
pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan
mikroorganisme sangat berpengaruh
terhadap produksi enzim. Pertumbuhan
mikroorganisme yang semakin cepat
menyebabkanpeningkatan produksi enzim.
Sedangkan penurunan produksi enzim
disebabkanoleh karena pertumbuhan sel
yang mengalami penurunan setelah
melewati fasestasioner. Selain itu sel
mikroba yang mati akan mengalami lisis
dan akan melepaskan protease endogenous
yang akan menghidrolisis enzim.

Bab I Enzim 11
7. Pengaruh ion, stabilitas enzim termasuk
selulase dapat dipertahankan dengan teknik
modifikasi kimia dengan penambahan
bahan tambahan atau aditif yang telah
diketahui dapat mempertahankan stabilitas
enzim.

TES FORMATIF 1

1. Apa yang kamu ketahui tentang enzim


selulase?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis enzim
selulase!
3. Bagaimana mekanisme terbentuknya enzim
selulase?

12 Bab I Enzim
BAB II
PRODUKSI ENZIM

A. Sumber Enzim
Enzim selulase BIO
Enzim selulase
merupakan enzim ekstra yang dihasilkan
INFO
seluler yang diproduksi di mikroorganisme
mempunyai Karakteristik
dalam sel dan yang berbeda-beda, hal ini
dikeluarkan dari sel untuk dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti suhu,
mencerna selulosa. Oleh pH lingkungan tempat
karena itu, produksi enzim
konsentrasi
bekerja,
substrat
selulase secara komersial tertentu dan waktu
biasanya menggunakan inkubasi. Semua enzim
bekerja dalam rentang
kapang atau bakteri. suhu tertentu pada tiap
Namun, Usaha jenis mikroorganisme.
pengembangan teknologi enzim selulase
terhambat karena tingginya biaya produksi,
sehingga nilai ekonomi enzim yang
dihasilkanpun tinggi. Salah satu usaha yang
dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi
adalah dengan memanfaatkan limbah
pertanian yang mengandung selulosa sebagai
media pertumbuhan mikroorganisme serta

Bab II Produksi Enzim 13


sebagai pengganti substrat selulosa murni.
Indonesia sebagai negara yang banyak
menghasilkan bahan berselulosa (jerami padi,
bagase, dan sebagainya) sangat berpotensi
untuk mengembangkan industri penghasil
enzim selulase.
Enzim selulase yang diproduksi ini
dihasilkan oleh kapang selulotik salah satunya
yaitu Trichoderma viride. Kapang selulolitik
adalah kapang yang memiliki kemampuan
menyerang atau mendegradasi selulosa
terutama pada kondisi aerob. Pemilihan
produksi enzim dalam hal kultivasi yang
digunakan untuk menentukan galur yang
spesifik akan menghasilkan kualitas enzim
yang baik. Berikut ini adalah sumber enzim
selulase yang bersal dari kapang selulolitik
dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sumber enzim selulase dan pektinase
(Li dan Hardin, 1997)
No Enzim Sumber Penandaa pH Suhu
1 Multifect Trichoderma C1 4 50
selulase longibrachiatum
(terkenal T. reesi)
2 Selulase Aspergillus niger C2 5 50
Cl 184
3 Selulase Trichoderma C3 4 50
c8546 reesi
* C1 dan P1 dari Genencor Intemational; yang lain dan Sigma
Chemical Co.

14 Bab II Produksi Enzim


Trichoderma viride mengekskresikan
enzim ekstraseluler ke lingkungan untuk
mengurai substrat yang kompleks agar
memperoleh nuutrien-nutrien yang diperlukan.
Transportasi nurien ke dalam sel kapang
Trichoderma viride dapat berlangsung melalui
transportasi aktif. Untuk menghasilkan enzim
selulase kapang Trichoderma viride harus di
tempatkan pada media pertumbuhan yang
sesuai yaitu pada media yang banyak
mengandung selulosa, sehingga kapang
kapang akan menghasilkan enzim selulase
saja.

a b

Gambar 2.1 a) Trichoderma Viride dalam media PDA


umur 4 hari. b) Trichoderma Viride dalam media PDA
umur 6 hari (Pratondo, 2018).

Adanya pertumbuhan oleh kapang


Trichoderma viride pada suatu substrat dapat
diketahui juga karena selain ada penambahan
masa sel, proses metabolisme menyebabkan
perubahan pada substrat, antar lain substrat
menjadi lunak, basah-basah, timbul bau yang
semula tidak tercium, timbulnya perubahan
warna, atau kekeruhan pada suatu substrat

Bab II Produksi Enzim 15


cair. Pertumbuhan kapang Trichoderma viride
pada substrat sebenarnya adalah suatu proses
fermentasi, yaitu kapang Trichoderma viride
mengurai komponen kompleks yang ada
dalam substrat menjadi komponen sederhana
yang bisa diserap sel dan digunakan untuk
sintesis yang menghasilkan energi kegiatan.
Substrat yang digunakan pada produksi
enzim selulase ini adalah Ampas tebu
(baggase).Ampas tebu (baggase) mengandung
selulosa, hemiselulosa, dan lignin dengan
prosentase 50% selulosa, 25% hemiselulosa
dan 25% lignin.

Gambar 2.2 Ampas tebu halus (Pratondo, 2018).

Prosentase selulosa yang tinggi


memungkinkan Trichoderma viride memperoleh
nutrien yang diperlukan dengan
mengekskresikan enzim ekstraseluler ke

16 Bab II Produksi Enzim


lingkungan dan mengurai substrat ampas tebu
(baggase). Perolehan glukosa dengan
penggunaan substrat ampas tebu (baggase)
sebesar 47,213 % dan mampu mempercepat
proses hidrolisis. Penelitian lain juga
menyebutkan enzim selulase yang diperoleh
dari ampas tebu (baggase) sebesar 360 mg/L.

B. Kapang Selulolitik
Kapang atau moulds merupakan fungi
multiseluler berbentuk koloni dari suatu filamen
atau benang. Koloni tersebut dibangun oleh
suatu struktur dasar berupa tubulus berbentuk
silinder yang bercabang-cabang dengan
diameter bervariasi anatar 2 sampai 10 µm
dan disebut hifa. Lebar hifa dari suatu species
biasanya relatif konstan selama
pertumbuhannya. Koloni dari hifa-hifa ini
biasanyakan tumbuh bersamasama diatas
permukaan suatu media dan membentuk suatu
lempengan yang secara kolektif disebut
miselium, yang dapat dilihat secara mudah
tanpa mikroskop. Perkembangan miselium
terjadi karena pertumbuhan dari masing-
masing hifa dengan cara perpanjangan ujung-
ujung hifa dan percabangan dari hifa tersebut.
Hifa merupakan suatu tubulus yang
mengandung nucleus (inti) dengan jumlah lebih
dari satu (bahkan dapat berjumlah ratusan),
yang dilingkupi sitoplasma. Biasanya
sitoplasma dalam suatu hifa dapat saling

Bab II Produksi Enzim 17


bertukar. Beberapa hifa dapat terbagi menjadi
beberapa sel oleh adanya septa atau dinding
pemisah pada tempat-tempat tertentu
sepanjang hifa. Dalam tiap-tiap sel yang
dibatasi septa tersebut dapat terkandung satu
nukleus (hifa uninukleat), juga ada yang
mengandung lebih dari satu nukleus yang
disebut hifa multinukleat. Beberapa species
fungi lain, hifanya tidak mengandung septa
sehingga hifa tersebut tidak terbagi menjadi
beberapa sel. Hifa semacam ini disebut hifa
nonseptat atau hifa aseptat. Septa yang
membatasi tiap-tiap sel tidak sepenuhnya
membatasi sitoplasma sel yang berdekatan
melainkan masih ada pori yang
memungkinkan terjadinya perpindahan
sitoplasma dan nukleus antara sel-sel tersebut
sebagaimana terjadi pada hifa non septat. Ada
tidaknya septa ini sering digunakan sebagai
salah satu cirri dalam identifikasi.
Kapang atau moulds cenderung tumbuh
dengan baik pada permukaan substrat alami
maupun substrat buatan di laboratorium.
Dalam keadaan ini hifa yang menembus
medium dan menyerap nutrisi dari medium
disebut hifa vegetatif atau hifa substrat. Hifa ini
juga berfungsi menjaga menjaga agar kapang
tersebut dapat melekat atau menempelkan
dirinya pada substrat yang tersedia. Selain hifa
vegetatif dalam suatu kapang ada hifa yang
berfungsi lain yang biasanya tumbuh di

18 Bab II Produksi Enzim


permukaan medium (ke arah udara). Hifa yang
membentuk miselium di permukaan medium
berfungsi menghasilkan alat reproduksi berupa
spora bagi kapang tersebut. Hifa semacam ini
disebut hifa reproduktif. Adanya spora yang
dihasilkan hifa reproduktif pada permukaan
kapang menyebabkan warna permukaan
kapang tersebut dapat berbeda-beda
bergantung dari warna spora yang sedang
dihasilkannya. Misalnya talus kapang dapat
berwarna putih, kuning, hijau, biru kehijauan,
merah, coklat atau hitam. Dengan
dihasilkannya spora dalam jumlah yang sangat
banyak pada permukaan kapang,
menyebabkan spora dengan mudah dapat
disebarkan oleh angin ke segala arah dan bila
ditemukan tempat yang cocok akan
membentuk individu baru. Hal ini
menyebabkan kapang merupakan salah satu
kontaminan yang umum ditemukan di
laboratorium. Disamping itu spora kapang juga
sering bertindak sebagai agen terjadinya alergi
atau bahan yang bersifat alergen.
Kapang dapat ditemukan secaraluas di
berbagai habitat di alam dan juga dapat
ditemukan pada roti atau nasi basi, keju atau
buah-buahan. Bila miselium-miselium dari
kapang membentuk suatu struktur yang lebih
padat, lebih terorganisasi dan biasanya cukup
besar yang disebut tubuh buah atau fruiting
bodies, maka kapang ini dapat membentuk

Bab II Produksi Enzim 19


apa yang disebut jamur atau cendawan atau
mushroom. Cendawan umumnya dapat kita
lihat tanpa mikroskop dan dapat ditemukan
pada berbagai tempat seperti di tanah, kayu
lapuk, di permukaan akar tumbuhan konifer
atau di tempat-tempat lain yang lembab.
Kapang pada umumnya dapat diidentifikasi
dari morfologinya. Uji makroskopik dapat
didasarkan atas karakteristik-karakteristik
tertentu seperti kecepatan tumbuh, topografi,
tekstur permukaan (misalnya seperti kapas,
seperti beludru atau seperti tepung) dan
pigmentasi.
Kapang memiliki ciri-ciri tertentu. Berikut
ini adalah ciri-ciri dari kapang:
1. Kapang bersifat heterotrof, hal itu
disebabkan karena kapang tidak memiliki
klorofil untuk menghasilkan makanan
sendiri, jadi biasanya kapang hidup
bersimbiosis, dan ada juga sebagai parasit
dan saprofit.
2. Materi inti kapang di bungkus oleh
membran inti, oleh karena itu kapang
bersifat eukarion yaitu mempunyai inti
sejati.
3. Ukuran kapang bervariasi, hal ini
disebabkan karana kapang ada yang bersel
tunggal, dan ada juga yang bersel banyak
yang berbentuk filament. Oleh sebab itu
kita dapat menemukan kapang yang
berukuran sangat kecil (mikroskopis) dan

20 Bab II Produksi Enzim


ada juga yang ukurannya cukup besar
(makroskopis).
4. Perkembang biakannya secara generatif dan
ada juga yang vegetatif.
5. Habitat hidup di tempat yang lembab yang
mengandung zat organik yang
lingkungannya bersifat agak asam dan
kurang cahaya.
Berdasarkan struktur hifa, kapang
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu hifa
tidak bersekat atau nonseptat dan hifa bersekat
atau septet. Kapang yang tidak bersepta yaitu
kelas Phycomycetes (Zygomycetes dan
Oomycetes) sedangkan kapang yang bersepta
meliputi kelas Ascomycetes, Basidiomycetes, dan
Deuteromycetes. Kapang berkembang biak baik
secara seksual ataupun aseksual. Secara seksual
dengan peleburan nukleus dari ke dua induknya,
sedangkan pada aseksual dengan pembelahan,
penguncupan, atau pembentukan spora.
Kapang dapat ditemui di berbagai
tempat, bahkan pada keadaan yang tidak
menguntungkan. Tentunya terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
kapang seperti suplai nutrisi, suhu, pH,
ketersediaan oksigen, dan komponen
penghambat.
Kapang selulolitik adalah kapang yang
memiliki kemampuan menyerang atau
mendegradasi selulosa terutama pada kondisi
aerob. Mikroorganisme tanah yang ada

Bab II Produksi Enzim 21


ternyata kapang merupakan spesies yang
paling tinggi kemampuan hidupnya dan juga
daya bersaing tinggi dibandingkan lainnya. Hal
ini disebabkan oleh laju pertumbuhan dan
germinasi yang tinggi, efisiensi tingkat
metabolik yang tinggi dalam menghasilkan
enzim serta mempunyai kemampuan
memproduksi senyawa tertentu seperti
antibiotik yang bersifat toksik bagi
mikroorganisme lainnya.
Kapang yang mampu menghasilkan
komponen selulase diantaranya Penicillium sp,
Aspergillus sp, Fusarium sp, Rhizopus sp,
Trichoderma viride,Mucor. Walaupun enzim
selulase dapat diproduksi oleh berbagai
macam mikroorganisme, enzim selulase dari T.
reesei atau T viride telah banyak dipelajari dan
mempunyai karakteristik yang paling baik.
Kapang dapat tumbuh pada kultur
goyang, pengaduk dan aerator maupun kultur
diam. Media kultur untuk pertumbuhan kapang
dapat menggunakan bahan alami maupun
sintetik. Kultur yang menggunakan bahan
alami dapat berasal dari ekstrak maltose
maupun ekstrak kentang. Sedangkan kultur
yang menggunakan bahan sintetik terdiri dari
karbon, gula, nitrogen, fosfat, magnesium,
kalium dan dilengkapi dengan bahan-bahan
pendukung lainnya. pertumbuhan kapang juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman
dan bahan kimia.

22 Bab II Produksi Enzim


Setiap mikroorganisme mempunyai kurva
pertumbuhan, begitu pula dengan kapang.
Kurva pertumbuhan diperoleh dari menghitung
massa sel pada kapang atau kekeruhan media
pada khamir dalam waktu tertentu. Setiap
kapang mempunyai kurva pertumbuhan yang
berbeda-beda, kurva pertumbuhan ini
diperoleh dari menghitung jumlah atau bobot
sel kapang. Ada 6 fase pada kurva
pertumbuhan, yaitu: fase lag, fase akselerasi,
fase eksponensial, fase deselerasi, fase
stasioner dan fase kematian dipercepat. Fase
yang menghasilkan komposisi spora kapang
terbesar adalah pada fase eksponensial. Pada
fase ini tingkat kematian kapang sama dengan
tingkat pertumbuhannya, selain itu spora
kapang juga telah dibentuk secara optimal
dikarenakan adanya enzim yang menghambat
pertumbuhan kapang sehingga kapang
membentuk spora untuk dapat bertahan hidup.

Gambar 2.3. Kurva pertumbuhan fungi (1) Fase


Lag; (2) Fase Akselerasi; (3) Fase Eksponensial;
(4) Fase Deselerasi; (5) Fase Stasioner; (6) Fase
Kematian. (Gandjar dan Wellyzar, 2006)

Bab II Produksi Enzim 23


Cara membuat kurva pertumbahan
adalah dengan mengisi 50 mL media substrat
dalam buffer asetat pH 5 dalam erlenmeyer
kemudian disterilisasi dengan autoklaf selama
20 menit. Pada 12 buah erlenmeyer masing-
masing ditambahkan 1 mL inokulum kapang
(sebagai sampel) secara aseptik dan 12 buah
erlenmeyer yang lain dijadikan sebagai kontrol.
Kemudian ke-24 erlenmeyer tersebut dishaker
pada temperatur ruang, selanjutnya sampel
diambil tiap 24 jam sekali selama kurun waktu
288 jam untuk diukur berat keringnya.
Penentuan pertumbuhan kapang dilakukan
menggunakan metode pengukuran berat
kering. Data yang didapatkan adalah jumlah
berat kering yang diplotkan terhadap waktu
sehingga akan diperoleh grafik jumlah berat
kering vs waktu.
a b C

Gambar 2.4 a) Trichoderma Viride dalam media


PDA umur 2 hari. b) Trichoderma Viride dalam
media PDA umur 4 hari, c) Trichoderma Viride
dalam media PDA umur 6 hari. (Sumber: Pratondo,
2018)

24 Bab II Produksi Enzim


a b

Gambar 2.5 a) Trichoderma Viride dalam media


PDB umur 2 hari. b) TrichodermaViridedalam media
PDB umur 6 hari (Sumber: Dokumen Pribadi)

Trichoderma Viride mempunyai


karakteristik makroskopis bagian permukaan
akan terlihat putih bersih, dan bermiselium
kusam. Setelah dewasa, miselium akan warna
hijau kekuningan. Trichoderma viride tumbuh
optimal pada suhu 32-35°C serta pH sekitar 4.
Trichoderma viride merupakan jenis kapang
yang mampu menghancurkan selulosa tingkat
tinggi dan memiliki kemampuan mensintesis
beberapa faktor esensial untuk melarutkan
bagian selulosa yang terikat kuat dengan
ikatan hidrogen. Selulosa yang terikat tersebut
diuraikan menjadi glukosa dan gula sederhana
dengan menggunakan enzim selulase yang
dihasilkan oleh kapang tersebut.
Kapang dapat ditemui di berbagai
tempat, bahkan pada keadaan yang tidak
menguntungkan. Tentunya terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
kapang seperti suplai nutrisi, suhu, pH,

Bab II Produksi Enzim 25


ketersediaan oksigen, dan komponen
penghambat.
Trichoderma viride merupakan kapang
yang termasuk dalam kelas Deuteromycetes,
mempunyai kemampuan selulolitik dan
termasuk mikroflora arobik misofilik. Kapang
Trichoderma viride bersifat saprofit dan dapat
ditemukan hampir pada semua jenis tanah.
Berikut klasifikasi kapang Trichoderma viride.
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastigomycota
Subdiviso : Deuteromycotina
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Species :Trichoderma viride
Penentuan jenis kapang Trichoderma viride
dapat diketahui melalui ciri-ciri makroskopis
maupun mikroskopis. Secara makroskopis
pertumbuhan koloni kapang pada usia 1-2 hari
berwarna putih. Selanjutnya koloni akan
membentuk miselium yang tipis kemudian
berubah warna menjadi hijau tua. (Wirawan, A.
dkk, 2014). Warna hijau terbentuk karena
terdapat konidia.
Konidia berbentuk semibulat hingga oval
pendek dan berdinding relative kasar.
Konidofor bercabang menyerupai piramida
(Gandjar, dkk., 1999). Secara mikroskopis
Trichoderma viride memiliki ciri spesifik
miselium berseptat, konidiofora bercabang

26 Bab II Produksi Enzim


banyak, septat, dan ujung percabangan
merupakan sterigma, memebentuk konidia
bulat atau oval, bewarna hijau terang dan
berbentuk bola-bola berlendir.
a b

Gambar 2.6 a) Karakter makroskopis dan b)


mikroskopis Trichoderma viride (Sumber: Volk, 2004)

Trichoderma viride merupakan salah satu


kapang yang dapat memproduksi enzim
selulase lengkap yaitu endoselulase dan
eksoselulase. Kapang ini tumbuh optimal pada
kisaran pH 4, suhu 32-350C. Sedangkan untuk
produksi enzim selulase pada kisaran pH 3-4
dan suhu 25-280C.

TES FORMATIF 2

1. Sebutkan jenis kapang yang dapat


memproduksi enzim selulase!
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan kapang? Jelaskan!
3. Jelaskan masing-masing fase pada kurva
pertumbuhan kapang!

Bab II Produksi Enzim 27


TAHUKAH
KAMU?
Syarat mikroorganisme yang digunakan
untuk produksi enzim secara komersial,
yaitu:
1. Dapat menghasilkan enzim ekstra seluler
2. Cukup stabil dan mempunyai
kemampuan produksi tinggi
3. Dapat tumbuh pada media yang relatif
murah
4. Tidak membentuk produk fermentasi
yang mengganggu pembentukan enzim
5. Pemanenan dan ekstrasi enzim dapat
dilakukan dengan mudah (Boing, 1982)

C. Substrat Produksi Selulase


Enzim selulase merupakan enzim
ekstraseluler, yaitu enzim yang dihasilkan di
dalam sel, tetapi dikeluarkan ke media
pertumbuhan selama fermentasi. Karena itu
untuk mengisolasi kapang yang dapat
menghasilkan enzim tertentu diperlukan
substrat yang mampu menginduksi enzim
tersebut. Substrat adalah reaktan dalam reaksi
yang dikatalisis enzim dan merupakan bahan
yang akan didegradasi oleh mikroba yang
ditambahkan kedalamnya, sehingga mikroba
dapat bertahan hidup dengan substrat tersebut.

28 Bab II Produksi Enzim


Substrat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi. Produksi
enzim selulase memerlukan substrat yang
biasanya berasal dari bahan berpati maupun
bahan berselulosa.
Limbah pertanian merupakan salah satu
sumber pencemar lingkungan. Madiun adalah
daerah dengan banyak jenis tanaman yang
menghasilkan banyak limbah, sebut saja
pohon jati, kulit padi, kulit kacang tanah, kulit
durian, dan sebagainya. Limbah-limbah
tersebutmasih diperlakukan sebagai sampah
tak bernilai dan pemanfaatannya masih
terbatas sebagai bahan bakar atau kompos.
Limbah pertanian umumnya merupakan
sumber selulosa yang murah serta penghasil
produk yang bermanfaat dalam proses industri
salah satunya adalah enzim selulase.
Kandungan selulosa dalam limbah pertanian,
membuat bisa dijadikan substrat dalam
produksi selulase melalui fermentasi dengan
bantuan mikroorganisme.
Enzim hanya bekerja pada substrat yang
spesifik untuk membentuk produk yang juga
spesifik. Pada enzim selulase substrat spesifik
tersebut adalah selulosa. Limbah pertanian
biasanya tidak hanya mengandung selulosa
saja, tetapi mengandung lignoselulosa yang
terdiri dari hemiselulosa, selulosa dan lignin.
Selulosa dalam lignoselulosa biasanya terikat
dengan lignin yang menyebabkan hidrolisis

Bab II Produksi Enzim 29


selulosa menjadi glukosa menjadi sulit tanpa
memecah pelindung lignin ini terlebih dahulu.
Oleh karena itu, untuk memproduksi selulase
dari selulosa yang berasal dari limbah
pertanian perlu dilakukan pretreatment
terlebih. Pretreatment yang dapat dilakukan
adalah pretreatment fisik dan pretreatment
kimia. Pretreatment fisik dilakukan dengan
mencacah substrat, sedangkan pretreatment
kimia dapat dilakukan dengan merendam
substrat ke dalam larutan NaOH pretreatment
kimia ini juga disebut dengan delignifikasi.
Ion OH- dari larutan NaOH dapat
menyerang dan merusak struktur lignin pada
bagian kristalin dan amorf serta memisahkan
sebagian hemiselulosa (Gunam dan Antara,
1999). Safaria, dkk (2013) mengatakan Ion
OH- dari NaOH akan memutuskan ikatan-
ikatan dari struktur dasar lignin sedangkan ion
Na+ akan berikatan dengan lignin yang belum
terputus ikatannya membentuk natrium fenolat.
Garam fenolat ini bersifat mudah larut.

Gambar 2.7. Pemutusan ikatan antara lignin dan


selulosa oleh NaOH (Fengel dan Wegener, 1995)

30 Bab II Produksi Enzim


Gambar 2.8. Skema pemecahan lignoselulosa
menjadi lignin, hemiselulosa dan selulosa
(Mosier, dkk., 2005)

1. Langkah-langkah pretreatment substrat:


a. Menghaluskan limbah pertanian hingga
halus menjadi bubuk.

Bab II Produksi Enzim 31


b. Mengayak bubuk substrat hingga 60
mesh.

c. Menimbang bubuk substrat.

d. Merendam bubuk substrat dengan


larutan NaOH dengan perbandingan
1:10 (w/v) selama semalam.

32 Bab II Produksi Enzim


e. Mencuci substrat yang telah di rendam
larutan NaoH dengan akuades hingga
pH netral. pH netral dinyatakan pH yang
sama dengan akuades.

f. Mengeringkan bubuk substrat dengan


oven.

g. Substrat siap digunakan.

Bab II Produksi Enzim 33


KEGIATAN PROYEK MAHASISWA
“MEMBUAT SUBSTRAT SELULOSA”

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengenal, mendata dan
membuat substrat selulosa dari limbah
pertanian yang ada di lingkungannya.
B. Alat & Bahan
1. Pensil/bolpoint
2. Buku/kertas
3. Blender
4. Timbangan digital
5. Baskom
6. Kain
7. pH meter
8. Oven
9. Kamera
10. NaOH
C. Langkah Kerja
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 2 s/d 3
orang
2. Data dan carilah literatur tentang limbah-
limbah pertanian di daerah kalian yang
berpotensi untuk dijadikan substrat
selulosa.
3. Pilih salah satu limbah (masing-masing
kelompok harus berbeda)
4. Buatlah larutan NaOH konsentrasi 4% 1
M
5. Buatlah substrat selulosa dengan limbah
pertanian yang telah masing-masing
kelompok tentukan.

34 Bab II Produksi Enzim


D. Reagen DNS dan Bradford
Reagen adalah zat atau senyawa kimia
yang ditambahkan dengan tujuan untuk
membawa atau menyelenggarakan terjadinya
reaksi kimia untuk melihat jika reaksi terjadi.
Jenis-jenis reagen sangat bervariasi tergantung
pada kebutuhan yang digunakan. Dalam
modul ini dijelaskan reagen DNS dan reagen
Bradford, dimana reagen DNS adalah reagen
yang digunakan untuk menentukan kadar gula
reduksi dengan metode DNS. Sedangkan
reagen Bradford digunakan untuk menentukan
kadar protein dengan metode Bradford.
Sesungguhnya selain ke dua reagen dan
metode tersebut, masih banyak metode yang
dapat digunakan untuk mengukur gula reduksi,
untuk mengukur kadar gula reduksi contohnya
adalah pereaksi tembaga alkali (Somogyi) dan
pereaksi arsenomolibat (Nelson) dalam metode
Somogyi nelson, pereaksi Luff-Schoorl dalam
metode luff-schoorl, dan asam fenol sulfat.
Sementara untuk kadar protein dapat
menggunakan ninhidrin, biuret, milon dan lain-
lain berikut merupakan pereaksi yang paling
sering digunakan dalam pengujian gula
reduksi dan protein:
1. DNS (Dinitrosalisilic Acid)
Reagen DNS digunakan untuk mengukur
gula pereduksi dengan teknik kolorimetri
pada metode DNS. Teknik ini hanya dapat
mendeteksi satu gula pereduksi saja

Bab II Produksi Enzim 35


misalnya glukosa. Glukosa memiliki gugus
aldehida, sehingga dapat dioksidasi
menjadi gugus karboksil. Gugus aldehida
yang dimiliki oleh glukosa akan dioksidasi
oleh asam 3,5-dinitrosalisilat menjadi gugus
karboksil dan menghasilkan sama 3-amino-
5-salisilat pada kondisi basa dengan suhu
90-100C. Senyawa ini dapat dideteksi
dengan spektrofotometer panjang
gelombang 540 nm.
Reagen DNS berwarna kuning dan
sangat sensitive pada cahaya. Penyimpanan
DNS harus pada botol gelap dengan suhu
rendah. Cara membuat reagen DNS:
a. Sebanyak 5 g DNS dan 5 gram NaOH 2
N dilarutkan dalam 100 ml akuades
(Larutan A)
b. Sebanyak 150 g natrium kalium tartarat
dilarutkan dalam 200 ml akuades
(Larutan B)
Larutan A dan Larutan B dicampur, lalu
ditera dalam labu ukur dengan akuades
hingga volume akhirnya menjadi 500 ml,
kemudian diaduk dengan magnetic
stirrer.

36 Bab II Produksi Enzim


1 2

DNS + NaoH DNS + NaoH dihomogenkan

4 3

Larutan DNS + Larutan Na K Tartat + akuades di


Na K Tartat Homogenkan
Homogenkan

Larutan DNS + Larutan Na K


Tartat di tera dengan akuades

Bab II Produksi Enzim 37


2. Reagen Bradford
Bradford adalah suatu uji untuk
mengukur konsentrasi protein total dengan
secara kolorimetri dalam suatu larutan.
Dalam Uji Bradford melibatkan pewarna
Coomassie Brilliant Blue (CBB) yang
berikatan dengan protein dalam suatu
larutan yang bersifat asam sehingga
memberikan warna (kebiruan). karena
menghasilkan warna, sehingga secara
kolorimetri dapat diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer
pada penjang gelombang 595 nm. Reagen
Bradford dibuat dengan:
a. Menimbang 100 mg Commasie Brilliant
Blue G-250 dilarutkan dalam 50 ml
etanol 95%.
b. Kemudian ditambahkan 100 ml 85%
(w/v) asam fosfat.
c. Diencerkan sampai 1 liter sampai warna
melarut semua.
d. Menyaring dengan menggunakan kertas
saring Whatman No.1. reagen Bradford
harus berwarna cokelat muda jernih.
e. Penyaringan mungkin harus diulang
untuk memisahkan komponen pereaksi
yang berwarna biru (Bintang, 2010).

38 Bab II Produksi Enzim


1 2

Menimbang CBB G-250 CBB G-250 + Alkohol 95%

4 3

Ditera dengan akuades CBB G-250 + Alkohol 95%


+ asam fosfat 85%

5 6

Menyaring dengan kertas Menyaring ulang hingga


Whatman No.1 berwarna coklat jernih

Bab II Produksi Enzim 39


E. Gula Reduksi dan Kadar Protein
1. Menentukan kadar gula reduksi enzim
metode DNS menggunakan spektrofoto
meter
DNS digunakan untuk mengukur
gula reduksi yang diproduksi oleh mikroba
yang memiliki tingkat ketelitian tinggi. DNS
merupakan senyawa aromatis yang akan
bereaksi dengan gula reduksi maupun
komponen pereduksi lainnya untuk
membentuk 3-amino-5-nitrosalicylic acid,
suatu senyawa yang mampu menyerap
dengan kuat radiasi gelombang
elektromagnetik pada panjang gelombang
540 nm. Semakin banyak komponen
komponenpereduksi yang terdapat dalam
sampel, maka akan semakin banyak pula
molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid
terbentuk dan mengakibatkan serapan
semakin tinggi (Sazciet, et all. 1986).
Reaksi dengan DNS yang terjadi
merupakan reaksi redoks pada gugus
aldehid gula dan teroksidasi menjadi gugus
karboksil. Sementara itu DNS sebagai
oksidator akan tereduksi membentuk 3-
amino dan 5-nitrosalicylic acid. Reaksi ini
berjalan dalam suasana basa. Bila terdapat
gula reduksi pada sampel, maka larutan
DNS yang awalnya berwarna kuning akan
bereaksi dengan gula reduksi sehingga
menimbulkan warna jingga kemerahan.

40 Bab II Produksi Enzim


2. Langkah uji gula reduksi metode DNS:
a. Menyiapkan sampel enzim sebanyak 1
ml
b. Menambahkan larutan CMC (Carbon
Metil Celullose) 1 % pada masing-
masing sampel enzim. Pembuatan CMC
1% sebanyak 50 ml adalah 0,05 g
CMC.
c. Menginkubasi sampel pada suhu 500 C
selama 5 s/d 30 menit (optimum 30
menit)
d. Menambahkan reagen DNS sebanyak 1
ml
e. Menginkubasi sampel pada suhu
1000C selama 5-15 menit hingga
berwana merah-coklat.
f. Meletakkan sampel di cuvet dan
dihitung absorbasinya dengan
spektrofotometer panjang gelombang
540 nm.
g. Mencatat nilai absorbansi sampel.
h. Menghitung kadar gula reduksi dengan
memasukkan pada persamaan linier
kurva standar glukosa y=ax+b dimana
y adalah nilai absorbansi sampel dan x
adalah kadar gula reduksi total.

Bab II Produksi Enzim 41


1 2

1 ml crude enzim + Diinkubasi pada suhu


0
CMC 1% 50 C selama 30 menit

4 3

Diinkubasi pada suhu Ditambahkan reagen DNS


0
100 C selama 15 menit

5 6

Diletakkan pada kuvet Dilihat absorabansinya

42 Bab II Produksi Enzim


Kadar gula reduksi ditentukan dengan
membuat kurva standart glukosayang
berfungsi untuk mengetahui konsentrasi
larutan dengan nilai absorbansinya. Larutan
glukosa dipilih karena glukosa termasuk
gula reduksi yang dihasilkan dari hidrolisis
selulosa oleh enzim selulase. kurva standart
dibuat dengan minimal 6 variasi
konsentrasi. Hasil kurva standart memiliki
persamaan y = ax-b dimana x adalah
kadar glukosa dan y merupakan nilai
absorbansi glukosa pada setiap sampel.
Dengan demikian kadar glukosa dapat
diketahui.
3. Membuat kurva standart glukosa:
Membuat larutan stok glukosa standar
2 mg 50 mg 0,05 g
2 mg/ml = = =
1 ml 25 ml 25 ml
Untuk membuat stok larutan standart
glukosa 2 mg/mg dibutuhkan 0,05 g
glukosa, dilarutkan dengan akuades
sebanyak 25 ml. kemudian membuat
larutan glukosa dengan konsentrasi 0.2,
0.4, 0.6, 0.8 25, dst. Sebanyak 5 ml dibuat
sesuai dengan perhitungan menggunakan
rumus pengenceran sebagai berikut:
(1) Konsentrasi 0,2 mg/ml
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 2 mg/ml = 5 x 0,2 mg/ml
V1 = 0,5 ml larutan stok + 4.5
ml akuades

Bab II Produksi Enzim 43


(2) Konsentrasi 0.4 mg/ml
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 2 mg/ml = 5 x 0.4 mg/ml
V1 = 1 ml larutan stok + 4 ml
akuades
(3) Konsentrasi 0,6 mg/ml
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 2 mg/ml = 5 x 0,6 mg/ml
V1 = 1,5 ml larutan stok + 3,5
ml akuades
Dan seterusnya,
a. Membaca nilai absorbansi larutan
glukosa dengan spektofotometer
panjang gelombang 540 nm.
b. Membuat kurva standart glukosa dan
mencari nilai R2 sehingga mendapat
persamaan y= ax+b (Nilai R2 minimal
adalah 0. 97).

Gambar 2.9. Contoh kurva standar glukosa.

44 Bab II Produksi Enzim


4. Menentukan kadar protein dengan metode
Bradford menggunakan spektrofotometer
Kadar protein ditentukan digunakan
untuk mengukur aktivitas spesifik enzim.
Sebanyak 0.05 ml crude enzim
ditambahkan dengan 4 ml reagen Bradford
kemudian diinkubasi selama 5 menit.
Selanjutnya, campuran tersebut diukur
absorbansinya pada panjang gelombang
595 nm. Hasil pembacaan absorbansi
kemudian dikonversikan ke persamaan
linier standart protein. Pembuatan kurva
standart protein secara umum sama
dengan pembuatan kurva standart glukosa,
hanya saja glukosa diganti dengan bovine
serum albumin. Bovine serum albumin
adalah protein, penyimpanan harus di
tempat gelap dengan suhu rendah.

1 2

500 µ ml crude enzim Diinkubasi selama 5


+ 4 ml reagen Bradford menit di suhu ruang,
kemudaian siap dibaca
absorbansinya

Bab II Produksi Enzim 45


5. Membuat kurva standart BSA
Membuat larutan stok protein standar
1 mg 10 mg 0,01 g
1 mg/ml = = =
1 ml 10 ml 10 ml

Untuk membuat stok larutan standar BSA 1


mg/mg dibutuhkan 0,01 g BSA, dilarutkan
dengan akuades sebanyak 10 ml.
kemudian membuat larutan glukosa
dengan konsentrasi 0.02, 0.04, 0.06, 0.08,
dst. Sebanyak 3 ml dibuat sesuai dengan
perhitungan menggunakan rumus
pengenceran sebagai berikut:
(1) Konsentrasi 0,02 mg/ml
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 0.1 mg/ml = 3 x 0,02 mg/ml
V1 = 0,6 ml larutan stok +
2.4 ml akuades
(2) Konsentrasi 0.04 mg/ml
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 0.1 mg/ml = 3 x 0.04 mg/ml
V1 = 1,2 ml larutan stok +
1,8 ml akuades
(3) Konsentrasi 0,06 mg/ml
V1 X M1 = V2 X M2
V1 X 0.1 mg/ml = 3 x 0.06mg/ml
V1 = 1,8 ml larutan stok +
1.2 akuades
Dan seterusnya,
c. Membaca nilai absorbansi larutan
glukosa dengan spektofotometer
panjang gelombang 595 nm.

46 Bab II Produksi Enzim


d. Membuat kurva standart glukosa dan
mencari nilai R2 sehingga mendapat
persamaan y= ax+b (Nilai R2 minimal
adalah 0. 97).

Gambar 2.10. Contoh kurva standar BSA

TES FORMATIF 3

1. Apa fungsi dari penambahan CMC 1%?


2. Mengapa absorbansi gula reduksi pada
metode DNS diukur pada panjang gelombang
540 nm?
3. Mengapa absorbansi protein pada metode
Bradford diukur pada panjang gelombang
595 nm?
4. Mengapa suhu dalam labu leher tiga harus
dipertahankan sekitar 500C?
5. Apa saja yang Anda ketahui mengenai
metode analisa kuantitatif glukosa?

Bab II Produksi Enzim 47


F. Aktivitas Enzim
1. Aktivitas enzim selulase
Aktivitasenzim didefinisikan sebagai
kecepatan pengurangan substrat atau
kecepatan pembentukan produk pada
kondisi optimum. Satu unit aktivitas enzim
selulase didefinisikan sebagai jumlah enzim
yang menghasilkan satu mikromol gula
reduksi (glukosa) setiap menit. (Lehninger,
1993). Penggunaan substrat spesifik dapat
dilakukan untuk menentukan aktivitas
selulase. Aktivitas endroglukanase dapat
dilakukan dengan menguji pada substrat
CMC (Carbonmethyl cellulose).
Penentuan aktivitas selulase akan
sulit apabila filtrat yang aan diukur aktivitas
enzimnya merupakan campuran dari
berbagai macam enzim selulase. Enzim-
enzim ini tidak hanya dapat menghidrolisis
substrat yang sama tetapi juga dapat
bekerja secara sinergis memecah substrat
yang sama, sehingga menyebabkan
aktivitas yang diukur dipengaruhi oleh
proporsi dari masing-masing enzim yang
ada.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim selulase
a. Substrat
Enzim mempunyai spesifitas yang
tinggi. Apabila substrat cocok dengan enzim
maka kinerja enzim juga akan optimal.

48 Bab II Produksi Enzim


Substrat yang digunakan dalam proses
fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas
dan produktivitas enzim. Adanya substat
tertentu di dalam medium produksi dapat
memacu mikroorganisme untuk mensekresi
metabolit selnya.
b. Waktu
Waktu inkubasi optimum dalam
produksi enzim pada setiap mikroorganisme
berbeda-beda. Pada umumnya produksi
enzim tertinggi dihasilkan pada fase
logaritmik/ eksponensial pada kurva
pertumbuhan mikroba.Pertumbuhan
mikroorganisme sangat berpengaruh
terhadap produksi enzim. Pertumbuhan
mikroorganisme yang semakin cepat
menyebabkan peningkatan produksi enzim.
Sedangkan penurunan produksi enzim
disebabkan oleh karena pertumbuhan sel
yang mengalami penurunan setelah
melewati fase stasioner. Selain itu sel
mikroba yang mati akan mengalami lisis
dan akan melepaskan protease endogenous
yang akan menghidrolisis enzim.
c. Suhu
Suhu sangat berpengaruh dalam reaksi
kimia. Jika suhu rendah reaksi kimia
berlangsung lambat, sedangkan pada suhu
yang lebih tingg ireaksi berlangsung lebih
cepat. Namun, kenaikan suhu dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi,

Bab II Produksi Enzim 49


maka bagian aktif enzim akan terganggu
dan kecepatan reaksinya pun akan
menurun.
d. pH
Enzim selulase pada umumnya stabil
pada kisaran pH 5,0-8,0. Perunahan pH
lingkungan sangat berpengaruh terhadap
efektivitas bagian aktif enzim dalam
membentuk kompleks substrat. Jika kondisi
pH rendah atau pH tinggi dapat
menyebabkan terjadinya proses denaturasi
dan akan mengakibatkan aktivitas enzim
menjadi turun.
e. Pengaruh ion
Stabilitas enzim termasuk selulase
dapat dipertahankan dengan teknik
modifikasi kimia dengan penambahan
bahan tambahan atau aditif yang telah
diketahui dapat mempertahankan stabilitas
enzim. Aditif digolongkan menjadi
beberapa kelompok, yaitu substrata tau
koenzim, ion logam, garam, anion dan
kation, gula, dan glikol serta aditif lainnya.
f. Konsentrasi inokulum
Enzim selulase diperlukan jumlah
inokulum dan waktu inkubasi (fermentasi)
dalam jumlah yang sesuai agar
mendapatkan enzim selulase yang optimal,
sehingga aktivitas enzim selulase maksimal.
Konsentrasi inokulum adalah jumlah
mikroorganisme yang ditambahkan dalam

50 Bab II Produksi Enzim


substrat dan nutrisi untuk proses pembuatan
enzim selulase. Jumlah mikroorganisme
sangat berpengaruh dalam proses
fermentasi. Proses fermentasi dapat optimal
dengan menambahkan jumlah inokulum
dengan konsentrasi yang tepat, sehingga
didapatkan enzim selulase dengan aktivitas
enzim yang maksimal.
3. Pengukuran aktivitas enzim selulase
Pengukuran aktivitas enzim selulase
dapat dilakukan dengan metode DNS
berdasarkan jumlah kadar gula reduksi
hasil hidrolisis selulosa. Kadar gula reduksi
tersebut ditentukan dengan membuat kurva
standar glukosa yang telah dipelajari pada
bab menentukan kadar gula reduksi dan
protein halaman 24. Untuk melihat
besarnya satu unit aktivitas enzim tersebut
digunakan rumus (Amelia, 2012)

mg glukosa x 1000
Aktivitas (U/ml)=
Mr glukosa x t x V
Keterangan:
Mr Glukosa = Berat Molekul Glukosa (180g/
mol)
t = Waktu inkubasi (menit)
V = Volume Enzim (mL)

Bab II Produksi Enzim 51


Sedangkan untuk menentukan aktivitas
spesifik enzim selulase dihitung berdasarkan
(Nency, 2012) dengan rumus berikut:

aktivitas enzim
Aktivitas spesifik=
konsentrasi protein

TES FORMATIF 4

1. Apa yang kamu ketahui tentang aktivitas


enzim?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivias enzim? Jelaskan!
3. Bagaimana cara mengukur aktivitas enzim
selulase? jelaskan!

G. Produksi Enzim Selulase


Tahap produksi enzim merupakan tahap
dimana enzim selulase dihasilkan melalui
proses fermentasi limbah pertanian sebagai
akibat dari metabolisme kapang. Menurut
Gandjar (2006) pada proses fermentasi
dilakukan pemberian larutan nutrisi untuk
melengkapi nutrisi yang dapat merangsang
pertumbuhan jamur. Nutrisi ini berupa karbon,
nitrogen, hidrogen dan mineral seperti fosfor,
sulfur, kalsium, kalium dan magnesium.
Sumber karbon yang digunakan berupa
selulosa yang berasal dari ampas sagu. Karbon
berfungsi sebagai unsur utama dalam

52 Bab II Produksi Enzim


pembentukan sel. Nitrogen berfungsi dalam
pembentukan asam amino, DNA, RNA dan
ATP. Hidrogen dan oksigen berfungsi dalam
proses pembentukan sel. Fosfor berfungsi
sebagai kofaktor enzim dan pembentukan
asam nukleat. Sulfur, kalium, dan kalsium
berfungsi sebagai kofaktor enzim. Magnesium
berfungsi untuk menjaga kestabilan ribosom,
membran sel dan asam nukleat, sebagai
kofaktor enzim, dan sebagai komponen dari
klorofil.
1. Media produksi enzim selulase
Media produksi enzim selulase sangat
beragam, pada umumnya media produksi
enzim selulase terdiri dari larutan yang
mengandung nutrisi yang sesuai untuk
pertumbuhan kapang. Media nutrisi untuk
meningkatkan produksi selulase dapat
menggunakan media mendels.
Komponen Komposisi
Urea 0.3 g/L
(NH4)2 SO4 1.4 g/L
KH2PO4 2.0 g/L
CaCl2.2H2O 0.4 g/L
MgSO4.7H2O 0.3 g/L
Peptone 0.75 g/L
Yeast extract 0.25 g/L
Bubuk substrat 10 g/L
Tween 80 0.2 mg/ml
MnSO4.7H2O 1.6 mg/ml
FeSO4.2H2O 5 mg/ml
ZaSO4.7H2O 1.4 mg/ml
CoCl2.6H2O 2 mg/ml
Sumber: Chand, dkk. 2004

Bab II Produksi Enzim 53


Gambar 2.11. Media Nutrisi Mendels

2. Produksi crude enzim selulase


Komponen utama dalam
memproduksi enzim adalah mikro
organisme selulolitik dan substrat selulosa.
Namun, untuk meningkatkan produktivitas
enzim selulase perlu menggunakan larutan
nutrisi yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan unsure yang dibutuhkan kapang
untuk tetap hidup. Agar kapang terbiasa
dan dapat bertahan hidup pada larutan
nutrisi, maka proses aklimatisasi perlu
dilakukan. Aklimatisasi adalah suatu upaya
penyesuaian fisiologis atau adaptasi suatu
organisme terhadap lingkungan baru yang
akan kapang nantinya mampu
menyesuaikan diri dan bertahan hidup
pada lingkungan dengan medium nutrisi
pada proses produksi enzim.
Langkah-langkah produksi selulase:

54 Bab II Produksi Enzim


a. Membuat larutan nutrisi (sesuai kebutuhan)

1 2

Menimbang semua Menghomogenkan


bahan untuk larutan dengan akuades
nutrisi

4 3

Autoklaf pada suhu Mengatur pH


1510C selama 15 larutan nutrisi
menit

Keterangan:
Setelah larutan dihomogenkan, larutan
perlu di atur pH nya. Pengaturan pH
sangatlah penting untuk dilakukan karena
kapang dapat tumbuh hanya pada pH
tertentu. pH larutan mendels optimum
adalah 5 s/d 5,5. Pengaturan pH dilakukan
dengan menambahkan NaOH apabila
larutan terlalu asam, ataupun dengan HCL
apabila larutan terlalu basa.

Bab II Produksi Enzim 55


b. Persiapan inokulum kapang
Produksi enzim dengan fermentasi
cair dapat menggunakan kapang yang
ditumbuhkan pada medium cair.
Medium cair ini adalah PDB (Potato
Dextrose Broth). Kapang ditumbuhkan
pada medium PDB denganrotary shaker.
Cara memindahkan kapang yang
berada pada cawan petri medium PDA
adalah mengambil 2-3 ose kedalam
akuades steril, kemudian divorteks
hingga spora keluar dan air akuades
menjadi keruh, kemudian disuspensikan
kedalam media PDB. Kapang yang
disuspensikan ke medium PDB sebanyak
10%. Bentuk kapang yang ditumbuhkan
pada media PDB berbentuk granul
(bulat-lonjong).

56 Bab II Produksi Enzim


1 2
Kapang pada media PDA Disuspensikan pada
media PDB

4 3
Kapang umur 2 hari Ditumbuhkan dengan
rotary shaker

c. Aklimatisasi
Aklimatisasi dilalui agar kapang
dapat beradaptasi pada lingkungan
baru. Lingkungan baru disini adalah
larutan nurtrisi dengan substrat selulosa
dari limbah pertanian. Semakin banyak
tahap aklimatisasi dilakukan, daya
tahan kapang terhadap larutan nutrisi
semakin tinggi.
Tahap aklimatisasi 1
1) Mengambil kapang yang telah berusia
6 hari (kapang yang telah berada
pada fase lag) dari media PDB.

Bab II Produksi Enzim 57


2) Menyiapkan larutan nutrisi yang
telah di sterilisasi dan yang telah
disesuaikan pada pH 5.
3) Menimbang substrat limbah pertanian
sebanyak 1% (menyesuaikan
penelitian) ke dalam botol
4) Menambahkan kapang sebanyak
10% dan larutan nutrisi kedalam
botol yang telah terisi substrat limbah
pertanian.
5) Meletakkan botol kedalam rotary
shaker pada kecepatan 125 rpm
selama 6 hari.

1 2

Media nutrisi Media nutrisi + 1 % substrat +


10% kapang dari PDB yang
berisi kapang

Di inkubasi pada rotary shaker


selama 6 hari

58 Bab II Produksi Enzim


Tahap aklimatisasi 2:
1) Mengambil kapang yang telah
berusia 6 hari dari media
aklimatisasi 1 sebanyak 10%
2) Menyiapkan larutan nutrisi yang
telah di sterilisasi dan yang telah
disesuaikan pada pH 5.
3) Menimbang substrat limbah pertanian
sebanyak 1% (menyesuaikan
penelitian) ke dalam botol
4) Meletakkan botol kedalam rotary
shaker pada kecepatan 125 rpm
selama 6 hari.
1

Media Aklimatisasi 1

Media Nutrisi aklimatisasi


2 + 1% substrat + 10%
Media Aklimatisasi 1

Diinkubasi pada rotary


shaker selama 6 hari

Bab II Produksi Enzim 59


d. Produksi
Tahap produksi:
1) Mengambil kapang yang telah
berusia 6 hari dari media
aklimatisasi 2 sebanyak 10%.
2) Menyiapkan larutan nutrisi yang
telah di sterilisasi dan yang telah
disesuaikan pada pH 5.
3) Menimbang substrat limbah
pertanian sebanyak 1%
(menyesuaikan penelitian) ke dalam
botol.
4) Meletakkan botol kedalam rotary
shaker pada kecepatan 125 rpm
selama waktu yang diinginkan.
1

Media Nutrisi Produksi +


1% substrat + 10%
Media Aklimatisasi 2

Diinkubasi pada rotary


shaker selama waktu
panen yang diinginkan

60 Bab II Produksi Enzim


e. Pemanenan crude enzim selulase
Tahap pemanenan crude enzim:
1) Menyiapkan kertas Whatman No.1.
2) Menyaring larutan kedalam kertas
Whatman No.1.
3) Mensentrifugasi larutan dengan
kecepatan 3000 rpm selama 20
menit.
1 2

Menyaring larutan Disaring hingga


produksi dengan berwarna jernih
Whatman No.1 (Dokumen Pribadi)
(Dokumen Pribadi)

4 3

Disentrifugasi selama Dimasukan ke dalam


20 menit dengan cuvet
kecepatan 3000 rpm. (Dokumen Pribadi)
(Dokumen Pribadi)

Crude enzim selulase


(Dokumen Pribadi)

Bab II Produksi Enzim 61


KEGIATAN PROJECT MAHASISWA
“MEMPRODUKSI ENZIM SELULASE”
A. Tujuan
Mahasiswa mampu memproduksi enzim
selulase dengan substrat limbah pertanian lokal.

B. Alat & Bahan


1. Alat
Tabung reaksi, rak tabung reaksi,
timbangan digital, hot plate, gelas ukur,
beaker glass, erlenmeyer, cawan petri,
jarum ose, bunsen, kulkas, incubator,
autoclave, pH meter, magnetic stirrer, rotator
orbital, sentrifuge, sentrifuge tube, pipet
volume, micropipet dan tip, spatula,
mikroskop cahaya, waterbath,
spektofotometer, kertas saring Whatman
No.1, alcohol 70%, alumunium foil,
wrapping plastic, botol sprei, korek api.
2. Bahan
Limbah pertanian, kapang selulolitik, Potato
Dextrose Agar, akuades, NaOH 4%, Urea,
(NH4)2SO4, KH2PO4, CaCl2.2H2O,
MgSO4.7H2O, Peptone, Yeast extract, Tween
80, FeSO4.7H2O, MnSO4.7H2O,
ZnSO4.7H2O, CoCl2.6H2O
C. Petunjuk:
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3 orang
mahasiswa.
2. Desainlah penelitian produksi enzim selulase
dengan kapang, substrat dan perlakuan
yang berbeda (pH, waktu inkubasi, suhu,
konsentrasi substrat) pada masing-masing
kelompok
3. Produksilah enzim selulase sesuai dengan
desain penelitian anda

62 Bab II Produksi Enzim


TAHUKAH
KAMU?
Enzim selulase yang dihasilkan mikro
organisme mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh factor lingkungan seperti suhu,
Ph lingkungan tempat enzim bekerja,
konsentrasi substrat tertentu dan waktu
inkubasi. Semua enzim bekerja dalam
rentang suhu tertentu pada tiap jenis
mikroorganisme. (Saropah dkk. 2012)

KEGIATAN PROJECT MAHASISWA


“MENGUKUR GULA REDUKSI, PROTEIN
DAN AKTIVITAS ENZIM SELULASE”
A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengukur kadar gula
reduksi, kadar protein dan aktivitas enzim
selulase.

B. Alat & Bahan


1. Alat
Tabung reaksi, rak tabung reaksi,
micropipet dan tip, waterbath,
spektofotometer, kuvet.
2. Bahan
Enzim, Glukosa, Bovine Serum Albumin,
Reagen DNS, Reagen Bradford.

Bab II Produksi Enzim 63


C. Langkah
1. Mengukur kadar gula reduksi
a. Siapkan crude enzim selulase, masukkan
sebanyak 1 ml kedalam tabung reaksi
b. Tambahkan CMC 1% pada tabung
reaksi yang telah berisi crude enzim
selulase
c. Lakukan inkubasi pada suhu 500C
Selama 30 menit
d. Tambahkan reagen DNS, Selanjutlah
inkubasi pada suhu 1000C selama 5 s/d
15 menit sampai berwarna merah
e. Setelah dingin, letakkan pada kuvet dan
dibaca absorbansinya pada panjang
gelombang 540 nm.
f. Buatlah kurva standart glukosa.
g. Masukkan pada persamaan garis linier
kurva standar glukosa
2. Mengukur kadar protein
a. Siapkan 0.05 ml crude enzim selulase,
masukkan ke dalam tabung reaksi
b. Tambahkan 4 ml reagen Bradford
dan diamkan hingga 5 menit
c. Letakkan larutan pada kuvet dan
hitung absorbansinya pada panjang
gelombang 595 nm.
d. Buatlah kurva standar BSA
e. Masukkan persamaan garis liniernya
3. Mengukur aktivitas enzim selulase
a. Aktivitas enzim selulase
mg glukosa x 1000
Aktivitas (U/ml)=
Mr glukosa x t x V

64 Bab II Produksi Enzim


b. Aktivitas spesifik enzim selulase
aktivitas enzim
Aktivitas spesifik=
konsentrasi protein

D. Data Hasil Penelitian

E. Pembahasan

F. Kesimpulan

Bab II Produksi Enzim 65


BAB III
PURIFIKASI ENZIM SELULASE

A. Pengertian Purifikasi
Purifikasi merupakan suatu metode
pemisahan enzim dari molekul-molekul protein
lain sehingga didapatkan enzim murni.
Purifikasi atau pemurnian protein dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
fraksinasi garam ammonium sulfat, polaritas
(pengendapan dengan etanol atau aseton),
kelarutan relatif protein karena pengaruh pH
(pengendapan isoelektrik). Purifikasi enzim
dengan fraksinasi garam ammonium sulfat
dilakukan secara bertahap dengan tujuan
untuk dapat memperoleh enzim selulase yang
semakin tinggi tingkat kemurniannya, dan
ditandai dengan semakin meningkatnya
aktivitas spesifik enzim tersebut. Purifikasi yang
tidak dilakukan secara bertahap akan
ditemukan protein yang berfungsi sebagai ko-
enzim pada fraksi hasil filtrasi.

66 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


Purifikasi protein menggunakan prinsip
salting out, yaitu pengendapan protein (enzim)
karena garam ammonium sulfat berikatan
dengan air. Molekul protein terdiri dari asam
amino hidrofilik dan asam amino hidrofobik.
Asam amino hidrofilik berinteraksi dengan air
sehingga protein akan larut dalam air
sedangkan bagian asam amino hidrofobik
akan mengendap. Penambahan konsentrasi
ammonium sulfat secara bertahap pada
fraksinasi menyebabkan garam ammonium
sulfat menarik beberapa molekul air yang
tersedia guna berinteraksi dengan asam amino
hidrofilik protein. Pada konsentrasi rendah, ion
akan mencegah bersatunya molekul serta
melindungi molekul protein sehingga protein
melarut, peristiwa ini disebut salting in.
Teknik purifkasi enzim/pemurnian enzim
dapat dilakukan berdasarka sifat-sifat enzim
sebagai protein yang berbeda dalam hal
kelarutan, muatan serta ukuran berat
molekulnya. Metode pemurnian enzim
diantaranya, filtrasi, dan kromatograf.
kromatrogafi adsorbs, kromatrografi afinitas
dan pengendapan.
1. Filtrasi
Filtrasi merupakan pemisahan padatan dari
sejumlah larutan melalui sebuah penyaring
sehingga paertikel padat akan tertahan di
penyaring tadi. Kecepatan aliran cairan
yang melewati penyaring bergantung pada
perbedaan tekanan, hambatan oleh materi,

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 67


kekentalan cairan, dan hambatan oleh
lapisan yang sudah terbentuk.
2. Kromatografi
Kromatografi merupakan cara pemisahan
berdasarkan perbedaan interaksi antara
komponen-komponen yang akan dipisahkan
dengan fasa diam dan fasa gerak.
3. Kromatografi filtrasi gel
Kromatografi filtrasi gel merupakan
pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan ukurannya. Perlakuan enzim
selanjutnya adalah pemurnian berdasarkan
ukuran dengan kolom kromatografi filtrasi
gel menggunakan sephadex G-100.
Sampel diteteskan pada bagian atas kolom
gel sephadex G-100 yang berfungsi
sebagai fase diam dan larutan buffer fosfat
pH 8 yang berfungsi sebagai fase gerak.
4. Kromatografi Penukar Ion
Terdapat dua fasa dalam kromatografi
kolom penukar ion, yaitu fasa diam dan
fasa gerak. Dalam proses pertukaran ion,
fasa gerak bertugas mengambil kembali
ion-ion yang terkait pada penukar ion
dengan jalan mengalirkannya melalui
tumpukan penukar ion. Pada umumnya
proses ini berlangsung pada sebuah kolom,
dan fasa gerak ini dialirkan dari atas ke
bawah dengan kecepatan tertentu,sehingga
mampu menyebabkan reaksi pertukaran
ion ketika fasa gerak mengalir
melalui tumpukan resin penukar ion.

68 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


5. Pengendapan
Pengendapan biasa dilakukan dengan
menggunakan ammonium sulfat, pelarut
organic, dan polimer dengan berat molekul
tinggi.
Purifikasi enzim selulase dari kapang
Trichoderma viride ini menggunakan teknik
pengendapan. Purifikasi enzim dengan
fraksinasi garam ammonium sulfat dilakukan
secara bertahap dengan tujuan untuk dapat
memperoleh enzim selulase yang semakin
tinggi tingkat kemurniannya, dan ditandai
dengan semakin meningkatnya aktivitas
spesifik enzim tersebut. Purifikasi yang tidak
dilakukan secara bertahap akan ditemukan
protein yang berfungsi sebagai ko-enzim pada
fraksi hasil filtrasi. Purifikasi protein
menggunakan prinsip salting out, yaitu
pengendapan protein (enzim) karena garam
ammonium sulfat berikatan dengan air.
Molekul protein terdiri dari asam amino
hidrofilik dan asam amino hidrofobik. Asam
amino hidrofilik berinteraksi dengan air
sehingga protein akan larut dalam air
sedangkan bagian asam amino hidrofobik
akan mengendap. Penambahan konsentrasi
ammonium sulfat secara bertahap pada
fraksinasi menyebabkan garam ammonium
sulfat menarik beberapa molekul air yang
tersedia guna berinteraksi dengan asam amino
hidrofilik protein. Pada konsentrasi rendah, ion

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 69


akan melindungi molekul protein dan
mencegah bersatunya molekul sehingga
protein melarut, peristiwa ini disebut salting in.
Teknik pemurnian enzim dapat dilakukan
berdasarkan sifat-sifat enzim sebagai protein
yang berbeda dalam hal kelarutan, muatan
serta ukuran berat molekulnya. Metode
pemurnian enzim diantaranya pengendapan,
filtrasi, dan kromatograf. kromatrogafi adsorbs,
kromatrografi afinitas dan filtrasi.
1. Pengendapan
Pengendapan biasa dilakukan dengan
menggunakan ammonium sulfat, pelarut
organic, dan polimer dengan berat molekul
tinggi.
2. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemisahan
dengan cara menggunakan membrane
yang memisahkan dua frasa cairan.
Membran tersebut bersifat semipermebel
terhadap partikel solute. Partikel solute
berpindah melalui membran ke larutan
dengan konsentrasi rendah. Dialisis
digunakan untuk memisahkan garam-
garam dari suspense dalam biokimia
dengan tujuan untuk mencegah koagulasi
atau penggumpalan.
3. Filtrasi
Filtrasi merupakan pemisahan padatan dari
sejumlah larutan melalui sebuah penyaring
sehingga paertikel padat akan tertahan di

70 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


penyaring tadi. Kecepatan aliran cairan
yang melewati penyaring bergatnung pada
perbedaan tekanan, hambatan oleh materi,
kekentalan cairan, dan hambatan oleh
lapisan yang sudah terbentuk.
4. Kromatografi
Kromatografi merupakan cara pemisahan
berdasarkan perbedaan interaksi antara
komponen-komponen yang akan
dipisahkan dengan fasa diam dan fasa
gerak.
5. Kromatografi filtrasi gel
Kromatografi filtrasi gel merupakan
pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan ukurannya. Perlakuan enzim
selanjutnya adalah pemurnian berdasarkan
ukuran dengan kolom kromatografi filtrasi
gel menggunakan sephadex G-100.
Sampel diteteskan pada bagian atas kolom
gel sephadex G-100 yang berfungsi
sebagai fase diam dan larutan buffer fosfat
pH 8 yang berfungsi sebagai fase gerak.
6. Kromatografi Penukar Ion
Terdapat dua fasa dalam kromatografi
kolom penukar ion, yaitu fasa diam dan
fasa gerak. Dalam proses pertukaran ion,
fasa gerak bertugas mengambil kembali
ion-ion yang terkait pada penukar ion
dengan jalan mengalirkannya melalui
tumpukan penukar ion. Pada umumnya
proses ini berlangsung pada sebuah kolom,

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 71


dan fasa gerak ini dialirkan dari atas ke
bawah dengan kecepatan tertentu,sehingga
mampu menyebabkan reaksi pertukaran
ion ketika fasa gerak mengalir
melalui tumpukan resin penukar ion.
Pemurnian dengan amonium sulfat,
purifikasi atau pemurnian merupakan suatu
metode pemisahan enzim dari molekul-molekul
protein lain sehingga didapatkan enzim murni.
Purifikasi atau pemurnian protein dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
fraksinasi garam ammonium sulfat, polaritas
(pengendapan dengan etanol atau aseton),
kelarutan relatif protein karena pengaruh pH
(pengendapan isoelektrik). Purifikasi enzim
dengan fraksinasi garam ammonium sulfat
dilakukan secara bertahap dengan tujuan
untuk dapat memperoleh enzim selulase yang
semakin tinggi tingkat kemurniannya, dan
ditandai dengan semakin meningkatnya
aktivitas spesifik enzim tersebut. Purifikasi yang
tidak dilakukan secara bertahap akan
ditemukan protein yang berfungsi sebagai ko-
enzim pada fraksi hasil filtrasi.
Purifikasi protein menggunakan prinsip
salting out, yaitu pengendapan protein (enzim)
karena garam ammonium sulfat berikatan
dengan air. Molekul protein terdiri dari asam
amino hidrofilik dan asam amino hidrofobik.
Asam amino hidrofilik berinteraksi dengan air
sehingga protein akan larut dalam air

72 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


sedangkan bagian asam amino hidrofobik
akan mengendap. Penambahan konsentrasi
ammonium sulfat secara bertahap pada
fraksinasi menyebabkan garam ammonium
sulfat menarik beberapa molekul air yang
tersedia guna berinteraksi dengan asam
amino hidrofilik protein. Pada konsentrasi
rendah, ion akan melindungi molekul protein
dan mencegah bersatunya molekul sehingga
protein melarut, peristiwa ini disebut salting in.
Prosedur yang dilakukan dalam purifikasi
dengan ammonium sulfat meliputi:
1. Mempersiapkan alat meliputi tabung reaksi,
erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, pipet
volum, pipet mikro, tips blue, autoclave,
neraca analitik, spatula, centrifuge, waterbath,
microcentrifuge tube, hot plate, cawan petri,
batang pengaduk, dan jarum ose.
2. Mempersiapkan bahan meliputi Potato
Dextrose Agar(PDA), Potato Dextrose
Broth(PDB), urea, 0,14 g (NH4)SO4, KH2PO4,
CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, pepton, yeast
extract, bubuk substrat, tween 80, MnSO4.
7H2O, FeSO4. 7H2O, ZnSO4. 7H2O,
CoCl2.6H2O, ammonium sulfat ((NH4)2SO4),
aquades, Comasie Brilliant Blue (CBB),
etanol (C2H5OH) 95%, asam fosfat (H3PO4)
85 %, 3,5-dinitrosalisilat (DNS), kalium
natrium tartrat (K-Na tartrat), glukosa
(C6H12O6), natrium hidroksida, bufer sitrat,
dan bufer fosfat.

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 73


3. Peremajaan kapang Trichoderma viride
pada media PDA.
4. Inokulasi Trichoderma viride dari medium
PDA ke medium PDB dengan cara
memindahkan 1 tabung inokulum dalam
100mL medium PDB aseptis lalu dikocok di
rotator selama 6X24 jam pada suhu ruang
dengan kecepatan 130 rpm (Azizah, 2017).
5. Produksi enzim selulase dilakukan dengan
menginokulasi secara aseptis 100mL (10%
v/v dari total volume fermentasi) ke dalam
1.000mL medium fermentasi yang terdiri
dari:
Nama bahan Gram/Liter
Urea 0,3
(NH4)SO4 1,4
KH2PO4 2
CaCl2.2H2O 0,4
MgSO4.7H2O 0,3
Pepton 0,75
Yeast extract 0,25
Tween 80 2 ml
Bubuk substrat 1
MnSO4. 7H2O 1,6
FeSO4. 7H2O 5
ZnSO4. 7H2O 1,4
CoCl2.6H2O 2
Kemudian disterilkan pada suhu 1210C
selama 15 menit dalam autoklaf.
Selanjutnya media fermentasi yang berisi
10% medium inokulum di kocok dalam
rotator dengan kecepatan 120 rpm selama
6X24 jam.

74 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


6. Pemanenan crude enzymedilakukandengan
mensentrifugasi kultur pada kecepatan
3000 rpm selama 20 menit. Setelah itu
memisahkan cairan enzim (supernatan)
yang dihasilkan dari endapan (residu)
(Wahyuningtyas, dkk., 2013)
7. Mengambil crude enzyme dan menambahkan
amonium sulfat dengan kejenuhan tertentu
secara perlahan-lahan dan diaduk
mengunakan magnetic stirrer pada suhu
40C hingga larut.

Gambar 3.1
Penambahan ammonium
sulfat
Sumber:Fajarwati, 2018

8. Menyimpan di lemari pendingin selama


semalam.
9. Mesentrifugasi pada kecepatan 3.000 rpm
selama 20 menit.

Gambar 3.2 Sentrifugasi


Sumber: Fajarwati, 2018

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 75


10. Memisahkan natan dan supernatan.

Gambar 3.3.
Natan dan supernatant
Sumber: Fajarwati, 2018

11. Menguji aktivitas enzim hasil purifikasi


pada setiap fraksi.
12. Menambahkan ammonium sulfat pada
supernatan fraksi 1yang diperoleh
berdasarkan tingkat kejenuhan fraksi
selanjutnya.

TUGAS MANDIRI

Kerjakan soal berikut dengan benar dan lengkap!


1. Bagaimana teknik pemurnian dengan metode
kromatografi filtrasi gel?
2. Apa yang terjadi jika urea dan pepton tidak ada
dalam media produksi?
3. Mengapa penambahan ammonium sulfat harus
dilakuakan dengan suhu 40C?

76 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


B. Uji Aktivitas Enzim Selulase
Aktivitas enzim selulase ditentukan berdasarkan
pembentukan produk gula dan konsentrasi
protein. Banyak uji maupun metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui kadar glukosa
dan protein. Berikut beberapa metode yang
dapat digunkan untuk mengetahui kadar gula
dan protein, diantaranya:
1. Kadar Gula
a. Metode Folin-Wu
Analisis ini digunakan untuk analisis
kuantitatif glukosa dalam darah.
Glukosa akan dioksidasi oleh tembaga
alkali (mengandung ion kupri)
membentuk kupro, dan mengendap
menjadi kupro dioksida (Cu2O) yang
akan dioksidasi kembali oleh asam
fosmolibdat membentuk warna biru
gelap karena adanya oksida Mo.
Banyaknya Cu2O yang terbentuk
berbanding lurus dengan jumlah
glukosa dalam darah. Bahan yang
dibutuhkan untuk membuat pereaksi
adalah Na2CO3, CuSO4, asam tartrat,
asam molibdat, Na-tungsat, NaOH
10%.
b. Metode Somogyi-Nelson
Metode ini digunakan untuk mengukur
kadar glukosa secara kuantitatif. Protein
diendapkan dengan ZnSO4 dan
Ba(OH)2. Kupri oksida dioksidasi oleh
larutan tembaga alkali dengan

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 77


membentuk kupro oksida ini dioksidasi
kembali dengan asam arsen molibdat
yang akan membentuk warna biru
arsenmolibdat. Bahan yang dibutuhkan
pereaksi ini adalah ZnSO4 5%, Barium
hidroksida (BaOH) 0,3 N, Na2PO4, Na-K
tartrat, NaOH 1 N, ammonium
molibdat, H2SO4, dan asam molibdat.
c. Metode Luff-Schoorl
Metode ini digunakan untuk menentuksn
ksndungan glukosa secara kuantitatif
dalam bahan yang akan diuji, misalnya
pada reaksi titrasi indometri dari
kelebihan Cu. Bahan yang dibutuhkan
adalah asam sitrat, Na2CO3 anhidrat,
CuSO4.5H20, CH3COOH, iodium 0,1 N,
HCl 0,75 N, Na-tiosulfat 0,1 N, dan
larutan pati.
d. Metode Dinitrosalisilat (DNS)
Metode ini digunakan untuk mengukur
gula pereduksi dengan teknik
kolorimetri. Metode ini hanya dapat
mendeteksi satu gula pereduksi,
misalnya glukosa. Glukosa memiliki
gugus aldehida, sehingga dapat
dioksidasi menjadi gugus karboksil.
Gugus aldehida yang dimiliki oleh
glukosa akan dioksidasi oleh asam 3,5-
dinitrosalisilat menjadi gugus karboksil
dan menghasilkan asam 3-amino-
5salisilat pada kondisi basa dengan
suhu 90-1000C. Senyawa ini dapat

78 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


dideteksi dengan spektofotometer pada
panjang gelombang 540 nm. Bahan
yang dibutuhkan untuk membuat
pereaksi ini adalah 3,5-dinitrosalisilat,
NaOH 2 N, dan Natrium kalium tartrat.
e. Metode Asam Fenol Sulfat
Metode ini disebut juga TS (total sugar)
yang digunakan untuk mengukur total
gula. Metode ini dapat mengukur dua
molekul gula pereduksi. Gula sederhana,
oligosakarida, dan turunannya dapat
dideteksi dengan fenol dalam asam
sulfat pekat yang akan mengahsilkan
warna jingga kekuningan stabil. Bahan
yang dibutuhkan untuk membuat
pereaksi adalah fenol 5% dan H2SO4.
Sampel diukur absorbannya dengan
spektofotometer pada panjang
gelombang 490 nm.
2. Kadar Protein
a. Uji Biuret
Uji ini digunakan untuk uji umum
terhadap prtein, karena uji ini dapat
mendeteksi mendeteksi adanya peptide.
Uji biuret didasarkan pada reaksi antara
ion Cu2+ dan ikatan peptide pada
suasana basa. Warna komplek ungu
menunjukkan adanya protein. Intensitas
warna yang dihasilkan merupakan
ukuran jumlah ikatan peptide yang ada
dalam protein. Ion Cu2+ dari peraksi
biuret dalam suasana basa akan

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 79


bereaksi dengan polipeptida atau
ikatan0ikatan peptide yang menyusun
protein, dan membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu atau violet.
Protein melarutkan tembaga untuk
membentuk warna. Bahan yang
dibutuhkan adalah Natrium hidroksida
10% dan larutan tembaga sulfat 0,1%.
b. Uji heller
Uji ini dapat digunakan untuk
menentukan adanya protein secara
kualitatif dan cepat. Protein akan
terkoagulasi dengan adanya asam kuat
atau akibat panas. Bahan yang
dibutuhkan adalah asam nitrat.
c. Uji Bradford
Uji Bradford dilakukan berdasarkan
pengamatan absorban maksimum untuk
larutan Coomassie Brillian Blue G-250
yang berkisar dari 465 ke 595 nm,
ketika terjadi pengikatan protein. Kedua
interaksi bersifat hidrofobik dan
menstabilkan ion bentuk anionic
pewarna yang menyebabkan perubhan
warna terlihat. Bahan yang dibutuhkan
untuk membuat reagen adalah
Coomassie Brillian Blue G-250, etanol
95%, dan asam fosfat 85%.
d. Uji Lowry
Uji ini merupakan uji pilihan untuk
menentukan kadar protein dalam suatu
bahan. Protein akan bereaksi dengan

80 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


Folin-Ciocalteau mmbentuk senyawa
kompleks yang berwarna. Pembentukan
warna disebabkan adanya reaksi antara
basa tembaga dengan sampel protein
yang diuji. Intensitas warna yang
terbentuk pada jumlah asam aromatic
yang berada untuk setiap jenis protein.
Bahan yang dibutuhkan unutk pereaksi
adalah Na-karbonat, NaOH, CuSO4.
5H2O, Na-K tartrat, dan pereaksi Folin-
Ciocalteau.
e. Uji Hopkins-Cole
Reaksi ini tergantung adanya triptofan
molrkul protein. Triptofan akan
berkondensasi dengan macam-macam
aldehida dengan adanya asam kuat,
sehingga terbentuk kompleks warna.
Bahan yang dibutuhkan untuk pereaksi
ini adalah bubuk magnesium (Mg) dan
asam oksalat.
C. Reagen Dinitrosalisilat (DNS) dan Bradford
Reagen adalah zat atau senyawa kimia
yang ditambahkan untuk melihat dan
mengetahui jika reaksi terjadi. Reagen DNS
digunakan untuk mengukur kadar gula
pereduksi dengan teknik kolorimetri.
Sedangkan reagen Bradford untuk mengukur
kadar protein dengan melibatkan larutan
Coomassie Brillian Blue G-250.
DNS merupakan senyawa aromatis yang
akan bereaksi dengan gula reduksi membentuk
asam-3-amino-5-dinitrosalisilat yang merupakan

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 81


suatu senyawa yang mampu menyerap dengan
kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada
panjang gelombang 540 nm. Pereaksi DNS
dapat bekerja dengan adanya komponen
pendukung yang membantu kerja DNS yaitu
KNa-Tartarat, fenol, sodium bisulfit (Na2SO3),
dan natrium hidroksida (NaOH).
Prinsip pengujian dengan metode
dinitrosalisilat (DNS) adalah gugus aldehid
pada rantai polisakarida dioksidasi menjadi
gugus karboksil, disaat yang bersamaan,
gugus aldehid gula akan mereduksi asam 3,5-
dinitrosalisilat menjadi asam 3-amino-5-
nitrosalisilat. Reaksi tersebut akan berlangsung
terus-menerus selama terdapat gula pereduksi
dalam larutan yang diujikan (Hasanah dan
Iwan, 2015). Adanya gula pereduksi pada
sampel akan bereaksi dengan larutan DNS
yang awalnya berwarna kuning menjadi warna
jingga kemerahan. Prosedur pembuatan
reagen DNS sebagai berikut:
1. Menimbang 1 g DNS (3,5-dinitrosalisilic
acid) dan 1 g NaOH.
2. Melarutkan ke dalam 20 mL aquades
(Larutan A).

Gambar 3.4
Larutan DNS dan NaOH
Sumber: Fajarwati, 2018

82 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


3. Menimbang 30 g Na-K tartrat.
4. Melarutkan ke dalam 40 mL aquades
(Larutan B).

Gambar 3.5
Larutan Na-K tartrat
Sumber: Fajarwati, 2018
5. Mencampur larutan A dan B kemudian
mengaduk dengan magnetik stirrer.

Gambar 3.6
Larutan campuran A dan B
Sumber: Fajarwati, 2018

6. Menambahkan aquades hingga volume


akhir 100mL

Gambar 3.7
Penambahan aquades
Sumber: Fajarwati, 2018

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 83


Reagen Coomassie Brilliant Blue (CBB)
akan bebas berwarna merah kecoklatan jika
berada pada suasana basa. Hal ini dikarenakan
Coomassie Brilliant Blue (CBB) mengandung
residu asam amino dengan rantai samping
aromatik (Tyrosine, Tryptophan dan
Phenylalanine) atau bersifat basa (Arginine,
Histidine dan Leucine) sehingga absorbansi
diukur pada panjang gelombang 465 nm.
Namun, reagen CBB akan berwarna biru jika
berada pada suasana asam. Selanjutnya
langkah-langkah pembuatan reagen Bradford
sebagai berikut:
1. Menimbang 10 mg Comasie Brilliant Blue
(CBB) G-250.

Gambar 3.8
Comasie Brilliant Blue (CBB)
G-250
Sumber: Fajarwati, 2018

2. Melarutkan dalam 5 mL etanol (C2H5OH)


95%.

Gambar 3.9
Penambahan etanol
Sumber: Fajarwati, 2018

84 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


3. Menambahkan 10 mL asam fosfat (H3PO4)
85 %.

Gambar 3.10
Penambahan asam fosfat
Sumber: Fajarwati, 2018

4. Mengencerkan dengan aquadest hingga


volume 100 mL.

Gambar 3.11
Penambahan aquades
Sumber: Fajarwati, 2018

5. Setelah larut sempurna disaring larutan


dengan menggunakan kertas saring
whatman no. 1 sesaat sebelum digunakan.
Spektrofotometer ultra-violet dan sinar
tampak dalam analisis kimia adalah untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif. Metode
spektrofotometri ultra-violet dan sinar
tampak berdasarkan pada hukum Lambert-
Beer. Hukum tersebut menyatakan bahwa
jumlah radiasi cahaya tampak, ultra-violet
dan cahaya-cahaya lain yang diserap atau
ditransmisikan oleh suatu larutan

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 85


merupakan suatu fungsi eksponen dari
konsentrasi zat dan tebal larutan (Triyati,
1985). Metode ini memerlukan suatu proses
pengompleksan sehingga dapat
membentuk warna yang spesifik pada
larutan agar terukur dalam
spektrofotometer UV-Vis.

LEMBAR KEGIATAN PROYEK MAHASISWA

A. Indikator : Membuat reagen DNS dan


Bradford
B. Tujuan : Mahasiswa mampu membuat
reagen DNS dan Bradford
melalui praktikum
C. Alat dan Bahan:
1. Magnetic 8. Dinitrosalisilat
stirrer (DNS)
2. Erlenmeyer 9. Na-K tartrat
3. Neraca analitik 10. NaOH
4. Gelas ukur 11. Aquades
5. Spatula 12. Etanol 95%
6. Corong kaca 13. Asam fosfat 85%
7. Kertas saring 14. Comassie Brillian
whatman no.1 Blue (CBB)
D. Cara Kerja
1. Reagen DNS
a.
b.
c.
2. Reagen Bradford
a.
b.
c.

86 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


D. Kurva Standar Glukosa dan Bouvine Serum
Albumin (BSA)
Kurva standar merupakan standar dari
sampel yang dapat digunakan sebagai acuan
untuk sampel tersebut pada percobaan.
Pembuatan kurva standar bertujuan mengetahui
hubungan antara konsentrasi larutan dengan
nilai absorbansinya sehingga konsentrasi
sampel dapat diketahui. Kurva standar
dibutuhkan untuk menentukan kadar gula
reduksi dan kadar protein. Pada penentuan
kadar gula reduksi dibutuhkan kurva standar
glukosa, sedangkan pada penentuan kadar
protein dibutuhkan kurva standar BSA.
Prosedur pembuatan kurva standar glukosa
dengan konsentrasi 2 mg/mL sebagai berikut:
1. Menimbang 0,05 mg glukosa.
2. Melarutkan dalam 25 mL aquades, larutan
ini sebagai larutanstok glukosa.
3. Mengencerkan larutan glukosa dengan
konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,2 mg/mL.
4. Mengambil 1 ml larutan standar glukosa
0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,2 mg/mL dan
memasukkan ke dalam tabung reaksi.
5. Memasukkan 1 mL reagen DNS dan
menghomogenkan.
6. Memanaskan selama 10 menit dan
didinginkan.
7. Setelah dingin mengukur serapannya
menggunakan spektofotometer pada
panjang gelombang (λ) 540 nm.

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 87


Gambar 3.12
Larutan Standar Glukosa
Sumber: Fajarwati, 2018

Prosedur pembuatan kurva standar BSA


dengan konsentrasi 1 mg/mL sebagai berikut:
1. Menimbang 0,01 g BSA.
2. Melarutkan dalam 10 mL aquades, larutan
ini sebagai larutan stok BSA.
3. Mengencerkan larutan glukosa dengan
konsentrasi 0,02; 00,4; 0,06; 0,08; 1
mg/mL.
4. Mengambil 1 ml larutan standar BSA 0,02;
00,4; 0,06; 0,08; 1 mg/mL dan
memasukkan ke dalam tabung reaksi.
5. Memasukkan 4 mL reagen Bradford dan
menghomogenkan.
6. Menginkubasi selama 5 menit.
7. Setelah dingin mengukur serapannya
menggunakan spektofotometer pada
panjang gelombang (λ) 595 nm.

Gambar 3.13
Larutan Standar BSA
Sumber: Fajarwati, 2018

88 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


TUGAS MANDIRI
Kerjakan soal berikut dengan benar dan lengkap!
1. Diketahui absorbansi larutan glukosa sebagai
berikut:
Konsentrasi Absorbansi
0 0
0.2 0.474
0.4 0.843
0.6 1.296
0.8 1.833
1 2.267
1.2 2.644

Hitunglah persamaan garis linear dan


regresinya!
2. Pada pembuatan reagen BSA terdapat
penambahan etanol dan asam fosfat. Apa fungsi
etanol dan asam fosfat?

E. Menentukan Kadar Gula Reduksi dan Kadar


Protein
Aktivitas enzim selulase dapat diketahui
berdasarkan gula pereduksi yang terbentuk
dan kadar proteinnya. Salah satu mengukur
kadar gula pereduksi dengan metode 3,5-
dinitrosalisilat (DNS) dan metode Bradford
untuk mengeetahui kadar protein total.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji
DNS sebagai berikut:

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 89


1. Memipet enzim sebanyak 0,2 mL.

Gambar 3.14
Memipet enzim
Sumber: Fajarwati, 2018

2. Menambahkan 0,8 mL CMC 1% yang


dilarutkan dalam buffer sitrat.

Gambar 3.15
Memipet CMC 1%
Sumber: Fajarwati, 2018

3. Menambahkan 1 mL buffer sitrat kemudian


menghomogenkan.
4. Menginkubasi di waterbath selama 10
menit pada suhu 500C.

Gambar 3.16
Inkubasi suhu 500C
Sumber: Fajarwati, 2018

90 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


5. Menambahkan 1 mL reagen DNS 1%.

Gambar 3.17
Penambahan reagen DNS
Sumber: Fajarwati, 2018

6. Memanaskan di air suhu 1000C selama 10


menit

Gambar 3.18
Pemanasan suhu 1000C
Sumber: Fajarwati, 2018
7. Mendinginkan dan mengukur serapannya
menggunakan spektofotometer pada
panjang gelombang (λ) 540 nm.

Gambar 3.19
Pengukuran absorbansi
Sumber: Fajarwati, 2018
8. Absorbansi yang diperoleh diplotkan pada
persamaan regresi linier kurva standart
glukosa

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 91


Kadar glukosa yang terbentuk ditentukan
dengan menggunakan kurva standar glukosa.
Aktivitas enzim selulase dinyatakan dalam
satuan internasional yaitu U/mL. Aktivitas enzim
selulase ditentukan dengan mengkonversi nilai
absorbansi yang diperoleh dari konsentrasi
glukosa standar, kemudian dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
C H
AE = x
BM Produk x t E
Keterangan:
AE = Aktivitas enzim (Unit/mL)
C = Konsentrasi glukosa
BM = Berat molekul glukosa (180 g/mol)
T = Waktu inkuabasi (menit)
H = Volume total enzim-substrat (mL)
E = Volume enzim
Setelah diketahui aktivitas enzim
selanjutnya menentukan kadar total protein
dengan metode Bradford. Langkah-langkah
uji kadar protein sebagai berikut:
1. Mengambil cairan enzim selulase
(supernatan) sebanyak 0,2 mL.

Gambar 3.20
Memipet enzim
Sumber: Fajarwati, 2018

92 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


2. Menambahkan 4 mL pereaksi Bradford.

Gambar 3.21
Larutan campuran
enzim dan reagen
Bradford
Sumber: Fajarwati, 2018

3. Menginkubasi selama 5 menit.


4. Mengukur serapan larutan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang (λ) 595 nm.

Gambar 3.22
Mengukur absorbansi
Sumber: Fajarwati, 2018

5. Absorbansi yag diperoleh diplotkan pada


persamaan regresi linier kurva standart
protein.

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 93


LEMBAR PROYEK MAHASISWA

A. Indikator
Menghitung aktivitas enzim dan kadar protein.
B. Tujuan
Mahasiswa mampu menghitung aktivitas enzim
dan kadar protein melalui praktikum.
C. Alat dan Bahan
1. Spektofotometer 8. Tabung reaksi
2. Kuvet 9. Mikro pipet
3. Pipet volum 10. Enzim
4. Gelas beker 11. Reagen DNS
5. Kompor listrik 12. Reagen Bradford
6. Waterbath 13. Aquades
7. Rak tabung reaksi 14. Bufer sitrat
D. Cara Kerja
1. Uji Gula Reduksi
a.
b.
2. Uji Kadar Protein
a.
b.
E. Hasil
1. Kadar Gula Reduksi
Kadar Aktivitas
No Sampel Absorbansi Glukosa Enzim
(mg/mL) (U/mL)
1
2
3

94 Bab III Purifikasi Enzim Selulase


2. Kadar Protein
Kadar Protein
No Sampel Absorbansi
(mg/mL)
1
2
3

F. Pembahasan

G. Kesimpulan

Bab III Purifikasi Enzim Selulase 95


BAB IV
APLIKASI ENZIM SELULASE

A. Penggunaan Enzim selulase


Pengunaan enzim dalam bidang industri
sangatlah menjanjikan karena afek yang
ditimbulkan dalam hasil akhir dalam limbah
dapat diminimalkan karena enzim bersifat
biodegredebel mudah diurai. Pabrik yang
menggunakan teknologi enzim cenderung
memiliki modal lebih rendah dan biaya energi
lebih sedikit. Penggunaan enzim dalam industri
khususnya pada industri tekstil adalah relatif
baru. Enzim saat ini telah digunakan dalam
berbagai aplikasi untuk meningkatkan metode
produksi dan finishing kain pada dalam industri
tekstil. Proses enzimatis banyak dilakukan
karena dapat mengurangi penggunaan air dan
energi. Prosentase enzim yang digunakan untuk
industri tekstil sekitar 11%.
Salah satu aplikasi enzim tertua di
industri tekstil adalah penggunaan amilase
untuk menghilangkan pati yang digunakan
saat proses “sezing”. Benang warp (benang

96 Bab IV Aplikasi Enzim Selulase


posisi vertikal/ memanjang) sering dilapisi
dengan pati untuk memperkuat dan mencegah
agar tidak terkoyak selama ditenun. Selulase
telah menjadi alat dalam proses finishing dan
bioblasting kain. Keberhasilan penggunaan
enzim selulase dimulai pada proses finishing
danim dimana perlakuan dengan selulase
mampu menghasilkan kain denim mirip
dengan yang diproses menggunakan batu
apung abrasif. Proses bioblasting adalah
tahapan finishing kain untuk memodifikasi
permukaan kain katun dengan mengunkan
enzim selulase. Bioblasting dapat secara
permanen mencegah piling dan menjaga
kehalusan dan kelembutan kain dari waktu
kewaktu. Enzim selulase juga digunakan pada
proses scouring kain.

B. Bioscouring Kain
Serat mentah, benang atau kain
memiliki berbagai jenis bahan pengotor seperti
motes, fragmen kulit dari biji, pestisida,
kotoran, residu kimia, berbagai jenis garam
logam, dan belum menghasilkan serat yang
matang. Bahan pengotor bawaan dibuang di
ruang pengolahan sementara kotoran internal
dari serat kapas dilepas dengan proses
penggosokan/scouring process.

Bab IV Aplikasi Enzim Selulase 97


Gambar 4.1. Skema lapisan serat kapas (Rocky, 2012)

Komposisi dari serat kapas meliputi


selulosa (90% -94%), wax (0,6%1,3%), pectic
substance (0,9% -1,2%), protein (0,6% -1,3%),
abu (±1,2%), asam organik (± 0,8%) dan
bahan lain (± 1,2%). Tujuan utama dari
penggosokan/ scouring adalah untuk
menghilangkan wax, pectins, hemi-selulosa
dan mineral-mineral bawaan dari serat kapas
mentah. Proses tersebut dilakukan pada tahap
awal pengolahan tekstil dengan tujuan untuk
meningkatkan daya serap kapas sehingga
akan mengoptimalkan proses selanjutnya
seperti mercerizing, bleaching, dyeing, printing
dan finishing.
Scouring merupakan proses
penggosokan kain/kapas pada industri textile
dengan menggunakan bahan alam seperti
enzim (selulase, pectinase).

98 Bab IV Aplikasi Enzim Selulase


Gambar 4.2 Gambar tes pewarnaan pada serat kain
tanpa perlakuan enzim selulase (a) dan dengan
perlakuan enzim selulase (b) (tektiltoday, 2010)

C. Proses Bioscouring
Bioscouring pada kain bertujuan untuk
menghilangkan bagian dari komponen
penyusun serat berupa minyak, lilin, kotoran
yang tidak larut dan kotoran yang mnempel
pada permukaan serat dapat dihilangkan,
sehingga proses selanjutnya seperti
pengelantangan, pencelupan, pencapan dapat
berhasil dengan baik. Pada dasarnya proses
pemasakan atau scouring dilakukan dengan
alkali seperti NaOH (Natrium Hidroksida),
Na2CO3 (Natrium Karbonat), dan air kapur.
Sedangkan proses Bioscouring yaitu mengganti
alkali seperti NaOH (Natrium Hidroksida),
Na2CO3 (Natrium Karbonat), dan air kapur
dengan bahan yang tidak mencemari
lingkungan dan bersifat biodegredebel seperti
enzim selulase.

Bab IV Aplikasi Enzim Selulase 99


Penelitian yang telah dilakukan untuk
mengetahui potensi enzim selulase yang
berasal dari kapang Trichoderma viride,
penggunaan enzim sebanyak 1%, 2%, 3%, 4%,
dan 5%. Kontrol menggunakan NaOH sebagai
kontrol positif dan aquades sebagai kontrol
negatif. Berikut langkah-langkah dalam proses
bioscouring:
Mempersiapkan kain blacu atau kain
yang belum di scouring dan menimbangnya
pada timbangan digital seberat 4 gr sebagai
berat awal pada masing-masing kain balcu
sebelum diberi perlakuan. Proses pemasakan
atau bioscouring kain menggunakan resep
dengan vlot 1:40, dan kontrol positif NaOH
sebanyak 7 gr dalam 1 liter aquades.
1. Pemasakan kain dengan enzim 1%, 2%,
3%, 4%, dan 5%.
Kain yang digunakan di timbang
dengan berat 4 gr sebagai berat awal
sebelum di beri perlakuan pada setiap
masing masing kain, kemudian
menghitung jumlah larutan (aquades) yang
akan digunakan dengan vlot 1:40.
Kebutuhan aquadesnya sebanyak 160 ml,
aquades diukur dengan gelas ukur dan di
tuangkan pada gelas beker. Menghitung
kebutuhan enzim 1% dalam 160 ml larutan
dengan kebutuhan sebanyak 1,6 ml,
kebutuhan enzim 2% sebanyak 3,2 ml,
kebutuhan enzim 3% sebanyak 4,8 ml,
kebutuhan enzim 4% sebanyak 6,4 ml,

100 Bab IV Aplikasi Enzim Selulase


kebutuhan enzim 5% sebanyak 8 ml.
Masing masing Enzim tersebut di masukkan
dalam gelas beker yang telah berisi
aquades selanjutnya kain dimasukkan dan
di panaskan pada hot plate dengan suhu
40-50oC selama 1 jam. Larutan yang
digunakan untuk pemasakan kain tersebut
kemudian di ganti dengan aquades baru
selanjutnya dipanaskan lagi dengan suhu
75-90oC selama 15 menit. Kain diambil
dan dibilas sampai bersih menggunakan
air dingin, kemudian dikeringkan dengan
suhu 65oC selama 1 hari.

Kain ditimbang 4 gr Aquades160 ml

Pemasakan kain Penambahan enzim

Gambar 4.3 Skema Bioscouring kain


(Pratondo, 2018)

Bab IV Aplikasi Enzim Selulase 101


2. Pemasakan kain dengan NaOH
Kain yang digunakan di timbang
dengan berat 4 gr sebagai berat awal
sebelum di beri perlakuan pada setiap
masing masing kain, kemudian menghitung
jumlah larutan (aquades) yang akan
digunakan dengan vlot 1:40. Kebutuhan
aquadesnya sebanyak 160 ml, aquades
diukur dengan gelas ukur dan di tuangkan
pada gelas beker. Menghitung kebutuhan
NaOH dalam 160 ml larutan. NaOH yang
dibutuhkan yaitu sebanyak 1,12 g. NaOH
tersebut di masukkan dalam gelas beker
yang telah berisi aquades selanjutnya kain
dimasukkan dan di panaskan pada hot
plate dengan suhu 40-50oC selama 1 jam.
Larutan yang digunakan untuk pemasakan
kain tersebut kemudian di ganti dengan
aquades baru selanjutnya dipanaskan lagi
dengan suhu 75-90oC selama 15 menit.
Kain diambil dan dibilas sampai bersih
menggunakan air dingin, kemudian
o
dikeringkan dengan suhu 65 C selama 1
hari.
3. Uji prosentase penurunan berat kain
Perhitungan prosentase pengurangan
berat kain dengan menggunakan formula,
x -y
% penurunan berat kain= y
×100, dimana 𝑥
adalah berat kain sebelum perlukuan, dan
𝑦 adalah berat kain sesudah perlakuan.

102 Bab IV Aplikasi Enzim Selulase


4. Uji daya serap kain terhadap zat warna
Kain direntangkan di atas gelas beker
menggunkan karet, setelah itu dilakukan tes
kecepatan daya serap kain pada zat warna
yaitu sudan III, congo red, dan naftol,
dengan cara meneteskan zat warna di atas
permukaan kain dan dihitung kecepatan
daya serapnya menggunakan metode
AATCC Test 79-2000.

Gambar 4.4 Tes daya serap kain


terhadap zat warna (Pratondo, 2018)

D. Profil Permukaan Serat Kain

Gambar 4.5 SEM gambar Gambar 4.6 SEM gambar


serat kain Kontrol negative serat kain scouring alkalin
(1.500 X) (Adivarekar, 2013) (1.500 X) (Adivarekar, 2013)

Bab IV Aplikasi Enzim Selulase 103


Gambar 4.7 SEM gambar Gambar 4.8 SEM gambar
permukaan kain permukaan kain
Kontrol negatif (40 X) scouring alkalin (43 X)
(Adivarekar, 2013) (Adivarekar, 2013)

E. Data Hasil Penelitian untuk Perbandingan


Proyek Mahasiswa

Gambar 4.9 SEM gambar Gambar 4.10 SEM gambar


permukaan kain permukaan kain
Kontrol negatif (5000X) Kontrol positif (5000X)
(Pratondo, 2018) (Pratondo, 2018)

Gambar 4.11 SEM gambar Gambar 4.12 SEM gambar


permukaan kain permukaan kain
bioscouring selulase (5000X) Kontrol negatif (500X)
(Pratondo, 2018) (Pratondo, 2018)

104 Bab IV Aplikasi Enzim Selulase


Gambar 4.13 SEM gambar Gambar 4.14 SEM gambar
permukaan kain permukaan kain
Kontrol positif (500 X) bioscouring selulase(500X)
(Pratondo, 2018) (Pratondo, 2018)

F. Data Hasil Penelitian


1. Ativitas Enzim Selulase
Data pengamatan aktivitas enzim selulase
dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Aktivitas Enzim Selulase
Substrat Bagas
Kadar Gula Unit Aktivitas
Pelakuan
Protein Reduksi Aktivitas Spesifik
(mg/mL) (mm/mL) (U/mL) (U/mg)
S1 0.700 0.198 17.594 25.126
S2 0.702 0.268 23.853 33.983
S3 0.735 0.287 25.525 34.750
S4 0.755 0.368 32.742 43.366
Keterangan:
S1 = Inkubasi 1 hari
S2 = Inkubasi 3 hari
S3 = Inkubasi 5 hari
S4 = Inkubasi 7 hari
2. Kecepatan Daya Serap Kain Terhadap Zat
Warna.
Data pengamatan kecepatan daya serap
kain terhadap zat warna dapat dilihat pada
tabel 5.2 berikut ini:

Bab IV Aplikasi Enzim Selulase 105


Tabel 4.2 Kecepatan Daya Serap Kain
Terhadap Zat Warna (detik).
Kain Blacu
Sudan III Naftol Congo Red
Perlakuan
(C10H8O)
U1 U2 U1 U2 U1 U2
Kontrol negatif 10 14 885 919 3073 3033
Kontrol positif 3 5 647 697 1869 1901
Enzim 1% 8 9 768 832 2980 2985
Enzim 2% 7 8 733 741 2965 2924
Enzim 3% 4 5 521 524 2914 2899
Enzim 4% 3 3 364 379 2424 2552
Enzim 5% 1 2 348 310 2222 2233
Keterangan:
U1 = Ulangan 1
U2 = Ulangan 2
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa prosentase
enzim yang digunakan akan membuat
semakin cepat pula daya serap kain
terhadap zat warna hal ini menandakan
bawah semakin besar penghilangan lemak,
wax, ataupun kotoran yang ada pada kain
sehingga daya serapnya semakin cepat.
3. Prosentase Pengurangan Berat Kain
Data pengamatan prosentase pengurangan
berat kain dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut ini:
Tabel 4.3 Prosentase Pengurangan Berat
Kain (%).
Kain Blacu
Perlakuan
U1 U2 U3
Kontrol negatif 0,25 0,5 0,25
Kontrol positif 1,25 1 1
Enzim 1% 0,5 0,5 0,5
Enzim 2% 0,5 0,75 0,75
Enzim 3% 0,75 0,75 0,75
Enzim 4% 0,75 0,75 1
Enzim 5% 1 1,25 1

106 Bab IV Aplikasi Enzim Selulase


Keterangan:
U1 = Ulangan 1
U2 = Ulangan 2
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa prosentase
enzim yang digunakan maka semakin besar
prosentase pengurangan berat kain ini
menandakan bawah semakin besar
penghilangan lemak, wax, ataupun kotoran
yang dapa pada kain sehingga kain menjadi
berkurang beratnya, walaupun
pengurangannya sangat sedikit.
4. Dokumentasi Perlakuan

Perlakuan Keterangan

b Sudan III
Congo red
c Naftol

Kontrol Negatif (Aquades)

b Sudan III
Congo red
Naftol

c
a

Kontrol Positif (NaOH)

Bab IV Aplikasi Enzim Selulase 107


Perlakuan Keterangan

c Sudan III
Congo red
Naftol

a
b

Enzim 1%
c
Sudan III
Congo red
Naftol

a
b

Enzim 2%

Sudan III
Congo red
a
Naftol

b
c
Enzim 3%

108 Bab IV Aplikasi Enzim Selulase


Perlakuan Keterangan
c Sudan III
Congo red
b Naftol

Enzim 4%

Sudan III
c
Congo red
a
Naftol

b
Enzim 5%

Bab IV Aplikasi Enzim Selulase 109


GLOSARIUM

Selulase : Nama bagi semua enzim yang


memutuskan ikatan glikosidik beta-1,4
di dalam selulosa, sedodekstrin,
selobiosa, dan turunan selulosa lainnya.
Selulosa : Selulosa merupakan senyawa organik
dengan rumus (C6H10O5)n, sebuah
polisakarida yang terdiri dari rantai
linier dari beberapa ratus hingga lebih
dari sepuluh ribu ikatan β(1→4) unit D-
glukosa. Selulosa merupakan
komponen struktural utama dinding sel
dari tanaman hijau.
Kapang Kapang yang memiliki kemampuan
Selulolitik menyerang atau mendegradasi selulosa
terutama pada kondisi aerob
Substrat : Reaktan dalam reaksi yang dikatalisis
enzim. Substrat merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi proses
fermentasi.
Aklimatisasi : Aklimatisasi merupakan suatu upaya
penyesuaian fisiologis suatu organisme
terhadap lingkungan baru. Tujuan
aklimatisasi adalah agar kapang
nantinya mampu menyesuaikan diri
dan bertahan hidup pada lingkungan
dengan medium nutrisi pada proses
produksi enzim.
Waktu : Masa antara inokulasi sampai
Inkubasi pertumbuhan koloni yang karakteristik
atau sampai terjadinya gejala penyakit
yang khas yang ditimbulkan oleh jasad

110 Glosarium
renik patogen. Inkubasi atau fermentasi
adalah proses memanfaatkan
kemampuan mikroba untuk
mengasilkan metabolit primer dan
metabolit sekunder dalam suatu
lingkungan yang dikendalikan.
Crude Enzim : Enzim kasar atau mentah yang diisolasi
dari kecambah, biji-bijian atau
tumbuhan
Gula : Semua gula yang memiliki kemampuan
Pereduksi untuk mereduksi dikarenakan adanya
gugus aldehid atau keton bebas.
Aktivitas : kecepatan pengurangan substrat atau
Enzim kecepatan pembentukan produk pada
kondisi optimum
Aktivitas : Aktivitas spesifik menggambarkan
Spesifik Enzim aktivitas enzim untuk setiap mg enzim
Bioteknologi : Cabang ilmu yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,
fungi, virus dan lain-lain) maupun
produk dari makhluk hidup (enzim)
dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa.
Purifikasi : Merupakan proses pembersihan zat
enzim yang tidak diinginkan agar diperoleh
enzim murni yang diinginkan.
Kapang : Fungi yang berfilamen dan multinukleat
yang memiliki hifa.
Trichoderma : Merupakan kapang yang dapat
viride ditemukan di berbagai tempat dan
merupakan salah satu kapang yang
dapat memproduksi enzim selulase.
Bioprospecting : Eksplorasi materi biologis untuk genetik
bernilai komersila dan sifat biokimia.
Biokatalisator : Senyawa yang mempercepat reaksi
metabolisme tanpa mengalami
perubahan struktur kimia.

Glosarium 111
Degradasi : Suatu reaksi perubahan kimia atau
peruraian suatu senyawa
menjadi senyawa lebih sederhana
secara bertahap.
Bioscouring : Proses pembersihan bahan pengotor
yang ada pada kain seperti motes,
fragmen kulit dari biji, pestisida, residu
kimia, berbagai jenis gram logam
menggunakan agen mikroorganisme.
SEM : (Scanning Electron Microscopy)
mikroskop optik metalurgi yang
menggunakan prinsip refleksi, berarti
bahwa permukaan spesimen
memantulkan berkas media.

112 Glosarium
DAFTAR PUSTAKA

Arnata I. W,. 2009. Pengembangan Alternatif


Teknologi Bioproses Pembuatan Bioetanol
Dari Ubi Kayu Menggunakan Trichoderma
viride, Aspergillus niger dan Saccharomyces
cerevisiae. Tesis. Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian.
Institut Pertanian Bogor
Aryani, S.B, Asmawit, Utomo P.P. 2014. Optimasi
inkubasi produksi enzim selulase oleh
Aspergilus niger menggunakan fermentasi
substrat padat. Jurnal Biopropal Industri Vol.
5 No.2.
Begum S.F., Savitha, C., Jaison, J.P. 2012.
Utilization of banana waste for effercyive
production of cellulose by rhizopus sp.
Research journal of pharmaceutical,
Biological and Chemical Science. Volume 3
issue 1.p 674-683
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian.
PT. Gelora Aksara Pratama: Jakarta
Boing JTP. 1982. Enzyme production. Di dalam
Reed G, editor. Prescott &Dunns Industrial
Microbiology 4th Ed.West Port: AVI.

113 Glosarium
Chand. P, A. Aruna, A.M. Maqsood and L.V. Rao.
2004. Novel mutation method for increased
cellulase production. Journal of Applied
Microbiology 2005, 98, 318–323.
Enari, T.M. 1983. Microbial Celullose. In: Forgaty,
W.M. 1985. Microbial Enzymes and
Biotechnology. Appl.Sci.Publ. New York.
Fengel, D dan Wegener, G, 1995. Kayu: Kimia,
Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Terjemahan.
Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Gandjar, I. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Gunam, I.B.W., dan Antara, N.S., 1999, Study on
Sodium Hydroxide Treatment Of Corn Stalk
to Increase Its Cellulose Saccharification
Enzymatically by Using Culture Filtrate of
Trichoderma reesei. Gitayana, Agric.
Technol. J, 5 (1): 34-38
Heru, N. 2011. Diklat Bioteknologi. Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Irawati,R. 2016. Karakterisasi pH, suhu dan
konsentrasi substrat pada enzim selulase
kasar yang diproduksi oleh bacillus
circulans. Skripsi. Malang: Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Lehninger, A.L. 1993. Dasar-dasar biokimia. Jilid
1, 2, 3. (Alih bahasa oleh; M.
Thenawidjaja). Erlangga, Jakarta.
Landecker, E. M. 1972. Fundamental of the Fungi.
Prentice Hall Inc. NewYork.

114 Glosarium
Mandels, M. 1982. Cellulases. di dalam D.
Pearlman (Ed) Annual reports on
Fermentation Process. 5:39-44.
Montesqrit. 2007. Isolasi dan karakterisasi selulase
dari trichoderma viride dan rhizopus spp
dengan substrat jerami padi. Jurnal
peternakan Indonesia, 12 (2):112-123,
2007.
Mosier, N., et al. 2005. Features of Promising
Technologies for Pretreatment of
Lignocellulosic Biomass. Bioresource
Technology 96(2005): 673-686.
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk
Laboratorium Ilmu Pangan. PAU Pangan dan
Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal:4-
20.
Ompusunggu, H.E.S., Juwita, Silaban, R. 2014.
Kajian Biomedik Enzim Amilase dan
Pemanfaatannya Dalam Indutri. Universitas
HKBP Nommensen. Medan.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.
Universitas Indonesia press. Jakarta.
Pujiati., Ardhi M.W., Sulistyarsi. A. 2013. Isolation
of Cellulolytic Mold from Soil of Teak Forest
In Kresek, Madiun. Proceeding international
conference. The 4th Green Technology
Faculty of Science and Technology Islamic of
University State Maulana Malik Ibrahim
Malang

Glosarium 115
Pujiati., Kiswardianta, R.B., Solikawati, W. 2014.
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Inkubasi
Terhadap Aktivitas Enzim Selulase dari
Kapang Aspergillus Niger. Jurnal LPPM Vol.
2 No 1. IKIP PGRI Madiun.
Pujiati., Widiyanto, J. 2017. Kapang Selulolitik.
Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas PGRI Madiun: Madiun.
Roosdiana, A., Mufarrikha, I., dan Prasetyawan, S.
2014. Optimasi Kondisi Produksi Pektin dari
Aspergillus niger. Universitas Brawijaya.
Malang Saropah, A. Jannah, A., Maunatin,
A. 2012. Kinetika reaksi enzimatik enkstrak
kasar enzim bakteri selulolitik hasil isolasi
dari bekatul. Alchemy. 2 (1): 34-35
Sulistyarsi, A., Pujiati., Ardhi, M.W. 2016. Pengaruh
Konsentrasi dan Lama Inkubasi terhadap
Kadar Protein Crude Enzim Selulase dari
Kapang Aspergillus niger. Proceeding
Biology Education Conference. Vol 13(1)
2016: 781-786
Wood, T. M. 1985. Aspects of the Biochemistry of
Cellulose Degradation. p. 173-187. Di
Dalam J. F.Kennedy, G. O. Phillips, D. J.
Wedlock, and P. A. Williams (eds). Celllose
and its Derivite; Chemistry, Biochemistry and
Applications. Eleis Horwood Limeted, John
Wiley and Sons.New York

116 Glosarium
PENULIS

Pujiati Lahir di Bendo Kabupaten


Magetan, 15 juni 1986. Bekerja
sebagai dosen Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas
PGRI Madiun sejak 2012. Ia
memperoleh gelar Magister Sains
dari Universitas Airlangga. Aktif
melakukan penelitian bidang
Mikrobiologi terutama produksi dan aplikasi microbial enzym,
aktif membuat artikel serta aktif mengikuti seminar nasional
maupun international. Mata kuliah yang diampu adalah
mikrobiologi dan bioteknologi. Selain aktif melakukan
penelitian beliau juga aktif melakukan pengabdian kepada
masyarakat. Pernah menjabat sebagai kepala Laboratorium
Biologi Prodi Biologi dan sekarang menjabat sebagai Ketua
Program Studi Pendidikan Biologi.

Muh. Waskito Ardhi Lahir di Ceper


Kabupaten Klaten, 25 Februari
1984. Bekerja sebagai dosen di
Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Uiversitas PGRI Madiun sejak 2011
sampai sekarang. Pernah menjadi
dosen di Program Studi pendidikan
Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2006-
2010. Pernah menjabat sebagai sekertaris Prodi Pendidikan
Biologi UNIPMA dan sekarang menjabat sebagai Ke.Lab
Biologi FKIP UNIPMA.

117 Penulis
Endry Nugroho Prasetyo. , S.Si, MT.Dr. techn.
Bekerja sebagai dosen di
Departemen Biologi ITS sejak 2000-
sekarang. Beliau menyelesaikan S3
Universitaet Graz (TU Graz) Austria.
Bidang pengajaran diantaranya
Bakteriologi, Bioremediasi, Teknologi
Enzim, Biokimia, Bioteknologi,
Bioteknologi Lingkungan. Aktif
menulis artikel di jurnal International.
Selain itu aktif pula sebagai konsultan industri baik nasional
maupun internasional. Pengalaman Research scientist in
European Union Biorenew Project [Sixth Framework
Programme (FP6–2004-NMP-NI-4)] located in TU Graz
Austria 2007-2010. 7th Frame European Cotton Bleach
Project 2010-2011. British American Tobacco and TU Graz
project colaboration for enzymatic removing cigarette
toxicants 2011-sekarang dan research-research nasional
lainnya.

118 Penulis

Anda mungkin juga menyukai