Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN


ACARA I
PENGENALAN SERANGGA

Disusun Oleh :
Nama : Anisa Fatulhikmah
NPM : 1910401061
Kelompok :B
Asisten : Zainul Abidin Zaki

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga merupakan jenis animalia yang jumlahnya sangat besar dan mendominasi di
bumi. Ordo dan spesiesnya sangat beragam dengan ciri khusus yang berbeda-beda pada
masing-masing ordo. Hal ini karena serangga mampu bertahan dalam setiap evolusi alam
dan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga dapat mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Selain itu, ia mampu bereproduksi dengan kapasitas yang
sangat tingggi sehingga populasinya sangat banyak. Pada kondisi tertentu, serangga dapat
menyesuaikan dirinya dengan baik sehingga dapat bertahan pada kondisi-kondisi yang
beragam. Kemampuannya untuk terbang juga menjadi factor pertahanan serangga dari
musuh-musuh sehingga dapat mempertahankan dirinya.
Ciri umum dari serangga adalah tidak bertulang belakang namu memiliki sayap,
memiliki tubuh yang beruas dan berbentuk bilateral simetris. Serangga merupakan
eksoskeleton yang terbungkus zat kitin dengan system syaraf yang dimiliki serangga
adalah s yaraf tangga tali. Serangga adalah golongan hewan yang paling mendominasi
bumi. Keterikatan serangga dengan hewan, tanaman, dan bahkan manusia sangat erat.
Serangga menjadi produsen pertama dalam rantai makanan dalam bumi, ia menjadi
makanan bagi berbagai kelas mamalia, dan berperan penting dalam pernyerbukan
tanaman. Selain itu, serangga berperan penting pada kehidupan manusia karena dapat
menghasilkan bahan baku makanan, sandang, dan lainnya.
Peranan serangga yang sangat besar pada keberlangsungan ekosistem di bumi dan
terhadap makhluk hidup lainnya membuat pengetahuan tentang serangga sangat
diperlukan karena pengaruhnya yang sangat besar. Misalnya adalah dalam budidayaa
tanaman, sangat diperlukan pengetahuan mengenai serangga karena serangga merupakan
gologan hama yang sangat mendominasi dan serangga berperan besar dalam penyerbukan
tanaman sehingga berperan pula dalam evolusi tanaman. serangga juga merupakan
mangsa dan pemangsa dari jenis animalia lainnya. Oleh karena itu, serangga sangat perlu
untuk dipelajari lebih mendalam baik dari sisi morfologis, siklus hidup, maupun
perilakunya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum “Pengenalan Serangga” ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tentang serangga secara umum
2. Mengetahui tentang berbagai ordo-ordo serangga.
3. Memahami tentang identifikasi beberapa serangga dari beberapa ordo dan
pengaruhnya terhadap tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hama menurut Rai (2018:245) jika dalam artian luas mencakup semua bentuk gangguan
yang terjadi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sedangkan dalam artian sempit, hama
merupakan sebutan bagi seluruh hewan yang aktivitas hidupnya merugikan atau merusak
tanaman sehingga menurunkan produksi secara ekonomis. Hama sebagian besar berasal dari
golongan serangga. Serangga adalah salah satu jenis invertebrate yang termasuk dalam filum
Arthropoda. Ciri umum serangga yaitu memiliki tubuh yang beruas dengan ukuran tubuh dai
2 hingga 40 mm, memiliki 3 pasang kaki dan merupakan hewan pertama yang dapat
berkolonisasi di bumi. Jenis serangga sangat beragam, hal ini karena serangga memiliki
kemampuan reproduksi yang besar dan sebagian besar mampu terbang. Siklus hidup serangga
secara umum dengan metamorphosis sempurna yaitu mulai dari telur, larva, pupa, dan
kemudian imago (Muliani, 2015)
Menurut Fakhrar (2016), serangga termasuk dalam kelas filum Artrophoda yang terbesar.
Serangga adalah salah satu hewan dengan kemampuan adaptasi tinggi dan berdarah dingin.
Morfologi umum serangga yaitu bentuk tubuh seperti silinder, kulit keras untuk melindungi
dan menjadi bentuk tubuh. Bagian atas yaitu kepala serangga terdapat mulut serta antenna,
sedangkan pada thoraks tersusun atas tiga pasang tungkai dan bagian sayap. Serangga yang
termasuk kelas insect ini terdiri dari 29 ordo.
Lopes (2017) menjabarkan beberapa ordo dari kelas insecta (serangga) seperti berikut :
a. Ordo Hemiptera
Ciri khusus serangga dari ordo ini adalah sayap depan yang telah mengalami
modifikasi dimana bagian pangkal sayap menebal sedangkan bagian lainnya bersruktur
menyerupai selaput, begitu pula sayap bagian belakang. Modifikasi sayap ini disebut
hemiltron. Spesies dari ordo hemiptera mengalami metamorphosis bertingkat
(pauorometabola) yang diawali dari telur, nimfa, dan kemudian imago. Ciri fisik serangga
ordo hemiptera seperti memiliki tipe mulut menusuk-menghisap. Spesies hama serangga
dari ordo ini seperti hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis antonii),
kepik buah lada (Dasynus piperis), kepik hijau (Nezara viridula), walang sangit
(Leptocorixa acuta Thumb), kepik buah jeruk. (Lopes, 2017)
b. Ordo Lepidoptera
Lopes (2017) menjelaskan bahwa Lepidoptera berasal dari dua kata, yaitu “Lepidos”
yang berarti sisik, dan “pteron” yang artinya sayap. Ciri khusus serangga dari ordo
Lepidoptera adalah memiliki sepasang sayap seperti sisik yang berasal dari modifikasi
rambut biasa. Tekstur dari sisik ini seperti debu yang akan menempel bila di sentuh. Siklus
hidup yang dialami serangga ordo Lepidoptera adalah metamorphosis sempurna
(holometabola) yang diawali dati telur, larva, pupa, dan kemudian imago. Pada tahap larva
inilah seranggaleidoptera menjadi hama tanaman, namun saat tumbuh menjadi imago,
serangga ini akan bersimbiosis mutualisme dengan tanaman sepeti kupu-kupu. Imago
serangga ini terdiri dari dua tipe, yaitu ngengat dan kupu-kupu. Perbedaan dari keduannya
adalah aktivitas hidup ngengat saat malam hari, sedangkan kupu-kupu aktif di siang hari.
Tipe mulut saat imago adalah mengisap. Jenis serangga yang termasuk ordo Lepidoptera,
antara lain ulat daun kubis, ulat titik tumbuh kubis, ulat tanah, penggerek batang atau
tongkol jagung, penggerek polong kedelai dan penggerek buah kakao dan rambutan.
c. Ordo Coleoptera
Ordo ini adalah ordo serangga terbesar. Coleopteran berasal dari kata “coleos” berarti
seludung dan “pteron” berarti sayap. Jadi ordo ini adalah kelas dari serangga yang
memiliki sayap depan yang menyerupai seludung (elytron), dimana seludung tersebut
berfungsi sebagai penutup tubuh dan sayap bagian belakang. Seludung ini memiliki
tekstur tebal dan kuat,berbeda dengan sayap belakang yang bertekstur tipis. Serangga dari
ordo coleopteran mengalami metamorphosis sempurna dari telur, larva, pupa, dan
kemudian imago. Tipe mulutnya berupa menggigit-mengunyah. Serangga dari ordo
Coleoptera contohnya kumbang kelapa atau kumbang tanduk, penggerek batang albizzia,
kumbang perusak pucuk kelapa, penggerek buah kopi, kumbang daun, oteng-oteng,
penggerek batang, dan hama bubuk beras. (Lopes, 2017)
d. Ordo Diptera
Ordo diptera terdiri dari serangga-serangga yang hanya memiliki sepasang sayap
depan. Pada bagian belakang terdapat halter (bulatan) yang berasal dari modifikasi sayap
belakang. Sayap depan tesebut memiliki berbagai fungsi seperti menjadi alat pendengaran,
alat keseimbangan, dan penentu arah. Menurut Lopes (2017), perkembangan hidupnya
bertipe holometabola (metamorphosis sempurna). Saat dalam fase larva, serangga
memiliki tipe mulut menggigit-mengunyah. Sedangkan saat imago tipe mulut berubah
menjadi menjilat-mengisap dan menusuk-mengisap. Jenis serangga yang menjadi hama
dari Diptera antara lain lalat bibit, lalat buah, lalat penggerek batang, dan hama ganjur.
e. Ordo Thysanoptera
Serangga dari ordo ini menurut Lopes (2017) terkenal dengan ukuran tubuhya yang
sangat kecil. Dari asal katanya yaitu “thysanos” yang berarti rumbai, serangga ini
memiliki ciri khusus yaitu rambut sayapnya yang halus berumbai. Sepasang sayapnya
berbentuk panjang dan menyempit. Ciri fisik lainnya adalah mulut yang bertpe memarut
dan mengisap, sehingga saat menyerang tanaman akan merusak bentuk tanaman. Contoh
spesienya seperti thrips hitam, thrips pada bibit padi dan thrips bawang.
f. Ordo Orthoptera
Ciri khusus serangga dari ordo ini adalah sayapnya yang akan terlipat saat sedang
beristirahat. Sayap akan kembali membuka saat serangga meloncat. Siklus hidupnya
bertipe pauromatabola yaitu metamorphosis bertingkat serupa dengan ordo hemiptera.
Saat fase nimfa dan imago, serangga ini merusak tanaman. Tipe mulutnya adalah
menggigit-mengunyah. Beberapa jenis serangga yang termasuk ke dalam ordo Orthoptera
misalnya belalang kayu, belalang kelana, belalang pedang atau walang kerik, belalang
bersungut pendek, gangsir, jangkrik, dan anjing tanah.
g. Ordo Homoptera
Lopes (2017) menjabarkan bahwa ciri fisik yang khusus dimiliki serangga dari ordo
ini adalah memiliki sepasang sayap yang berstruktur mirip selaput membrane. Namun, ada
pula spesies serangga dari ordo ini yang tidak memiliki sayap seperti kutu daun (Aphis
sp.). siklus hidup atau perkembangan yang dialami bertipe paurometabola (bertingkat)
dari telur, nimfa, kemudian imago. Beberapa spesies nya juga ada yang bersifat
partenogentik, yaitu embrio akan berkembang pada imago tanpa adanya pembuahan.
Contoh serangga dari ordo ini seperti wereng hijau, wereng cokelat, kutu daun, kutu putih,
dan kutu sisik.
Andayanie (2019) mengungkapkan bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh hama pada
tanaman sangat dipengaruhi oleh bentuk mulut serangga. Selanjutnya hubungan antara tipe
mulut dan bentuk kerusakannya dijabarkan oleh Andayanie (2019) sebagai berikut :
 Menggigit – mengunyah, merupakan tipe mulut yang akan menggigit kemudian
mengunyah makanan padat sehingga terstruktur dari mandibula yang kuat. serangga
dengan tipe mulut ini menimbulkan kerusakan seperti menggorok daun, melubangi buah,
kulit batang muda berlubang, daun gugur, dan lain-lain. Contoh sranga dengan tipe mulut
ini adalah ulat, kumbang, belalang, dan jenis dari ordo Lepidoptera, orthoptera, dan
coleopteran lainnya.
 Menusuk – mengisap, tipe mulut ini memiliki stilet yang berfungsi untuk menusuk. Stilet
ini terdiri dari dua mandibular dan dua maksila yang memanjang. Kerusakan yang
diakibatkan serangga dengan tipe mulut ini adalah bagian tanaman akan berubah warna
dan berubah bentuk. Bila cairan tanaman dihisap akan membentuk bintik-bintik kecil
berwarna perak. Selain itu, daun dapat berubah menjadi keriting, layu, dan berubah
warna menjadi coklat. Contoh serangga tipe ini seperti ereng, kutu daun, aphid, dan
spesies dari ordo hemiptera dan thysanoptera.
 Memarut – mengisap, struktur dari tipe mulut ini adalah memiliki labrum dan mandible
yang serupa dengan tipe mulut menggigit-mengunyah, dan bagian maksila dan labium
menyatu dan memanjang. Pada labium, terdapat glosa yang ujungnya seperti lidah
berbulu (flabellum) untuk menyusup dan mengisap cairan pada tanaman. Tipe mulut ini
akan merusak bentuk bagian tanaman menjadi mengerut dan berubah warna. Contoh
serangga yang memiliki tipe mulut ini adalah lebah madu.
Terdapat dua jenis siklus hidup yang dialami serangga, yaitu metamorphosis bertingkat
(paurometabola) dan metamorphosis sempurna (holometabola). Metamorphosis bertingkat
adalah siklus hidup yang bertingkat dan diawali dari stadia telur, nimfa dengan beberapa
tahapan instar, dan kemudian imago. sayap akan berkembang secara bertahap hingga tahap
imago. Contoh seranga yang mengalami siklus hidup paurometabola adalah dari spesies ordo
orthoptera misalnya jangkrik, belalang, dan gangsir. Jenis siklus hidup kedua adalah
Metamorphosis holometabola (metamorphosis sempurna). Tahapannya berawal dar telur,
larva, pupa, dam kemudain imago. pada siklus ini sayap berkembang secara internal, larva
akan berkepompong dan kemudian menjadi imago. contoh serangga yang mengalami siklus
hidup ini adalah dari ordo Lepidoptera, coleopteran, dan diptera.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum “Pengenalan Serangga” dilakukan pada hari Selasa, 23 Maret 2021 pukul
14.00 WIB. Praktikum ini dilakukan di rumah praktikan yang beralamat di Jl Pecakran,
Desa Pasangan , Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Handphone yang telah terinstal aplikasi Timestamp untuk
mendokumentasikan serangga, serta alat tulis yaitu buku dan pulpen. Bahan yang
dibutuhkan adalah serangga dari berbagai ordo.
3.3 Cara Kerja
Langkah pertama melakukan praktikum “Pengenalan Serangga” yaitu alat-alat yang
diperlukan disiapkan. Kemudian berbagai jenis serangga dicari di beberapa tempat yang
berpotensi terdapat serangga seperti area persawahan, pekarangan, ataupun kebun.
Setelah ditemukan minimal 5 serangga dari 3 ordo berbeda, serangga kemudian
didokumentasikan dengan Timestamp camera. Serangga tersebut kemudian diidentifikasi
golongan ordo, morfologi, siklus hidup serta kemudian diidentifikasi tanaman yang
diserang beserta kersuakan yang ditimbulkan. Hasil dan dokumentasi kemudian diolah
dalam laporan praktikum.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pencarian dan identifikasi serangga hama di lapangan, didapatkan
beberapa jenis spesies hama dari beberapa ordo dengan identifikasi sebagai berikut :
Kutu Putih
Nama ilmiah Planococcus citri
Ordo Hemiptera
Tanaman Bunga Matahari
Kategori Merugikan (hama)
Morfologi Bentuk tubuhnya oval, terdapat rambut-rambut putih di setiap
sisi tubuhnya, seluruh tubuhnya terlapisi lilin putih sehingga
seluruh tubuhnya berwarna putih. adanya sepasang antena
pada kepala. Bagian kepala sendiri tersusun dari 9 ruas. Tipe
mulutnya menusuk-menghisap.
Siklus hidup Metamorphosis bertingkat (paurometabola)
Waktu aktif Sepanjang hari siang dan malam
Walang Sangit (Leptocorica acuta.Thunberg)
Nama ilmiah Leptocorica acuta.Thunberg
Ordo Hemiptera
Tanaman Padi
Kategori Merugikan (hama)
Morfologi Berukuran relative kecil, langsing, dengan panjang sekitar
15-16 mm, memiliki warna tubuh kecoklatan. Sayap depan
pada walang sangit ini membentuk segitiga pada posisi
belakang dan alat malutnya seperti paruh yang menyambung
dengan kepala bagian depan. Kaki dan sungut/antenna
panjang
Siklus hidup Metamorphosis bertingkat (paurometabola)
Waktu aktif Pagi dan sore hari
Ulat grayak
Nama ilmiah Spodoptera litura
Ordo Lepidoptera
Tanaman Padi
Kategori Merugikan (hama)
Morfologi Memiliki warna tubuh coklat keperakan. Panjang ulat grayak
dapat mencapai 5 cm. Pada saat imago, sayap belakang yang
terbnetuk berwarna putih dan terdapat bercak-bercak hitam
Siklus hidup Metamorphosis sempurna (halumetabola)
Waktu aktif Malam hari
Kumbang koksi
Nama ilmiah Epilachna admirabilis
Ordo Coleoptera
Tanaman Padi
Kategori Merugikan (hama) dan menguntungkan (predator)
Morfologi Berwarna cerah mengkilap saat fase dewasa, yaitu berwarna
orange dan terdapat bercak hitam di kulitnya. Bagian kepala
sangat kecil dan datar sedangkan kumbangnya berbentuk
cembung
Siklus hidup Metamorphosis sempurna (holometabola)
Waktu aktif Aktif selama 24 jam
Lalat bibit
Nama ilmiah Atherigona sp
Ordo Diptera
Tanaman Jagung
Kategori Merugikan (hama)
Morfologi Berukuran sangat kecil, berwarna hitam kemerahan hingga
bagian punggung, tidak memiliki antena dengan ujung
berbentuk tumpul dan memiliki abdomen yang berwarna
kuning. Sayap bertekstur transparan lalat buah transparan
terdiri dari sayap depan dan sayap belakang yang mengalami
modifikasi menjadi halter yang berfungsi sebagai alat
keseimbangan
Siklus hidup Metamorphosis sempurna (holometabola)
Waktu aktif Pagi hari
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa serangga dari beberapa ordo di lapangan,
diperoleh identifkasi seranggga sebagai berikut :
a. Kutu putih (Planococcus citri)

Gambar 4.1 Kutu putih pada Tanaman Bunga Matahari


Kutu putih (Planococcus citri) menurut Pramayudi (2012) termasuk dalam ordo
Hemiptera: Pseudococcidae. Morfologi kutu putih berdasarkan hasil pengamatan pada
Gambar 4.1 yaitu bentuk tubuhnya oval dan terdapat rambut-rambut putih di setiap
sisi tubuhnya, seluruh tubuhnya terlapisi lilin putih sehingga seluruh tubuhnya
berwarna putih. Selain itu, menurut Awan (2018), ciri morfologi kutu putih meliputi
adanya sepasang antena pada kepala. Bagian kepala sendiri tersusun dari 9 ruas. Tipe
mulutnya menusuk-menghisap. Saat fase imago atau dewasa kutu putih berukuran
panjang 2,45 mm dengan lebar hingga 1,35 mm.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutu putih merupakan hama yang
menyerang tanaman bunga matahari di bagian daun dan batang tanaman matahari
dengan waktu penyerangan sepanjang hari siang dan malam karena kutu putih
menjadikan tanman matahari sebagai inangnya. Ia menyerangnya dengan mekanisme
menghisap cairan pada bagian daun dan batang bunga matahari, membentuk bintik
pada bagian yang dihisap, dan ujung daun matahari yang menjadi tempat tinggal kutu
putih mengeriput. Mekanisme ini sesuai dengan tipe mulutnya yaitu menusuk-
menghisap. Kerusakan yang ditimbulkan serangga hama sangat terkait dengan tipe
mulutnya sejalan dengan pendapat Andayanie (2019), bahwa tipe mulut menusuk-
menghisap merusak tanaman dengan menghisap cairannya dan membentuk bintik-
bintik bekas tusukan pada tanaman. Pramayudi (2012) juga menyampaikan bahwa
kutu menghasilkan embun madu yang akan menarik cendawan dan serangga lain
seperti semut.
Kutu putih yang menyerang tanaman bunga matahari diatas adalah kutu putih
betina. Pramayudi (2012) menyatakan bahwa siklus hidup kutu putih sangat pendek
sekitar sebulan, dalam satu tahun dapat mencapai 11 hingga 12 generasi kutu putih.
Kutu putih betina mengalami siklus hidup bertingkat atau metamorphosis
paurometabola yang dimulai dari stadia telur, nimfa, dan kemudian stadia imago.

Gambar 4.2 Siklus Hidup Kutu Putih (Pramayudi, 2012)


- Telur kutu putih berwarna kuning kehijauan, permukaan licin, dan berbentuk
bulat/oval. Biasanya induk meletakkan telur secara bergerombol di bawah daun
tanaman. telur yang dihasilkan olh induk betina kutu betina bias mencapai 600
butir dan minimal 100 butir telur
- Nimfa terdiri atas tiga tingkat instar, saat instar I (crawler) kutu putih bergerak
aktif untuk mencari makanan. Instar I berlangsung 5-6 hari. Selanjutnya pada fase
instar II kutu putih sudah dapat dibedakan jenis kelaminnya, kutu putih mulai
bergerak pasif dan berlangsung sekitar 3 hari. Kemudian saat instar III bentuk
tubuh kutu putih lebih besar dari kutu putih jantan, bergerak pasif dan berlangsung
3-4 hari. Pergantian fase instar ini ditandai adanya eksuvia (kulit lama) yang
menempel pada daun.
- Imago kutu putih betina sudah tidak memiliki sayap. Tubuhnya sudah diseimuti
lilin putih dan berbentuk oval dengan ukuran lebih besar dari nimfa. Fase imago
kutu putih betina umumnya sampai 12-13 hari, bergantung pada jenis tanaman dan
nutrisinya
b. Walang Sangit (Leptocorica acuta.Thunberg)

Gambar 4.3 Hama Walang sangit pada Tanaman Padi


Walang Sangit (Leptocorica acuta.Thunberg) menurut Sarumaha (2020:88)
termasuk dalam ordo Hemiptera. Hasil pengamatan walang sangit ditemukan pada
tanaman padi (Oryza sativa). Morfologi dari walang sangit berdasarkan hasil
identifikasi pada Gambar 4.5 yaitu walang sangit memiliki ciri morfologi tubuh
berukuran relative kecil, langsing, dengan panjang sekitar 15-16 mm, memiliki warna
tubuh kecoklatan. Sayap depan pada walang sangit ini membentuk segitiga pada
posisi belakang dan alat malutnya seperti paruh yang menyambung dengan kepala
bagian depan. Kaki dan sungut/antenna panjang. Walang snagit ini dapat terbang saat
telah dewasa.
Walang sangit tergolong jenis hama karena merusak tanaman dengan
mekanisme menghisap bulir-bulir padi yang sudah masak sesuai dengan tipe
mulutnya yaitu menusu-menghisap. Pertama-tama walang sangit akan menusuk kulit
padi kemudian menghisap kandungannya dan menyebabkan padi kopong dan berat
bulir padi berkurang sehingga menurunkan produksi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Sarumaha (2020:88) bahwa walang sangit akan menghisap butiran
padi saat memasuki fase berbunga hingga matang susu.. Hama walang sangit ini akan
aktif di pagi dan sore hari dimana hari masih terang.
Siklus hidup walang sangit yaitu tipe paurometabola atau metamorphosis
bertingkat yang diawali dari telur, nimfa, dan kemudian imago. Menurut Manueke
(2017), pada stadia telur prosesnya brgantung pasa suhu, umumnya sekitar 5-7 hari.
Telur walang sangir berbentuk oval berwarna kecolatan hinga hitam. Telur biasanya
dletakkan dipermukaan daun padi. Walang sangit dapat bertelur hingga 100 telur.
Kemudian pada stadia nimfa berubah berwarna hijau dan mulai aktif untuk
menyerang tanaman padi untuk mendapatkan makanan. Periode nimfa berlangsung
sekitar 17 hari. Selanjutnya stadia imago, walang sangit tumbuh berbentuk panjang
dan lonjong berwarna coklat dan intensitas penyerangan terhadap padi semakin tinggi.
Periode masa hidup imago walang sangit bervariasi mulai dari 16 hingga mencapai
134 hari bergantung dari factor lingkungan.
c. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gambar 4.4 Ulat Grayak pada Tanman Padi


Ulat grayak (Spodoptera litura) termasuk dalam ordo lepideptera. Berdasarkan
hasil identifikasi ulat grayak yang menyerang tanaman padi, didapatkan bahwa ulat
grayak memiliki warna tubuh coklat keperakan. Panjang ulat grayak dapat mencapai 5
cm. Pada saat imago, sayap belakang yang terbnetuk berwarna putih dan terdapat
bercak-bercak hitam. Ulat grayak merupakan jenis hama yang menyerang tanaman
padi dengan menggigit bagian tanaman terutama daun. Penyerangan ini aktif
dilakukan saat stadia larva dengan tipe mulut menggigit mengunyah sejalan dengan
pernyataan Lopes (2017). Penyerangan ini aktif di malam hari.
Siklus hidup ulat grayak (S.litura) menurut Fattah (2016) adalah metamorphosis
sempurna (halumetabola) dari telur, larva, pupa, dan kemudian imago.
- Telur ulat grayak berumur 3-4 hari. Dalam satuu siklus, ulat grayaka betina dapat
bertelur hingga 2000-3000 telur. Telur ini biasanya diletakkan di bawah daun
kemudian ditutupi oleh bulu dari ulat betina.
- Larva, berumur 12-15 hari dengan 6 tahapan instar. Saat baru menetas, warna
larva hijau muda dan saat tahap akhir instar larva terdapat kalung hitam pada
segmen abdomen 4 dan 10. Stadia larva biasanya berlangung 20-46 hari.
- Pupa, fase instar terakhir dari larva akan masuk ke dalam tanah dengan kedalaman
sekitar 3 cm dan menjadi pupa. Pupa ulat grayak berwarna coklat. Stadium pupa
berkisar antara 8-11 hari.
- Imago, berlangsung sekitar 5-6 hari. Imago dari ulat grayak berupa kupu-kupu.
Dari telur hingga imago, keseluruhan siklus hidup ulat grayak sekitar 30-60 hari.
d. Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)

Gambar 4.5 Kumbang Koksi pada Tanaman Padi


Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) termasuk dalam ordo Coleoptera
familli Coccinellidae. Berdasarkan hasil identifikasi, kumbang koksi memiliki ciri
morfologi berwarna cerah mengkilap saat fase dewasa, yaitu berwarna orange dan
terdapat bercak hitam di kulitnya. Bagian kepala sangat kecil dan datar sedangkan
kumbangnya berbentuk cembung. Fitriani (2018) mengidentifikasi bahwa pada
kumbang koksi terdapat struktur sayap depan (elytron) yang keras dan tebal
sedangkan sayap belakang menyerupai selaput. Sayap belakang inilah yang digunkan
kumbang koksi untuk terbang dan akan terlipat dibawah sayap depan bila kondidi
istirahat. Bagian kepala dapat memanjang seperti mocong, mata majemuk besar dan
tidak memiliki mta tunggal.
Hasil pengamatan kumbang koksi ditemukan pada daun tanaman padi (Oryza
sativa). Kumbang koksi dapat menjadi predator bagi serangga lain. Ia akan memangsa
yang bergerak lambat seperti kutu daun (Aphididae spp.), kutu perisai (Aspidiotus
destructor), dan kutu sisik. Namun kumbang koksi juga berpotensi menjadi hama bagi
tanaman. Hasil penelitian Suyogo (2016) mengungkapkan bahwa kumbang koksi
adalah hama yang memakan daun-daun muda tanaman secara aktif selama 24 jam.
Sesuai dengan tipe mulutnya yaitu penggigit-pengunyah, kumbang ini akan menggigit
daun sehingga mengakibatkan daun berlubang, permukaan luasnya berkurang hingga
habis. Kumbang koksi juga menjadi predator dengan menangkap mangsa kemudian
langsung memakannya. Saat fase larva, kumbang koksi sangat rakus hingga dapat
memangsa 5-10 mangsa setia harinya. Bentuk masngsa yang dimakan dapat berupa
telur, nimfa, larva, atau bahkan imago.
Siklus hidup dari kumbang koksi adalah jenis holometabola atau
metamorphosis sempurna. Hal ini sesuai dnegan pernyataan Lopes (2017) bahwa
serangga dari ordo coleoptera mengalami metamorphosis sempurna dari telur, larva,
pupa, dan kemudian imago. siklus pertumbuhan dari telur menuju dewasa
membutuhkan waktu sekitar 1-2 minggu kemudian akan berkembangbiak kembali
dalam 6-10 minggu dan menghasilkan keturunan hingga 150-200 anakan. Saat fase
dewasa. Efendi (2018) menjabarkan bahwa pada stadia larva menglami 4 tahapan
instar, instar I berlangsung selama 2,43±0,19 hari, instar II 2,53±0,19 hari, instar III
berlangsung 2,64±0,04 hari, dan instar IV berlangsung sekitar 2,77±0,21 hari. Untuk
stadia imago berlangsung selama 13,63±1,00 untuk jantan dan untuk betina
berlangsung sekitar 15,14±1,90 hari.
e. Lalat bibit (Atherigona sp)
Gambar 4.6 Lalat bibit pada Tanaman Jagung
Lalat bibit (Atherigona sp) termasuk dalam ordo diptera. Berdasarkan hasil
identifikasi lalat buah yang menyerang bibit jagung seperti pada gambar 4.6
berukuran sangat kecil, berwarna hitam kemerahan hingga bagian punggung, tidak
memiliki antena dengan ujung berbentuk tumpul dan memiliki abdomen yang
berwarna kuning. Sayap bertekstur transparan lalat buah transparan terdiri dari sayap
depan dan sayap belakang yang mengalami modifikasi menjadi halter yang berfungsi
sebagai alat keseimbangan. Lalat bibit ini merupakan kelompok hama yang
menyerang bibit jagung saat larva dan imago. Saat larva memiliki tipe mulut
menggigit-mengunyah, ia akan megigit dan memakan bibit jagung, bekas gigitan
kemudian mengalami pembusukan. Sedangkan saat imago tipe mulutnya adalah
menusuk-mengisap sehingga penyerangan dengan meghisap cairan dalam bibit.
Simanjuntak (2014) juga menyatakan bahwa serangan dari lalat bibit meninggalkan
bekas tusukan berupa bintik-bintik beralur coklat pada keping biji. Bila biji masih
berada pada pohon maka biji akan cepat gugur, kemudian tanaman layu dan akhirnya
mati. Penyerangan lalat bibit hanya berlangsung saat musim hujan dan aktif saat sore
hari.
Siklus hidup lalat bibit yaitu metamorphosis sempurna (holometabola) berawal
dari telurlarva, pupa, dan kemudian imago. stadia telur berlangsung selama 2-3 hari
dan akan aktif saat malam hari. Induk betina lalat bibit akan meletakan telur-telurnya
secara terpisah. Stadia larva adalah stadia dimana lalat bibit mulai menyerang bibit
tanaman dengan memakan pangkal hingga ujung daun. Bentuk larva panjang sampai
9 mm, berwarna krem hingga kekuningan. Larva dapat mencapai ukuran 8,5 mm pada
stadia akhir. Stadia larva kurang lebih 17 hari. Kemudia stadia pupa yang berwarna
coklat kemerahan dengan panjang sekitar 4,1 mm. Pupa ini biasanya ditemukan di
batang bawah permukaan dan berlangsung sekitar 5-11 hari. Selanjutnya stadia imago
berukuran sekitar 3-3,5 mm. Imago betina meletakkan telur sebanyak 18 buah pada
salah satu permukaan daun. Siklus hidup lalat buah secara keseluruhan dari telur
hingga imago berlangsung sekitar 26 hari. (Adnan, 2011)
BAB IV
PENUTUP
Serangga (insescta) merupakan kelas dari filum Arthropoda yang paling mendominasi
bumi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada praktikum “Pengenalan Serangga”,
diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Serangga merupakan kelompok invertebrate yang jumlahnya sangat besar dengan
keragaman spesies yang tinggi. Ciri umum dari serangga adalah tidak bertulang
belakang namu memiliki sayap, memiliki tubuh yang beruas dan berbentuk bilateral
simetris, memiliki tubuh yang beruas dengan ukuran tubuh dai 2 hingga 40 mm,
memiliki 3 pasang kaki dan merupakan hewan pertama yang dapat berkolonisasi di
bumi. tidak bertulang belakang namu memiliki sayap, memiliki tubuh yang beruas
dan berbentuk bilateral simetris.
2. Ordo-ordo serangga meliputi hemiptera, homoptera, coleoptera, lepidoptera, diptera,
orthoptera, thysanovtera, hymenoptera, dan lain-lain.
3. Hasil identifikasi menemukan hama kutu putih yang menjadi hama pada bunga
matahari, termasuk ordo hemiptera. Walang sangit (Leptocorica acuta.Thunberg)
menyerang tanaman padi berasal dari ordo hemiptera, ulat grayak (Spodoptera litura)
menyerang tanaman padi berasal dari bab lepidopera, kumbang koksi (Epilachna
admirabilis) sebgai hama dan predator hama lain. Lalat bibit (Atherigona sp)
menyerang bibit tanaman jagung.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A.M. 2011. Manajemen Musuh Alami Hama Utama Jagung. Seminar Nasional
Serealia 2011. Balai Penelitian Tanaman Serealia

Andayanie, W.R, W. Nuriana, dan N.Ermawati. 2019. Perlindungan Tanaman dengan


Insektisida dan Antiviral Nabati. Yogyakarta :Deepublish

Awan, Hendri. 2018. Distribusi Dan Karakteristik Hama Kutu Putih Ubi Kayu (Phenacoccus
manihoti) Di Pulau Lombok. Jurnal HPT Tropika. 20 : 1-15

Effendi, S., Yaherwandi. Dan N. Nelly. 2018. Biologi dan Statistik Demografi Coccinella
transversalis Thunberg (Coleoptera:Coccinellidae) Predator Aphis gossypii Glover
(Homoptera: Aphididae). Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia. 22(1) : 91-97

Fakhrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah Di Gampong Krueng Simpo


Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal Pendidikan Almuslim. 4 (1) : 48-52

Fattah, A. dam A.Ilyas. 2016. Siklus Hidup Ulat Grayak (Spodoptera litura, F) dan Tingkat
Serangan pada Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Sulawesi Selatan. Prosiding
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. Banjarbaru

Fitriani. 2018. Identifikasi Predator Tanaman Padi (Oryza sativa) Pada Lahan Yang
Diaplikasikan Dengan Pestisida Sintetik. Agrovital Jurnal Ilmu Pertanian Universitas
Al Asyariah. 3(2) : 65-69

Lopes, Yos F.D. 2017. Panduan Bergambar Pengenalan Ordo serangga Hama. Jurusan
Manajemen Pertanian Lahan Kering. Politeknik Negeri Kupang.

Manueke, J., B.H Assa, dan E.A Pelealu. 2017. Hama-Hama Pada Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa L.) Di Kelurahan Makalonsow Kecamatan Tondano Timur Kabupaten
Minahasa. Eugenia.23(3). 120-126

Muliani, R.Jannah, dan S.Wahyuni. 2015. Keanekaragaman Serangga Pada Perdu Di


Kawasan Pegunungan Sawang Ba’u Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan.
Prosiding Seminar Nasional Biotik.

Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI). 2015. Metamorfosis: Serangga Untuk Kehidupan


Yang Lebih Baik. Metamorfosis: Serangga Untuk Kehidupan Yang Lebih Baik.
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia. Universitas
Brawijaya.

Pramayudi, N., H.Oktarina. 2012. Biologi Hama Kutu Putih Pepaya (Paracoccus marginatus)
Pada Tanaman Pepaya. Jurnal Floratek. 7: 32 – 44

Rai, I Nyoman. 2018. Dasar-Dasar Agronomi. Percetakan Pelawa Sari : Denpasar.

Sarumaha, murnihati. 2020. Identifikasi Serangga Hama Pada Tanaman Padi Di Desa
Bawolowalani. Jurnal Education and development. 8(3) : 86-91
Simanjuntak Y.C.B, Y. Pangestiningsih, dan Lisnawita. 2014. Pengaruh Jenis Insektisida
Terhadap Lalat Bibit (Ophiomyia phaseoli Try.) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max
L.). Jurnal Online Agroekoteknologi. 2(3): 933-941

Anda mungkin juga menyukai