Anda di halaman 1dari 20

RANGKUMAN

BAB I
KONSEP DASAR SEJARAH

Pengertian diakronis, sinkronis dan kronologi
Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam
bahasa latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronisartinya
memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.
Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.
Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya.
Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa
berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk
membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait
peristiwanya.
Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu
sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses,sejarah
akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai
waktu B.
Contoh:
1.    Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
2.  Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930
3.  Revolusi Fisik di Indonesia, 1945-1949
4.  Gerakan Zionisme 1897-1948
Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
        Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas
dalam ruang.Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu padasaat tertentu, titik tetap
pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan
peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu
kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan
ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi
hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.
Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ). Kita ingin
mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang
sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial
menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis
Contoh:
– Peranan militer dalam politik,1945-1999  ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )
– Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )
Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
·         Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa – peristiwa sejarah dalam
perjalanan waktu.
·         Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari
ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut.
·         Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang
menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
Konsep waktu
·         Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa
lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
·         Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa
lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah
itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita
untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa
mendatang.
·         Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk
perencanaan masa yang akan datang
Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah
1.    Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu
peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah
2.  Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian.
3.  Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena
perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana
manusia hidup  (beraktivitas).
A.  Kronologi dan periodisasi dalam sejarah
Kronologi dan periodisasi merupakan hal yang sangat penting dalam sejarah. Dengan
periodisasi sejarawan dapat lebih fokus pada penelitian sejarah. Hasil penelitiannya juga akan
lebih sempurna. Kesempurnaan ini juga akan lebih lengkap jika hasil penelitian sejarah di
susun secara kronologis dimana urutan waktu terjadi peristiwa sejarah tersebut dapat dilihat
dengan baik.
   a.    Kronologi dalam sejarah
Dalam mempelajari dan menyusun peristiwa sejarah akan selalu terkait dengan waktu.
Waktu adalah sesuatu yang selalu bergerak dari masa lalu masa kini dan masa yang akan
datang. Peristiwa-peristiwa tersebut harus brgerak sehingga melahirkan peristiwa baru yang
saling terkait dan tidak pernah berhenti. Upaya yang dilakukan para sejarawan untuk
menyusun peristiwa sejarah secara teratur menrut urutan waktunya disebut kronologi sejarah.
Hal yang membedakan antara kronologi dan periodisasi hanyalah dalam batasan
waktunya. Periodisasi mengatur pembagian atau pembabakan peristiwa masa lampau dengan
batasan waktu yang terbatas.
Dalam kenyataan sejarah yang sebenarnya, tidak di kenal adanya kronologi ataupun
periodisasi sejarah. Karena pada hakikatnya peristiwa saling berkesinambungan antara yang
satu dengan yang lainnya dan tidak akan terputus dalam satu periodisasi. Tujuan periodisasi
dan kronologi dalam penulisan sejarah bertujuan untuk mempermudah dalam mempelajari
sejarah.
Istilah kronologi di artikan dan dipahami sebagai urutan peristiwa yang disusun
berdasarkan terjadinya. Kronologi berasal dari bahasa yunani yaitu chronos berarti waktu
danlogos berarti ilmu atau pengetahuan. Secara harfiah berarti ilmu tentang waktu.
Dalam sejarah kronologi adalah ilmu untuk menentukan waktu terjadinya suatu
peristiwa dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu. Tujuan
kronologi adalah menghindari anakronisme atau kerancuan waktu sejarah.
Dengan memahami konsep kronologi kita juga dapat melihat kaiatan-kaitan peristiwa
yang terjadi di masa lalu dan direkonstruksi kembali secara tepat berdasarkan urutan waktu
terjadinya. Berkat bantuan konsep kronologi kita juga dapat melihat kaitan peristiwa sejarah
yang terjadi di belahan bumi yang lain. Kronologi merupakan ilmu dasar yang sangat penting
dalam ilmu sejarah karena konsep ini menggambarkan proses sejarah. Misalnya bulan, hari
tahun terjadinya suatu peristiwa penting. Catatan tahun terjadinya suatu peristiwa sejarah
biasa di sebut kronik.
Cara terbaik dalam menunjukan suatu peristiwa secara kronologi adalah dengan
menggunakan garis waktu. Garis waktu tersebut menjajarkan peristiwa yang terjadi di masa
lalu urut berdasarkan waktu terjadinya. Mengenai tentang waktu yang di pakai tergantung
ruang lingkup peristiwa yang akan di paparkan. Ada beberapa ukuran waktu atau sistem
penanggalan misalnya masehi isalam dan cina tradisional.
Sebagai bangsa yang besar bangsa indonesia mempunyai perjalanan sejarah yang
panjang. Kronologi sejarah indonesia di mulai pada zaman prasejarah yang terdiri dari zaman
batu dan logam. Zaman batu terdiri dari palaeolithikum atau zaman batu tua, mesolithikum
atau zaman batu tengah, neolithikum atau zaman batu muda dan megalithikum atau zaman
batu besar. Terus zaman hindu-budha zaman islam zaman kolonial belanda, zaman
pendudukan jepang, zaman kemerdekaan, zaman orde lama zaman orde baru dan zaman
reformasi.
   b. Periodisasi dalam sejarah
Merupakan pengklasifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan atau pembabakan
waktu. Dalam membuat periodisasi para sejarawan membuat kesimpulan umum mengenai
sebuah peiode.contoh para sejarawan membagi sejarah dalam dua periode:
– Zaman prasejarah yakni zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Babakan ini di
mulai sejak adanya manusia hingga ditemukannya peninggalan-peninggalan tertulis.
– Zaman sejarah yakni zaman ketika manusia sudah mengenal tulisan. Babakan ini di mulai
sejak manusia sudah mengenal tulisan hingga sekarang.
Periodisasi sangat penting dalam penulisan sejarah karena merupakan batang tubuh
cerita sejarah.
Peridisasi dalam penulisan sejarah tergantung pada jenis penulisan yang dilakukan.
Periodisasi dapat dilakukan berdasarkan perkembangan poltik, sosial, ekonomi, kebudayaan,
dan agama. Berdasarkan perkembangan politik periodisasi dapat dilakukan berdasarkan raja-
raja yang memerintah di suatu daerah seperti kesultanan yogyakarta dan banten. Berdasarkan
perkembangan sosial ekonomi periodisasi dapat dilakukan dengan pembagian sejarah
berdasarkan sistem mata pencaharian masyarakat. Misalnya masa berburu dan
mengumpulkan makanan  yang diikuti dengan masa bercocok tanam dan hidup menetap.
Berdasarkan kebudayaan, periodisasi dilakukan dengan mengelompokkan masyarakat dengan
kebudayaan terendah sampai masyarakat dengan kebudayaan tertinggi.
      
BAB II

CORAK KEHIDUPAN DAN HASIL-HASIL BUDAYA MASA PRA AKSARA


INDONESIA

A. Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara

Pada awalnya masyarakat praaksara hidup secara nomaden  (berpindah-pindah). Kemudian


mereka mengalami perubahan dari nomaden ke semi nomaden. Akhirnya mereka hidup
secara menetap di suatu tempat dengan tempat tinggal yang pasti. 
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat praaksara menggunakan beberapa jenis
peralatan mulai dari yang terbuat dari batu hingga logam. Oleh karena itu, masyarakat
praaksara telah menghasilkan alat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan perkembangan kehidupannya, masyarakat praaksara terbagi menjadi tiga masa
yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan bergantung pada alam sekitar. Wilayah-wilayah
yang ditempati manusia praaksara adalah wilayah yang banyak menyediakan bahan makanan
dalam jumlah yang cukup dan mudah memperolehnya. Wilayah tersebut juga memiliki
banyak hewan sehingga manusia praaksara mudah untuk berburu hewan.
Manusia yang hidup pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan ini diperkirakan satu
masa dengan zaman paleolitikum. Secara geografis, pada zaman ini masih bergantung pada
kondisi alam sekitar. Daerah sungai, danau, padang rumput merupakan tempat-tempat ideal
bagi manusia praaksara, karena di tempat itulah tersedia  air dan bahan makanan sepanjang
tahun. Pada zaman itu manusia praaksara menempati tempat tinggal sementara di gua-gua
payung yang dekat dengan sumber makanan seperti ikan, kerang, air, dan lain-lain.
a.  Kehidupan ekonomi
Kehidupan ekonomi pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah bergantung
pada alam. Mereka akan tetap tinggal di wilayah tersebut selama persediaan bahan makanan
masih cukup. Ketika merreka telah kehabisan sumber makanan maka mereka akan berpindah
dan mencari tempat lain yang kaya akan makanan. Kehidupan yang selalu berpindah-pindah
inilah ciri-ciri manusia praaksara. Hasil perburuan mereka kumpulkan untuk keperluan
perpindahan ke tempat lain sebagai cadangan sebelum mereka mendapatkan tempat baru.
b.  Kehidupan sosial
Mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil, dalam satu
kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam
perkembangannya disebut sebagai ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompoknya
untuk berpindah tempat dari tempat satu ke tempat lain. Anggota kelompok laki-laki bertugas
memburu hewan sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-
tumbuhan.
c. Kehidupan budaya
Kehidupan budaya ini dapat dilihat dari karya-karya yang telah berhasil dibuat. Alat-alat pada
zaman praaksara memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada zaman itu bertahan
hidup.
Karena peralatan manusia zaman praaksara terbuat dari batu maka hasil budaya yang
dikembangkan pada zaman itu adalah hasil budaya batu. Tidak heran jika zaman tersebut
dikenal dengan zaman batu. Hasil-hasil kebudayaan batu yang pernah ditemukan di
antaranya: kapak genggam, kapak perimbas, serpih bilah, dan lain-lain.

2. Masa Bercocok Tanam


Dalam memahami lebih dalam mengenai manusia yang hidup di zaman praaksara, Grameds
dapat membaca buku berjudul Sapiens Grafis: Kelahiran Umat Manusia oleh Yuval Noah
Harari.

Bagi mereka, dengan bercocok tanam dirasakan persediaan makanan akan tercukupi
sepanjang tahun tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok tanam juga mereka
mengembangkan hewan ternak untuk dipelihara. 

a.  Kehidupan ekonomi


Secara ekonomi, manusia pada zaman ini telah menghasilkan  produksi sendiri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka membabat hutan untuk ditanami dan produk yang
mereka hasilkan antara lain umbi-umbian.
Selain pertanian, sumber ekonomi mereka adalah dengan beternak (memelihara ayam,
kerbau, babi hutan dan lain-lain).  Manusia pada masa bercocok tanam ini diperkirakan telah
melakukan kegiatan perdagangan sederhana yaitu barter. Barang yang ditukarkan adalah hasil
cocok tanam, hasil laut yang dikeringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah dan
beliung. Hasil umbi-umbian sangat dibutuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil
ikan laut yang dikeringkan dibutuhkan oleh mereka yang tinggal di pedalaman.  
b.  Kehidupan sosial
Dengan hidup bercocok tanam, memberikan kesempatan manusia untuk menata hidup lebih
teratur. Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan kecil.
Dalam sebuah kampong terdiri dari beberapa keluarga dan dalam kampong dipimpin oleh
ketua suku. Strata social ketua suku adalah palin tinggi karena kriteria yang diambil
berdasarkan orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara reigius. Dengan
dmeikian semua aturan yang telah ditetapkan harus ditaati dan dijalankan oleh seluruh
kelompok tersebut.
Kebutuhan hidup dikelola bersama-sama untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang
memerlukan tenaga besar sepeprti mebangun rumah, berburu, membuat perahu membabat
hutan, diserahkan kepada kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan,
menabur benih di ladang, beternak, merawat rumah dan keluarga diserahkan pada kaum
perempuan. 
  c.  Kehidupan budaya
Pada masa bercocok tanam, manusia praaksara telah menghasilkan budaya yang mengarah
pada usaha bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan. Bentuk alat-alat yang
dihasilkan pun lebih halus dan memiliki gaya seni. Selain sebagai alat untuk bercocok tanam,
alat-alat ini juga sebagai alat upacara keagamaan. Alat-alat itu antara lain kapak lonjong,
gerabah, kapak persegi, perhiasan dan masih banyak yang lain.
Ada sebuah kepercayaan bahwa apabila orang yang meninggal dunia akan memasuki alam
sendriri. Pada masa ini, jika ada orang meninggal dunia maka akan dibekali benda-benda
keperluan sehari-hari seperti perhiasan. Tujuannya adalah agar arwah yang meninggal dunia
mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.
 3. Masa Kehidupan Perundagian
Pada masa ini diperkirakan satu zaman dengan masa perunggu. Pada zaman ini peradaban
manusia sudah mencapai tingkat yang tinggi. Hal ini ditandai munculnya sekelompok orang
yang memiliki keahlian tertentu dalam pembuatan gerabah, pembuatan perhiasan serta
pembuatan perahu. Yang paling menonjol adalah pembuatan bahan-bahan dari logam.
Dengan munculnya masa perundagian, maka secara umum berakhirlah masa praaksara di
Indonesia walaupun dalam kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman yang masih
berada di zaman batu.
a.  Kehidupan ekonomi
Masyarakat pada masa perundagian telah mampu mengatur kehidupan ekonominya dan
mampu berpikir bagaimana memenuhi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Hasil 
panen pertanian disimpan untuk masa kering dan diperdagangkan ke daerah lain. Masyarakat
juga sudah mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas, bahkan jenis hewan tertentu
digunakan untuk membantu dalam bercocok tanam dan perdagangan. Kemampuan produksi,
konsumsi, dan distribusi menopang kesejahteraan hidup mereka.
Seiring dengan kemajuan teknologi, maka memungkinkan mereka melakukan perdagangan
yang lebih luas jangkauannya. Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini
menambah nilai ekonomis yang tinggi karena beragamnya barang-barang yang ditukarkan.
Bukti perdagangan antar pulau pada masa perundagian adalah ditemukannya nekara di
Selayar dan Kepulauan Kei yang dihiasi gambar-gambar binatang seperti gajah, merak, dan
harimau.
b.  Kehidupan  sosial

 B. Sistem Kepercayaan Manusia Zaman Pra Aksara


Sistem kepercayaan masyarakat praaksara diperkirakan mulai tumbuh pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang
yang terjadi pada masa mesolitikum.
1. Animisme
Kata “animisme” berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti roh. Seperti dalam buku
Sejarah Asia Tenggara (2013) karya M.C Ricklefs animism adlah sistem kepercayaan yang
memuja roh nenek moyang atau makhluk halus.
 2. Dinamisme
Kata “dinamisme” berasal dari bahasa Inggris “dynamic” yang berarti daya, kekuatan,
dinamis. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan supranatural seperti pohon dan batu besar.
3. Totemisme
Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa binatang atau tumbuhan
tertentu memiliki kekuatan supranatural untuk memberikan keselamatan atau malapetaka
kepada penganutnya.
BAB III
PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA

Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia membawa perubahan


signifikan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Adapun perwujudan
akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia
terlihat dari seni bangunan, kesusastraan, bahasa dan tulisan, kepercayaan dan
filsafat, juga sistem pemerintahan.

Seni Bangunan

Pengaruh Hindu-Budha secara fisik paling jelas tampak pada bangunan candi.
Dimana, candi merupakan bangunan yang paling banyak didirikan pada masa
pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Candi memiliki arti atau bentuk bangunan
beragam misalnya candi yang berfungsi sebagai tempat peribadatan dan makam,
candi pemandian suci (parthirtan).

Candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki bandi (bhurloka, alam dunia fana),
tubuh candi (bhurwaloka, alam pembersihan jiwa), dan puncak candi (swarloka,
alam jiwa suci). Namun, karena ciri akulturasi adalah dengan mempertahankan
kekhasan budaya asalnya, maka terdapat perbedaan arsitektur yang cukup
mencolok, salah satunya candi yang berada di kawasan Jawa Tengah dengan
yang ada ada di Jawa Timur. Adapun perbedaan dari candi-candi tersebut antara
lain :

 Candi di Jawa Tengah, berbentuk tambun dengan hiasan kalamakara


(wajah raksasa) di atas gerbang pintu masuk. Puncak candi berbentuk
stupa, dengan bahan utama batu andesit. Pada umumnya, candi ini akan
menghadap kea rah timur.
 Candi di Jawa Timur, berbentuk lebih ramping, dengan hiasan kala di
atas gerbang lebih sederhana daripada kalamakara. Puncak candi
berbentuk kubus, dengan bahan utama batu bata. Umumnya, candi yang
berada di Jawa Timur ini menghadap kearah barat.

Kesusasteraan

Dalam perkembangannya, budaya tulisan melahirkan karya-karya sastra berupa


kitab buah karya para pujangga Nusantara. Kitab ini berupa kumpulan kisah,
catatan, atau laporan tentang suatu peristiwa, kadang di dalamnya juga terdapat
mitos.

Pengaruh akulturasi budaya ini paling jelas tampak pada upaya adaptasi yang
dilakukan oleh sejumlah pujangga seperti Mpu Kanwa, Mpu Sedah, Mpu
Dharmaja, dan Mpu Panuluh. Mereka melakukan adaptasi terhadap epic
Mahabharata dan Ramayana disesuaikan dengan kondisi pada masa itu.

Bahasa dan Tulisan

Pengaruh Hindu-Budha mengantarkan masyarakat Indonesia kepada budaya


tulis atau zaman sejarah. Budaya tulis itu menggunakan Bahasa sansekerta
dengan huruf Pallawa atau jenis tulisan yang digunakan di bagian selatan India.
Dalam perkembangannya, huruf Pallawa menjadi dasar dari huruf-huruf lain di
Indonesia seperti huruf Kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno, Lampung, Batak, dan
Bugis-Makasar.
Sementara, bahasan sansakerta mengalami stagnasi karena digunakan hanya
dilingkungan terbatas yaitu di istana dan khusus digunakan oleh kalangan
Brahmana. Budaya tulisan atau aksara dari masa-Hindu-Budha di Nusantara
dikuatkan oleh bukti-bukti berupa prasasti dan kitab.

Kepercayaan dan Filsafat

Kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum dikenalnya agama Hindu-


Budha adalah kepercayaan yang bercorak animism dan dinamisme. Seiring
masuknya pengaruh Hindu-Budha maka masyarakat Indonesia pun mulai
menganut kedua agama tersebut.

Sistem Pemerintahan

Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia mengubah sistem


pemerintahan yang ada di nusantara. Awalnya, sistem pemerintahan bercorak
kesukuan dan kerakyatan menjadi monarki dengan hirarki (tingkatan) yang
jelas.

Struktur pemerintahan monarki berlaku umum disemua kerajaan Hindu-Budha


yang pernah muncul di Indonesia mulai dari Kutai sampai Majapahit, artinya
pemimpin tertinggi pemerintahan adalah raja. Dimana, raja dipilih berdasarkan
faktor keturunan dari dinasti yang berkuasa dan dikukuhkan oleh kasta
Brahmana atau kasta yang paling disegani dalam masyarakat Hindu.
BAB IV
PENGARUH AGAM DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Ketika itu,
Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia.
Sama seperti ketika berkenalan dengan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat
Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan.
Melalui aktifitas ekonomi ini masyarakat Indonesia yang Hindu-Buddha lambat laun
mengenal ajaran Islam, terutama masyarakat pesisir laut yang cenderung lebih terbuka
terhadap budaya asing.

Ada beberapa teori mengenai masuknya Islam ke Indonesia, yaitu:

1. Teori Mekah, mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung
dari Mekah atau Arab sekitar abad pertama Hijriah. Tokoh yang menperkenalkan teori ini
adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA
2. Teori Gujarat, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari
Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini
adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden, Belanda. Teori ini juga dikembangkan oleh J.P.
Moquetta
3. Teori Persia, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah
Persia. Pencetus teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat yang memberikan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia.

4. Teori Cina, mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari para
perantau Cina. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan,
menurut kronik Dinasti Tang (618-960), di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam
pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam. Semua teori di atas
masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri.

Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut. Dalam
perkembanganya, tradisi agama dan kebudayaan bercorak Islam mampu membaur dengan
budaya pribumi Indonesia yang telah juga dipengaruhi agama dan budaya Hindu Buddha.
Dari proses asimilasi tersebut muncullah agama dan budaya Islam yang sinkretis.
Peninggalan-peninggalan bercorak Islam dapat dilihat dari: penggunaan bahasa Arab,
bangunan fisik (candi dan nisan pada makam), khasanah kesusastraan, karya seni kaligrafi,
musik, dan tari. Hingga sekarang tradisi bernilai Islam tersebut masih dipraktikkan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia

Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perkembangan Islam
di Indonesia mulai abad ke-13 yang menunjukkan intensitas tinggi. Pengaruh Islam terlihat
dari sistem pemerintahan, perilaku keagamaan dan bukti fisik. Sistem pemerintahan
Kemunculan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam di Indonesia menunjukkan bukti konkrit
pengaruh Islam pada sistem kemasyarakatan, dalam konteks sistem politik dan pemerintahan.
Ditunjukkan dengan penggunaan gelar Sultan untuk raja. Dalam struktur pemerintahan
Kraton Demak juga menunjukkan Islam telah memengaruhi pola dan tatanan pemerintahan
kerajaan-kerajaan di Indonesia, ditandai adanya jabatan penghulu.

Perilaku keagamaan Di masyarakat Sumatera Barat mengakui perlunya norma-norma adat


yang tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang ditetapkan Islam. Adanya pepatah
"adat bersendi sara, dan sara bersendikan kitabullah" memperkaya norma-norma adat di
Sumatera Barat Islam. Di Jawa memadukan antara upacara adat dengan dakwah Islam,
ditunjukkan dengan adanya grebeg Maulud.

Di berbagai tempat di nusantara banyak diadakan upacara adat dengan latar belakang terkait
paham-paham tertentu dalam Islam. Misal, kenduri bubur sura, asan-usen tabut, kanji asura,
dan lain-lain. Di bidang keagamaan, tasawuf memiliki pengaruh cukup penting. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tasawuf adalah ajaran untuk mengenal dan
mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar
dengan-Nya.

Ritual-ritual keagamaan masyarakat didasarkan atas ajaran tarekat. Tokoh-tokoh tarekat


seperti Hamsah Fansuri, Abdur Rauf Singkel, Nuruddin Ar Raniri. Mereka adalah
pengembang tarekat yang punya banyak pengikut di Sumatera dan menjadi rujukan
masyarakat dalam menjalankan ritual keagamaan. Dalam perilaku keagamaan, ajaran tasawuf
dapat diterima di Indonesia karena ada titik temu dengan kepercayaan masyarakat terdahulu.
Sehingga dalam perkembangan Islam di masyarakat bentuk-bentuk ritual tasawuf mewarnai
perilaku keagamaan masyarakat. Beberapa tarekat berkembang di Indonesia dengan baik
antara lain Wodiriyah, Naqsabandiyah, Satariyah, Rifaiyah, Qodiriyah wa Naqsabandiyah,
Syadziliyah, Khalwatiyah dan Tijaniyah. Di Jawa ada Wali yang menggunakan saluran
kesenian untuk menyebarkan Islam. Yang populer adalah Sunan Kalijaga yang menjadikan
pertunjukan wayang sebagai sarana dakwah efektif.

Bukti fisik Bukti fisik masuknya pengaruh Islam terlihat pda bidang seni bangunan
(arsitektur) dan seni sastra. Berikut ini penjelasannya: Seni bangunan Bukti adanya pengaruh
Islam pada seni bangunan ada pada masjid dan makam. Masjid adalah bangunan tempat
ibadah shalat bagi umat Islam. Dalam bangunan masjid pengaruh Islam terlihat dari seni ukir
di dalam relief di Masjid Mantingan Jepara Jawa Tengah. Selain di masjid juga ada seni ukir
kayu di Cirebon Jawa Barat. Pengaruh Islam pada makam terlihat dari nisan Fatimah binti
Maimun di Leran Gresik Jawa Timur, makam Al Malikussaleh di Beuringen, Samudera,
Aceh Nanggroe Darussalam dan makam Troloyo di Mojokerto, Jawa Timur. Seni sastra
Bukti pengaruh Islam pada seni sastra sangat banyak. Di Sumatera muncul karya sastra yang
berbentuk hikayat, syair, tambo dan silsilah. Di Jawa muncul karya sastra seperti suluk,
babad, tembang dan kitab.

Kerajaan Islam di Indonesia Perkembangan kerajaan Islam di Indonesia terlihat dari ada
sejumlah kerajaan yaitu: Kerajaan Perlak Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Aceh
Darussalam Kerajaan Ternate dan Tidore Kerajaan Demak Kerajaan Pajang dan Mataram
Kerajaan Banten dan Cirebon Kerajaan Gowa Sulawesi Selatan
BAB V
PERKEMBANGAN PENJAJAHAN BANGSA EROPA DI INDONESIA

Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia

Indonesia dikenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah dicari bangsa


Eropa karena manfaatnya sebagai penghangat dan bisa dijadikan pengawet makanan. Selain
karena harganya yang mahal, memiliki rempah-rempah juga menjadi simbol kejayaan
seorang raja pada saat itu. Dari faktor-faktor tersebut, banyak bangsa Eropa yang berusaha
untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah, salah satunya Indonesia.

Portugis

Bartholomeus Diaz melakukan penjelajahan samudra dan sampai di Tanjung Harapan, Afrika
Selatan, pada 1488. Penjelajahan lalu diteruskan Vasco da Gama yang sampai di Gowa
(India) pada 1498, lalu pulang ke Lisboa, Portugal, dengan membawa rempah-rempah.

Portugis pun semakin gigih dalam mencari sumber rempah-rempah. Untuk itu, Portugis
melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin Alfonso d’Albuquerque untuk menguasai
Malaka. Ia berhasil menguasai Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Asia
Tenggara pada 10 Agustus 1511.

Spanyol

Orang Spanyol yang pertama kali melakukan penjelajahan samudra adalah Christopher
Columbus. Pada 1492, ia berlayar ke arah barat melewati Samudra Atlantik, hingga akhirnya
tiba di benua Amerika. Saat itu, Columbus berpikir kalau dia telah sampai di daerah yang
ditujunya, yaitu India. Karena itulah Columbus lalu menamakan penduduk lokal yang ia
temui sebagai warga Indian.

Penjelajahan berikutnya dilakukan Magelhaens dari Spanyol ke barat daya. Melintasi


Samudra Atlantik sampai di ujung selatan Amerika, kemudian melewati Samudra Pasifik dan
mendarat di Filipina pada tahun 1521. Pelayaran Magelhaens berpengaruh bagi dunia ilmu
pengetahuan karena dirinya berhasil membuktikan bahwa bumi itu bulat. Penjelajahan
Magelhaens kemudian dilanjutkan Sebastian del Cano. Pada 1521, Sebastian del
Cano berhasil berlabuh di Tidore, namun kedatangan mereka dianggap melanggar Perjanjian
Tordesillas. Untuk menyelesaikan permasalahan keduanya, Portugis dan Spanyol melakukan
Perjanjian Saragosa pada 1529.

Belanda

Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap Belanda yang kurang


ramah dan berusaha memonopoli perdagangan di Banten membuat Sultan Banten saat itu
marah. Akibatnya, ekspedisi ini terbilang gagal. Sekitar 1598-1600, pedagang Belanda mulai
berdatangan kembali. Kedatangannya kali ini dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil
mendarat di Maluku dan membawa rempah-rempah. Keberhasilan van Neck menyebabkan
semakin banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia.

Inggris

Masuknya bangsa Inggris ke Indonesia juga bertujuan mencari rempah-rempah. Tokoh


penjelajahnya adalah Sir Henry Middleton dan James Cook. Henry Middleton mulai
menjelajah di tahun 1604 dari Inggris menyusuri perairan Cabo da Roca (Portugal) dan Pulau
Canary. Henry Middleton lanjut menuju perairan Afrika Selatan hingga Samudra Hindia. Ia
sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir 1604. Ia berlayar ke Ambon (1605), lalu ke
Ternate, serta Tidore, dan mendapat rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh.
Sedangkan James Cook sampai ke Batavia tahun 1770, setelah dari Australia.

Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia 

Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama berada di
Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di Indonesia. Meski telah
bangkrut, sampai sekarang, perusahaan ini tercatat sebagai salah satu perusahaan terkaya di
dunia, lho! Ada yang bisa menebak nama perusahaannya?

Vereenigde Oostindische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC merupakan


perusahaan dagang tersebut. VOC didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van
Oldenbarnevelt. Kepemimpinannya dipegang oleh 17 orang pemegang saham (Heeren
Zeventien) yang berkedudukan di Amsterdam. Tujuan pembentukannya adalah:

1) Menghindari persaingan sesama pedagang Belanda.

2) Memperkuat Belanda dalam persaingan dengan Bangsa Eropa lain.

3) Memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik.
VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang sendiri,
mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan
kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun
memiliki beberapa kebijakan, yaitu:

1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.

2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan
VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung dikuasai VOC,
misalnya Kesultanan Mataram.

3. Ekstirpasi: menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak berlebihan,


sehingga harga dapat dipertahankan.
4. Pelayaran Hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau penanaman dan
perdagangan rempah-rempah oleh petani.

Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi,
menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan
dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh
pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Prancis.

Perebutan Politik Hegemoni Bangsa Eropa di Indonesia

1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte,
mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki nasib
rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Prancis. Adapun kebijakan Daendels adalah:

2. Masa Pemerintahan Inggris

Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford


Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa Inggris tidak
berlangsung lama. Sejak 1816, Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda.
Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.
3. Masa Pemerintahan Belanda

Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan dalam


menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan rakyat,
sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda juga mengutus Johannes van den
Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda yang kosong akibat perang dengan
masyarakat Nusantara dan bangsa Eropa lainnya.

Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun 1830.
Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang
melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga rakyat
harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga berdampak
positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan mengetahui cara
tanam yang baik.

Pada tahun 1870, Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang
dalam UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan pemerintah.
Di sini, mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi
pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa diganti dengan sistem
kerja bebas.
Bab 6

Asal-Usul Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia

1. Beberapa petunjuk tentang keberadaan masyarakat awal di Indonesia.

 Menurut Van Heine Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari

Asia.

 Prof. Dr. H. Kern mengatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari Campa.

 Prof. Muh. Yamin mengemukakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia

berasal dari daerah Indonesia sendiri.

 Moh. Ali mengemukakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari

Yunan (Cina Selatan).

 Dr. Brandes mengemukakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia

(masyarakat Jawa Kuno) mempunyai kesamaan dengan nenek moyang bangsa-

bangsa di sebelah utara Formosa, sebelah barat Madagaskar, dan sebelah timur

sampai pantai barat Amerika.

2. Manusia purba dan Homo Sapiens mempunyai perbedaan tubuh. Terutama volume

otaknya, Homo Sapiens (manusia cerdas) sudah lebih dari 900 cc.

3. Kehidupan sosial masyarakat pada masa awal di nusantara terbagi dalam masa

kehidupan sebagai berikut.

 Hidup pada masa berburu dan mengumpulkan, cirinya:

 hidup berkelompok;

 hidup mengembara;

 belum memiliki tempat tinggal tetap;

 hidup berburu dan mengumpulkan;

 hidup di tepi sungai, pantai, dan menggantungkan alam (food

gathering).
 Hidup di masa bercocok tanam, cirinya:

 hidup sudah menetap,

 sudah menghasilkan (food producing),

 menaklukkan alam,

 masyarakat sudah teratur,

 hidup gotong royong,

 mengenal persawahan,

 di masa perundagian sudah mengenal teknik persawahan irigasi dan

pertukangan, serta

 sudah mengenal logam.

4. Alat-alat batu pada zaman praaksara di Indonesia terbagi atas zaman Paleolitikum,

Mesolitikum, dan Neolitikum.

5. Zaman batu terbagi atas tiga periode atau zaman, yakni zaman Batu tua, zaman Batu

Tengah, dan zaman Batu Baru.

Anda mungkin juga menyukai