Anda di halaman 1dari 4

SENI RUPA PADA JAMAN ISLAM

Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa keemasan Islam.
Rentangnya sekitar kemunculan Islam pada tahun 571 M hingga mulai mundurnya kekuasaan
Turki Usmani sekitar awal abad 19. Peran seni rupa Islam ini sangat besar dalam perkembangan
seni rupa modern. Seni rupa Islam juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi
motif hias. Peninggalan seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi, buku dan
permadani.
Seni Islam tidak saja berkisar mengenai agama tetapi juga mencakup kebudayaan Islam yang
kaya akan khasanah keindahan. Misalnya lukisan Islam yang menggunakan bentuk geometri
berbunga dalam gaya ulangan atau bertumpuk. Gaya ini dikenal dengan nama arabes. Arabes
dikenal dalam lukisan Islam sebagai tanda untuk melambangkan sifat Allah Yang Esa. Namun
sampai sekarang teori ini masih menjadi perdebatan oleh para pakar seni dan sejarah.

Lebih lanjut seni Islam bukanlah seni yang berdiri sendiri, namun terkait dengan wilayah
taklukan akibat ekspansi Islam. Seperti pengaruh sekitar wilayah Timur Tengah, Asia kecil dan
Eropa. Adapula pengaruh akibat hubungan perniagaan, seperti Tiongkok. Keragaman inilah yang
membuat seni rupa Islam itu sangat kaya. Kita bisa melihat pada arsitektur Islam yang berada di
bebrbagai daerah.

Contoh peninggalan seni rupa asing yang diadaptasi dalam seni rupa Islam:

Pada Masa Bani Umayyah

Pada masa ini, seni rupa Islam banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium atau Romawi.
Dimana interior masjid digarap oleh seniman Yunani dan Konstantinopel. Ragam hias mozaik
dan kubah menjadi salah satu ciri khas masa ini.
Pada Masa Bani Abbasiyah

Pada masa ini mesjid dibuat mirip bangunan kuno Mesopotamia. Yaitu menara yang semakin
kecil di bagian ujungnya dan motif hias abjad Kufa. Kufa merupakan motif hias kaligrafi
berbentuk tajam dan kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang yang melengkung.

Pada Masa Kerajaan Turki

Seni Islam yang berkembang pada masa ini adalah tekstil dan dekorasi . Kaligrafi yang
digunakan adalah dengan abjad Nashi serta pengaruh keramik Tiongkok dari Dinansti Sung.
Perkembangan Seni Rupa Masa Islam di Indonesia
Dalam kesenian Islam, utamanya seni rupa,
menampilkan ragam seni tulisan yang dibuat indah
menggunakan pola-pola tertentu, disebut kaligrafi.
Pola gambar yang paling awal berkembang pada
kesenian Islam adalah pola-pola yang diambil dari
dunia tumbuhan (floralisik) dan pola-pola
geometrik. Sejak awal seni rupa Islam tidak
membuat pola yang diambil dari bentuk hewan,
manusia, atau perwujudan dari makhluk hidup.
Terdapat dua pendapat mengenai pola makhluk
hidup yang digunakan dalam kesenian Islam.
Pertama, meyakini bahwa pembuatan pola
makhluk hidup, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an tidak diperbolehkan. Dan kedua,
berpendapat bahwa pembuatan pola makhluk hidup pada lukisan, gambar, atau patung tidak akan
menjadi objek pemujaan seperti berhala.
Sejak abad ke-13, di Timur Tengah terdapat pola kaligrafi yang menggambarkan dunia binatang,
seperti burung, kuda, dan lain sebagainya. Jika masjid-masjid kuno di Timur Tengah banyak
menampilkan beragam jenis kaligrafi di dinding utamanya, di Indonesia perkembangan kaligrafi
di masjid-masjid baru muncul ketika abad ke-20.
Berbeda dengan perkembangan kaligrafi di masjid-masjid, perkembangan kaligrafi pada nisan-
nisan kubur di Indonesia diketahui berasal dari abad ke-11. Nisan kubur pertama yang terdapat
kaligrafi di dalamnya adalah nisan kubur Fatimah binti Maimun binti Hibatullah yang wafat
tahun 1082 M. Makam tersebut ditemukan di Leran Gersik, Jawa Timur. Nisan tersebut ditulis
dalam huruf Arab dengan tulisan kaligrafi Kufik Timur. Kemudian nisan kubur Sultan Malik as-
Salih yang wafat pada 1297 M di situs kerajaan Samudera Pasai. Bentuk tulisan kaligrafi pada
nisan tersebut adalah kaligrafi Thuluth.
Seni rupa Islam selain dalam bentuk tulisan-tulisan indah, ada dalam bentuk pola-pola gambar.
Seperti pada beberapa nisan kubur akan ditemukan hiasan berpola dedaunan dan juga geometrik.
Di Indonesia yang banyak menggunakan pola-pola tersebut adalah batu nisan dari kerajaan
Aceh, dan dari pecahan hiasan dari situs kerajaan Banten Lama. Berbagai barang pun ditemukan
menggunakan hiasan-hiasan berbagai pola, seperti yang ditemukan pada kain batik, pusaka-
pusaka, atau benda-benda keperluan sehari-hari
Sumber : Poesponegoro, Marwati Djoened, dan Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional
Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai