Anda di halaman 1dari 23

PEMICU 2 EnR

Nama : Alya Rohani Prasetyo


NIM : 11191330000075
Modul : Endocrine & Reproductive System

PEMICU
Ny A, usia 38 tahun, G5P2A2, datang dibawa keluarganya ke IGD dengan keluhan
perdarahan bercak dari jalan lahir disertai mules sejak 3 hari SMRS. Perdarahan
banyak disertai keluar bagian seperti daging dan selaput berwarna putih, dirasakan
1 jam SMRS. HPHT 28 Agustus 2021 dan baru sekali memeriksakan diri ke bidan.
Riwayat tekanan darah tinggi ada setelah lahir anak kedua, namun tidak rutin kontrol
tekanan darah. Riwayat keguguran sebelumnya pada usia kehamilan 2 bulan dan 3
bulan, tidak dilakukan kuret.
Pasien ingin menunda kehamilan karena alasan ekonomi sehingga sejak kelahiran
anak kedua Ny A menggunakan program pil KB. Setelah minum pil KB, ada keluhan
pusing, sehingga diganti suntik. Setelah dua kali mendapat suntikan, ia tidak mau
disuntik lagi karena keluhan haid yang tidak teratur. Pasien disarankan
menggunakan KB non hormon berupa spiral, karena riwayat tekanan darah tinggi
dan keluhan pusing yang dialaminya, namun tidak bersedia karena takut sakit.
Pendidikan terakhir Ny A adalah SD, bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan
suami seorang pengemudi ojek online.

IDENTIFIKASI MASALAH
1.Ny. A 38 th, G5P2A2 datang dibawa keluarganya ke IGD dengan keluhan
perdarahan bercak dari jalan lahir di sertai mules sejak 3 hari SMRS
2. KU disertai keluar bagian seperti daging dan selaput berwarna putih dirasakan 1
jam SMRS
2. RPD : riwayat tekanan darah tinggi setelah lahir anak kedua namun tidak rutin
kontrol tekanan darah
3. HPHT 28 Agustus 2021 , usia kehamilan trimester 1 dan baru sekali memeriksakan
diri ke bidan
4. Riwayat keguguran sebelumnya saat usia kehamilan 2 bulan dan 3 bulan tidak
dilakukan kuret
5. Pasien menggunakan program pil KB sejak lahiran anak kedua, namun terdapat
keluhan pusing sehingga diganti suntik,pasien berhenti menggunakan KB suntik
karena keluhan haid yang tidak teratur menolak menggunakan KB spiral

1
6. RPSos : pendidikan terakhir SD, bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan
suami seorang pengemudi ojek online

RUMUSAN MASALAH
Mengapa Ny. A, 38 tahun, G5P2A2 , dengan usia kehamilan 8 minggu mengalami
perdarahan dari jalan lahir diserta mules sejak 3 hari SMRS dan keluar bagian seperti
daging dan selaput berwarna putih dirasakan 1 jam SMRS ?

HIPOTESIS
Ny. A, 38 tahun, G5P2A2 , dengan usia kehamilan 8 minggu mengalami perdarahan
dari jalan lahir diserta mules sejak 3 hari SMRS dan keluar bagian seperti daging dan
selaput berwarna putih dirasakan 1 jam SMRS akibat mengalami abortus yang
dicetuskan oleh penggunaan pil KB ,hipertensi tidak terkendali dan riwayat abortus
sebelumnya dengan diagnosis banding : flek pada kehamilan, kehamilan ektopik,
perdarahan endometrium

ANALISIS MASALAH

LEARNING ISSUES
1. Definisi dan klasifikasi dan mengapa bisa berulang?
2. Etiologi , epidemiologi dan faktor resiko dari abortus?
3. Patofisiologi dan patogenesis dari keluhan yang dialami oleh pasien!
4. Interpretasi data , pemeriksaan penunjang dan penegakan diagnosis!
5. Bagaimana pengaruh RPD terhadap keluhan yang dialami pasien?

2
6. Apa saja jenis-jenis KB beserta keuntungan dan kerugian penggunaan dari
masing-masing jenis KB , cara kerja?
7. Bagaimana pengaruh KB terhadap hipertensi dan abortus ?
8. DD, prognosis , dan komplikasi!
9. Tatalaksana farmakologi dan non-farmakologi (edukasi , preventif dan nutrisi),
rehabilitasi pasca abortus
10. IMDB (abortus dalam islam , keluarnya darah, legalitas dari aborsi di
Indonesia , banyak anak banyak rejeki)

ABORTUS

DEFINISI

Keguguran, yang dikenal dengan istilah abortus, didefinisikan sebagai berakhirnya


kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar rahim (viable), berakhirnya kehamilan
melalui cara apapun, spontan maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan
hidup dengan batasan berdasar umur kehamilan dan berat badan, yaitu sebelum
usia kehamilan 20 minggu atau berat janin belum mencapai 500 g.

EPIDEMOLOGI

Laporan Riskesdas tahun 2010 menunjukkan angka keguguran spontan yang lebih
rendah dibandingkan penelitian-penelitian di luar negeri, yang mungkin berkaitan
dengan perbedaan metode survei. Laporan menyebutkan bahwa sebanyak 4% dari
perempuan kawin usia 10-59 tahun yang mengalami kehamilan dalam lima tahun
terakhir menyebutkan adanya riwayat keguguran spontan. Saat ini diperkirakan ada
25 juta kejadian induksi keguguran yang tidak aman yang terjadi di dunia setiap
tahunnya, dan berujung pada kematian lebih kurang 44.000 perempuan.10 Di
Indonesia, belum ada data epidemiologis yang akurat untuk menggambarkan
kondisi terkini di masyarakat, namun penelitian di tahun 2000 memperkirakan bahwa
angkanya mencapai 2 juta per tahun.11 Lebih lanjut, data Riskesdas tahun 2010
menyebutkan bahwa 49,4% upaya induksi keguguran dilakukan oleh diri sendiri, dan
metode yang paling sering digunakan meliputi pil (39,7%), jamu (39%), dan pijat
(16,3%).

FAKTOR PENYEBAB ABORTUS

FAKTOR JANIN
Faktor janin merupakan penyebab yang sering terjadi pada abortus spontan.

3
Kelainan yang menyebabkan abortus spontan tersebut yaitu kelainan telur (blighted
ovum), kerusakan embrio dengan adanya kelainan kromosom, dan abnormalitas
pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas) (Rahmani, 2014).

FAKTOR IBU
Faktor yang menyebabkan abortus terbagi menjadi faktor internal dan faktor
eksternal, yaitu :

1) Faktor Internal

a) Usia

Berdasarkan pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum siap
mental untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan,
kehamilannya tidak dipelihara dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi
stress. Akan meningkatkan resiko terjadinya abortus.

Kejadian abortus berdasarkan usia 42,9% terjadi pada kelompok usia di atas 35
tahun, kemudian diikuti usia 30 sampai dengan 34 tahun dan antara 25 sampai
dengan 29 tahun. Hal ini disebabkan usia diatas 35 tahun secara medik merupakan
usia yang rawan untuk kehamilan. selain itu, ibu cenderung memberi perhatian yang
kurang terhadap kehamilannya dikarenakan sudah mengalami kehamilan lebih dari
sekali dan tidak bermasalah pada kehamilan sebelumnya.

b) Paritas
Pada kehamilan, rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu sering melahirkan,
rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu
diwaspadai adanya gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko
abortus spontan meningkat seiring dengan paritas ibu.

c) Riwayat abortus sebelumnya

Menurut Prawirohardjo (2009) riwayat abortus pada penderita abortus merupakan


predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari
beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan punya risiko
15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali maka risikonya
akan meningkat 25%. Beberapa studi menyatakan risiko abortus setelah 3 kali
abortus berurutan adalah 30-45%.

d) Faktor genetik

Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embrio yang
merupakan kelainan sitogenik berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian
sporadis dari fertilitas abnormal. Sebagian dari kejadian abortus pada trimester

4
pertama berupa trisomi autosom yang timbul selama gametogenesis pada pasien
dengan kariotip normal. Insiden trisomi ini dapat meningkat dengan bertambahnya
usia dimana risiko ibu terkena aneuploidi diatas 35 tahun. Selain dari struktur
kromosom atau gen abnormal, gangguan jaringan konektif lainnya misalnya
Sindroma Marfan dan ibu dengan sickle cell anemia berisiko tinggi mengalami
abortus.

e) Faktor anatomik

Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik, seperti


abortus berulang, prematuritas, dan malpresentasi janin. Kelainan anatomik uterus
lainnya seperti septum uterus dan uterus bikornis. Mioma uteri dapat menyebabkan
infertilitas maupun abortus berulang dan Sindroma Asherman juga dapat
menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan
endometrium.

f) Faktor immunologis

Dalam faktor immunologis ada dua jenis faktor yang mempengaruhi terjadinya
abortus khususnya pada kejadian abortus berulang.

Faktor dengan penyebab autoimun yaitu antibodi dengan fosfolipid bermuatan


negatif yang terdeteksi sebagai antikoagulan lupus dan antibodi antifosfolipid yang
banyak terjadi pada abortus berulang. Antikoagulan lupus yaitu imunoglobin yang
mengganggu satu atau lebih dari beberapa uji koagulasi dependen fosfolipid in
vitro yang biasanya untuk kriteria diagnostik penyakit lupus.

Antibodi antifosfolipid adalah antibodi yang didapat untuk ditujukan pada suatu
fosfolipid yang melibatkan trombosis dan infark plasenta.

g) Faktor infeksi

Penyakit yang diakibatkan oleh penularan virus atau bakteri yang berdampak pada
janin atau unit fetoplasenta seperti infeksi kronis endometrium, amnionitis, infeksi
organ genetalia, dan HIV (Human immunodeficiency virus).

h) Faktor penyakit debilitas kronik

Penyakit kronik yang timbul saat atau sebelum kehamilan dapat menyebabkan
abortus seperti tuberkulosis, karsinomatosis, hipertensi dan sindroma malabsorbsi.

5
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan dan pemakaian obat

Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau
radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya adanya paparan terhadap
buangan gas anestesi dan tembakau. Karbonmonoksida juga menurunkan pasokan
oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin dengan adanya gangguan pada
sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin berakibat
terjadinya abortus. Kebiasaan minum alkohol dan yang mengandung kafein secara
berlebihan serta kegagalan efektivitas alat kontrasepsi dalam rahim juga berisiko
terhadap insiden abortus pada kehamilan muda.

b) Pendidikan
Menyatakan bahwa pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan
diri dan meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual
akan berpengaruh pada wawasan dan cara berfikir baik dalam tindakan dan
pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksaanaan dalam
menggunakan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang rendah membuat seseorang
acuh tak acuh terhadap program kesehatan sehingga mereka tidak mengenal
bahaya yang mungkin terjadi, meskipun sarana kesehatan telah tersedia namun
belum tentu mereka mau menggunakannya.

c) Status ekonomi (pendapatan)


Sosial ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan pendapatan keluarga,
mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan dan pemenuhan zat gizi. Hal ini
pada akhirnya berpengaruh pada kondisi saat kehamilan yang berisiko pada
kejadian abortus. Selain itu, pendapatan juga mempengaruhi kemampuan dalam
mengakses pelayanan kesehatan, sehingga adanya kemungkinan risiko terjadinya
abortus dapat terdeteksi.

d) Pekerjaan

Beberapa wanita yang sudah bekerja juga akan terhambat karirnya ketika memilih
untuk meneruskan kehamilannya. Kondisi pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
wanita dapat juga setara dengan beban kerja laki-laki baik dari jabatan ataupun jenis
pekerjaannya ataupun didukung dengan sosial ekonomi yang rendah sehingga
wanita berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.

e) Alkohol

Alkohol dinyatakan meningkatkan risiko abortus spontan, meskipun hanya


digunakan dalam jumlah sedang.

6
f) Merokok

Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus spontan daripada
wanita yang tidak merokok. Kemungkinan bahwa risiko abortus spontan pada
perokok, disebabkan wanita tersebut juga minum alkohol saat hamil. Menyatakan
bahwa kebiasaan gaya hidup termasuk status merokok pada ibu dan suaminya
berpengaruh terhadap kejadian abortus. Merokok 1-19 batang perhari dan lebih
dari 20 batang perhari memiliki efek pada ibu mengalami abortus spontan yang
lebih awal.

FAKTOR AYAH
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya abortus spontan.
Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus dimana
abnormalitas kromosom pada sperma berhubungan dengan abortus.

JENIS ABORTUS ABORTUS


KEGUGURAN SPONTAN
- Keguguran yang terjadi tanpa disengaja
- Faktor risiko : anomali janin atau kelainan kromosom yang berat, penyakit infeksi,
gangguan nutrisi yang berat, penyakit menahun yang kronis, konsumsi alcohol dan
merokok, anomaly uterus dan serviks, gangguan imunologis, serta trauma fisik dan
psikologis.

KEGUGURAN DIINDUKSI
- Penghentian kehamilan yang sengaja dilakukan sebelum janin mampu hidup,
dengan memakai obat-obatan atau memakai alat.

PENGELOMPOKAN KEGUGURAN SECARA KLINIS


KEGUGURAN IMINENS
- Perdarahan dari uterus pada kehamilan <20 minggu, hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks

- Diagonosis : pada Wanita hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum,
disertai sedikit nyeri abdomen atau tidak sama sekali, uterus membesar sesuai usia
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.

7
KEGUGURAN INSIPIENS
- Perdarahan uterus pada kehamilan <20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri yang semakin bertambah, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

- Rasa perut mulas menjadi lebih sering dan kuat serta perdarahan semakin banyak.

KEGUGURAN INKOMPLIT
- Pengeluaran Sebagian hasil konsepsi pada kehamilan <20 minggudengan masih
ada sisa tertinggal dalam uterus

- Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri atau terkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.

KEGUGURAN KOMPLET
- Perdarahan dimana seluruh hasil konsepsi keluar dari kavum uteri.
- Seluruh hasil kehamilan dilahirkan lengkap.
- Ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menurup, dan uterus sudah
banyak mengecil.
- Diagnosis : hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.

8
KEGUGURAN SEPTIK DAN KEGUGURAN INFEKSIOSA

- Keguguran septic  keguguran yang disertai ingeksi baik pada uterus dan organ
sekitarnya, diikuti penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
- Keguguran yang dikerjakan tanpa memperhatikan Teknik asepsis dan antisepsis
dapat menyebabkan infeksi dalam uterus atau sekitarnya.
- Keguguran infeksiosa  infeksi terbatas pada desidua
- Keguguran septic  virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke myometrium,
tuba, parametrium, dan peritoneum.
- Infeksi menyebar lebih jauh  peritonitis umum atau sepsis  kemungkinan diikuti
syok.
- Diagnosis : ditemukan terdapatnya keguguran disertai gejala dan tanda infeksi
genitalia, seperti demam, takikardi, perdarahan pervaginam berbau, uterus yang
membesar, lembek, serta nyeri tekan, dan leukositosis.
- Sepsis  tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam tinggi, dan
tekanan darah menurun.

MISSED ABORTION

- Kematian janin <20 minggu, tetapi janin yang mati tertahan di dalam kavum uteri
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
- Didahului oleh tanda-tanda keguguran iminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan.
- Gejala subjektif kehamilan menghilang, uterus tidak membesar lagi dan cenderung
mengecil, serta tes kehamilan menjadi (-).
- USG  dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai usia
kehamilan

KEGUGURAN HABITUALIS
- Keguguran berturut-turut tiga kali atau lebih.
- Penderita tidak sulit menjadi hamil, tapi kehamilannya berakhir sebelum usia 28
minggu

9
JENIS-JENIS KONTRASEPSI

PENGHALANG
Kondom
Mekanisme  Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Efektivitas  Jika digunakan dengan benar, resiko kehamilah 2 diantara 100 ibu
dalam 1 tahun
Keuntungan Bagi Kesehatan  Mencegah penularan penyakit kesehatan seksual
Resiko Bagi Kesehatan  Memicu alergi pada orang-orang dengan alergi lateks
Efek Samping  Tidak ada
Alasan Menyukai Metode Ini  Tidak ada efek samping hormonal, mudah didapat,
dapat digunakan sebagai metode sementara atau cadangan (backup) sebelum
menggunakan metode lain, dapat mencegah penularan penyakit meular seksual.
Alasan Tidak Menyukai Metode Ini  Keberhasilan sangat dipengaruhi cara
penggunaan, harus disiapkan sebelum berhubungan seksual.

10
KONTRASEPSI HORMONAL
Pil Kombinasi
Mekanisme  Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan
lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, dan menganggu pergerakan tuba
sehingga transportasi telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari.
Efektivitas  Jika dilakukan dengan benar, resiko kehamilan <1 diantara 100 ibu
dalam 1 tahun
Keuntungan Bagi Kesehatan  Mengurangi risiko kanker endometrium, kanker
ovarium, penyakit radang panggul simptomatik. Dapat mengurangi risiko kista
ovarium, dan anemia defisiensi besi.
Mengurangi nyeri haid, masalah perdarahan haid, nyeri saat ovulasi, kelebihan
rambut pada wajah dan tubuh, gejala sindrom ovarium polikistik, dan gejala
endometriosis.
Resiko Bagi Kesehatan  Gumpalan darah di vena dalam tungkai atau paru-paru
(sangat jarang), stroke dan serangan jantung (amat sangat jarang)
Efek Samping  Perubahan pola haid, sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara,
perubahan berat badan, perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat membaik
atau memburuk, tapi biasaya membaik), dan peningkatan tekanan darah
Alasan Menyukai Metode Ini  Pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dapat
dihentikan kapannpun tanpa perlu bantuan tenaga kesehatan, dan tidak
mengganggu hubungan seksual
Alasan Tidak Menyukai Metode Ini  Relatif mahal dan harus digunakan tiap hari.

Suntikan Kombinasi
Mekanisme  Menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi
sperma terganggu, atrofi pada endometrium sehingga implantasi terganggu, dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.
Efektivitas  Jika dilakukan benar, resiko kehamilan <1 diantara 100 ibu dalam 1
tahun
Keuntungan Bagi Kesehatan  Penelitian mengenai hal ini masih terbatas, namun
diduga mirip dengan pil kombinasi.
Resiko Bagi Kesehatan  Penelitian mengenai hal ini masih terbatas, namun diduga
mirip dengan pil kombinasi.
Efek Samping  Perubahan pola haid, sakit kepala, pusing, nyeri payudara,
kenaikan berat badan.

11
Alasan Menyukai Metode Ini  Tidak perlu diminum setiap hari, ibu dapat
mengguakanya tanpa diketahui siapapun, suntikan dapat dihentikan kapan saja, baik
untuk menjarangkan kehamilan.
Alasan Tidak Menyukai Metode Ini  Penggunaannya tergantung kepada tenaga
kesehatan.

Suntikan Progestin
Mekanisme  Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks
sehingga penetrasi sperma terganggu, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi,
dan menghambat transportasi gamet oleh tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali
(DMPA).
Efektivitas  Jika dilakukan dengan benar, risiko kehamilan > 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun. Kesuburan tidak langsung kembali setelah berhenti, biasanya dalam
waktu beberapa bulan.
Keuntungan Khusus Bagi Kesehatan  Mengurangi risiko kanker endometrium dan
fibroid uterus, mengurangi risiko penyakit radang paggul simptomatik dan anemia
defisiensi besi, dan mengurangi gejala endometriosis dan krisis sel sabit pada ibu
dengan anemia sel sabit
Risiko Bagi Kesehatan  Tidak ada
Efek Samping  Perubahan pola, sakit kepala, pusing, kenaikan berat badan, perut
kembung atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan, dan penurunan hasrat
seksual
Alasan Menyukai Metode Ini  Tidak perlu diminum setiap hari, tidak mengganggu
hubungan seksual, ibu dapat menggunakannya tanpa diketahui siapapun,
menghilangkan haid, dan membantu meningkatkan berat badan.
Alasan Tidak Menyukai Metode Ini  Penggunaannya tergantung kepada tenaga
kesehatan

Pil Progestin (Minipil)


Resiko Bagi Kesehatan  Tidak ada
Efek Samping  Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu menyusui,
haid tidak teratur, haid memanjang atau sering, haid jarang, atau tidak haid), sakit
kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, nyeri payudara, nyeri perut, dan mual
Alasan Menyukai Metode Ini  Dapat diminum saat menyusui, pemakaiannya
dikendalikan oleh perempuan, dapat dihentikan kapapun tanpa perlu bantuan
tenaga kesehatan, dan tidak mengganggu hubungan seksual
Alasan Tidak Menyukai Metode Ini  Harus diminum tiap hari

12
Implan
Mekanisme  Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks,
menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan mengurangi transportasi sperma.
Implan dimasukkan di bawah kulit dan dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung
jenisnya.
Efektivitas  Risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan Khusus Bagi Kesehatan  Mengurangi risiko penyakit radang paggul
simptomatik. Dapat mengurangi risiko anemia defisiesi besi.
Resiko Bagi Kesehatan  Tidak ada
Efek Samping  Perubahan pola haid, sakit kepala, pusing, perubahan suasana
perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat membaik atau memburuk), nyeri
payudara, nyeri perut, dan mual.
Alasan Menyukai Metode Ini  Tidak perlu melakukan apapun lagi untuk waktu
yang lama setelah pemasangan, efektif mencegah kehamilan, dan tidak
mengganggu hubungan seksual
Alasan Tidak Menyukai Metode Ini  Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan
tenaga kesehatan terlatih

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM


Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Mekanisme  AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat kemampuan
sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi
telur dalam uterus.
Efektivitas  Resiko kehamilan<1 dianatara 100 ibu dalam 1 tahun, efektivitasnya
beratahan lama hingga 12 tahun
Keuntungan Khusus Bagi Kesehatan  Mengurangi risiko kanker endometrium
Risiko Bagi Kesehatan  Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu redah
sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan haid yag lebih banyak. Dapat
menyebabkan penyakit radang panggul billa ibu sudah terinfeksi klamidia atau
gonorea sebelum pemasangan.
Efek Samping  Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid
memanjang dan banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid).
Alasan Menyukai Metode Ini  Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk
waktu yang lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan, tidak
mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung dipasang setelah persalinan atau
keguguran.

13
Mengapa Beberapa Orang Tidak Menyukainya  Perlu prosedur pemasangan yang
harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.

PATOGENESIS dan PATOFISIOLOGI

INTERPRETASI DATA
INTERPRETASI DATA
 KU: Tampak Sakit Sedang
 Kesadaran: Compos Mentis
 TD: 160/100 mmHg (Hipertensi Derajat II)
 Nadi 92x/menit (N: 60-100 x/menit)
 Suhu 36,2 (N: 36-37,5)
 RR 18x/menit (N: 12-20 x/menit)
 Antopometri:
- TB: 160 cm
- BB sebelum hamil: 57 kg
- BB setelah hamil: 60 kg
- IMT = 22,3 (Normal) → Setelah Hamil +3 kg
- Lingkar Lengan Atas: 24 cm (N: >23,5 cm)
 Kepala: Tidak ada data
 Mata: Sklera tidak ikterik, Konjungtiva tidak anemis
 Pada keadaan anemia → Konjungtiva akan memucat (Anemik)
 Pada pasien kelainan metabolisme bilirubin → Sklera ikterik (berwarna
kekuningan)
 Leher: KGB tidak teraba (Tidak ada pembesaran KGB), JVP 5-2cm H2O

14
- Normal JVP: 5-2 sampai 5+2 cmH2O (5cm di atas atrium kanan dan 2cm di atas
angulus
sterni)
 Thorax
 Jantung: Dalam Batas Normal 옍 BJ 1-2 normal, bising (-), irama derap (-)
 Paru : Dalam Batas Normal → Sonor, Vesikuler, Rh (-)/(-), Wh (-)/(-)
 Abdomen : Datar Rata, Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, BU (+) Normal
 Extremitas: CRT<2 detik, edema (-/-) → Dalam Batas Normal

Darah Lengkap
 Hb: 12 g/dl → Normal (N: 12-14) → Anemia disangkal→ Ht: 35% → Normal (N:
40-50%) → Menurun
 Leukosit: 9800/ul → Normal (N: 5-10 rb) → Infeksi disangkal
 Trombosit 267.000/ul → Normal (N: 150-400 rb) → gangguan pembekuan darah
disangkal

Kimia Darah
 GDS : 101 mg/dL → Normal

Urinalisis
 Eritrosit: 1-2/LPB (N: 0-4/LPB)
 Leukosit: 1/LPB (N: 0-5/LPB)
 Warna: Kuning Jernih (Normal)
 Protein: -
 Glukosa: -
 Nitrit: (-), Leukosit Esterase: (-) Menyingkirkan adanya ISK
 Keton: -

Pemeriksaan Obstetrik

15
 Inspeksi Payudara: Tidak ada data
 Inspeksi Abdomen: Pembesaran Perut, Striae Alba, Bekas Sesar (Sudah pernah
hamil sebelumnya)
 Inspeksi Genitalia : Varises -, Edema-, Fluor albus - → normal → Palpasi : Tinggi
fundus uterus (TFU) belum teraba, Nyeri (-), Leopold belum bisa dilakukan
(Leopold bisa diperiksa pada trimester ke 2 dan 3)
 Auskultasi: Belum dapat dilakukan denyut jantung janin (DJJ) → Normalnya 110-
160 x/mnt

Status Kehamilan:
G5P2A2
 Gravid (Hamil): 5
 Partus (Kelahiran): 2
 Abortus (Keguguran): 2
 HPHT: 28 Agustus 2021 (Kehamilan 8 minggu)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Dalam sebagian besar kasus, informasi dari anamnesis dan pemeriksaan fisik cukup
untuk dapat menegakkan diagnosis dan menentukan usia kehamilan.
- Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan apabila tanda dan gejala yang ditemukan
tidak khas, atau diperlukan informasi tambahan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan
merencanakan tatalaksana selanjutnya, misalnya pemeriksaan ultrasonografi untuk
menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik, pemeriksaan laboratorium untuk
menentukan kadar hemoglobin pada pasien dengan perdarahan hebat, dan
pemeriksaan jaringan setelah prosedur evakuasi hasil konsepsi apabila dicurigai
adanya kondisi patologis tertentu, seperti pada tabel halaman beriutnya
- pemeriksaan penunjang bukan merupakan syarat mutlak dalam penegakkan
diagnosis.

16
PENEGAKAN DIAGNOSIS

17
*penegakan diagnosis keguguran dilakukan oleh dokter atau bidan berdasarkan
hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan jika diperlukan

DD, KOMPLIKASI dan PROGNOSIS

DIAGNOSA BANDING

PROGNOSIS
Quo ad vitam: bonam
Quo ad sanational: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia
Prognosis individu tertentu akan tergantung pada penyebab yang mendasari
keguguran, usia ibu, dan jumlah keguguran sebelumnya.
Keguguran kehamilan berulang (RPL) membawa dampak negatif emosional dan
psikologis yang luar biasa pada pasangan. Hal ini terkait dengan depresi,
kecemasan, dan harga diri yang rendah.
Penanganan factor penyebab (koreksi gangguan endokrin, anomaly anatomi, dll)
memiliki tingkat keberhasilan tertinggi, sekitar 60% hingga 90%.
Pasien kelainan sitogenetik memiliki keberhasilan 20% -80% yang tergantung pada
jenis kelainan yang ada.

18
Secara keseluruhan, prognosis untuk RPL cukup menggembirakan. Bahkan dengan
diagnosis RPL dan sebanyak 4 sampai 5 kehilangan sebelumnya, pasien lebih
mungkin untuk membawa kehamilan berikutnya sampai cukup bulan daripada
mengalami keguguran lagi.

KOMPLIKASI
PADA IBU
- Usia tua berpengaruh pada spontaneous miscarriage
- IMT berlebih berpengaruh pada komplikasi spontaneous miscarriage, abnormalitas
kromosom, fetal growth restriction, DM gestasional, preeclampsia
- DM gestasional lebih sering terjadi pada kasus secondary RPL
- Preeclampsia dan abruptio placentae lebih umum terjadi pada kasus unexplained
RPL
- Psikologis (depresi, ansietas, emosi tidak terkontrol)
- Penurunan tingkat keintiman dengan pasangan
- Komplikasi meningkat seiring dengan semakin banyak riwayat abortus

PADA JANIN
- Fetal growth restriction dan intrauterine fetal demise (belum ditemukan korelasi)
- Kelainan kromosom: trisomy 21; trisomy 22; monosomy 45,X0 ; trisomy 47,XXY;
autosomal triploidy
- (pada USG) clinodactyly, pre-axial polydactyly, hydrops fetalis, interventricular
septal defect, tricuspidal insufficiency, micrognathia, trigonocephaly, femoral
heterometry, liver calcifications, cystic hygroma, bilateral pyelectasis, alterations of
head circumference, persistence of the right umbilical vein.

TATALAKSANA

Metode kuratase tajam → yang banyak dilakukan sebagai tatalaksana operatif kasus
pasca
keguguran telah diketahui meningkatkan risiko komplikasi sindroma Asherman dan
persalinan preterm dan risiko plasenta akreta pada kehamilan.
WHO DAN FIGO merekomendasikan:
- Aspirasi vakum manual (AVM) → mengurang resiko perdarahan dan nyeri yang
laebih kecil,
lama rawat lebih singkat . serta kurangi risiko komplikasi
- Misprostol

19
Tatalaksana Abortus Komplit:
 Apabila diagnosis sudah dipastikan maka tidak perlu terapi apapun
 Jika belum pasti → lakukan USG untuk konfirmasi → telah dilakukan

PREVENTIF
Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan awal kehamilan. Perlindungan terhadap
paparan zat-zat kimia/lingkungan yang berbahaya bagi kehamilan. Edukasi untuk
mencegah terjadinya infeksi yang dapat membahayakan kehamilan. Kontrol kondisi
seperti hipertensi dan DM juga diperlukan.

PENCEGAHAN SEBELUM KEHAMILAN


 Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang kompherensif
Tujuannya:
- Merencanakan kehamilan yang tidak diinginkan
- Merencanakan kehamilan dengan baik
- Memahami proses kehamilan
- Menjaga kehamilan
- Mendeteksi secara dini terjadinya keguguran
- Mengakses layanan yang berkualitas
 Edukasi terkait kebersihan pribadi → untuk cegah penyakit infeksi → Layanan
kontrasepsi dan keluarga berencana
 Perilaku prilaku berisiko, termasuk konsumsi alkohol rokok dan obat-obatan
teralarang
 Konseling calon pengantin dialkukan pasangan akan segera menikah

PENCEGAHAN PADA MASA KEHAMILAN


 Asuhan Antenatal yang berkualitas
 Beberapa hal yang bisa dilakukan pada masa kehamilan
- Mengikuti kelas ibu
- Makan makanan yang bergizi (sayuran, ikan, daging, telur, susu)
- Menjaga kebersihan diri terutama area genital dengan tujuan cegah infeksi
yang dapat mengahambat proses impplantasi janin
- Hindari rokok, karena nikotin efek vasoaktif sehinnga hambat sirkulasi
uteroplasenta
- Konsumsi tablet tambah darah dengan rutin
 Edukasi terkait tanda bahaya pada kehamilan , khususnya perdarahan pada
kehamilan muda yang muncul apabila keguguran

ASUHAN PASCA KEGUGURAN


Ketika seorang perempuan mengalami keguguran, ia memerlukan berbagai jenis
layanan untuk mengelola masalahnya secara komprehensif, baik dari aspek biologis,
psikis, maupun sosial. Layanan asuhan pasca keguguran yang komprehensif terdiri

20
dari beberapa elemen untuk membantu perempuan memenuhi hak seksual dan
reproduksinya, yaitu:
a. Konseling : Untuk mengidentifikasi dan menjawab kebutuhan fisik dan emosional
perempuan serta kekhawatiran lainnya
b. Tatalaksana medis : Untuk mengatasi atau mencegah terjadinya komplikasi yang
mengancam jiwa, termasuk tatalaksana kegawatdaruratan, pencegahan infeksi,
evakuasi
hasil konsepsi, manajemen nyeri, dan tatalaksana komplikasi.
c. Layanan Kontrasepsi atau KB : Untuk membantu perempuan merencanakan dan
mengatur kehamilannya.
d. Rujukan layanan Kesehatan reproduksi atau layanan kesehatan lainnya
e. Kemitraan dengan masyarakat dan penyedia layanan lain : Untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta induksi keguguran yang tidak aman,
menggerakkan sumber daya untuk membantu perempuan mendapatkan asuhan
pasca keguguran yang baik dan tepat waktu, dan memastikan bahwa layanan
kesehatan telah memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

IMDB dan KEINDONESIAAN


PANDANGAN BANYAK ANAK BANYAK REZEKI
Keyakinan banyak anak banyak rezeki masih ada dan berlaku di daerah pinggiran
karena di daerah tersebut tidak terjadi perbedaan yang signifikan atau yang
mencolokdalam perilaku dan pola pikir masyarakat sehari-hari antara masyarakat
meskipundalam kurun waktu yang berbeda yaitu masyarakat terdahulu dan
masyarakat sekarang dalam system sosial masyarakat yang sama.

IMDB
Para ulama memiliki pandangan bahwa hukum KB dalam Islam adalah haram jika
tujuannya untuk membatasi kelahiran. Allah SWT memberikan perintah agar para
perempuan dan keluarganya bisa memiliki keturunan yang banyak dan kuat untuk
Islam.Hal ini berbeda jika tujuannya untuk kesehatan. Membatasi kelahiran demi
kesehatan tentu bisa berefek kepada kesehatan seorang istri atau ibu, mengganggu
kesehatan rahim, dan juga pada aspek-aspek organ tubuh lainnya. Tapi jangan
sampai alasan membatasi kelahiran disebabkan alasan
ekonomi. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu
karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizki kepada mereka dan
juga kepadamu.” (QS Al Isra: 31)
Jika dilihat dari dua tujuan tersebut, hukum KB dalam Islam bisa menjadi haram jika
orientasinya bukan untuk kemaslahatan dan menyelamatkan. Tetapi bisa halal jika
memang berorientasi pada kesehatan dan juga kesejahteraan ibu.

21
KESIMPULAN
Ny. A, 38 th, G5P2A2 dengan usia kehamilan 8 minggu, mengalami abortus spontan
complete habitualis dengan hipertensi kronik grade II disebabkan oleh kegagalan
alatkontrasepsi pil KB yang digunakan oleh pasien sebelumnya.Pada pasien,
kehamilan yang terjadi beresiko karena usia pasien, riwayat abortus sebelumnya,
dan riwayat hipertensi.

DAFTAR PUSAKA
1. Kapita Selekta Kedokteran FK UI. 7. OSMOSIS. Miscarriage.
In: Edisi V. 2020. Available from:
2. Kementrian Kesehatan RI. https://www.osmosis.org/learn/Mis
PEDOMAN NASIONAL ASUHAN carriage
PASCA KEGUGURAN YANG 8. Having a Baby After Age 35:
KOMPREHENSIF. Jakarta; 2020 How Aging Affects Fertility and
3. Williams JW, Cunningham FG, Pregnancy. The American College
Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, of Obstetricians and Gynecologists;
Williams obstetrics. 25th ed. New 2020
York: McGraw-Hill Education 9. Sherwood L. Human Physiology
Medical;2018 from Cell to System. 9th ed.
4. Kementerian Kesehatan Boston: Cengage Learning. 2012.
Republik Indonesia. Buku Saku 10. Bickley, Lynn S. 2013. Buku
Pelayanan Kesehatan Ibu di Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Kesehatan Bates Edisi 11. Jakarta:
Rujukan Pedoman Bagi Tenaga EGC.
Kesehatan Edisi Pertama. 11. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Kemenkes RI. 2013;84. Badan Penerbit FKUI. Edisi 7. 2016
5. Smith, L. F. P., Ewings, P. D., & 12. Cunningham, Leveno, Bloom,
Quinlan, C. (2009). Incidence of Hauth, Rouse, Spong. Williams
pregnancy after expectant, Obstetrcs. 23rd Ed. McGrawHill;
medical, or surgical management 2010.
of spontaneous first trimester 13. Prawirohardjo. S. Ilmu
miscarriage: long term follow-up of Kandungan Sarwono Prawirohardjo.
miscarriage treatment (MIST) Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
randomised controlled trial. BMJ, Prawirohardjo. 2014
339 (oct08 2), b3827– 14. Hoffman B.L., & Schorge J.O.,
b3827.doi:10.1136/bmj.b3827 & Bradshaw K.D., & Halvorson
6. Pernoll ML. Handbook of L.M., & Schaffer J.I., & Corton
Obstetrics & Gynecology Tenth M.M.(Eds.), (2016). Williams
Edition. McGraw-Hill.2001;295. Gynecology, 3e. McGraw Hill.

22
15. Dugas C, Slane VH.
Miscarriage. [Updated 2021 Jun
29]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan-
16. Alves C, Rapp A. Spontaneous
Abortion. [Updated 2021 Jul 20].
In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing;
2021 Jan-.
17. Taylor, D., Upadhyay, U. D.,
Fjerstad, M., Battistelli, M. F.,
Weitz, T. A., & Paul, M. E. (2017).
Standardizing the classification of
abortion incidents: the Procedural
Abortion Incident Reporting and
Surveillance (PAIRS) Framework.
Contraception.
doi:10.1016/j.contraception.201
18. urniati ID, Setiawan R, Rohmani
A, Lahdji A, Tajally A,
Ratnaningrum K, et al. Pedoman
nasional asuhan pasca keguguran
yang komprehensif. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
2020. 11–15 p.
19. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Pelayanan Kesehat Ibu Di Fasilitas
Kesehat Dasar Dan Rujukan.
2013;231–56.

23

Anda mungkin juga menyukai