Anda di halaman 1dari 7

Assalamu’alaikum.

Soal Diskusi :

1) Coba Anda jelaskan tentang pengertian politik, dan Anda kaitkan dengan agama?

2) Kontribusi agama Islam dalam kehidupan politik khususnya menyangkut prinsip-prinsip


kekuasaan politik cukup banyak, coba Anda jelaskan?

3) Jelaskan juga kriteria yang diajarkan oleh Islam tentang pemimpin yang ideal?

4) Jelaskan pandangan saudara tentang kontribusi agama dalam mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa?

5) Di antara prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Al-quran untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan bangsa adalah prinsip persamaan, persatuan dan tolong-menolong. Jelaskan maksud
masing-masing prinsip tersebut?

Jawaban :

1.) Politik Merupakan Pengetahuan Mengenai Ketatanegaraan atau kenegaraan(Seperti tentang


sistem pemerintahan dan dasar pemerintahan.

Agama secara hakiki berhungan dengan politik. Kepercayaan agama dapat mempengaruhi
hukum, perbuatan yang oleh rakyak dianggap dosa, seperti sodomi dan incest, sering tidak legal.

Kontribusi yang diberikan oleh agama khususnya Islam dalam kehidupan politik cukup banyak.
Dalam modul ini khususnya pada bagian Kegiatan Belajar 1 seperti telah dijelaskan di atas
mencoba memberi gambaran tentang hal tersebut hanya dari dua sisi saja, itu pun keduanya
bersifat normatif.

2.) Kontribusi agama islam dalam kehidupan politik khususnya menyangkut prinsip-prinsip
kekuasaan politik meliputi empat konsep dasar yaitu :

A.Kewajiban untuk menunaikan amanah. Redaksi yang secara langsung memerintahkan hal ini
adalah “sesungguhnya Allah menyuruh kamumenyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya”. Petunjuk agama yang harus di perhatikan bagi siapa saja yang memegang
kekuasaan politik adalah diperintahkannya ,menunaikan amanatberupaya usaha mencerdaskan
rakyat dan membangun mental dan spiritual. Hal ini diisyaratkan dalam Q.S Al-Baqarah/2:151.

B.Perintah menetapkan hukum dengan adil. Ungkapan yang merujuk pada hal ini yaitu : “dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetap dengan
adil”. Dalam Q.S An-Nissa/4:105 menekankan pada seseorang tentang pentingnya bagi
seseorang yang memegang kekuasaan politik untuk menegakkan hukum yang adil tanpa pandang
bulu atau tebang pilih.

C.Perintah taat kepada allah, rasul dan ulil amri. Dalam hal ini bahwa taat kepada allah,rasul dan
ulil amri adalah bagian dari sikap orang yang beriman, sehingga ini menjadi bagian dari sesuatu
yang bernilai ibadah. Dan ini menerangkan bahwa kontribusi agama terhadap kekuasaan politik
betapa agama islam sangat mendorong pemeluknya untuk dapat membangun sebuah tatanan
bermasyarakatdan bernegara yang baik. Tujuannya tentu adalah tercapainya cita-cita bersama
dalam hidup bermasyarakat.

D.Perintah untuk kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Ungkapan yang secara langsung
menunjukan perintah tersebut adalah “kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya). Hal ini diungkapkan
dalam Q.S Al-Maidah/5:3

3.) Dalam konsep Syari’at Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin telah
dirumuskan dalam suatu cakupan sebagai berikut :

1. Pemimpin haruslah orang-orang yang amanah, amanah dimaksud berkaitan dengan banyak
hal, salah satu di antaranya berlaku adil. Keadilan yang dituntut ini bukan hanya terhadap
kelompok, golongan atau kaum muslimin saja, tetapi mencakup seluruh manusia bahkan seluruh
makhluk. Dalam al-Qur’an dijelaskan: ‫اس أَ ْن تَحْ ُك ُموا‬ ِ ‫إِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ ُّدوا اأْل َ َمانَا‬
ِ َّ‫ت إِلَ ٰى أَ ْهلِهَا َوإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
ِ َ‫" بِ ْال َع ْد ِل ۚ إِ َّن هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َس ِميعًا ب‬Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
‫صيرًا‬
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat." (QS. an-Nisa’: 58) Ayat di atas memerintahkan menunaikan amanat, ditekankannya
bahwa amanat tersebut harus ditunaikan kepada ahliha yakni pemiliknya. Ketika memerintahkan
menetapkan hukum dengan adil, dinyatakannya “apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia”. Ini bearti bahwa perintah berlaku adil itu ditunjukkan terhadap manusia secara
keseluruhan.

2. Seorang pemimpin haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan,
kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan roda kepemimpinan dan
memikul tanggungjawab. Sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, ‫ف‬ ِ ْ‫َوإِ َذا َجا َءهُ ْم أَ ْم ٌر ِمنَ اأْل َ ْم ِن أَ ِو ْال َخو‬
‫ُول َوإِلَ ٰى أُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْنهُ ْم لَ َعلِ َمهُ الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْنبِطُونَهُ ِم ْنهُ ْم ۗ َولَوْ اَل فَضْ ُل هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمتُهُ اَل تَّبَ ْعتُ ُم‬
ِ ‫أَ َذاعُوا بِ ِه ۖ َولَوْ َر ُّدوهُ إِلَى ال َّرس‬
‫" ال َّش ْيطَانَ إِاَّل قَلِياًل‬Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun
ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan
ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) kalau tidaklah karena karunia dan
rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu)." (QS.An-Nisa’: 83) Maksud ayat di atas adalah kalau mereka menyerahkan informasi
tentang keamanan atau ketakutan itu kepada Rasulullah Saw apabila bersama mereka, atau
kepada pemimpin-pemimpin mereka yang beriman, niscaya akan diketahui hakikatnya oleh
orang-orang yang mampu menganalisis hakikat itu dan menggalinya dari celah-celah informasi
yang saling bertentangan dan tumpang tindih.

3. Pemimpin harus orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, tidak boleh orang
dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan melanggar batas-batasnya.
Pemimpin yang dhalim, batal kepemimpinannya.

4. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tatanan kepemimpinan sesuai dengan yang


dimandatkan kepadanya dan sesuai keahliannya. Sebaliknya Negara dan rakyat akan hancur bila
dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw “Apabila
diserahkan suatu urusan kepada yang bukan ahlinya maka tungguhlah kehancuran suatu saat”.

5. Senantiasa Menggunakan Hukum yang Telah Ditetapkan Allah. Sebagaimana yang Allah
jelaskan dalam al-Qur’an. ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ ِطيعُوا هَّللا َ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَإ ِ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء‬
َ ِ‫" فَ ُر ُّدوهُ إِلَى هَّللا ِ َوال َّرسُو ِل إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذل‬Hai orang-orang yang beriman,
‫ك خَ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِوي ًل‬
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An Nisa' : 59) Ayat di atas merupakan
perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri (ulama dan umara). Oleh karena Allah
berfirman “Taatlah kepada Allah”, yakni ikutilah kitab-nya, “dan taatlah kepada Rasul”, yakni
pegang teguhlah sunnahnya, “dan kepada Ulim Amri di antara kamu”, yakni terhadap ketaatan
yang mereka perintahkan kepadamu, berupa ketaatan kepada Allah bukan ketaatan kepada
kemaksiatan terhadap-Nya. Kemudian apabila kamu berselisih tentang suatu hal maka
kembalilah kepada al-Qur’an dan hadits. 6. Tidak meminta jabatan, atau menginginkan jabatan
tertentu. Sabda Rasulullah Saw “Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada
seseorang yang memintanya, tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.”
(HR. Muslim).

4.) Peranan Agama dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Secara naluriah manusia
tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada hakikatnya adalah anugerah yang diberikan
oleh Allah SWT agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik. Dalam faktanya manusia
memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, di samping tentunya
sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan
menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari kenyataan tersebut
perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan. Pendekatan terbaik
untuk melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif agama Islam lebih khusus Al-
quran banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Menurut saya, Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus dilandasi dengan empat hal
yang pokok yaitu:

1. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.

2. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.

3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri.
4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.

Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat seorang yang akan
diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang tersebut haruslah:

1. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.

2. Seorang yang dapat dipercaya.

3. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.

4. Seorang yang cerdas.

5. Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.

Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada hakikatnya adalah
anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik.
Dalam faktanya manusia memiliki banyak perbedaan antara satu individu dengan individu
lainnya, di samping tentunya sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola
dengan baik tentu akan menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari kenyataan tersebut perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan
kesatuan. Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama. Secara normatif
agama Islam lebih khusus Al-quran banyak memberi tuntunan dalam rangka mewujudkan
persatuan dan kesatuan.

5.) a. Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa Al-Quran menggambarkan persatuan dari berbagai
sisi. Pertama, Al-Quran mengisyaratkan bahwa kecenderungan untuk bersatu, merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi manusia. Sejak umat pertama tercipta dan menghuni
dunia, saat itu pula keinginan untuk bersatu muncul. Manusia, dengan tujuan untuk
melangsungkan kehidupan serta mengurangi berbagai kesulitan, saling membantu antara satu
dengan yang lainnya. Tetapi, karena berbagai faktor terjadilah pertikaian dan peperangan. Dalam
ajaran Islam baik Al-Quran maupun hadis kita temukan banyak petunjuk yang mendorong agar
umat Islam memelihara persaudaraan dan persatuan di antara sesame warga masyarakat. Di
antaranya adalah ayat yang menjelaskan bahwa pada mulanya manusia itu adalah satu umat
ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 213 yang artinya, “Manusia sejak dahuluu adalah umat
yang satu, selanjutnya Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan,...” Kedua, Al-Quran menjelaskan bahwa salah satu tugas kenabian adalah
meluruskan perselisihan yang terjadi di tengah umat serta mengembalikannya kepada seruan Al-
Quran seperti yang ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 213 yang artinya, “..dan menurunkan
bersama mereka Kitab dengan benar, untuk member keputusan di antara menusia tentang perkara
yang mereka perselisihkan...” Ketiga, Quran menyebutkan tentang dampak dan pengaruh
persatuan. Misalnya, dengan persatuan, umat Islam akan mencapai kemenangan serta kemuliaan.
Selain itu, masih banyak sisi-sisi lainnya yang dijelaskan dalam Al-Quran. Dengan terciptanya
persatuan maka kemenangan dan kemuliaan umat Islam akan tercipta sebagaimana yang
digambarkan dalam Al-Quran. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melakukan
persatuan, sebab ancaman yang akan menghancurkan umat Islam sudah didepan mata.
Kedatangan Islam dengan Al-Quran sebgai kitab sucinya selain mengembalikan bangsa yang
terpecah kepada kepercayaan yang murni atau hanif dalam arti sesuai fitrah kejadian manusia
yang paling primordial juga mengandung misi mempersatukan indibidu-individu dalam
masyarakat yang lebih besar yang disebut dengan ummah wahidah, yaitu suatu umat yang
bersatu berdasarkan iman kepda Allah mengacu pada nilai-nilai kebajikan.

b. Prinsip Persamaan Persamaan seluruh umat manusia ini ditegaskan oleh Allah dalam surat An-
Nisaa’ ayat 1 yang artinya, “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya pasangannya; Allah
memperkembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang banyak dan perempuan. Dan bertaqwalah
kamu kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah pula)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah Maha mengawasi kamu.” Al-Quran begitu peduli
terhadap prinsip persamaan manusia ini, sehingga karena pada dasarnya memiliki titik
persamaan maka hidup dengan keadaan selalu bersatu padu menjadi lebih baik dan lebih mudah.
Ayat-ayat dan beberapa hadis menjelaskan bahwa dari segi hakikat peciptaan, manusia tidaklah
berbeda. Atas dasar asal-usul kejadian manusia yang seluruhnya adalah sama, maka tidak layak
seseorang atau satu golongan membanggakan diri terhadap yang lain atau menghinanya. Prinsip
persamaan merupakan bagian dari upaya agar manusia dapat melanjutkan kehidupannya dengan
baik. Namun demikian, bukan berarti bahwa manusia harus seragam dan membiarkan dirinya
kehilangan kepribadiannya. Manusia sebagai individu tetap memiliki kebebasan dalam batsa-
batas tertentu untuk menjalankan kehidupannya.
c. Prinsip tolong-menolong Manusia adalah makhluk sosial, tidak mungkin seseorang dapat
bertahan hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain. Tolong-menolong adalah prinsip utama dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kita dapat bayangkan seandainya satu komunitas
sudah luntur nilai saling menolongnya maka cepat atau lambat masyarakat tersebut pasti akan
hancur. Ajaran Al-Quran menganjurkan untuk saling menolong dalam kebaikan. Hal ini
ditegaskan dalam surat AL-Maaidah ayat 2 yang artinya, “Tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran, dan bertawakallah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat besar siksa-
Nya.” Maka sungguh tepat apa yang dipaparkan oleh Al-Quran bahwa manusia tidak akan
pernah rugi selama mereka masih menegakkan nilai-nilai saling menolong di samping juga
beriman dan beramal shalih. Secara jelas ditegaskan dalam surat Al-„Ashr yang artinya, “Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali prang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan
nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.

Anda mungkin juga menyukai