Anda di halaman 1dari 15

KOTA BERKELANJUTAN ( R )

TINJAUAN TOD KAWASAN


JL. TUNJUNGAN – EMBONG MALANG – JL. BLAURAN – JL PRABAN
KELOMPOK :
- Muh. Faizal Ridwan (1441600033)
- Nafis Maunatul Q. (1441600106)

DOSEN PENGAMPU :
• Dr. Ir. RA. Retno Hastijanti, MT.
Manajemen Lalu Lintas/Transit Oriented Development

Transit oriented development atau


disingkat menjadi TOD merupakan salah
satu pendekatan pengembangan kota
yang mengadopsi tata ruang campuran
dan maksimalisasi penggunaan angkutan
massal seperti Busway/BRT, Kereta api
kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta
dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda.
Dengan demikian perjalanan/trip akan
didominasi dengan menggunakan
angkutan umum yang terhubungkan
langsung dengan tujuan perjalanan.
Tempat perhentian angkutan umum
mempunyai kepadatan yang relatif tinggi
dan biasanya dilengkapi dengan fasilitas
parkir khususnya parkir sepeda.
Pengembangan TOD sangat maju
dan telah menjadi tren dikota-kota besar
khususnya di kawasan kota baru yang
besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di
Korea, Hongkong, Singapura, yang
memanfaatkan kereta api kota serta
beberapa kota di Amerika Serikat dan
Eropah.
Kaitan TOD dengan angkutan Massal
TOD harus ditempatkan[1]:

1. Pada jaringan utama angkutan massal


2. Pada koridur jaringan bus/ BRT dengan frekuensi tinggi
3. Pada jaringan penmpan bus yang waktu tempuhnya kurang dari 10 menit dari jaringan utama angkutan
massal.

Kalau persyaratan diatas tidak dipenuhi oleh suatu kawasan maka perlu diambil langkah untuk
menghubungkan dengan angkutan massal, disamping itu yang juga perlu menjadi pertimbangan adalah
frekuensi angkutan umum yang tinggi.

Ciri Tata Ruang TOD


Ada beberapa ciri tata ruang campuran yang bisa dicapai dengan mudah cukup berjalan kaki atau
bersepeda. Beberapa ciri penting yang akan terjadi dalam pengembangan TOD[2] yaitu :

1. Penggunaan ruang campuran yang terdiri dari pemukiman, perkantoran, serta fasilitas pendukung,
2. Kepadatan penduduk yang tinggi yang ditandai dengan bangunan apartemen, condominium
3. Tersedia fasilitas perbelanjaan
4. Fasilitas kesehatan,
5. Fasilitas pendidikan
6. Fasilitas hiburan
7. Fasilitas olahraga
8. Fasilitas Perbankan
Pengurangan Ketergantungan Terhadap Kendaraan Pribadi

Ketergantungan terhadap kendaraan


pribadi cenderung meningkat di kota-kota besar
Indonesia, pilihan moda pribadi telah meningkat
menjadi 80 persenan, yang kalau dilihat kembali
kondisi tahun 1980an angkanya masih berkisar
50-50 di Jakarta. Hal ini akan berdampak negatif
terhadap lingkungan. Berdasarkan penerapan
TOD di beberapa kota besar menunjukkan
penurunan ketergantungan terhadap kendaraan
pribadi, karena adanya pilihan yang cepat, murah
dan mudah mencapai tujuan hanya dengan
berjalan kaki, menggunakan angkutan umum,
Masyarakat tidak perlu repot mencari tempat
parkir, membayar biaya parkir yang tinggi, biaya
operasi yang tinggi pula.
8 Prinsip Standard TOD :
Banyak syarat yang harus dipenuhi jika
hunian atau kawasan pengembangan dapat
dikategorikan sebagai kawasan TOD. Namun
setidaknya ada 8 prinsip utama dari TOD
Standard yang wajib ada, sebagaimana
mengutip ITDP, yakni:
• Walk/Berjalan Kaki.
Seluruh ruas jalan di dalam area TOD mendukung
berjalan kaki yang aman dan lengkap, terlindungi
dari matahari dan hujan. Termasuk akses
langsung jalan kaki ke setiap gedung.
• Cycle/Bersepeda.
Jaringan infrastruktur bersepeda tersedia lengkap
dan aman (terproteksi dari kendaran bermotor),
mulai dari akses menuju jalur sepeda hingga
parkir sepeda yang tersedia dalam jumlah cukup.
• Connect/Menghubungkan.
Rute berjalan kaki dan bersepeda pendek (lebih
pendek dari rute kendaraan bermotor), langsung
dan bervariasi, termasuk peniadaan pagar dan
perimeter wall.
• Transit/Angkutan Umum.
Stasiun angkutan umum massal dalam jangkauan
berjalan kaki.
• Mix/Pembauran.
Tata guna lahan mixed use atau kawasan hunian
yang menyatukan berbagai fungsi, baik untuk
permukiman dan non permukiman, setidaknya
dalam satu blok atau bersebelahan. Dengan
demikian jarak berjalan kaki menjadi lebih pendek,
termasuk menuju ke ruang publik.
• Densify/Memadatkan.
Kepadatan permukiman dan non permukiman yang
tinggi mendukung angkutan berkualitas tinggi,
pelayanan lokal, dan aktivitas ruang publik. Dengan
begitu dapat dipastikan bahwa semua penduduk
memiliki akses terhadap transportasi publik
tersebut.
• Compact/Merapatkan.
Fokus pembangunan pada area yang telah
terbangun, bukan daerah pinggiran, sehingga lebih
banyak rute angkutan umum melayani area TOD.
Dengan begitu, penduduk dalam kawasan maupun
luar kawasan dapat tinggal berdekatan dengan
sekolah, kantor, pusat jasa yang tentunya akan
mengurangi kemacetan lalu lintas.
• Shift/Beralih.
Pengurangan lahan yang digunakan untuk
kendaraan bermotor. Disarankan luas total lahan
parkir yang disediakan (termasuk gedung parkir dan
basement) tidak boleh melebihi 35% dari luas total
hunian.
Ciri Tata Ruang TOD Kawasan Tunjungan : ( FASILITAS )
1. Fasilitas Pendidikan – SMP N 3 Surabaya ( Jl. Praban) 2. Apartement – One Icon Tunjungan ( Emb. Malang )

3. Fasilitas Perkantoran – G. Bank Mas ( Emb. Malang ) 4. Fasilitas Pemerintahan – G. Siola ( Jl. Tunjungan )
Ciri Tata Ruang TOD Kawasan Tunjungan : ( FASILITAS )
5. Fasilitas Hiburan – Tunjungan Plaza ( Emb. Malang ) 6. Fasilitas Perbankan – Permata Bank ( Jl. Tunjungan)

7. Fasilitas Serbaguna – The Empire Palace (Jl. Blauran) 8. Fasilitas Pertokoan – Pasar Blauran ( Jl. Blauran )
Existing Kawasan :
1. Pedestrian Jalan ( Jl. Blauran) : 2. Pedestrian Jalan ( Jl. Praban)

3. Pedestrian Jalan (Jl. Tunjungan) 4. Halte Bus ( Emb. Malang )


POTENSI & KENDALA :
1. POTENSI :
1. Kondisi Lalu Lintas Jam Berangkat Kerja : • Kawasan ini merupakan pusat kota Surabaya
• Kondisi Pedestrian sangat layak untuk pejalan kaki
• Rambu lalu Lintas serta penerangan jalan yang memadai bagi
pengguna jalan
• Banyak Vegetasi sebagai pelindung untuk pengguna pedestrian
agar terhindar dari panasnya matahari & hujan bagi pejalan kaki.
2. KENDALA :
• Kurangnya Lahan Parkir kendaraan bermotor (Mobil & Sepeda
Motor) & Sepada.
• Tidak adanya jalur kusus Sepeda.
• Lalu Lintas padat saat jam sibuk ( Jam Berangkat Kerja, Makan
Siang, & Pulang Kerja) sehingga sering terjadi kemancetan.
• Kurangnya Area Transit untuk kendaraan Umum (Halte Bus Dll)
2. Kondisi Lalu Lintas Jam Makan Siang : 3. Kondisi Lalu Lintas Jam Pulang Kerja :
PENYELESAIAN :
SOLUSI DESIGN :

• Design desngan kondisi pedestrian yang ideal terdapat vegetasi ( sebagai pelindung pejalan kaki
dari panas matahari dan hujan), Bollards ( Sebagai pelindung pejalan kaki dari kendaraan bermotor)
serta terdapat jembatan penyebragan orang yang memadai yang terdapat atap di atasnya agar para
penyebrang terlindung dari panas matahari dan hujan.
SOLUSI DESIGN :

• Fasilitas yang memadai yang ditandai dengan adanya Lampu Jalan, jalur dan parkir khusus sepeda
dan halte bus. Sebisa mungkin halte bus dan parkir sepeda ditempatkan diarea yang tidak
berjauhan.
SOLUSI DESIGN :

• Area Transit antara kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang berdekatan, sehingga
memudahkan pengguna untuk beralih ke mode kendaraan umum. Serta memberikan ruang jalan
khusus bagi bus yang akan berhenti di halte bus. Dimaksudkan agar saat berhenti tidak
menyebabkan kemancetan kendaraan diarea tersebut.

Anda mungkin juga menyukai