Anda di halaman 1dari 6

37

KOAGULASI FLOKULASI UNTUK MENURUNKAN WARNA


DENGAN KOAGULAN PAC PADA EFLUEN PENGOLAHAN
LIMBAH PENCELUPAN BENANG

USING PAC AS COAGULANT TO REMOVE COLOR


FROM TEXTILE WASTEWATER

Enny Susanti1) dan Ati Hartati1)


1)
Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS

Abstrak
Berdasarkan analisa efluen limbah pencelupan benang yang diketahui masih berwarna meskipun dalam hal ini , limbah
keluar dari efluen unit pengolahan air limbah. Penelitian ini dilakukan selain menggunakan PAC juga ditambahkan
kaolin dan pada air baku yang diteliti dalam dua kondisi yaitu proses batch dengan menggunakan jar tes dan kondisi
kontinyu dengan menggunakan bak koagulasi , bak flokulasi dan bak pengendapan. Dari hasil penelitian diperoleh
bahwa PAC dapat menurunkan warna pada efluen limbah dengan prosen efisiensi rata-rata 73,51 % dan dengan
penambahan kaolin diperoleh prosen efisiensi rata-rata 78,92 %.

Kata kunci : kaolin, koagulasi, PAC, warna

Abstract
Pursuant to analysis efluen of textile wastewater treatment plant, still contain high of color in the effluent. This research
using Polyaluminium chloride (PAC) and lime to remove the color in a batch or continuous mode. A jar test was used
for the batch while sedimentation vessels were for the continuous experiment. From research result obtained that PAC
can remove the colour efluen aboat 73,51 % and with the kaolin addition can remove 78,92 % of the color.

Keywords : lime, coagulation, PAC, color

1. PENDAHULUAN Untuk mengurangi bahan pencemar terhadap air


baku, terutama yang diambil dari air sungai maka
Sesuai dengan perkembangan jaman, air bersih pa- efluen pengolahan air limbah di pabrik pencelupan
da masa sekarang ini semakin sulit diperoleh teru- benang yang kualitas limbah cairnya kurang baik
tama di daerah perkotaan karena sumber-sumber perlu dilakukan pengolahan lanjutan untuk mem-
yang tersedia sekarang kurang memenuhi kuantitas peroleh kualitas efluen pengolahan yang lebih ba-
maupun kualitasnya. Hal ini disebabkan jumlah ik.
maupun pertumbuhan penduduk di kota-kota besar
cepat meningkat. Selain itu kegiatannya juga sema- Proses pengolahan lanjutan yaitu dengan melaku-
kin meningkat, yang mana dari kegiatan yang dila- kan pengolahan secara kimia dengan pembubuhan
kukan manusia (industri, pertanian, peternakan dan koagulan dengan proses koagulasi dan flokulasi.
lain-lain) inilah yang menghasilkan bahan pence- Proses koagulasi dan flokulasi ini merupakan pro-
mar. ses pembentukan flok-flok, sehingga flok yang ter-
bentuk dapat mengendap.
Salah satu sumber bahan baku air yang penting ba-
gi kelangsungan hidup manusia, sebagian besar di- Pada proses koagulasi dipergunakan koagulan Poli
ambil dari air permukaan. Dalam hal ini sungai Aluminium Chloride (PAC) dan kombinasi dengan
adalah salah satu alternatif sumber air baku yang bahan pembubuh lain yaitu kaolin. Diharapkan dari
memiliki potensi cukup besar dari segi kuantitas. pengolahan tersebut warna dari efluen limbah pen-
Namun dari segi kualitas pada umumnya masih ku- celupan benang yang masih memiliki warna yang
rang atau bahkan tidak layak sebagai sumber air tinggi dapat menurun sehingga pada waktu pembu-
(Mujuadi, 1994). angan tidak mencemari sungai.
38 Jurnal Purifikasi, Vol. 4, No. 1, Januari 2003: 37-42

Koagulasi dan flokulasi merupakan proses umum tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin
yang sering dilakukan untuk mengolah air yang te- tinggi kekeruhan. Ada beberapa hal yang
lah tercemar oleh zat-zat tercemar yang pada akhir mempengaruhi kekeruhan dalam proses koagulasi
ini semakin tinggi tingkatannya. dan flokulasi antara lain kebutuhan koagulan
tergantung pada kekeruhan, tetapi penambahan
Koagulasi adalah proses penambahan bahan kimia koagulan tidak selalu berkorelasi linier terhadap
(koagulan) ke dalam air baku dengan maksud kekeruhan.
mengurangi daya tolak menolak antar partikel ko-
loid, sehingga partikel-partikel tersebut bergabung Kekeruhan yang tinggi umumnya membutuhkan
menjadi flok-flok kecil (Degremont, 1991). dosis koagulan yang rendah kerena besarnya ke-
mungkinan terjadi tumbukan, sedangkan kekeruh-
Tahap destalisasi koloid terjadi pada saat penam- an rendah umumnya membutuhkan dosis koagulan
bahan elektrolit positif Al+3 dari koagulan Al2- yang tinggi, karena jarak antar partikel yang men-
(SO4)3. Dalam air koagulan terjadi reaksi ganda ya- jauh. Ukuran partikel yang tidak seragam jauh le-
itu reaksi dissosiasi pada Persamaan 1 dan reaksi bih mudah untuk di koagulasi. Hal ini karena pusat
hidrolisa pada Persamaan 2 aktif lebih mudah terbentuk pada partikel kecil, se-
dangkan partikel yang besar mempercepat terja-
Al2 SO4 3  2 Al 3  3SO2 (1) dinya pengendapan. Kombinasi dari kedua jenis
partikel ini menyebabkan semakin mudahnya pro-
Al2 SO4 3  6H 2O  2 Al OH 3  3H 2 SO4
ses koagulasi dan flokulasi.
(2)
Warna dalam suatu zat disebabkan oleh absorbsi
Flokulasi adalah proses penggabungan flok-flok selektif bagian cahaya putih matahari oleh atom-
kecil (proses koagulasi) dengan flok-flok yang ber- atom atau molekul-molekul penyusun benda. Pe-
ukuran besar sehingga mudah mengendap. milihan pH sangat mempengaruhi dosis optimum
dari koagulan, hal ini karena sifat koagulan yang
Pada proses flokulasi kontak antar partikel dapat bergantung pada pH. Faktor-faktor yang mem-
terjadi melalui beberapa cara yaitu kontak karena pengaruhi reduksi pada proses koagulasi dan flo-
gerak brown, kontak karena gerak cairan serta kon- kulasi adalah muatan dosis koloid yang mengikat
tak yang dihasilkan dari partikel yang mengendap warna, jenis dan dosis koagulan serta pH.
dengan adanya tumbukan antar partikel.
pH sangat berpengaruh pada proses koagulasi dan
Secara garis besar ada 4 tahapan proses pembentu- flokulasi, karena itu pemilihan pH yang tepat akan
kan flok, yaitu tahap destabilisasi koloid, tahap mempengaruhi dosis optimum dari koagulan. Hal
pembentukan mikro flok, tahap penggabungan mi- ini disebabkan sifat kimia koagulan tergantung
kro flok serta tahap Pembentukan makro flok terhadap pH. Batasan nilai pH dapat terjadi karena
pengaruh jenis koagulan yang dipakai dan kompo-
Koloid merupakan partikel yang sangat halus, yang sis zat kimia yang ada dalam air.
menyebabkan campuran tidak jenuh, tetapi juga
sangat sulit untuk mengendap, adapun ciri-ciri Perubahan temperatur dapat menyebabkan peru-
koloid yaitu tidak jernih, antara homogen dan bahan viskositas, semaki panas suhu viskositas ma-
heterogen, diameter partikel antara 10-7 cm – 10-5 kin kecil. Waktu detensi yang melebuhi kriteria de-
cm, tak dapat disaring serta sulit untuk mengendap sain akan menyebabkan terjadinya pengendapan
pada system kontinyu sedangkan jika kurang akan
Koagulasi dan flokulasi disebabkan oleh beberapa terbentuk flok yang relatif kecil sehingga sukar
faktor antara lain karakteristik partikel, kekeruhan, untuk mengendap (Reynold, 1984).
warna, pH, temperatur, waktu detensi, komposisi
zat kimia dalam air, jenis koagualan dan flokulan, Pemilihan jenis koagulan disesuaikan dengan jenis
zeta potensial. Karakteristik partikel dibedakan koloid yang terkandung dalam air. Harga zeta po-
menjadi 2 yaitu berdasarkan ukuran dan water so- tensial mempengaruhi tingkat kemudahan destabi-
lid interface (Metcalf dan Eddy, 1991). lisasi partikel koloid untuk memungkinkan terja-
dinya gaya tarik-menarik antar partikel koloid se-
Kekeruhan teramati sebagai sifat optis larutan yang hingga terbentuk flok.
mengandung zat tersuspensi didalamnya. Makin
Susanti, Koagulasi Flokulasi Untuk Menurunkan Warna Dengan Koagulan PAC 39

Dalam badan air gaya tarik menarik akan dilawan endapkan dan lumpur yang terbentuk ditampung di
oleh gaya tolak menolak zeta potensial. Resultan ruang lumpur (Alaert dan Sumestri, 1987).
gaya yang terjadi akan menentukan suatu flok akan
terjadi atau tidak. Kemampuan dari ion untuk Air baku yang digunakan berasal dari efluen unit
mengadakan gaya tarik menarik tergantung dari ja- pengolahan limbah pada pabrik pencelupan be-
rak antar partikel. nang, sedangkan bahan kimia yang digunakan un-
tuk proses koagulasi dan flokulasi adalah Poli Alu-
Di dalam air terlarut garam mineral yang sangat minium Chloride. Parameter yang diukur dalam
dipengaruhi oleh jenis senyawa pembentuk kon- penelitian ini yaitu warna kekeruhan, pH dan suhu.
sentrasinya. Pengaruh yang disebabkan oleh garam
mineral dalam air adalah kemampuannya dalam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menggantikan kedudukan ion hidroksidanya pada
senyawa kompleks hidroksid. Air baku yang berasal dari efluen limbah pencelup-
an benang bersifat basa dengan pH 8, dan perlu di-
Dalam memilih jenis koagulan dan flokulan di- buat netral yaitu 7 agar proses koagulasi, flokulasi
sesuaikan dengan jenis koloid yang terkandung di- serta pengendapan pada proses kontinyu berlang-
dalam air. Jenis koagulan dan flokulan yang dima- sung dengan baik. PAC yang digunakan mempu-
sukkan ke dalam air biasanya memiliki tanda ion nyai range pH efektif 6,5 – 7,5. Dan selama peneli-
yang berlawanan dengan muatan ion yang terdapat tian suhu dalam limbah adalah 30oC.
pada air tersebut.
Untuk warna awal 94,49 PtCo, pada Gambar 1 da-
Polielektrolit adalah substansi polimer dengan be- pat dilihat bahwa dosis optimum PAC untuk menu-
rat molekul tinggi. Komponen merupakan rantai runkan warna sebesar 15 mg/l dengan efisiensi
yang terdiri dari satuan-satuan kecil yang biasa di- penghilangan warna sebesar 64,24%. Penghilang-
sebut monomer yang mengandung gugus yang da- an warna yang terjadi ini karena adanya ikatan an-
pat terinosisasi. tara ion organic yang bermuatan negatif dan ion
Al3+ pada PAC yang bermuatan positif. Ion Al3+
2. METODOLOGI ini berasal dari unsur dasar PAC yaitu Aluminium
( Al2SO4 ).
Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan meng-
gunakan dua jenis cara yaitu secara batch dan seca-
ra kontinyu. Pada proses batch alat yang dipergu- 90
nakan yaitu jar test untuk menentukan dosis opti- 80
Efisiensi Warna (%)

mum koagulan dan pH yang sesuai dengan proses 70


koagulasi. Pada jar test ini akan terjadi proses ko- 60
agulasi, flokulasi dan pengendapan. 50
40
Pada proses kontinyu merupakan kelanjutan dari 30 Warna 94,49 PtCo
hasil yang didapat dari proses batch. Diharapkan 20 Warna 168,06 PtCo
dengan didalakukannya proses kontinyu akan dida- 10 Warna 335,27 PtCo

patkan pendekatan hasil data yang diperoleh dari 0


laboratorium dengan yang terjadi di lapangan nan- 0 20 40 60 80

ti. Dosis PAC (mg/l)

Alat yang digunakan pada proses kontinyu ini ter- Gambar 1. Efisiensi Removal Warna
diri dari bak pencampuran air baku dan di dalam
bak tersebut terdapat pompa submersibel yang ber- Penghilangan warna yang terjadi ini karena adanya
fungsi untuk menaikkan air baku ke reservoar. Dari ikatan antara ion organic yang bermuatan negatif
sini lalu air dialirkan menuju ke bak koagulasi. Pa- dan ion Al3+ pada PAC yang bermuatan positif.
da bak ini terjadi pencampuran antara air baku de- Ion Al3+ ini berasal dari unsur dasar PAC yaitu
ngan koagulan yang diambil. Kemudian dimasuk- Aluminium (Al2SO4). Dengan dosis PAC yang le-
kan ke bak flokulasi dan diaduk lambat agar proses bih besar dari 15 mg/l ternyata warna yang terting-
flokulasi dapat terjadi. Flok-flok yang terbentuk di- gal konstan sampai dosis 60 mg/l. Hal ini karena
adanya fulfic acid (zat organic penyebab warna)
40 Jurnal Purifikasi, Vol. 4, No. 1, Januari 2003: 37-42

yang tidak dapat dihilangkan dari air baku. Fulfic


92
acid ini sulit dikagulasi karena gugus carbonylnya
88
lebih sedikit dari humic acid dimana keberadaan

Efisiensi Warna (%)


84
gugus ini sangat penting pada koagulasi, karena
80
dapat berikatan dengan koagulan. 76
72
Sedangkan untuk warna awal 94,49 PtCo dan ke- 68
keruhan 0,86 NTU, pada Gambar 1 dapat dilihat 64
dosis optimum yang didapat sebesar 15 mg/l deng- 60
an efisiensi penurunan kekeruhan sebesar 68,96 % 0 50 100 150 200
efisiensi ini lebih besar dari warna karena partikel Dosis Kaolin (mg/l)
penyebab kekeruhan memilki diameter yang lebih Warna 94,49 PtCo Warna 168,06 PtCo Warna 335,27 PtCo
besar dibandingkan diameter partikel penyebab
warna. Kekeruhan ini mengalami penurunan terus Gambar 3. Efisiensi Removal Warna
menerus sampai dosis optimum tercapai, namun
setelah melewati dosis ini kekeruhannya semakin Dengan penambahan Kaolin pada air baku dengan
meningkat.Hal ini karena kelebihan ion positif warna awal 94,49 PtCo, dapat meningkatkan efisi-
yang ada pada air baku dengan koagulan yang ber- ensi penurunan warna sekitar 3,5% (yaitu dari
lebih sudah tidak mampu lagi mengadsorbsi ion 64,24% ke 67,94%). Maka dalam hal ini dapat di-
negatif yang terdapat dalam koloid. Gambar 2 me- katakan bahwa penambahan kaolin ikut membantu
nunjukkan efisiensi penurunan kekeruhan dengan menurunka warna. Ini disebabkan karena kaolin
dosis PAC yang berbeda. yang ditambahkan dapat mengadsorbsi komponen
organic penyebab warna sehingga terbentuk flok-
flok yang kecil yang kemudian dalam proses floku-
90 lasi flok-flok tersebut bergabung dan terendapkan.
80
Efisiensi Kekeruhan (%)

70 Pada Gambar 4 diketahui dengan kekeruhan awal


60 0,86 NTU, penambahan kaolin pada air baku dapat
50 meningkatkan efisiensi penghilangan kekeruhan
40 meski peningkatannya kecil disbandingkan tanpa
Kekeruhan 94,49 PtCo
30 penambahan kaolin yaitu sekitar 4%. Dalam hal ini
20 Kekeruhan 168,06 PtCo dapat diketahui bahwa Kaolin dapat membantu
10 Kekeruhan 335,27 PtCo menurunkan kekeruhan, karena kaolin menambah
0 jumlah partikel pada air baku. Dengan ini diharap-
0 20 40 60 80 kan dengan bertambahnya jumlah partikel menye-
Dosis PAC (mg/l) babkan semakin besar kesempatan antar partikel
untuk saling bergabung satu sama lain dan menam-
Gambar 2. Efisiensi Removal Kekeruhan bah berat partikel yang terbentuk sehingga mudah
untuk diendapkan.
Dapat disimpulkan pula bahwa pada warna tidak
terdapat break point pada dosis optimum dikarena- 92
kan sisa dosis yang ada tidak menyebabkan warna
Efisiensi Kekeruhan (%)

88
tetapi menyebabkan kekeruhan. Hal ini berlaku pu- 84
la pada tingkat warna awal yang berbeda yaitu 80
168,06 PtCo, 335,27 PtCo dan kekeruhan awal 76
2,107 NTU ,3,041 NTU 72
68
64
Pada Gambar 3 dapat dilihat dosis optimum Kaolin
60
untuk menurunkan warna hingga nilai terendah 0 50 100 150 200
(30,26 PtCo) adalah sebesar 80 mg/l. Dengan se- Dosis Kaolin (mg/l)
makin bertambahnya dosis kaolin maka warna
Kekeruhan 94,49 PtCo Kekeruhan 168,06 PtCo
yang teremowal tetap atau konstan sehingga pada Kekeruhan 335,27 PtCo
warna tidak terdapat break point.
Gambar 4. Efisiensi Removal Kekeruhan
Susanti, Koagulasi Flokulasi Untuk Menurunkan Warna Dengan Koagulan PAC 41

Sedangkan untuk peningkatan warna awal 168,08


PtCo dan kekeruhan awal 2,107 NTU dosis opti- 90
mum kaolin yang diperoleh mengalami peningkat- 85
an menjadi 100 mg/l. Untuk peningkatan warna
80
awal kedua 335,275 PtCo dan kekeruhan awal

Efisiensai (%)
3,041 NTU dosis optimum kaolin yang diperoleh 75
adalah 110 mg/l. Removal warna dan kekeruhan 70
yang terjadi juga mengalami peningkatan yang ti-
dak terlalu besar seperti pada warna dan kekeruhan 65
Warna
yang pertama. 60 Kekeruhan
55
Dari uraian diatas bila kita perhatikan dengan me- 0 50 100 150
ningkatnya warna maka kebutuhan dosis kaolin
Dosis Kaolin (mg/l)
juga meningkat. Hal ini karena dengan meningkat-
nya warna maka zat pengadsorbsi yang dibutuhkan
juga semakin meningkat. Gambar 6. Dosis Optimum Kaolin Terhadap Efi-
siensi Penurunan Warna Dan Kekeruh-
Proses ini merupakan kelanjutan dari proses batch, an
dimana setelah mendapatkan dosis optimum koa-
gulan. Air baku yang digunakan adalah sama deng- Pada Gambar 5 dan Gambar 6, tampak bahwa efi-
an yang digunakan pada proses batch. Pada Gam- siensi penghilangan kekeruhan lebih besar dari
bar 5 dan Gambar 6, terlihat bahwa dengan sema- warna, hal ini karena diameter partikel warna lebih
kin meningkatnya warna dan kekeruhan, efisiensi kecil daripada kekeruhan, sehingga pada saat koa-
penghilangan warna dan kekeruhan semakin besar. gulasi dan flokulasi partikel penyebab kekeruhan
lebih mudah untuk terendapkan.
Hal ini karena kebutuhan bahan untuk mengad-
sorbsi warna semakin besar. Dengan meningkatnya Dari penelitian yang dilakukan antara proses batch
warna kebutuhan akan kaolin akan semakin besar dan kontinyu, ternyata proses efisiensi penghilang-
jumlahnya hal ini karena jika kaolin berada dalam an pada warna dan kekeruhan berbeda yaitu pada
air baku, kaolin akan mengadsorsi bahan organik proses batch diperoleh efisiensi penghilangan war-
penyebab warna dalam air baku. Selain berfungsi na dan kekeruhan lebih besar pada proses konti-
sebagai pengadsorbsi kaolin juga berfungsi sebagai nyu. Hal ini karena proses kontinyu faktor-faktor
pemberat pada flok sehingga mudah untuk meng- yang mempengaruhi proses tersebut lebih kom-
endap. pleks, yaitu Waktu tinggal dalam reaktor dan
dispersi energi

85 Pada proses kontinyu partikel yang tertahan pada


bak dapat lebih lama atau sebaliknya dari yang di-
80 perhitungkan secara teoritis. Hal ini merupakan
75 fungsi volume rector dan flowrate, dimana jika kita
mengambil besar flowrate yang kurang dari kondi-
Efisiensi (%)

70 si yang diinginkan makadapat mempengaruhi wak-


65 tu detensi dan destabilisasi partikel.
60 Dispersi energi pada bentuk bak yang berbeda
Warna

55 Kekeruhan akan berpebgaruh pada destabilisasi partikel hal ini


karena energi yang dipancarkan akan menghasil-
50 kan bilangan reynold yang berbeda.
0 10 20 30
Dosis Optimum PAC (mg/l) 4. KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 5. Dosis Optimum PAC Terhadap Efisi- 4.1. Kesimpulan


ensi Penurunan Warna dan Kekeruhan Dengan penambahan PAC pada limbah efluen lim-
bah pencelupan benag ternyata warna dalam lim-
42 Jurnal Purifikasi, Vol. 4, No. 1, Januari 2003: 37-42

bah tersebut dapat menurun. Prosentase efisiensi Degremont. (1991). Water Treatment Handbo-
rata-ratanya adalah 73,51%, untuk air limbah deng- ok. 9th edition. Vol 1. New York.
an penambahan kaolin sebesar 78,92%. Dengan
peningkatan warna, kebutuhan akan PAC semakin Metcalf dan Eddy. (1991). Wastewater Engineer-
besar, yaitu untuk warna awal 94,49% PtCo dibu- ing: Treatment, Disposal and Reuse.
tuhkan PAC 15 mg/l, warna awal 168,06 PtCo di- McGraw-Hill Book and Co. Singapore.
butuhkan dosis PAC 20 mg/l dan untuk warna awal
334,27 PtCo dibutuhkan dosis PAC 25 mg/l. Pada Mujuadi, S. (1994). Kemampuan Koagulan Poli
proses batch diperoleh efisiensi penurunan warna Aluminium Chloride Untuk Menu-
lebih besar dibandingkan pada proses kontinyu, runkan Warna Effluent Pengolahan
dengan perbedaan sekitar 3 % - 5 %. Limbah PT. SIER. Laporan Tugas
Akhir. Program Studi Teknik Lingkung-
4.2. Saran an FTSP-ITS.
Dari penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang
didapat, disarankan mencoba memakai bahan Reynold, T.D. (1984). Operation And Prosesses
selain PAC sebagai koagulan dengan kemungkinan in Environmental Engineering. Texas
dicapai hasil yang lebih baik, seperti: ferri sulfat A and M University. Texas.

DAFTAR PUSTAKA

Alaert, G dan Sumestri, S. (1987). Metode Pene-


litian Air. Usaha Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai