Bahan 1
Bahan 1
I. Skenario
1. Perempuan 55 tahun
1
- Respirasi 16x/menit (bradypneu)
1. Demam Reuma adalah suatu proses radang akut yang didahului oleh infeksi
kuman grup A β-hemoliticus streptococcus dan mempunyai ciri khas yang
cenderung kambuh.1
2. Fibrilasi Atrium adalah gelombang yang sangat cepat tidak teratur, frekuensi
berkisat antara 400-700 permenit (bukan gelombang P). Respon ventrikel
(kompleks QRS) biasanya iregular).2 Yang menyebabkan berkurangnya
kemampan kontraksi atrium.
3. Terapi digoxin adalah suatu glikosida jantung yang didapat dari daun Digitalis
lanata, mengandung 3 molekul digitoxose yang terikat dengan digoxigenin,
mempunyai kerja yang sama dan digunakan seperti digitalis diberikan per oral,
intramuskular, intarvena.3 Obat ini digunakan untuk mengobati gagal jantung
kongestif, tachicardi supraventrikular dan shock cardiogenic. Cara kerja:
bertindak dengan meningkatkan kontraksi miokardium dan dengan
meningkatkan periode refrakter dan mengurangi laju konduksi nodus AV.
4. Opening Snap (OS) adalah terdengar pada saat katup jantung terbuka
(normalnya bunyi terdengar bila katup tertutup). Hal ini disebabkan karena
gerakan membuka pada katup mitral anterior berhenti mendadak pada awal
diastol dan katup yang tebal itu tidak dapat terbuka penuh. Untuk terjadinya
5. Ronchi basah adalah bunyi yang terdengar akibat adanya penimbunan cairan
pada alveola paru.
V. Pertanyaan
6. Jelaskan penyebab S1 lebih keras dan S2 tunggal disertai dengan Opening Snap!
Katup jantung terdiri dari katup atrioventrikular dan katup semilunar. Katup
atrioventrikular merupakan katup yang terletak di antara ruangan atrium dan ruangan
ventrikel. Katup atrioventrikular terdiri dari :
4 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat halaman 22.. EMS : Jakarta
⚫ katup bikuspid (mitral) – memisahkan atrium kiri dengan ventrikel kiri
⚫ katup trikuspid - memisahkan atrium kanan dengan ventrikel kanan
katup-katup ini disokong oleh tendon (mencegah katup membuka secara terbalik ke
atrium).5
Aliran darah yang melewati katup mitral atau trikuspid diatur oleh interaksi
antara atrium, annulus fibrosus, daun katup, korda tendinae, otot papilaris dan otot
ventrikel. Keenam komponen ini membentuk kompleks mitral dan trikuspid yang
secara fungsional harus diperhitungkan sebagai satu unit. Gangguan salah satu bagian
tersebut akan mengakibatkan gangguan hemodinamik yang serius. Katup mitral
terdiri dari daun katup mitral anterior dan daun katup mitral posterior. Daun katup
anterior lebih lebar dan mudah bergerak, melekat seperti tirai dari basal ventrikel kiri
dan meluas secara diagonal sehingga membagi ruang aliran menjadi alur masuk dan
alur keluar. Alur masuk ventrikel kiri berbentuk seperti corong, mulai dari annulus
mitral, kemudian dengan daun katup mitral melekat pada otot papilaris melalui korda
tendinae. Alur keluar ventrikel kiri dibatasi oleh daun katup anterior, septum dan
dinding depan ventrikel kiri. Daun katup anterior berbentuk segitiga, dihubungkan
dengan kedua bibir daun katup posterior melalui komisura, sedangkan daun katup
posterior berbentuk segi empat, lebih panjang, lebih kaku dan menempati dua pertiga
lingkaran cincin mitral. Daun katup posterior mitral melekat pada otot papilaris
melalui korda tendinae. Daun katup daun posterior terdiri dari 3 lengkungan yang
tidak terpisah satu sama lain, yaitu skalop lateral, intermedial dan medial.6
5 Dr. Donny Yawah. Slide kuliah Sistem Peredaran darah.ppt. Institut Haiwan Kluang, Malaysia
6 (Hal 11). Buku Ajar Kardiologi FKUI. Cetakan 2004
Katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup utama yang ukurannya tidak sama,
yaitu daun katup anterior, septal, posterior. Daun katup anterior berukuran paling
lebar, melekat dari daerah infundibuler ke arah kaudal menuju infero-lateral dinding
ventrikel kanan. Daun katup septal melekat pada kedua bagian septum muskuler
maupun membranus, yang sering menutupi VSD kecil tipe alur keluar. Daun katup
posterior merupakan terkecil, melekat pada cincin trikuspid pada sisi postero-inferior.
Secara keseluruhan terdapat perbedaan bermakna antara anatomi katup mitral dan
katup trikuspid. Katup trikuspid lebih tipis, lebih bening dan pertautan antara ketiga
daun katup itu dihubungkan oleh komisura.7
Katup semilunar (bulan sabit) menghalang darah kembali ke ventrikel apabila
ventrikel mengendur. Katup semilunar terdiri dari :
katup semilunar aorta pada pangkal aorta – menghalangi darah kembali ke
ventrikel kiri
katup semilunar pulmonari pada pangkal arteri pulmonari – menghalangi
darah kembali ke ventrikel kanan.8
8 Dr. Donny Yawah. Slide kuliah Sistem Peredaran darah.ppt. Institut Haiwan Kluang, Malaysia
5
Bentuk katup semilunar aorta dan pulmonal adalah sama, tetapi katup aorta
lebih tebal. Kedua katup ini masing-masing ventrikel dengan katup pulmonal yang
terletak lebih anterior-superior dan agak ke kiri. Setiap katup terdiri dari 3 lembar
jaringan ikat daun katup atau daun katup yang berbentuk huruf U. Pinggir bawah tiap
daun katup melekat dan bergantung pada annulus aorta dan annulus pulmonal dimana
pinggir atas mengarah ke lumen. Di belakang tiap daun katup, dinding pembuluh
darah melebar dan berbentuk seperti kantong, dikenal sebagai sinus Valsalva, Ujung
bebas tiap daun berbentuk konkaf dan terdapat nodul pada pertengahannya, yang
dikenal sebagai nodulus Aranti. Ketiga daun katup aorta dikenal sebagai daun katup
koroner kanan, kiri dan daun katup non-koroner. Katup pulmonal terdiri dari daun
katup anterior, daun katup kanan dan kiri.9
b. Fisiologi Jantung
Klep-klep jantung terletak di pintu-pintu keluar dari keempat ruangan jantung
dan mempertahankan satu arah aliran darah didalam jantung. Keempat klep jantung
memastikan bahwa darah mengalir dengan bebas pada satu arah aliran dan tidak
adanya aliran balik yang bocor. Darah mengalir dari atrium (serambi) kanan dan
atrium kiri menuju ventrikel (bilik) melalui klep trikuspid dan klep mitral yang
terbuka. Ketika ventrikel penuh, maka klep trikuspid dan klep mitral menutup. Ini
mencegah darah mengalir balik ke atrium ketika ventrikel berkontraksi.
Ketika ventrikel mulai berkontraksi, maka klep pulmonal dan klep aorta
dipaksa terbuka dan darah dipompa keluar dari ventrikel melalui klep-kep yang
terbuka masuk kedalam arteri pulmonary menuju ke paru-paru, ke aorta dan ke
seluruh tubuh. Ketika ventrikel selesai dengan kontraksi dan mulai relax, klep-klep
aorta dan pulmonal menutup. Klep-klep ini mencegah darah mengalir balik ke
ventrikel.
Pola ini diulangi terus menerus, menyebabkan darah mengalir terus menerus
ke jantung, paru-paru dan tubuh. Katup atrioventrikular, Katup A-V (katup
6
trikuspidalis dan katup mitralis) mencegah aliran balik darah yang berasal dari
ventrikel menuju ke atrium selama fase sistolik, dan katup semilunaris ( yakni katup
aorta dan pulmonaris) mencegah aliran balik darah yang berasal dari aorta dan arteri
pulmonalis kembali ke ventrikel selama diastolik. Semua katup tersebut, membuka
dan menutup secara pasif. Yaitu, katup katup-katup ini akan menutup sewaktu
gradient tekanan balik mendorong darah kembali ke belakang, dan katup-katup ini
akan membuka bila gradient tekanan ke arah depan mendorong darah ke depan.
Dengan alasan anatomi yang jelas, penutupan katup A-V yang tipis dan mirip selaput
ini hampir tidak membutuhkan aliran balik darah, sedangkan katup semilunaris yang
jauh lebih tebal membutuhkan aliran balik yang agak kuat selama beberapa milidetik
untuk menutup.
Kesukaran bernapas atau sesak napas adalah simptom tersering dalam gagal
jantung. Mekanisme dyspnea secara umum yang ditemukan penyakit cardiovaskular
bisa terjadi dengan adanya faktor pemicu di bawah:
Gambaran klinis
Tipe-tipe dyspnea
Gambaran mekanisme
a.
Gagal LV ketika beraktivitas (exertion)
Darah dari paru2 tidak bisa masuk ke LV, Menyebabkan congesti paru
b.
Cardiac failure
Hypoxia
Edema paru
Gambaran mekanisme
Radang
Bising jantung
5. Different diagnosis
12 Price, Sylvia Anderson and Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
A. MITRAL STENOSIS
Definisi
14 William Sanjaya, dkk. Balon Mitral Valvotomi (BMV) pada Kehamilan. Bagian Kardiologi, dan Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
http://www.kalbe.co.id yang diakses pada tanggal 26 Sep 2008
12
Insidens
Di negara maju insiden MS sudah jauh menurun hingga pernah mencapai 0.5
kasus per 100.000 penduduk tahun 1980-an namun sedikit naik saat infeksi
Streptococcus sempat merajalela di tahun 1990-an. Di negara miskin dan padat
seperti Indonesia, insiden demam reuma relatif konstan, belum terlihat penurunan
yang bermakna hingga kini, yakni sekitar 10 kali lebih banyak dibanding negara
maju. Bahkan progresivitas penyakit ini lebih parah di negara berkembang,
mengingat rendahnya tingkat kesehatan dan minimnya kesadaran masyarakat. Dengan
demikian MS masih tergolong masalah kesehatan besar di negara-negara
berkembang15
Etiologi
15 Majalah Farmacia Edisi Februari 2008 , Halaman: 18. http://www.majalah-farmacia.com yang diakses tanggal 25 Okt 2008
16 Hakim Alkatiri. Slide kuliah Kardiovaskuler. Valvular Heart Disease. slide ke-4
terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam reumatik pada masa
kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. 17
17
http://www.medicastore.com yang diakses pada tanggal 22 Okt 2008
18
http://www.medicastore.com yang diakses pada tanggal 22 Okt 2008
14
kritis (area katup >1,4cm2) jika terdapat keadaan yang dapat meningkatkan aliran
katup mitral yang mendadak, yang meliputi: 19
1. Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel yang cepat yang meningkatkan aliran
katup mitral dengan pemendekan waktu diastolik per denyutan.
3. Kehamilan merupakan salah satu pencetus edema paru pada pasien stenosis mitral
yang tidak kritis. Kehamilan meningkatkan aliran katup mitral dengan
meningkatkan curah jantung, denyut jantung, dan tekanan vena sentral. Efek-efek
ini maksimal pada kehamilan 25-27 minggu.20
Patogenesis
Abnormalitas patologis stenosis mitral antara lain fusi komisura, skar fibrosa,
dan obliterasi arsitektur katup yang normalnya berlapis sebagai akibat dari
penyembuhan valvulitis dan fibrosis superimposed. Jembatan fibrosa progresif
melalui komisura katup dapat menghasilkan deformitas “mulut ikan” yang kaku
sehingga menyebabkan orifisium kaku, yang mengalami stenosis dan regurgitas.
Daun katup terjadi kalsifikasi dan korda tendineae menebal, mengalami fusi, serta
memendek.21
19 William Sanjaya, dkk. Balon Mitral Valvotomi (BMV) pada Kehamilan. Bagian Kardiologi, dan Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
http://www.kalbe.co.id yang diakses pada tanggal 26 Sep 2008
20 William Sanjaya, dkk. Balon Mitral Valvotomi (BMV) pada Kehamilan. Bagian Kardiologi, dan Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. http://www.kalbe.co.id yang diakses pada tanggal 26 Sep 2008
21
Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat hal.209. EMS : Jakarta
15
Gejala
Gejala pada stenosis mitral dapat berlangsung selama dekade 3-4 tahun.22
Gambaran klinis stenosis mitral ditentukan oleh tekanan atrium kiri, curah jantung,
dan resistensi vascular paru. Dengan peningkatan tekanan atrium kiri, komplians paru
berkurang sehingga pasien menjadi lebih sesak.
Awalnya, sesak napas hanya terjadi bila denyut jantung meningkat, contohnya
selama latihan, stress, dan demam. Bila derajat keparahan lesi meningkat pasien
menjadi ortopnu. Sebelum onset dypsnea paroksismal, batuk nocturnal mungkin
merupakan satu-satunya gejala peningkatan tekanan atrium kiri. Saat ini, hemoptisis
jarang ditemukan. Palpitasi karena fibrilasi atrium menjadilebih sering terjadi seiring
penambahan usia; 80% pasien yang berusia di atas 50 tahun memiliki komplikasi
ini.23
22 Hakim Alkatiri. Slide kuliah Kardiovaskuler. Valvular Heart Disease. slide ke-4
23 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat hal.209. EMS : Jakarta
16
darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-paru meningkat,
sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema
pulmoner). 24
Jika seorang wanita dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal
jantung akan berkembang dengan cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung
akan mudah merasakan lelah dan sesak nafas. 25
Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas, tetapi
lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat. Sebagian penderita akan
merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau
duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang
menderita stenosis katup mitral.
Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler
pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran
atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat
dan tidak teratur.
Diagnosis26
24 sda
25 William Sanjaya, dkk. Balon Mitral Valvotomi (BMV) pada Kehamilan. Bagian Kardiologi, dan Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta. http://www.kalbe.co.id yang diakses pada tanggal 26 Sep 2008
17
Dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar murmur jantung yang khas
ketika darah mengalir/menyembur melalui katup yang menyempit dari atrium kiri.
Tidak seperti katup normal yang membuka tanpa suara, pada kelainan ini
katup sering menimbulkan bunyi gemertak ketika membuka untuk mengalirkan darah
ke dalam ventrikel kiri. Diagnosis biasanya diperkuat dengan pemeriksaan penunjang
sebagai berikut :
- elektrokardiografi
Gambaran stenosis mitral pada EKG tidak spesifik; jika pasien memiliki irama
sinus, gelombang P bifasik yang lebar didapatkan pada 90% pasien dengan stenosis
mitral. Morfologi gelombang P berkaitan dengan dilatasi atrium kiri dan bukannya
hipertrofi.
Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenis
penyumbatannya.
Pemeriksaan Fisis Pada Penderita Stenosis Mitral
Penatalaksanaan32
27 Hakim Alkatiri. Slide kuliah Kardiovaskuler. Valvular Heart Disease. slide ke-6
28 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat hal.11. Tabel 2.2.. EMS : Jakarta
29 Hakim Alkatiri. Slide kuliah Kardiovaskuler. Valvular Heart Disease. slide ke-6
30sda
31 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat hal.209.. EMS : Jakarta
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin
perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katup.
B. INSUFISIENSI MITRAL34
Etiologi
Etiologi dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenerative, endokarditis,
penyakti jantung koroner, penyakit jantung bawaan, truma, dll). Di Indonesia,
penyebab terbanyak adalah demam reumatik. Sekitar 30% tidak mempunyai riwayat
demam reumatik yang jelas.
PATOFISOLOGI
Insufisiensi mitral akibat reuma terjadi karena katup tidak bisa menutup
sempurna waktu sistolik. Perubahan pada katup meliputi klasifikasi, penebalan, dan
distorsi daun katup. Hal ini mengakibatkan koaptasi yang tidak sempurna waktu
sistolik. Selain pemendekan korda tendinea mengakibatkan katup tertarik ke
ventrikel, terutama bagian posterior, dapat juga terjadi dilatasi annulus atau ruptur
korda tendinea. Selama fase sistolik, terjadi aliran regurgitasi ke atrium kiri,
mengakibatkan gelombang V yang tinggi di atrium kiri, sedangkan aliran ke aorta
berkurang. Pada saat diastolik, darah mengalir dari atrium ke ventrikel. Darah
tersebut selain yang berasal dari paru-paru melalui vena pulmonalis, juga terdapat
darah regurgitan dari ventrikel kiri waktu sistolik sebelumnya. Ventrikel kiri cepat
distensi, apeks bergerak ke bawah secara mendadak, menarik katup, korda, dan otot
MANIFESTASI KLINIS
Regurgitasi mitral dapat ditoleransi dalam jangka waktu lama tanpa keluhan
pada jantung, baik saat istirahat maupun berkativitas. Sesak napas dan lekas lelah
merupakan keluhan awal secara berangsur-angsur menjadi ortopnea, dispnea noktural
paroksismal, dan edema perifer.
Pada pemeriksaan fisik, fasies mitral lebih jarnag terjadi dibandingkan dengan
stenosis mitral. Pada palpasi tergantung derajat regurgitasinya, mungkin didapatkan
peningkatan aktivitas jantung kiri. Pada auskultasi terdengar bising pansistolik yang
bersifar meniup di apeks, menjalar ke aksilla, dan mengeras saat respirasi. Bunyi
jantung pertama melemah, katup tidak menutup sempurna pada akhir diastolik.
Pada saat tersebut tekanan atrium dan ventrikel kiri sama. Terdengar bunyi jantung
ke-tiga akibat pangisian cepat ke ventrikel kiri pada awal diastolik dan diikuti
diastolic flow murmur karena volume atrium kiri yang besar menglir ke ventrikel kiri.
Pemeriksaan Penunjang
Pada insufisiensi mitral yang ringan mungkin hanya terlihat gambaran P
mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang masih normal. Pada tahap lanjut terlihat
aksis yang bergesar ke kiri dan disertai hipertrofi ventrikel kiri. Blok berkas kanan
yang tidak komplit (rsR di V1) didapatkan pada 5% pasien. Semakin lama penyakit,
kemungkinan timbulnya aritmia atrium semakin besar. Kadang-kadang timbul
ekstrasistolik, takikardi, dan flutter atrium, paling sering fibrilasi, yang awalnya
paroksismal dan akhirnya menetap.
Pada pemeriksaan foto thoraks, kasus ringan tanpa gangguan hemodinamik
yang nyata, besar jantung biasanya normal. Pada keadaan lebih berat terlihat
pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri, serta mungkin tanda-tanda bendungan paru.
Kadang-kadang terlihat perkapuran pada annulus mitral.
Fonokardiografi dilakukan untuk mencatat konfirmasi bising dan mencatat
adanya bunyi jantung ketiga pada insufisiensi mitral sedang sampai berat.
Ekokardiografi digunakan untuk mengevaluasi gerakan katup, ketebalan, serta adanya
perkapuran pada mitral. Ekokardiografi Doppler dapat menilai derajat rigurgitasi.
Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan ada tidaknya reuma aktif/reaktivasi.
Penatalaksanaan
Pemberian antibiotik untuk mencegah reaktivasi reuma dan timbulnya
endokarditis infektif.
C. STENOSIS AORTA35&36
Defenisi
Stenosis aorta adalah penyempitan pada katup aorta sehingga terjadi gangguan
aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta.
Etiologi
Adanya kelainan kongenital, demam reuma dan pada orang tua penyebab
paling sering adalah karena adanya perkapuran
Patofisiologi
35Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat.. EMS : Jakarta
Gejala
Pemeriksaan
Etiologi
Regurgitasi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 2 macam
kelainan artifisial yaitu :
- Penyakit kolagen
- Aortitis sifilitika
- Diseksi aorta
- Endokarditis bakterialis
- Ruptur traumatik
Genetik
- Sindrom marfan
- Mukopolisakaridosis
Patofisiologis
37 W.Sudoyo Ary dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III halaman 1578-1579. Edisi IV.cetakan kedua. 2007
ventrikel kiri. Pada saat aktivitas, denyut jantung dan resistensi vaskular perifer
menurun sehingga curah jantung bisa terpenuhi.
Pada tahap lanjut, tekanan atrium kiri, pulmonary wedge pressure, arteri
pulmonal, ventrikel kanan dan atrium kanan meningkat sedangkan curah jantung
menurun walaupun pada waktu istirahat.
Gejala Klinis
Nadi artifici’s
Nadi quincke’s
Tanda hill’s
Tanda taraube’s
Tanda duroziez’s
Tanda de musset
- Tanda muller’s
- Tanda rosenbach
- Tanda gerhardt’s
- Tanda landolfi’s
- Pengobatan Pembedahan
38 Website Bedah Thoraks Kardiovaskular Indonesia. http://www.bedahtkv.com diakses Tanggal 8 November 2008
outcome dan rehabilitasi; termasuk pengobatan pasca operasi, dan edukasi.
6. Diperlukan informed consent yang cukup jelas beserta konsekuensi dan outcome,
kepada pihak pasien dan keluarga pasien atau asuransi.
1. Pasien dengan MR akut biasanya rentan terhadap edema paru dan kegagalan
multi organ (MODS) oleh karena penurunan cardiac output. Tindakan intubasi
dan ventilasi mekanik seringkali diperlukan bila terdapat hipoksia dan hiperkarbia
progresif.
2. Penggunaan vasodilator, inotrop, dan IABP dapat dengan cepat memperbaiki
fungsi miokardium sebagai persiapan tindakan kateterisasi atau operasi segera.
3. Pasien MR akut dengan ruptur khordae atau edema paru seringkali dapat
distabilkan dengan terapi non-invasif; yang kemudian dipersiapkan untuk
menjalani tindakan invasif secara elektif.
4. Pasien dengan MR kronik yang akan menjalani tindakan invasif tetap
mendapatkan obat-obatannya (biasanya dengan digoksin, diuretik, ACE inhibitor)
sampai pagi sebelum operasi.
5. Pemeriksaan (konsultasi) gigi dan THT harus dilakukan untuk mengurangi risiko
endokarditis katup pasca tindakan repair/replacement.
6. Perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kriteria seleksi dan indikasi
katup untuk menentukan prosedur tindakan (dikonsultasikan ke ahli bedah),
outcome dan rehabilitasi; termasuk pengobatan pasca operasi, dan edukasi.
7. Diperlukan informed consent yang cukup jelas beserta konsekuensi dan outcome,
kepada pihak pasien dan keluarga pasien atau asuransi.
1. Adanya kongestif hepar yang menyertai kelainan trikuspid harus ditangani secara
agresif untuk menghindari kelainan koagulasi. Pemberian aprotinin harus
dipertimbangkan untuk mengurangi kekurangan darah selama operasi.
Komponen-komponen darah harus dipersiapkan menjelang operasi.
2. Pemberian digoksin, diuretik, dan restriksi garam dapat memperbaiki fungsi
hepar; tetapi perbaikan yang nyata dari fungsi hepar biasanya tidak akan terjadi
sampai sebelum operasi.
3. Pemeriksaan (konsultasi) gigi dan THT harus dilakukan untuk mengurangi risiko
endokarditis katup pasca tindakan repair/replacement.
4. Diperlukan informed consent yang cukup jelas beserta konsekuensi dan outcome,
kepada pihak pasien dan keluarga pasien atau asuransi.
Gejala MS MI AS AI
Wanita, 55 tahun + + + +
Tekanan darah + + + +
130/80
(prehipertensi)
Respirasi 16x/menit (bradypneu) + + + +
39 Hakim Alkatiri. Slide kuliah Kardiovaskuler. Valvular Heart Disease. slide ke-6
40 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat hal.11. Tabel 2.2.. EMS : Jakarta
41 Hakim Alkatiri. Slide kuliah Kardiovaskuler. Valvular Heart Disease. slide ke-6
42sda
subvalvar daun katup mitral dan penghentian mendadak pergerakan ke bawah katup
mitral menyebabkan opening snap nada tinggi pada awal diastole, 40-120 mdet
setelah S2. Jika katup masih berkontraksi dengan baik, interval antara S2 dan opening
snap bervariasi terbalik dengan tekanan atrium kiri. Murmur rumbling diastolic nada
rendah klasik sering terlokalisasi di apeks atau aksilla; durasinya pendek bila lesi
katup ringan. Durasi, dan bukan kerasnya murmur, berkaitan dengan derajat
keparahan lesi.43
Penatalaksanaan44
Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin
perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katup.
Terapi Bedah
Dilakukan pada penderita stenosis mitralis murni yang gejalanya telah berkembang
menjadi penyakit jantung fungsional kelas II (yaitu timbul gejala saat melakukan
kerja fisik biasa). Katup mitralis stenotik dapat diperlebar dengan pendekatan per
kutan atau pembedahan transventrikuler. Tindakan operasi transventrikuler
memisahkan daun katup tepat pada tempat menyatunya daun- daun katup di
43 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat hal.209.. EMS : Jakarta
Dipertimbangkan pada insufisiensi mitralis dan pada stenosis mitralis yang meskipun
telah mendapat terapi farmakologis, perkembangan gejalanya telah mencapai
penyakit jantung fungsional kelas III (yaitu timbulnya gejala pada orang yang
melakukanm kerja ringan). Penggantian katup mitralis dilakukan dengan eksisi katup,
korda tendinae, dan otot papillaris. Sebuah katup palsu yang dirancang menyerupai
fungsi katup normal diselipkan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah dengan pemasangan EKG atau
melakukan Foto Thorax.
Pencegahan45
S1 lebih keras:
SI adalah bunyi yang ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan trikuspidal.
Pada stenosis mitral, SI lebih keras. Ini disebabkan karena adanya perkapuran atau
plaq yang ada di katup mitral yang mengakibatkan katup menjadi kaku. Akibatnya,
pada waktu darah yang ada di ventrikel kiri ingin menutup katup mitral, butuh
tekanan yang lebih tinggi. Hal inilah yang menyebabkan S1 lebih keras.46
46 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat.. EMS : Jakarta
S2 tunggal:
S2 tunggal berarti bahwa bunyi pada penutupan katup arteri pulmonalis tidak
ada. Ini disebabkan karena pada stenosis mitral terjadi penumpukan darah di atrium
kiri yang berakibat pada penumpukan pula di paru-paru. Karena di paru-paru darah
menumpuk, akan berakibat darah yang ada di arteri pulmonalis tidak bisa masuk dan
akhirnya juga menumpuk. Akibatnya, karena ada penumpukan darah di ateri
pulmonalis, pada waktu katup pulmonalis menutup tidak ada bunyi yang
ditimbulkan.47
Opening snap:
Opening snap merupakan ciri khas dari stenosis mitral. Yang dimaksud
dengan opening snap yaitu adanya bunyi jantung pada waktu katup membuka
sementara pada jantung normal tidak ada bunyi yang ditimbulkan akibat katup
membuka. Hal ini terjadi karena pada stenosis mitral ada perkapuran atau plaq yang
menyebabkan katup menjadi kaku. Akibatnya, agar darah dapat turun ke ventrikel kiri
butuh tekanan yang lebih besar dari normalnya agar katup tersebut dapat membuka.
Ketika tekanan ditinggikan untuk membuka katup, terjadi bunyi. Bunyi inilah yang
dinamakan opening snap.48
47 Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat.. EMS : Jakarta
48Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat.. EMS : Jakarta
37
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Donny Yawah. Slide kuliah Sistem Peredaran darah.ppt. Institut Haiwan Kluang,
Malaysia
Gray H. dkk. 2003. Lecture Notes Kardiolog edisi keempat halaman 22.. EMS :
Jakarta
William Sanjaya, dkk. Balon Mitral Valvotomi (BMV) pada Kehamilan. Bagian
Kardiologi, dan Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/ Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta.
http://www.kalbe.co.id yang diakses pada tanggal 26 Sep 2008
W.Sudoyo Ary dkk. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III halaman 1578-1579.
Edisi IV.cetakan kedua. 2007