Anda di halaman 1dari 6

Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 1

PERAN DESIGN FOR MANUFACTURE PADA PENGEMBANGAN DAN


INOVASI TEKNOLOGI TERAPAN
I Made Londen Batan

Laboratorium Perancangan dan Pengembangan Produk


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
E-mail: londabatan@me.its.ac.id

Abstrak

Desain sering diartikan dalam arti sempit sebagai sebuah kegiatan perancangan, mulai dari sketsa,
perhitungan gaya-gaya dan analisis kekuatan komponen sebuah produk. Padahal dalam prakteknya desain
sebuah produk sudah melibatkan desainer, bidang manufaktur (produksi) dan kontrol kualitas. Hal tersebut
terlihat dari 3 aspek produk, yaitu kualitas, biaya dan waktu produksi. Sebuah metode yang sangat aplikatif
untuk memenuhi kebutuhan 3 aspek produk tersebut adalah metode perancangan untuk manufaktur – design for
manufacture (DFM). Pada makalah ini dijelaskan peran metode DFM pada pengembangan dan inovasi teknologi
terapan. Sebagai contoh kasus untuk aplikasi metode DFM tersebut, dilakukan pengembangan rangka sepeda
pasca stroke mulai dari rancangan awal sampai dengan langkah akhir desain, yaitu pembuatan prototipe. Kedua
prototipe dievaluasi dengan bantuan metode DFM dan hasil evaluasi menunjukkan, bahwa aplikasi metode DFM
memberikan perbaikan secara signifikan, yang mana total komponen rangka sepeda pada awal desain adalah 53
buah, pada desain akhir dapat diturunkan menjadi 29 buah (45%), dengan efisiensi desain meningkat 1,04%.

Kata kunci-kata kunci: DFM, kualitas, biaya, waktu produksi, teknologi terapan, inovasi.

Abstract

Design is often interpreted in a narrow sense as a desining activity, such as product sketching, forces
calculating, power analysis and technical drawing. However, the design process has involved product designer,
manufacturing (production) and quality control. This can be seen from three aspects of the product such as the
quality, cost and production time. A method that is very applicable to meet the needs of three aspects of the
product is a design for manufacturing (DFM). This paper described the role of DFM methods in applied
technology development and innovation. As case example for applicating DFM methods, the post-stroke bike is
developed form the initial phase of design untill to the step of prototype manufacturing. Both two prototypes
were evaluated with help of DFM method, and the evaluation results showed that the application of the DFM
method provide improved significantly, with a total part of the bike frame at the start of the design phase is 53
pieces, and at the final design may be lowered to 29 units (45%), with the efficiency of the design increased by
1.04%.

Keywords: DFM, quality, cost, production time, applied technology, inovation.

1. Pendahuluan Masalah lain yang terjadi pada sektor industri


manufaktur adalah pengadaan bahan baku. Selama ini,
Tantangan berat yang harus dihadapi oleh sebagian industri manufaktur di Indonesia masih
Indonesia pada saat ini adalah MEA (Masyarakat belum mampu melakukan pengadaan bahan baku
Ekonomi Asean), yang mana produk dari luar akan sendiri, sehingga melakukan impor seperti pengadaan
bebas masuk ke negara kita dengan harga bersaing dan bahan baku plastik dan produk hulu petrokimia, bahan
kualitas terpenuhi. Hal tersebut menyebabkan baku industri baja, dll. Disamping masalah tersebut,
berbagai produk manufaktur dari negara lain dapat sering muncul masalah pada tahap fase awal desain
memasuki pasar Indonesia dengan deras. Berbagai pada industri manufaktur, yaitu adanya sekat pemisah
produk elektronik yang berharga murah pun yang kuat antara desain, manufaktur dan kontrol
menggerogoti pangsa pasar produk Indonesia. kualitas. Artinya setelah desain (gambar selesai),
Demikian juga produk lainnya, seperti besi, baja, tanggung jawab selanjutnya ada pada manufaktur,
tekstil, dan barang-barang hasil industri lainnya.
Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 2

pengujian produk dilaksanakan pada bidang kontrol 2. Design for Manufacture (DFM)
kualitas, dan tidak ada komunikasi langsung antara
bidang tersebut (Batan, 2012). 2.1 Pengertian DFM
Menurut penelitian UNINDO (Organisasi Berbagai ahli desain menyebut perancangan untuk
Pengembangan Industri Dunia), pertumbuhan industri manufaktur (DFM) adalah sebuah metode yang sangat
manufaktur tahun 2012 secara global hanya 0,2 prosen aplikatif pada proses pengembangan sebuah produk.
dari tahun sebelumnya. Artinya ada masalah dengan Seorang ahli DFM (Ulrich, 2003) menyatakan, bahwa
industri manufaktur, namun kondisi kebalikannya dengan aplikasi metode perancangan untuk
terjadi pada industri manufaktur di Indonesia, yang manufaktur (DFM) biaya pembuatan produk secara
berkembang pesat. Pada tahun 2012, pertumbuhan umum dapat diturunkan 45%, dan sangat cocok untuk
sektor industri manufaktur khusus sektor nonmigas produksi masal. Disamping itu perancangan yang
secara komulatif mencapai 6.5%. Bahkan pada kuartal akhirnya direalisasi menjadi sebuah produk saat ini
II tahun 2012 pertumbuhan mencapai angka 7.27%, sudah digolongkan termasuk perancangan untuk
tetapi pada kenyataanya, sebagian besar industri manufaktur. Hal tersebut diwujudkan dengan adanya
manufaktur di Indonesia tidak melakukan desain pengertian, bahwa desain tidak saja menghitung,
secara mandiri, karena sangat tergantung dari pesanan menganalisis kekuatan konstruksi melalui evaluasi
(job order). Bahkan, tidak banyak yang mendapatkan terhadap kekuatan material dan menggambar sebuah
pekerjaan tersebut dalam bentuk gambar produksi, komponen (produk), melainkan pembuatan dan
hanya sebuah komponen (produk) yang rusak atau menguji prototipe serta mengevaluasi kinerjanya. Atas
tidak memenuhi fungsinya, yang kemudian dibuat dasar pengertian tersebut, DFM sering digabungkan
sebagai komponen cadangan/komponen pengganti dengan desain untuk perakitan (Design for Assembly –
(spare parts). Kenyataan lain di masyarakat industri DFA) dan kedua perancangan tersebut tidak dapat
manufaktur Indonesia, khususnya industri kecil – berdiri sendiri, dan terintegrasi ke dalam kegiatan
menengah adalah desain tidak termasuk dalam umum manufaktur (Chang et al, 1998), sehingga
perhitungan biaya produksi. proses desain sebuah produk bertambah panjang
Berdasarkan atas berbagai masalah tersebut, maka siklusnya yaitu mulai dari perancangan awal hingga
pemerintah Indonesia melalui Kementrian Riset, pengembangannya. Penambahan aspek manufaktur
Teknologi dan Pendidikan Tinggi menyarankan dan perakitan akan melengkapi proses pengembangan
kepada peneliti, pelaku dan ahli industri untuk produk secara menyeluruh. Akibat dari tuntutan akan
mengembangkan teknologi terapan. Artinya rancangan produk ekonomis dan tepat waktu pengirimannya
sebuah produk harus sampai pada fase ujung, yaitu tanpa mengesampingkan kualitas, maka proses
menjadi sebuah produk akhir. Disamping itu untuk pengembangan produk termasuk melakukan uji coba
dapat bersaing di pasar perlu dilakukan langkah kreatif prototipe dan evaluasinya (Batan, 2009), sehingga
dan inovatif dalam usaha untuk mengejar biaya desain hampir 70% dari biaya produksi awal
ketertinggalan teknologi dari negara maju (industri). (Ehrlenspiel, 1993).
Dari uraian tersebut, maka perlu ada sebuah metode
yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi tekanan 2.2 DFM Guidelines
dari luar. Hal tersebut tentu membawa dampak positif
dengan tuntutan industri manufaktur nasional harus Menurut beberapa peneliti dan ahli bidang
makin kreatif dalam memproduksi barangnya, manufaktur menyebutkan ada 10 petunjuk (guideline)
sehingga tuntutan akan kualitas, biaya proses yang dari DFM, yang mana DFA sudah terintegrasi di
relatif rendah dan waktu pembuatan yang pendek dalammnya, dan digunakan untuk mengembangkan
dapat dipenuhi. Salah satu metode yang aplikatif yang sebuah produk yang lebih ekonomis dengan kualitas
banyak dimanfaatkan adalah metode perancangan yang tetap memenuhi persyaratan. Petunjuk tersebut
untuk manufaktur (DFM). Metode tersebut dapat (El-Tamimi, Chang et al, 1998, Boothryod, 2002):
digunakan untuk mengevaluasi, desain mana yang a. Kurangi jumlah bagian (komponen),
dapat direalisasi ke dalam manufaktur dan bagaimana b. Kembangkan modular design,
tahapan pembuatannya (proses manufaktur), karena c. Gunakan komponen standar,
manufaktur sudah melibatkan proses perakitan di d. Rancang komponen (part) menjadi multi fungsi,
dalamnya, maka estimasi biaya pembuatan dan e. Rancang komponen yang multi guna,
perakitan dapat dilakukan. f. Rancang komponen yang mudah dibuat
(dipabrikasi),
g. Hindari berbagai sambungan/pengikat,
Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 3

h. Minimalisasi arah perakitan yang berbeda, i. Dalam perakitan beberapa komponen perlu
i. Maksimalisasi pemenuhan persyaratan, dan dirancang khusus tanda-tanda, agar perakitan tidak
j. Kurangi handling. salah. Contohnya pemberian champer pada ujung
Berdasarkan atas petunjuk metode DFM, maka poros akan menuntun poros masuk ke komponen
perlu dilakukan langkah-langkah sistematik untuk pasangannya, dan
menerapkan petunjuk tersebut, mulai dari tahap awal j. Untuk menjaga ketepatan posisi, orientasi dan
(a) hingga tahap akhir (j). Artinya pada langkah awal pemasangan, kurangi perakitan dengan tangan.
(a) akan dievaluasi, apakah pada sebuah rancangan Pakailah peralatan yang sesuai.
memungkinkan untuk dilakukan pengurangan jumlah
bagian atau komponen? Demikian selanjutnya hingga 3. Aplikasi DFM pada Pengembangan Teknologi
langkah terakhir (j). Dalam beberapa kasus, Terapan dan Inovasi
kemungkinan tidak seluruh langkah dari petunjuk
tersebut dilakukan, tergantung dari jenis produk dan Teknologi terapan didefiniskan sebagai sebuah
perakitannya. Berikut adalah uraian lengkap dari teknologi yang fungsinya untuk menjembatani
urutan langkah-langkah petunjuk evaluasi desain teknologi-teknologi hasil riset yang telah dibuat oleh
seperti: para peneliti, sehingga bisa diterapkan pada kehidupan
a. Pengurangan jumlah komponen adalah sebuah sehari-hari. Artinya teknologi terapan adalah muara
alternatif dan kesempatan terbaik untuk dari hasil riset menjadi sebuah produk guna, yang
mengurangi biaya (cost). Pengurangan jumlah mana teknologi terapan adalah merupakan sebuah
komponen berefek pada penurunan pembelian, perwujudan hasil riset ke dalam pembuatan dan
penyimpanan, handling, waktu proses, peralatan, pengembangan produk. Oleh karena itu tujuan DFM
kesulitan perakitan, dan pemeriksaan, selaras dengan teknologi terapan, baik pada produk
b. Pemakaian desain modular akan menyederhanakan dengan level teknologi rendah dan menengah, maupun
dan mengurangi aktivitas manufaktur, seperti produk dengan level teknologi tinggi. Artinya
inspeksi, testing, perakitan, pembelian, perawatan, perancangan untuk manufaktur dan perakitan sangat
re-desain, dan pelayanan, berpengaruh pada produk jenis apapun.
c. Komponen standar dapat menurunkan harga Berikut adalah contoh dari aplikasi DFM pada
(biaya). Karena ketersediaannya dapat dijamin, pengembangan sebuah produk pada industri
maka waktu tunggu produksi dapat dikurangi. pertahanan, yaitu sebuah peralatan pengintai pada
Disamping itu komponen standar akan malam hari sebagaimana Gambar 1. Gambar 1
mempermudah pembelian, baik dari segi kualitas menunjukkan desain awal sebuah peralatan pengintai
maupun biaya dan waktu. manual, yang mana jumlah komponen yang berbeda
d. Komponen multi fungsi dapat mengurangi jumlah adalah 24 buah, jumlah operasi pada perakitan 58, dan
total komponen dalam perancangan, seperti halnya metode DFM belum diterapkan.
dengan no. a di atas,
e. Rancangan komponen multi guna dapat
memberikan gambaran, sebuah komponen dapat
digunakan (fungsi berbeda) pada produk yang
berbeda.
f. Selain geometri yang sederhana, lakukan
pemilihan material dan proses manufaktur yang
ekonomis. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
memilih toleransi dan/atau nilai kekasaran
permukaan yang paling besar, tetapi fungsi
komponen tetap terpenuhi,
g. Dengan memanfaatkan sambungan yang seragam,
maka proses perakitan juga sejenis, sehingga dapat
mengurangi waktu dan biaya perakitan,
h. Dengan menghindari arah penyambungan atau
perakitan yang berbeda-beda, akan dapat
mengurangi waktu perakitan. Disamping itu
kurangi variasi dimensi sambungan, sehingga tool
yang digunakan tidak banyak variasi,
Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 4

Dari 2 gambar tersebut terlihat, bahwa perancangan


manufaktur sudah memasukkan rancangan perakitan
di dalam aplikasinya. Artinya secara tidak langsung
DFA sudah masuk di dalam DFM. Oleh karenanya
aplikasi perancangan tersebut sudah mengikuti DFM.
Hasil perbandingan kedua rancangan tersebut
sebagaimana Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan desain awal dan baru peralatan


pengintai (Boothroyd, 2002)
Parameter Desain Desain Perbaikan
Desain awal baru (%)
Waktu 2,15 0,33 84,7
perakitan
(jam)
Jumlah 24 8 66,7
part yang
berbeda
Total part 47 12 74,5
Jumlah 58 13 77,6
operasi
Gambar 1. Rancangan awal peralatan pengintai Waktu 12,63 3,62 71,1
(Boothroyd, 2002) produksi
(jam)
Setelah dilakukan evaluasi terhadap desain awal Berat (lb) 0,48 0,26 45,8
dan mengikuti petunjuk perancangan untuk
manufaktur dan perakitan (DFMA), maka rancangan Berikut diberikan contoh aplikasi DFM-DFA pada
peralatan pengintai dirubah menjadi lebih sederhana, pengembangan sepeda pasca stroke, seperti terlihat
yang mana jumlah bagian yang berbeda menjadi 8, pada Gambar 3. Sepeda pasca stroke tersebut
dan jumlah operasi perakitan menjadi 13 (menurun mempunyai 2 buah roda depan dan 1 buah roda
77,6%). Desain baru setelah pemanfaatan DFM-DFA belakang. Sepeda dapat digerakkan baik dengan kaki
sebagaimana Gambar 2. maupun tangan. Hal tersebut dimaksudkan, jika pasien
mengalami stroke tangan, maka yang bersangkutan
bisa menggerakkan sepeda dengan kaki. Sedangkan
jika pasien terkena stroke kakinya, maka sepeda
digerakkan dengan tangan.

Gambar 3. Rancangan sepeda pasca stroke (Anas et al,


2014)
Gambar 2. Rancangan akhir peralatan pengintai
setelah DFM (Boothroyd, 2002) Setelah dilakukan evaluasi desain dari aspek
kekuatan material dan aspek manufaktur, rancangan
Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 5

sepeda pasca stroke diwujudkan dalam bentuk sebuah menjadi 10 sub-bagian, dengan 29 komponen. Hasil
prototipe sebagaimana Gambar 4. perbandingan kedua desain rangka sepeda
sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2. Hasil perbandingan desain awal dan akhir


sepeda pasca stroke (Anas et al, Rodika et al, 2014)
Parameter Desain Desain Perbaikan
Desain awal baru (%)
Jumlah 11 10 9
part yang
berbeda
Total part 53 29 45,2
Waktu 11,01 7,56 31,36
perakitan
(jam)
Waktu 4,25 3,03 28,57
produksi
Gambar 4. Sepeda Pasca Stroke [Rodika et al, 2014)
(jam)
Berat (kg) 30 14,3 52,33
Secara fungsional sepeda tersebut memenuhi Efisiensi 24,10 25,14 1,04
kebutuhan, namun untuk aplikasi di daerah perkotaan, Desain (%)
yang mana banyak terdapat jalan yang sempit, dimensi
sepeda terlalu besar dan berat. Artinya dimensi rangka Dari kedua contoh tersebut, nampak jelas bahwa
terlalu besar dan berat. Oleh karena itu dilakukan orientasi desain sebaiknya diarahkan pada
pengembangan hanya pada rangka, karena komponen perancangan akhir sebuah produk hingga pembuatan
lainnya tetap dan sudah standar. Dengan mengikuti prototipe, sehingga kinerja sebuah produk dapat
petunjuk DFM, maka dimensi rangka diperkecil, diketahui sebelum diproduksi. Jika ada kesalahan atau
material rangka diganti dari pipa baja menjadi paduan kekurangan dapat segera dilakukan perbaikan (Otto et
Aluminium. Agar sepeda dapat dipindahkan dengan al, 2001: Bralla, 2003). Hal tersebut sangat selaras
mudah, sepeda dikembangkan dengan sistem lipatan. dengan analisis teknologi terapan, yang mana sebelum
Hasil pengembangan dapat dilihat pada Gambar 5. diwujudkan menjadi produk akhir, perlu dibuat sebuah
prototipe dan menguji fungsi dan kinerjanya. Artinya
proses desain sebuah produk membutuhkan proses
yang panjang, mulai dari menginventarisasi ide,
hingga mewujudkan dan memakai produk tersebut
serta mengevaluasinya. Jika ada yang tidak sesuai atau
salah (tidak memenuhi), maka dilakukan perbaikan
atau perubahan desain. Akibatnya biaya desain
bertambah. Oleh karena itu banyak industri
manufaktur melakukan pengembangan produk dengan
metode reverse (reverse engineering), yaitu dengan
mengevaluasi kesalahan (kekurangan) sebuah
komponen (sistem) sebuah produk, kemudian
memperbaikinya, sehingga menjadi produk yang lebih
Gambar 5. Re-design sepeda pasca stroke (Syifa et al, berkualitas dan ekonomis, namun dalam
2015) pengembangannya tetap diasarankan memanfaatkan
metode DFM.
Pada desain akhir digunakan beberapa Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh DFM
komponen standar seperti: lipatan, rantai, sprocket, pada pengembangan produk perlu dilakukan evaluasi
gear, rem, sadel, sandaran dan pegas, mur baut perancangan produk dari aspek perakitan – DFA.
pengikat dan ring, seluruhnya sudah tersedia di Karena dengan DFA dapat diketahui seberapa besar
pasaran. Dari evaluasi pada rangka dapat diketahui, kenaikan efisiensi desain untuk perakitan, jika desain
jumlah sub-part rangka pada desain awal adalah 11, sebuah produk dirubah. Dengan demikian biaya dan
dengan 53 komponen. Sedangkan pada desain akhir
Seminar Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2015-JTM Polinema 6

waktu produksi secara menyeluruh dapat diestimasi di Boothroyd, G. Dewhurst, P. (2002): Product Design
awal fase desain. for Manufacture and Assembly. Second Edition
Revised and Expanded, Marcel Dekker, Inc.
4. Simpulan dan Saran Bralla, James G. (2003): Design for Manufacturability
Handbook, Second Edition, McGraw-Hill book.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Chang, Tien-Chien, Wysk, Richard A., & Wang, Hsu-
DFM dapat memberikan petunjuk praktis dan Pin (1998). Computer Aided Manufacturing,
ekonomis dalam pengembangan produk, khususnya Second Edition, PP 596-598, Prentice Hall.
dalam rangka pengembangan dan inovasi teknologi Ehrlenspiel K., Kiewert, A. & Lindemann, Udo,
terapan, sehingga membantu desainer dalam (1998).: Kostenguentig Entwickeln und
pengembangan produk. Pada contoh kasus Konstruieren-Kostenmanagement bei der
pengembangan sepeda pasca stroke aplikasi metode integrierten Produkentwicklung. 2 Auflage,
DFM memberikan perbaikan desain secara signifikan, Springer Berlin,
yang mana total komponen pada awal desain adalah El-Tamimi, Abdulaziz, M.: Design for Manufacturing,
53 buah, dapat diturunkan menjadi 29 buah (45%), Industrial Engineering Departement, College of
dan efeisiensi desain meningkat 1,04%. Agar evaluasi Engineering, King Saud University.
produk lebih menyeluruh disarankan memanfaatkan Otto K. & Wood, K. (2001): Product Design
metode DFA dalam perancangan dan pengembangan Techniques in Reverse Engineering and Product
sebuah produk. Development, Prentice-Hall, Inc.
Rodika & Rivai A. (2014): Rancang Bangun Sepeda
Daftar Pustaka
Pasca Stroke, Tesis Program Magister Teknik
Anas, A. Arifin, Arifa Imama & Andi K (2014): Mesin, FTI-ITS.
Pengembangan Sepeda Pasca Stroke, Jurusan Stoll, H. W. (1996): Design for Manufacture – an
Teknik Mesin, FTI-ITS. overview in Handbook of Design for
Batan, I Made Londen, (2009): Integrated Product Manufacture. John Cobatt, Addison Wesley.
Development Method, Proceeding International Ulrich, K. T. & Steven, D. (2002): Product Design
Seminar on Industrial Engineering and and Development, McGraw- Hill, Inc.
Management, December 10-11th, 2009, Bali
Indonesia.
Batan, I Made Londen, (2012): Desain Produk,
Halaman 4-5. Edisi Pertama, Penerbit Guna
Widya, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai