John Locke
John Locke
Teori Tabularasa (John Locke dan Francis Bacon) Teori ini mengatakan
bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang
belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of all characters). Jadi, sejak lahir anak
itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk
sekehendak pendidiknya. Di sini kekuatan ada pada pendidik. Pendidikan dan
lingkungan berkuasa atas pembentukan anak.
Pendapat John Locke seperti di atas dapat disebut juga empirisme, yaitu suatu aliran
atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia
itu timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui alat indera.
Kaum behavioris juga berpendapat senada dengan teori tabularasa itu.
Behaviorisme tidak mengakui adanya pembawaan dan keturunan, atau sifat-sifat
yang turun-temurun. Semua Pendidikan, menurut behaviorisme, adalah
pembentukan kebiasaan, yaitu menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam
lingkungan seorang anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup
Sarjana Inggris ini dilahirkan pada tahun 1632, dibesarkan oleh ayah yang
seorang pengacara yang bekerja sebagai juru tulis hakim di Somersetshire dan
menjadi kapten angkatan bersenjata di Long Parliament selama pemerintahan Raja
Charles I. Pada Tahun 1646, John Locke berusia 14 tahun dia diterima di
Westminster School, dimana selama 6 tahun ia mencurahkan perhatiannnya pada
pelajaran bahasa latin dan Yunani, disamping pelajaran-pelajaran lainnya yang
diberikan disekolah-sekolah menengah. Kemudian pada tahun 1952 Ia belajar
kedokteran di Universitas Oxford, disamping itu ia mempelajari ilmu alam dan
filsafat. Ia mendapatkan gelar sarjana mudanya pada tahun 1656 dan sarjana penuh
pada tahun 1658. Sebagai dokter ia menjadi dokter pribadi Lord Shaftesbury dan
menjadi pengasuh anaknya yang sakit-sakitan. Bersama dengan Shaftesbury ia
mengadakan beberapa kali perjalanan ke luar Inggris. Karena persengketan politik
ia mengikuti Shaftesbury mengungsi ke Negeri Belanda. Akhirnya dalam situasi
kemenangan politik ia kembali ke Inggris bersama dengan Raja Willem III.
Padanya diserahi jabatan tinggi, tetapi karena buruknya kesehatannya ia akhirnya
mengundurkan diri dan meninggalkan London. Ia hidup dalam suatu pesanggrahan,
yang dipinjamkan dari seorang teman. Ia berdiam disitu sampai meninggal pada
tahun 1704.[1]
Motif perbuatan manusia berwatak adalah harga diri, dengan nama baiknya.
Norma kesusilaan tidak boleh ditanamkan berdasarkan agama, melainkan
berdasarkan pemikiran (rasio). Berpegangan pada pemikiran sehat orang
memperoleh watak dan keberanian yang baik, watak dihargai lebih tinggi dari pada
pengetahuan. Pendidikan formil lebih diutamakan daripada pendidikan materiil,
karena pendidikan dalam keluarga oleh orang tua dan pengasuh dirumah lebih
diutamakan daripada pendidikan di sekolah. Begitulah ciri pendidikan menurut
John Locke adalah serba individual.
2. Kompetensi Guru
Menurut Locke, yang penting bagi seorang guru adalah melatih pikiran siswa
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Guru tidak boleh membuat penyiksaan
fisik yang sewenang-wenang terhadap siswa, sebab dengan demikian hanya akan
menghilangkan kebebasan dalam pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian seorang guru harus berperan sebagai mediator atau fasilitator
yang membantu proses belajar seorang siswa. Oleh kerena itu, seorang guru
memiliki tiga tugas utama, yaitu:
c) Guru memonitor atau mengevaluasi apakah proses berpikir siswa dan cara
mengekspresikan pikiran berhasil atau tidak. Guru mempertanyakan apakah
pengetahuan siswa cukup untuk memecahkan persoalan-persoalan yang akan
dihadapi.
3. Metode Pembelajaran
Pada dasarnya Locke menolak metode pengajaran yang biasa disertai dengan
hukuman. Baginya, tata krama dipelajari melalui teladan dan bahasa dipelajari melalui
kecakapan. Dengan demikian metode yang ditawarkan Locke adalah pelajaran melalui
praktek. Metode harus membawa para murid kepada praktek aktivitas-aktivitas
kesopanan yang ideal sampai mereka menjadi terbiasa. Anak-anak pertama-tama
belajar melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan, baru kemudian tiba pada pengertian
atau pengetahuan atas apa yang ia lakukan.
4. Kurikulum
Dalam mengevaluasi cara belajar siswa, seorang guru tidak dapat mengevalusi
apa yang sedang dibuat siswa atau apa yang mereka katakan. Yang harus dibuat
guru adalah menunjukkan kepada siswa apa yang mereka pikirkan itu tidak cocok
atau tidak sesuai untuk persoalan yang dihadapi. Guru tidak menekankan kebenaran
tetapi kebehasilan suatu usaha. Tidak ada gunanya mengatakan siswa itu salah
karena hanya merendahkan motivasi belajar.
BAB III
KESIMPULAN
John Locke lahir pada tahun 1632 di Wrington Inggris, dibesarkan oleh ayah
yang seorang pengacara yang bekerja sebagai juru tulis hakim di Somersetshire dan
menjadi kapten angkatan angkatan bersenjata di Long Parliament selama
pemerintahan Raja Charles I.
DAFTAR PUSTAKA
Ag.Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan, (Bandung: C.V.ILMU, 1978)
[1] Ag.Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan, (Bandung: C.V.ILMU, 1978), hlm. 18
[2] Ag.Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan, (Bandung: C.V.ILMU, 1978), hlm. 20-
21
[3] Leonardoansis, “Filsafat Pendidikan Menurut John Locke dan John Dewey”,
dariwww.wordpress.com, 5 Mei 2011.