Anda di halaman 1dari 36

Nama : Rizky Marito Hasibuan

NIM : 1920100252
Matkul : Pembelajaran Aqidah Akhlak

Resume Makalah 1 (KONSEP DAN DASAR PEMBELAJARAN AQIDAH


AKHLAK)

A. Pengertian Pembelajaran Aqidah dan Akhlak


Pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau
prilaku
siswa yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman atau pelatihan.
Perubahan kemampuan yang hanya berlangsung sekejab dan kemudian
kembali ke prilaku semuala menunjukkan belum terjadi peristiwa
pembelajaran, walaupun mungkin terjadi pengajaran.

Pengertian aqidah secara etimologis aqidah berakar dari kata ‘aqida-


ya’qidu’aqdaayan. Kaitan antara arti kata “aqdan” dan “aqidah” adalah
keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan
mengandung perjanjian. Jadi aqidah adalah suatu yang diyakini oleh
seseorang. Pengertian akhlak secara lughat (bahasa) akhlak adalah bentuk
jamak dari khildun atau khuludun yang artinya budi pekerti, tingkah laku,
perangai atau tabiat.

Istilah akhlak mempunyai sinonim dengan etika dan moral etika dan
moral berasal dari bahasa Latin yang berasal dari kata etos maknanya
kebiasaan, dan mores artinya kebiasaannya. Kata akhlak berasal dari kata
kerja khalaqa yang artinya menciptakan. Khaliq maknanya pencipta atau
Tuhan dan makhluq artinya yang diciptakan, sedangkang khalaq
maknanya penciptaan. Kata khalaqa yang mempunyai kata yang seakar
diatas mengandung maksud bahwa akhlak merupakan jalinan yang
mengikat atas kehendak Tuhan dan manusia. Pada makna lain kata akhlak
dapat diartikan tata perilaku seseorang terhadap orang lain. Jika perilaku
ataupun tindakan tersebut didasarkan atas kehendak Khaliq (Tuhan) maka
hal itu disebut sebagai akhlak hakiki.

Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa Pembelajaran Aqidah Akhlak


adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah swt dan
merealisasikan dalamprilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman
dan pembiasaan.
B. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Fungsi

Materi Aqidah Akhlaq di Madrasah berfungsi untuk :

1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan


hidup di dunia dan akhirat

2. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta


akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan
lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial


melalui Aqidah Akhlaq.

4. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik


dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.

5. Pencegahan peserta didik dari hal-hal yang negatif dari lingkungannya


atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-hari.

6. Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlaq,


serta sistem dan fungsionalnya.

7. Penyaluran peserta didik untuk mendalami Aqidah Akhlaq pada jenjang


pembelajaran yang lebih tinggi.

2. Tujuan

Materi Aqidah Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan


meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya
yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang Aqidah
dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yan terus
berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketakwaannya kepada
Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pembelajaran yang lebih tinggi.

C. Karakteristik Pembelajaran Aqidah Akhlak


Setiap materi memiliki karakteristik tertentu yang dapat membedakannya
materi pelajaran agama aspek lainnya. Adapun karakteristik materi
Aqidah dan Akhlaq adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan materi yang


dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam
agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.
Untuk kepentingan pembelajaran, dikembangkan materi Aqidah
dan Akhlaq pada tingkat yang lebih rinci sesuai tingkat dan
jenjang pembelajaran.
2. Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan
yang tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati
manusia yang diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani
atau perasaan halus dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman
yang enam yaitu, iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir.
Prinsip-prinsip Akhlaq adalah pembentukan sikap dan
kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlaq Al-
Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak Al-
Madzmumah sebagai manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup
seseorang dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada
diri sendiri, kepada sesama manusia, dan kepada alam serta
makhluk lain.

3. Materi Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun materi


pembelajaran agama di madrasah (Al-Qur’an Hadits, Aqidah
Akhlaq, Syari’ah/Fiqih Ibadah Muamalah dan Sejarah
Kebudayaan Islam) yang secara integratif menjadi sumber nilai
dan landasan moral spiritual yang kokoh dalam pengembangan
keilmuan dan kajian keislaman, termasuk kajian Aqidah dan
Akhlaq yang terkait dengan ilmu dan teknologi serta seni dan
budaya.

4. Materi Aqidah dan Akhlaq tidak hanya mengantarkan peserta


didik untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang
Aqidah dan Akhlaq dalam ajaran Islam, melainkan yang
terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan
Aqidah dan Akhlaq itu dalam kehidupan sehari-hari. Materi
Aqidah dan Akhlaq menekankan keutuhan dan keterpaduan
antara pengetahuan, sikap, dan perilaku atau lebih menekankan
pembentukan ranah efektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh
ranah kognitif.

5. Tujuan materi Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk


peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
memiliki akhlaq mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya
merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk
memperbaiki akhlak manusia. Dengan demikian, pembelajaran
Aqidah dan Akhlaq merupakan jiwa pembelajaran agama Islam.
Mengembangkan dan membangun akhlak yang mulia merupakan
tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan pembelajaran.
Sejalan dengan tujuan itu maka semua materi atau bidang studi
yang diajarkan kepada peserta didik haruslah memuat
pembelajaran akhlak dan oleh karena itu setiap guru mengemban
tugas menjadikan dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia.

D. Ruang Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Cakupan kurikulum Pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah


Tsanawiyah meliputi:
1. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz
Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan
Mu’jizat-Nya dan Hari Akhir.

2. Aspek akhlaq terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas,
bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf,
ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan
bermusyawarah.

3. Aspek akhlaq tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan


ghibah.
Resume Makalah 2 (METODOLOGI PEMBELAJARAN AQIDAH
AKHLAK)

A. Pengertian Metodologi Pembelajaran Aqidah Akhlak


Secara etimologi, Metodologi Pembelajaran Akhlaq dapat diartikan sebagai cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sebuah maksud/tujuan.
Konteksnya adalah sangat erat hubungannya dengan upaya pencapaian tujuan
pendidikan nasional.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa, yang dimaksud Metode
Pembelajaran Akhlaq adalah serangkaian cara yang terencana untuk mencapai
tujuan yang ditentukan,dalam sebuah interaksi yang saling berhubungan untuk
membentuk tingkah laku, budi perkerti mulia dan bernilai uluhiyah yang tinggi.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Metode Ceramah
Metode ceramah sangat lazim digunakan dalam proses belajar mengajar.
Tidak berlebihan sekiranya penulis katakan bahwa metode ceramah adalah
metode yang sangat pertama sekali. Berdasarkan observasi di kelas guru lebih
sering menggunakan metode ini. Metode ceramah digunakan oleh guru mulai
awal pertemuan sampai dengan akhir pertemuan (mulai awal kegiatan inti
sampai jam pelajaran habis).
2. Metode Diskusi
Merode diskusi ini dilaksanakan pada materi-materi tertentu saja, yang
dianggap manarik Untuk dibahas. Itu pun sifatnya tidak rutin minimal dua
kali dalam satu bulan. Karena metode ini hampir mendekati fungsi dan
manfaatnya dengan metode tanya jawab.
3. Metode Pemberian Tugas
Dalam memberikan tugas ini ada yang langsung dikerjakan di sekolah
seperti menjawab soal-soal latihan yang ada dibuku, membuat rangkuman
dan sebagainya, dan langsung diselesaikan pada waktu pelajaran tersebut.
dan ada juga pemberian tugas untuk dikerjakan di rumah oleh siswa.
C. Dasar Pembelajaran Aqidah Akhlak
QS. Al-Ahzab : 21
‫سنَةٌ لِّ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجوا هّٰللا َ َوا ْليَ ْو َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر ۗا‬
َ ‫س َوةٌ َح‬
‫هّٰللا‬
ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
ْ ُ‫س ْو ِل ِ ا‬
Artinya : Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
D. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan pembelajaran akidah akhlak adalah merupakan bagian dari tujuan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang secara garis tujuan tersebut akan
bermuara pada kedekatan seorang hamba dengan kholiqnya. Tujuan tersebut
menurut Imam Al Ghozali, tujuan pembelajaran akidah akhlak adalah
kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kesempurnaan manusia yang dimaksud adalah tercapainya kebahagiaan di dunia
dan di akhirat.

E. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak


Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana
pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan :
1. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai sumber
kependekata
2. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil-hasil pengamalan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan
perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al
Qur’an dan Hadist serta dicontohkan oleh para ulama.
4. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
Aqidah dan Akhlaq dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta
didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan
penalaran.
5. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam
menghayati aqidah dan akhlaq mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa
peserta didik.

6. Fungsional, menyajikan materi Aqidah dan Akhlaq yang memberikan


manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
7. Keteladanan, yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan guru
serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari
individu yang memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia.

F. Sumber Pembelajaran Aqidah Akhlak


1) Al-Quran
Al Qur’an merupakan wahyu – wahyu ilahi yang diturunkan Allah kepada
rosulnya dengan perantara malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat
manusia. Al Qur’an dipandang dari segi sunnah terbagi menjadi tiga
bagian:
a. Al Qur’an mengandung hukum-hukum, yang menyangkut halal
dan haram.
b. Al Qur’an mengandung aqidah dan kepercayaan.
c. Al Qur’an mengandung kisah-kisah dan cerita-cerita zaman
lampau.

Pada bagian kedua, Al Qur’an mengandung aqidah dan kepercayaan ini


merupakan dasar utama pada pembelajaran Aqidah dan Akhlaq.
2) Al-Hadits
Hadits atau Sunnah Rosul SAW yang merupakan segala perkataan,
perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW, sebagai pensyarah,
penafsir dan penjelasan Al Qur’an. Dari Hadits Inilah dapat diambil
berbagai sumber pembelajaran akhlak.

G. Manfaat Mempelajari Ilmu Aqidah Akhlak


a) Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat kehidupan manusia.
b) Ilmu akhlak akan menuntun kebaikan.
c) Ilmu akhlak akan menyempurnakan iman.
d) Memperoleh keutamaan di hari kemudian.
e) Memenuhi hajat pokok keluarga.
f) Membina kerukunan hidup bertetangga.
g) Membina remaja.
h) Membina pergaulan umum.
i) Mensukseskan pembangunan negara.
j) Menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara.
Resume Kelompok 3 (RELEVANSI METODOLOGI PEMBELAJARAN
DENGAN TUJUAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK)

A. Pengertian Metodologi Pembelajaran


Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, Metode
berasal dari dua kata yaitu “meta” dan “hodos.” Kata “meta” berarti melalui
sedang “hodos” berarti jalan atau cara. Sehingga metode berarti jalan yang
harus dilalui, cara melakukan sesuatu atau prosedur untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam penelitian ini, metode adalah suatu jalan atau cara yang
digunakan untuk memudahkan kegiatan yang sudah direncanakan agar tujuan
yang telah dirumuskan dapat tercapai secara maksimal.
Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam penelitian
Ini pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru untuk
mentranformasikan materi pelajaran sehingga peserta didik mendapatkan
pengalaman dan perubahan perilaku yang lebih baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
merupakan cara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran
yang sudah direncanakan kepada peserta didik agar tercapai tujuan
pembelajaran yang maksimal.

B. Relevansi Metodologi Pembelajaran Dengan Tujuan Pembelajaran


Aqidah Akhlak

Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan, yang banyak melibatkan


aktifitas siswa dan guru. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan
adanya alternative metode pengajaran yang dapat dijadikan sebagai Alat untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam prosesnya guru perlu menggunakan metode
mengajar secara bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan sebelumnya.
Dalam menggunakan metode mengajar yang berkaitan dengan faktor
perkembangan kemampuan siswa, ada beberapa prinsip yang harus diketahui,
antara lain :
a. Metode mengajar harus memungkinkan dapat membangkitkan rasa
ingin tahu siswa lebih jauh terhadap materi pelajaran.
b. Metode mengajar harus memungkinkan dapat memberikan peluang
untuk berekspresi yang kreatif dalam aspek seni.
c. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar melalui
pemecahan masalah.
d. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk selalu ingin
menguji kebenaran sesuatu.
e. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk melakukan
penemuan terhadap suatu topik permasalahan.
f. Metode mengajar harus memungkinkan siswa mampu menyimak.
g. Metode mengajar harus memungkinkan siswa untuk belajar secara
mandiri.
h. Metode mengajar harus memungkinkan siswa belajar secara
bekerjasama.
i. Metode mengajar harus memungkinkan siswa lebih memotivasi dalam
belajarnya.

Prinsip-prinsip tersebut dalam prosesnya merupakan esensi dan


karakteristik dari masing-masing metode-metode mengajar. Beberapa
metode yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran,
antara lain:
a) Metode ceramah (Lecture)
b) Metode diskusi
c) Metode simulasi (Simulation)
d) Metode demonstrasi
e) Metode eksperimen
Resume Kelompok 4 (RELEVANSI METODOLOGI PEMBELAJARAN
DENGAN MATERI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK)
A. Yang Dipelajari Dalam Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Pembelajaran Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan.

Pembelajaran Akidah akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama


islam yang lebih mengedepankan aspek afektif, baik nilai ketuhanan maupun
kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam
peserta didik sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang
bersifat kognitif semata, tetap sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan
akidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat
diinternalisasikan serta diaplikasikan ke dalam perilaku sehari-hari.
Materi pembelajaran aqidah akhlak ini merupakan Latihan membangkitkan
nafsu-nafsu rubbubiyah (ketuhanan) dan meredam/menghilangkan nafsu-nafsu
shaythoniyah. Pada materi inipeserta didik dikenalkan atau dilatih mengenai :

1.Perilaku/akhlak yang mulia (akhlakul larimah/mahmudah) seperti jujur, rendah


hati, sabar, dan sebagainya.

2.Perilaku/akhlak yang tercela (akhlakul madzmuah) seperti dusta,takabbur,


khianat, dan sebagainya. Setelah materi-materi tersebut disampaikan kepada
peserta didik diharapkan memiliki perilaku-perilaku akhlak yang mulia dan
menjauhi/meninggalkan perilaku-perilaku akhlak yang tercela.

B. Karakteristik Mata Pelajaran Aqidah dan Akhlak

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang dapat


membedakannya dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran
Aqidah dan Akhlaq adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan mata pelajaran yang


dikembangkan dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam agama Islam
yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Untuk kepentingan
pembelajaran, dikembangkan materi Aqidah dan Akhlaq pada tingkat yang
lebih rinci sesuai tingkat dan jenjang pembelajaran.
b) Prinsip-prinsip dasar Aqidah adalah keimanan atau keyakinan yang
tersimpul dan terhujam kuat di dalam lubuk jiwa atau hati manusia yang
diperkuat dengan dalil-dalil naqli, aqli, dan wijdani atau perasaan halus
dalam meyakini dan mewujudkan rukun iman yang enam yaitu, iman
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir,
dan iman kepada takdir. Prinsip-prinsip Akhlaq adalah pembentukan sikap
dan kepribadian seseorang agar berakhlak mulia atau Akhlaq Al-
Mahmudah dan mengeliminasi akhlak tecela atau akhlak Al-Madzmumah
sebagai manifestasi akidahnya dalam perilaku hidup seseorang dalam
berakhlak kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada diri sendiri, kepada
sesama manusia, dan kepada alam serta makhluk lain.
c) Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan salah satu rumpun mata
pelajaran pembelajaran agama di madrasah (Al-Qur’an Hadits, Aqidah
Akhlaq, Syari’ah/Fiqih Ibadah Muamalah dan Sejarah Kebudayaan Islam)
yang secara integratif menjadi sumber nilai dan landasan moral spiritual
yang kokoh dalam pengembangan keilmuan dan kajian keislaman,
termasuk kajian Aqidah dan Akhlaq yang terkait dengan ilmu dan
teknologi serta seni dan budaya.
d) Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq tidak hanya mengantarkan peserta
didik untuk menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang Aqidah dan
Akhlaq dalam ajaran Islam, melainkan yang terpenting adalah bagaimana
peserta didik dapat mengamalkan Aqidah dan Akhlaq itu dalam kehidupan
sehari-hari. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq menekankan keutuhan dan
keterpaduan antara pengetahuan, sikap, dan perilaku atau lebih
menekankan pembentukan ranah efektif dan psikomotorik yang dilandasi
oleh ranah kognitif.
e) Tujuan mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah untuk membentuk
peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki
akhlaq mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama
diutusnya Nabi Muhammad SAW, untuk memperbaiki akhlak manusia.
Dengan demikian, pembelajaran Aqidah dan Akhlaq merupakan jiwa
pembelajaran agama Islam. Mengembangkan dan membangun akhlak
yang mulia merupakan tujuan sebenarnya dalam setiap pelaksanaan
pembelajaran. Sejalan dengan tujuan itu maka semua mata pelajaran atau
bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah memuat
pembelajaran akhlak dan oleh karena itu setiap guru mengemban tugas
menjadikan dirinya dan peserta didiknya berakhlak mulia.

C. Lingkup Pembelajaran Aqidah Akhlak

Cakupan kurikulum Pembelajaran Aqidah Akhlaq di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

1. Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat Wajib, Mustahil dan Jaiz
Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan Mu’jizat-
Nya dan Hari Akhir.
2. Aspek akhlaq terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu, ikhlas,
bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta’aruf, ta’awun,
tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji dan bermusyawarah.
3. Aspek akhlaq tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah dan ghibah.

D.Standar Kompetensi Pembelajaran Aqidah Akhlak


Kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlaq berisi sekumpulan kemampuan minimal
yang harus dikuasai peserta didik selama menempuh pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah. Kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan
dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat aqidah serta meningkatkan
kualitas akhlaq sesuai dengan ajaran Islam. Kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlaq di
Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:
1. Meyakini sifat-sifat wajib dan mustahil Allah yang nafsiyah dan salbiyah, berakhlak
terpuji kepada Allah dan menghindari akhlak tercela kepada Allah dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Meyakini dan mengamalkan sifat-sifat wajib dan mustahil Allah yang
Ma’ani/Ma’nawiyah serta sifat Jaiz bagi Allah, berakhlak terpuji kepada diri sendiri,
menghindari akhlak tercela kepada diri sendiri. Serta meneladani perilaku kehidupan
Rasul/Sahabat/Ulama dalam kehidupan sehari-hari.
3. Meyakini kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul serta
mempedomani dan mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meyakini Nabi dan Rasul Allah beserta sifat-sifat dan Mu’jizat-Nya dan meneladani
akhlaq Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari

5. Meyakini adanya hari akhir dan alam ghoib dalam kehidupan sehari-hari, berakhlak
terpuji dan menghindari akhlak tercela terhadap lingkungan sosial/sesama manusia
dalam masyarakat.
6. Berakhlak terpuji terhadap flora dan fauna serta menghindari akhlak tercela terhadap
flora dan fauna serta meneladani akhlak para Rasul/Sahabat atau ulul Amri dalam
kehidupan sehari-hari.

E. Penilaian (Evaluasi Belajar Siswa)

Untuk mengetahui kompetensi peserta didik sebagai hasil pembelajaran Aqidah


Akhlaq, perlu dilakukan penilaian dengan rambu-rambu sebagai berikut:

1. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan belajar dan penilaian hasil
belajar peserta didik yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan perilaku mereka.
2. Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang kemajuan
belajar peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemmpuan dasar yang dicapai peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam kurun waktu, unit satuan, atau jenjang tertentu.
3. Penilaian hasil belajar Aqidah Akhlaq adalah upaya pengumpulan informasi
untuk menntukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap suatu kompetensi
meliputi : pengetahuan, sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar ini dilakukan
sepenuhnya oleh Madrasah yang bersangkutan. Hasil penilaian dijadikan sebagai
pertimbangan utama dalam memasuki pembelajaran jenjang berikutnya.
4. Penilaian hasil belajar Aqidah Akhlaq secara nasional dilakukan dengan mengacu
kepada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar dan indikator yang telah
ditetapkan di dalam Kurikulum Nasional. Penilaian tingkat nasional berfungsi
untuk memperoleh informasi dan data tentang mutu hasil penyelenggaraan mata
pelajaran Aqidah Akhlaq.
5. Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat mengukur
dengan tepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik.
6. Penilaian dilakuakan melalui tes dan non tes.
7. Pengukuran terhadap ranag afektif dapat dilakukan dengan menggunakan cara
non tes, seperti skala penilaian, observasi dan wawancara.
8. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan dengan
menggunakan lembar pengamatan atau instrumen lainnya.

Resume Kelompok 5 (RELEVANSI METODOLOGI PEMBELAJARAN


DENGAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK)

A. Pengertian Media Pembelajaran


Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “medium” yang
secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan
Sedangkan menurut Briggs (1977) Media Pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969)
mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam
bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Jadi Media adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang
dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau keterampilan pelajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar. Media berfungsi sebagai pernatara dalam kegiatan belajar
mengajar.
B. Tujuan Media Pembelajaran
Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :
1. Mempermudah proses belajar-mengajar
2. Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
3. Menjaga relevansi dengan tujuan belajar
4. Membantu konsentrasi mahasiswa.

C. Fungsi Media Pembelajaran


Secara umum media memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
1. Dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang di miliki oleh para
siswa.
2. Dapat melampaui batasan ruang.
D. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang palng
sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat
oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di
lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang.
Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
1. Audio : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon

2. Cetak : buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar


3. Audio-cetak : kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis
4. Proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT), film
bingkai(slide)
5. Proyeksi audio visual diam : film bingkai slide bersuara
6. Visual gerak : film bisu
7. Audio visual gerak : film gerak bersuara, Video/VCD,
Televisi
8. Obyek fisik : Benda nyata, model, spesimen
9. Manusia dan lingkungan : guru, pustakawan, laboran
10. Komputer : CAI
Adapun klasifikasi media menurut Rudy Bretz sebagai berikut :
1. Media audio
2. Media cetak
3. Media visual diam
4. Media visual gerak
5. Media audio semi gerak
6. Media semi gerak
7. Media audio visual diam
8. Media audio visual gerak

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa jenis media itu ada tiga
yaitu media visual, media audio, dan media audio-visual
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik,
buku.
2. Audio : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.
3. Media audio visual : Televisi,film,video (VCD,DVD,VTR),computer.

Jenis-jenis media pembelajaran yang cocok digunakan pada pembelajaran


aqidah akhlak menurut penulis adalah media cetak seperti buku pelajaran, modul,
brosur kartun, komik gambar, media audio seperti CD, tape recorder kaset, media
audio visual seperti film, video, televisi, komputer. Permainan (game), manusia
dan lingkungan.

E. Prinsip-Prinsip Media Pembelajaran

Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan


siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus di perhatikan, di antaranya:
1. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai ddan diarahkan
untuk mencfapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat
hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru
menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar utuk membantu siswa
belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2. Media yang akan digunakanharuys sesuai dengan materi pembelajaran.


Sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pelajaran memiliki
kekhasan dan kekompksan. Meida yang akan digunakanharus sesuai
dengan kompleksitas materi pemelajaran. Contohnya untuk
membelajarkan siswa memahami pertumbuhan jumlah pandduduki di
Indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik yang
mencerminkan pertumbuhan itu.

3. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi


siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengarkan yang kurang baik,
akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat
auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan
penglihatan yang kurang. Akan sulit menangkap bahan pemebelajaran
yang disajikan melalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan
dan gaya yang berbeda. Guru perlu memerhatikan setiap kemampuan dan
gaya tersebut.

4. Media yang akan diguanakan harus memerhatikan efektivitas dan


efisiensi. Edia yang memrluian peralatan yang mahal belum tentu efektif
untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat
sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yag dirancang
guru perlu memerhatiakn efektivitas penggunanya.

5. Media yang diguanakn harus sesuai dengan kemampuan guru dalam


engoperasikannya. Sering media yang kompleks terurama media-media
mutakhir seperti media computer, LCD, dan media elektronik lainnya
memerlukan kemampuan khusus dlam mengoperasikannya. Media
secanggih apapun tidak akanbisa menolong tanpa kemampuan teknis
mengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan. Hal ini
perlu ditekankan, sebab sering guru melakukan kesalahan-kesalahan yang
prinsip dlam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya
penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar, malah
sebaliknya mempersulit siswa.

F. Langkah-Langkah Penyiapan Media Pembelajaran Aqidah Akhlak

Langkah- langkah penyiapan media pembelajaran Akidah akhlak


adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau


kompetensi yang ingin dicapai, media juga harus disesuaikan dengan
biaya yang sesuai dengan kondisi keuangan sekolah.
2. Pemilihan media harus sesuai dengan ketepat gunaan (dalam
penggunaan media harus efektif dan efisien ).
3. Pemilihan media harus disesuikan dengan keadaan peserta didik
(karakteristik siswa) agar menarik perhatian, adanya
penonjolan/penekanan (misalnya dengan warna), direncanakan dengan
baik, serta memungkinkan siswa lebih aktif belajar.
4. Pemilihan media harus sesuai dengan media yang tersedia disekolah
atau guru bisa membawa langsung media yang dimiliki dan guru
mampu menggunakan media tersebut.
5. Dalam penggunaan media memerlukan langkah langkah seperti
perencanaan (pemilihan media yang sesuai), pelaksanaan (pemakaian
media), tindak lanjut (setelah melaksanakan media tersebut apa
pengaruhnya terhadap perilaku siswa).
Resume Kelompok 6 (RELEVANSI METODOLOGI PEMBELAJARAN
DENGAN SITUASI DAN KONDISI)

A. Pengertian Situasi dan Kondisi Belajar Siswa


Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktifitas
pengetahuan dan kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi
aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan
mental.
Sedangkan menurut Gagne dalam bukunya “Condition of learning”
(1977) menyatakan “The Occurence of learningis inferred from a
difference in human being’s performance before and after Being placed in
a learning situation”. Maksudnya bahwa kondisi belajar adalah suatu
situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan
perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi
tersebut.
Situasi dan kondisi memiliki kesamaan, kondisi bias berasal dari diri
sendiri, luar dari diri sendiri dan berkaitan dengan penampilan, kualitas,
atau urutan kerja.
Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:
1. Kondisi Internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah
ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang
dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.
2. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di
luar diri si belajar. Kondisi Belajar yang diperlukan untuk belajar
berbeda-beda untuk setiap kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan
belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar
sebelumnya yang berbeda dan kondisi eksternal yang berbeda pula.

Kondisi belajar dibagi atas lima kategori belajar sebagai berikut:


1. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill): untuk jenis belajar
ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan
kembali keterampilan bawaan (yang sebelumnya), pembimbing
dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemonstrasian
penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan, pemberian
review.
2. Informasi verbal (Verbal Information) : untuk jenis belajar ini,
kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
konteks dari informasi yang bermakna, kinerja (performance)
dari pengetahuan baru yang konstruktsi, balikan .
3. Strategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving): untuk
jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah
pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-konsep yang
relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil,
pendemonstrasian solusi oleh siswa.
4. Sikap (Attitude): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali informasi dan
keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi
yang diharapkan. Pembentukan atau pengingatan kembali
model manusia yang dihormati, penguatan tindakan pribadi
dengan pengalaman langsung yang berhasil maupun yang
dialami oleh orang lain dengan mengamati orang yang
dihormati.
5. Keterampilan motorik (Motor Skill): untuk jenis belajar ini,
kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali
rangkaian unsur motorik, pembentukan atau pengingatan
kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan
keterampilan-keterampilan keseluruahan, balikan yang tepat.
Setelah memahami penjelasan mengenai kondisi belajar,
tntunya dapat di pahami bahwa kondisi belajar merupakan
suatu keadaan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa, sebab kondisi belajar yang baik akan mempengaruhi
proses dan hasil belajar yang baik, begitu pula sebaliknya
pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Situasi dan Kondisi Belajar


Menurut Frandsen (Suryabrata, 1984: 257) belajar dipengaruhi oleh

a. Adanya sifat ingin tahu yang ingin menyelidiki dunia yang


lebih luas

b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan


keinginan untuk selalu maju
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru dan teman-teman
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan
kompetisi;
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran;
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar
Syah (1999: 132) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa ada tiga macam, yaitu:
a. Faktor Internal
1. Faktor Psiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Perubahan pola makan-minum dan
istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan
merugikan semangat mental siswa itu sendiri. Kondisi organ-
organ khusus siswa, tingkat indera pendengar dan indera
penglihat sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan khususnya yang disajikan
di kelas.
2. Aspek Psikologis

Tingkat kecerdasan atau IQ siswa sangat menentukan tingkat


keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi tingkat IQ
seseorang maka semakin besar peluangnya meraih sukses,
begitupun sebaliknya. Di antara siswa-siswa yang mayoritas
berinteligensi normal mungkin terdapat anak yang tergolong
gifted child atau talented child, yakni anak yang cerdas dan
anak yang sangat berbakat.Sebagai seorang guru yang
profesional harus mampu membaca kondisi Inteligensi anak
didiknya. Agar tidak terjadi kesenjangan dalam belajar. Anak
yang cerdas juga tidak terhalang oleh temannya yang lamban
dalam berfikir.

b. Faktor Eksternal
Lingkungan Sosial

 Keluarga
 Guru
 Masyarakat
 Teman

Lingkungan Non sosial


 Rumah
 Sekolah
 Peralatan
 Alam

C. Relevansi Metodologi Pembelajaran Dengan Situasi dan Kondisi


Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi
lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak
sulit digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode
ceramah harus mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru.
Kemudian apabila situasi lingkungan kelas dan sekolah sunyi senyap
tampa banyak aktifitas disekelilingnya, maka metode yang tepat
digunakan adalah metode seperti; diskusi, tanya jawab, simulasi,
qawlan (baligha, bashira, nazhira, al haq, layyinan, maisyura,
ma’rufan) dll. Dengan sesuainya metode yang digunakan guru dengan
situasi sekolah ditempat ia mengajar maka tujuan dari materi yang
akan disampaikan pun akan tercapai secara maksimal. Begitu juga
sebaliknya, apabila guru tidak bisa melihat dan menyesuaikan metode
yang akan digunakan dengan situasi kelas maupun sekolah, maka
pembelajaran tidak akan terlaksana dengan baik. Jadi sangat penting
diperhatikan bagi seorang guru tentang situasi tempat ia mengajar.
Relevansi dengan siswa salah satu aspek yang ada didalam kerangka
belajar mengajar adalah aspek murid, semua guru mengetahui bahwa
murid-murid berbeda satu dari yang lainnya. Kemungkinan yang
berbeda itu cukup besar dan tidak ada dua orang yang identik.
Terdapat kecenderungan yang umum yang dapat diamati, tapi pada
dasarnya setiap anak adalah seorang Individu. Masalah individu ini
mendapat perhatian secara teoritis dalam lembaga pendidikan guru
pada umumnya.
Resume Kelompok 7 (PRINSIP-PRINSIP METODE MENGAJAR)

A. Pengertian Prinsip
Kata prinsip berasal dari bahasa Latin yang berarti “asas (kebenaran yang
menjadi pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya), dasar”. Prinsip
merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar
dalam berfikir, berpijak, bertindak dan sebagainya. Prinsip dapat Diartikan
sebagai sesuatu yang menjadi dasar pokok berpikir, berpijak atau bertindak.
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa prinsip adalah kebenaran umum
yang sudah terbukti. Jadi, prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh
seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak.
B. Pengertian Metode Mengajar
Istilah metode mengajar terdiri dari dua kata yaitu “metode” dan
“mengajar”. Metode atau metoda berasal dari bahasa Yunani (greeka) yaitu
Metha + hodos. Metha berarti melalui atau melewati dan hodos berarti jalan
atau cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan tertentu.
Istilah mengajar berasal dari kata “ajar” ditambah dengan awalan “me”
menjadi “mengajar” yang berarti menyampaikan. Kegiatan mengajar
diartikan sebagai segenap aktivitas kompleks yang dilakukan guru dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar. Dengan
demikian proses dan keberhasilan belajar siswa turut ditentukan oleh peran
yang dibawakan guru selama interaksi proses belajar mengajar berlangsung.
Dari pengertian metode dan mengajar diatas dapat disimpulkan bahwa
metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
tertentu.
C. Prinsip-Prinsip Metode Mengajar
Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam
Menciptakan dan mengkondisikan situasi belajar mengajar agar siswa
Melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal. Prinsip-prisip tersebut
Tidak dapat berdiri sendiri, karena prinsip yang satu dan yang lain saling
Berhubungan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya:
1. Individu adalah manusia yang memiliki pribadi jiwa sendiri. Kekhususan
jiwa itu menyebabkan individu yang satu berbeda dengan individu yang
lain. Dengan perkataan lain, tiap-tiap manusia mempunyai jiwa
sendiri.Pada umumnya penyebab perbedaan itu dapat digolongkan dalam
dua faktor yaitu faktor dari dalam (internal factor) dan faktor dari luar
(external factor). Sejak lahir ke dunia, anak sudah memiliki kesanggupan
berpikir (cipta), kemauan (karsa), perasaan (rasa) dan kesanggupan luhur
yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kesanggupan-
kesanggupan ini tidak sama bagi setiap anak. Selanjutnya dengan adanya
faktor luar seperti pengaruh keluarga, kesempatan belajar, metode
mengajar, kurikulum, alam dan sebagainya, semakin menambah
perbedaan kesanggupan murid.
2. Prinsip Kebebasan
Jika kita membicarakan tentang kebebasan, maka yang dimaksud
bukanlah berarti bahwa dikelas harus ada kebebasan yang tidak terbatas.
Kehidupan di dalam kelas harus terikat pada aturan-aturan tertentu dalam
arti yang positif. Pada prinsipnya pengertian kebebasan mengandung tiga
aspek, yaitu: “self-direction, self-discipline and self-control”. Kesalahan
mengartikan kebebasan menjadi sebab dari kebanyakan bencana sosial
yang kita hadapi tidak hanya disekolah tetapi juga di semua lembaga.
Fulthon Sheen telah membatasi kebebasan dalam tiga kategori yaitu:
anarchy, totalitarianism, dan democracy. Kebebasan yang ketiga inilah
Yang dipersamakan dengan self-direction, self-discipline and self-
control.
3. Prinsip Peranan Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri individu.
Ada pun lingkungan pengajaran merupakan segala apa yang bisa
mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat difungsikan sebagai
“sumber pengajaran” atau “sumber belajar”. Bukan hanya guru dan
buku/bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar. Apa yang dipelajari
peserta didik tidak hanya terbatas pada apa yang disampaikan guru dan
apa yang ada dalam textbook. Banyak hal yang dapat dipelajari dan
dijadikan sumber belajar peserta didik. Pengajaran yang tidak
menghiraukan prinsip lingkungan akan mengakibatkan peseta didik tidak
mempu beradaptasi dengan kehidupan tempat ia hidup.
4. Prinsip Globalisasi
Prinsip globalisasi dalam pengajaran menekankan bahwa keseluruhan
itulah yang harus menjadi titik permulaan pengajaran. Anak selalu
mengamati keseluruhan lebih dahulu kemudian bari bagian-bagiannya.
Untuk kepentingan itulah maka di dalam kurikulum di beri petunjuk agar
setiap guru membuat satuan bahasan, kemudian dari satuan bahasan itu
dibuat satuan pelajaran.
5. Prinsip Pusat Minat
Minat adalah kecendrungan jiwa yang tetap kejurusan sesuatu hal yang
berharga bagi seseorang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah
yang sesuai dengan kebutuhannya.
6. Prinsip Aktivitas
Dalam proses belajar mengajar pendidikan peserta didik harus
diberikan kesempatan untuk mengambil bagian yang aktif, baik jasmani
maupun rohani, terhadap pengajaran yang diberikan, secara individual
maupun kolektif. Prinsip ini menghindari adanya verbalistis bagi peserta
didik. Aktivitas dapat diupayakan dengan aktivitas jasmani berupa
penelitian, eksprimen, pembuatan konstruksi model, cocok tanam, atau
juga dengan aktivitas rohani berupa ketekunan dalam mengikuti
pelajaran, mengamati secara cermat, berfikir untuk memecahkan problem
dan berkemauan keras untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
7. Prinsip Motivasi
Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka
yang belajar dan mengajar. Pendidik harus berusaha membangkitkan
minat peserta didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan
Terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Motivasi dapat
diupayakan melalui pengajaran dengan cara yang menarik sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik, mengadakan selingan yang sehat,
menggunakan alat-alat perasa yang sesuai dengan sifat materi,
menghindari pengaruh yang mengganggu kosentrasi peserta didik,
mengadakan kompetisi sehat dengan memberikan hadiah dan hukuman
yang bijaksana.
8. Prinsip Keperagaan
Pada sekolah tradisional murid-murid hanya mendengarkan ucapan
guru, mengulang kembali dan mengahafalnya. Mereka tidak mengetahui
pengertian yang sebenarnya, sehingga sering menimbulkan verbalisme
yaitu “tahu kata tetapi tidak tahu arti”.
9. Prinsip Pengulangan
Proses pengajaran bagi guru perlu memperhatikan manakala masih
ada sebagian kecil siswa yang belum paham atau siswa sudah paham.
Perlu diadakan pengulangan dengan tujuan memperkuat ingatan dan
hafalan siswanya.
10. Prinsip Keteladanan
Dalam pendidikan islam ada kesatuan antara iman-imu-amal. Pendidik
dituntut menjadi contoh teladan bagi peserta didiknya. Jadi pendidik
harus berperilaku dengan baik agar peserta didiknya meneladani perilaku
pendidik tersebut.
11. Prinsip Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan
anak. Hasil dari pembiasaan yang dilakukan oleh pendidik adalah
terciptanya suatu kebiasaan bagi anak didik. Kebiasaan adalah suatu
tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih
dahulu, dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
Resume Kelompok 8 (PENGORGANISASIAN BELAJAR)

A. Pengorganisasian

Organisasi adalah kegiatan menyusun struktur dan membentuk


hubungan-hubungan agar diperoleh kesesuian dalam usaha mencapai tujuan
bersama. Strategi pengorganisasian adalah cara untuk membuat urutan
(sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan
prinsip yang berkaitan dengan isi pembelajaran. Sequencing berkaitan
dengan cara pembuatan urutan penyajian isi suatu bidang studi, dan
Synthesizing terkait dengan cara untuk menunjukkan kepada siswa
hubungan antara fakta, konsep, prosedur atau prinsip suatu pembelajaran.
Synthesizing bertujuan untuk membuat topik-topik dalam suatu bidang studi
menjadi lebih bermakna bagi siswa. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan
keterkaitan topik-topik itu terkait dalam keseluruhan isi bidang studi.

B. Pengelolaan Pembelajaran
Pada dasarnya strategi pengelolaan pembelajaran terkait dengan
usaha penataaan interaksi antarsiswa dengan komponen strategi
pembelajaran yang terkait, baik berupa strategi pengorganisasian
maupun strategi penyampaian pembelajaran. Strategi pengelolaan
berkaitan dengan penetapan kapan suatu strategi atau komponen
strategi tepat dipakai dalam suatu situasi pembelajaran. Paling tidak
ada empat hal yang menjadi urusan strategi pengelolaan pembelajaran,
yaitu :
1. Penjadwalan pengguanaan strategi pembelajaran
2. Pembuatan catatan kemaujan belajar siswa
3. Pengelolaan motivasional
4. Kontrol belajar
C. Menetapkan Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah tujuan
instruksional pokok-pokok bahasan. Karena tujuan pokok
bahasan umumnya masih bersifat umum, sehingga belum
dinyatakan perubahan perilaku yang spesifik. Disamping itu
jumlahnya relatif masih sedikit, karena penetapan tujuan pokok
bahasan dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan tujuan
yang lebih khusus, yaitu penetapan sasaran belajar (atau tujuan
instruksioanal khusus). Oleh sebab itu, meskipun masih bersifat
umum, tujuan pokok bahasan harus sudah mengungkapkan
materi bahasan dan kedudukan bahasan tersebut dalam
kesatuan ketercapaian tujuan mata kuliah.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Yang dimaksud Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah
Sasaran Belajar. Karena sasaran belajar merupakan pernyataan
tujuan instruksional yang sudah sangat rinci. Pada pernyataan
sasaran belajar ini harus sudah dapat diketahui macam bahan
ajar dan tingkat perubahan perilaku yang diharapkan. Untuk itu
sasaran belajar harus menyatakan sesuatu yang teramati,
terukur dan operasional.
3. Merumuskan Sasaran Belajar
Variabel pengajaran yang paling utama dalam sasaran belajar
adalah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran yang paling rinci
ternyatakan sebagai sasran belajar. Adalah sangat penting
untuk dapat menyatakan sasaran belajar dengan baik dan benar,
karena semua variabel pengajaran yang lain harus disusun
sedemikian rupa dengan maksud untuk mencapai sasaran
belajar tersebut.
4. Penerapan Pengorganisasian Materi Ajar
Dalam mendesain atau mengorganisasikan materi
pembelajaran ada beberapa hal penting yang harus dilakukan
oleh seorang guru atau seorang dosen, hal ini pula yang akan
menentukan sempurna atau tidaknya organisasi materi
pembelajaran, yaitu:
a. Pengumpulan Informasi
b. Mengorganisasikan Materi

Resume Kelompok 9 (HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN


DALAM MEMILIH METODE PEMBELAJARAN)

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode


pembelajaran yaitu :

1. Karakter materi pelajaran

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri sehingga


perlu disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode
tertentu.Termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai dari materi pelajaran tersebut. Misalnya mata pelajaran bersifat
eksakta lebih tepat menggunakan metode eksperimen atau demonstrasi.

2. Ketersediaan sarana belajar

Alat, sarana dan media yang tersedia di sekolah sangat


mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran. Metode eksperimen
atau demonstrasi tidak mungkin digunakan jika penunjang metode
tersebut tidak tersedia.

3. Kemampuan dasar siswa

Kemampuan dasar siswa di sekolah pedesaan berbeda dengan di


perkotaan. Ini menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode
pembelajaran. Menggunakan metode resitasi dan tugas, misalnya, bisa
berjalan baik bila kemampuan dasar siswa berdiskusi cukup memadai.
Selain itu perlu keterampilan siswa berbicara dalam sebuah diskusi.

4. Alokasi waktu pembelajaran

Alokasi waktu yang tersedia dan tercantum dalam kurikulum perlu


dipertimbangkan oleh guru. Jika waktu tersedia terbatas maka guru akan
memilih metode sederhana seperti ceramah tanya jawab dan diskusi.Ini
tidak mungkin menggunakan metode eksperimen atau resitasi karena
metode ini membutuhkan waktu yang cukup.

Resume Kelompok 10 (BEBERAPA METODE PEMBELAJARAN AQIDAH


AKHLAK (KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA)

Adapun metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran mata


pelajaran aqidah akhlak diantaranya:

1. Metode Ceramah
Metode ceramah ini termasuk metode yang paling banyak
digunakan digunakan karena biaya murah dan mudah dilakukan,
memungkinkan banyak materi yang disampaikan, adannya kesempatan
bagi guru untuk menekankan bagian yang penting, dan pengaturan kelas
dapat dilakukan secara sederhana.
Kelebihannya: Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan
bahan sebanyak-banyaknya, guru dapat menguasai seluruh kelas dengan
mudah walaupun jumlah murid cukup banyak, dapat menghemat waktu,
semua siswa mempunyai kesempatan yang sama dalam mendengar dan
keterangan atau konsep yang disampaikan guru dapat berurutan.
Adapun kekurangannya: Siswa menjadi pasif karena mereka tidak
mempunyai kesempatan untuk menemukan sendiri, guru sukar untuk
mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan yang diberikan,
materi yang diceramahkan mudah dilupakan siswa, menimbulkan rasa
bosan pada siswa dan pada umumnya siswa memahami masalah secara
verbal.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab termasuk metode yang digunakan oleh guru
dalam proses pembelajaran. Bertanya memiliki peranan penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Pertanyaan yang tersusun dengan baik dan
tehnik pengajuan yang tepat akan meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan belajar mengajar, membangkitkan minat dan rasa ingin tahu
siswa terhadap permasalahan yang sedang dibicarakan, mengembangkan
pola berpikir dan belajar aktif siswa dan memusatkan perhatian murid
terhadap masalah yang sedang dibahas.
Kelebihan metode tanya jawab adalah: situasi kelas akan lebih hidup
karena anak didik aktif menyampaikan pemikirannya, melatih agar siswa
berani mengemukakan murid pendapat secara teratur dan guru dapat
mengontrol pemahaman murid pada masalah yang dibicarakan.
Adapun kekurangannya: apabila terjadi perbedaan pendapat akan
banyak memakan waktu untuk menyelesaikannya, kemungkinan terjadi
penyimpangan perhatian anak didik terutama apabila terdapat jawaban
yang kebetulan menarik perhatiannya, tetapi bukan sasaran yang dituju
dan kurang dapat secara cepat merangkum bahan-bahan yang dipelajari.
3. Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus siswa
selesaikan tanpa terikat dengan tempat pemberian tugas belajar, biasanya
dikaitkan dengan resitasi adalah suatu persoalan yang berhubungan dengan
masalah pelaporan siswa sesudah setelah mereka selesai mengerjakan
suatu tugas.
Kelebihannya adalah: baik sekali untuk mengisi waktu luang,
memupuk rasa tanggung jawab pada apa yang telah dikerjakan dan melatih
anak didik kepada norma-norma disiplin.
Adapun kekurangannya adalah: guru tidak dapat mengawasi
pelaksanaan tugas ini sehingga kemungkinan siswa mengantuk, siswa
yang tidak mampu mengerjakan tugasnya akan berusaha menghindari
pelajaran tersebut dengan berbagai alasan dan jika semua pelajaran
diberikan tugas, menyebabkan kesukaran bagi anak didik dalam membagi
waktu untuk semua tugasnya.
4. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan suatu cara yang dipakai guru dalam
mengajar yang siswa di bentuk menjadi menjadi beberapa guna untuk
berdiskusi berupa saling tukar fikiran, informasi, pengalaman, dan
pemecahan masalah secara bersama-sama. Dalam penerapan metode
diskusi tentunya ada sejumlah hal yang menjadi bahan pertimbangan
dalam penggunaannya sebab metode diskusi di satu sisi punya kelebihan
tersendiri dan disisi lain punya juga kelebihan.
 Kelebihan Metode Diskusi
Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa
diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain:
1. Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
2. Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap
toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
3. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka
mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
4. Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata
tertib layaknya dalam suatu musyawarah.
5. Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
6. Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah,
penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat
mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.
 Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi Belajar
Mengajar disebutkan bahwa kekuarangan penggunaan metode
diskusi antara lain:
1) Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai
sudut
bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan
menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
2) Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak
terlepas
dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan
atau coba-coba saja.
3) Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal

 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE PEMBELAJARAN


AQIDAH AKHLAK
Dari masing-masing metode yang dijabarkan itu, sudah barang tentu
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, akan tetapi
kekurangan suatu metode tertentu dapat dilengkapi oleh keunggulan dalam
suatu metode yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan banyak
metode dalam setiap pengajaran, bahkan guru harus menggunakan satu
sampai empat metode secara bervariasi, dan oleh karena itu guru
hendaklah mempertimbangkan sisi kelebihan dan sisi kekurangan suatu
metode dalam mengkombinasikannya dalam satu kesatuan yang harmonis
dan kompak.
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat dipahami bahwa kelebihan
dan kekurangan sebuah metode menjadi perhatian serius dalam usaha
mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai usaha
untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh sebuah
metode, maka seorang guru mengkombinasikan beberapa metode agar di
antara metode tersebut bisa saling menutupi.

Anda mungkin juga menyukai