Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI

Pengawetan hasil pewarnaan / Reservasi preparat

Disusun oleh :

KELOMPOK 9 KELAS 3C

1. Adhalia Viona Setiawan 1011201002


2. Chairuri Aisya Maharani 1011201024
3. Fatin Al-yasin 1011201042
4. Kamilia Gulin Permata 1011201051

Dosen Pengampu : Dr. Dra. Syarifah Miftahul EJT , M. Biomed

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN
UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah cara Penyimpanan
preparat jaringan dan cara pemeliharaannya ini dapat terselesaikan. Makalah ini
kami susun untuk memenuhi tugas Sithohistoteknologi.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Syarifah Miftah,

M.Biomed selaku dosen pengampu dari mata kuliah Sithohistoteknologi yang

telah memberikan bimbingan dan saran berharga dalam penyusunan makalah ini

sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Meski telah disusun dengan baik, namun kami sebagai manusia biasa

menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik dan

saran sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Akhir

kata kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 14 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2

2.1 Pemeliharaan Alat Sitohistoteknologi.....................................................2

2.1.1.Mikroskop.........................................................................................2

2.1.2.Mikrotom..........................................................................................3

2.2 Jenis-jenis Pengawetan........................................................................................ 4

2.2.1 Fiksasi Sediaan Histologi......................................................................4

2.2.2 Fiksasi Sediaan Sitologi..............................................................................5

2.3 Kontrol Kualitas Pewarnaan.........................................................................7

2.4 Penyimpanan Preparat................................................................................9

2.5 Monitoring...............................................................................................10

2.6 K3 (Kesehatan , Keselamatan ,Kerja) ................................................... 10

BAB III PENUTUP..............................................................................................11

3.1 Kesimpulan..............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sitohistoteknologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang


cara-cara membuat preparat jaringan tubuh manusia.

Kata Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Histo yang berarti
jaringan dan Logos yang berarti ilmu. Histologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop
pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari cabang-cabang
biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.

Dalam mempelajari ilmu histologi terdapat sediaan atau preparat, yang


dalam pembuatannya disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan jaringan
tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan seperti fiksasi, pemendaman ,
pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan dan penyimpanan.

1.2 Rumusan Masalah


Identifikasi masalah yang bermula dari rumusan sebelumnya, yaitu Bagaimanakah
Pengawetan hasil pewarnaan / Reservasi preparat.

1.3 Tujuan
Tujuan penulis membuat makalah ini untuk mengetahui Pengawetan hasil
pewarnaan / Reservasi preparat

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemeliharaan alat sitohistoteknologi

2.1.1. Mikroskop

Mikroskop memerlukan perawatan berkala dan pembersihan untuk


menjamin produksi kontras gambar yang tinggi. Perawatan dalam penggunaan
mikroskop antara lain menjaga kualitas komponen optik, elektronik, dan
mekanik. Ketika perawatan mikroskop diabaikan oleh paparan debu, serat,
serbuk sari, dan kotoran, kegagalan untuk menghilangkan minyak imersi pada
waktu yang tepat, atau karena suatu penempatan yang salah, kinerja optik
dapat mengalami penurunan yang serius yang berdampak terhadap kerusakan
yang berlanjut. Setiap peralatan yang digunakan harus selalu berada dalam
kondisi optimal ketika akan digunakan, untuk memperoleh hasil tersebut tentu
sasja diperlukan perlakuan dan perawatan khusus untuk menjamin kinerja
intrumen tersebut, termasuk mikroskop. Oleh karenanya, menjadi penting
untuk melakukan beberapa langkah perawatan dibawah ini sebagai bagian dari
program pemantauan kualitas rutin setiap harinya.

Langkah-langkah perawatan mikroskop adalah sebagai berikut :

1. Simpan mikroskop dalam keadaan bersih dan tertutup jika tidak digunakan.

2. Jangan membuka lensa objektif.

2
3. Hindari menyentuh permukaan lensa.

4. Bersikan lensa secara berkala menggunakan tissue lensa. Hindari


pengggunaan tissue jenis lain, karena dapat menggores lensa.

5. Segera bersihkan sisa minyak imersi setelah digunakan.

6. Saat menggunakan minyak imersi, pastikan tidak menyeret lensa objektif yg


kering kedalam minyak imersi.

7. Kurangi cahaya menjadi minimum, atau matikan lampu jika tidak


mikroskop digunakan.

8. Pastikan tidak ada sediaan yang tertinggal di meja mikroskop jika


mikroskop tidak digunakan.

9. Gerakan meja mikroskop ke arah atas saat mencari focus, jangan ke arah
bawah. Terutama saat menggunakan lensa dengan perbesaran tinggi.

10. Penggunakn xylol hanya sebagai pilihan terakhir, gunakan dalam jumlah
yang sedikit mungkin dan segera bersihkan setelah diaplikasikan.

2.1.2. Mikrotom

Perawatan mikrotom sebaiknya di tutup dengan plastic / dibawa


masuk kedalam kotaknya jika sedang tidak digunakan . jangan memindahkan
mikrotom dengan cara memegang bagian yang dapat memperagakan usaha
,karena dapat mengganggu akurasinya. Sebelum dan sesudah digunakan
,sebaiknya mikrotom dibersihkan dari serpihan paraffin dengan cara lap
dengan kain lap yang tlah dibasahi dengan xylol. Mikrotom harus selalu
diminyaki untuk mencegah keausan dan kemacetan.

Perawatan pisau mikrotom harus selalu dibersihkan setelah habis


dipakai,karna jika tidak maka akan menimbulkan korosi.membersihkan pisau
dengan kertas /kain pembersih lensa yang dibasahi xilen kemudian di lap

3
dengan bahan pembersih yang sama.pisau harus ditajamkan sesering mungkin.
Ada 2 teknik dalam hal menajamkan pisau mikrotom , yaitu :

 Mengikir (honing)
 Mengasah ( stropping)

Untuk menghasilkan pita jaringan yang baik harus dilakukan perawatan berkala
agar mikrotom dapat terus bekerja dengan baik. Beberapa diantaranya adalah :

1. Lepaskan blok jaringan dari penjepit blok, pastikan tuas dalam keadaan
terkunci sebelum hal ini dilakukan.

2. Lepaskan dan bersihkan pisau yang telah digunakan dari sisa jaringan yang
masih tertinggal, simpan pada kotak pisau.

3. Bersihkan bak penampung sisa jaringan.

4. Bersihkan mikrotom dengan lap kering dan halus.

5. Tutup mikrotom dengan kain atau plastic agar tidak terkena debu.

6. Lumasi bagian gerak mikrotom secara berkala.

7. Lakukan pemeriksaan berkala minimal satu tahun sekali oleh teknisi.

2.2 Jenis – jenis Pengawetan

2.2.1 Fiksasi sediaan Histologi

A. Formalin

4
Formalin merupakan nama dagang dari suatu larutan yang mengandung
40% b/v (= 40% b/b) formaldehida (yang merupakan gas) di dalam air.
Sebagian besar formaldehida hadir sebagai polimer larut, yang dipolimerisasi
pada suatu larutan. Formalin mengandung sekitar 10% metanol, yang
ditambahkan oleh produsen untuk menghambat pembentukan polimer yang
lebih tinggi, yang menghasilkan suatu larutan yang biasa disebut dengan
paraformaldehida. Ketika penyimpanan formalin di tempat yang dingin, maka
akan terdapat endapan bubuk putih.

Larutan fiksatif yang paling umum digunakan untuk histopatologi adalah


larutan 4% formaldehid yang biasa disebut dengan formalin 10%. Penggunaan
larutan ini telah 50 tahun digunakan, hal ini dikarenakan larutan fiksatif dapat
mempertahankan ph netral dan memiliki tekanan osmotik yang sama dengan
cairan ekstraseluler.

B. Larutan Bouin
 Formaldeihida 25%
 Asam pikrat 75%
 Asam acetat glasial 5%

2.2.2 Fiksasi Sediaan Sitologi

a. Fiksasi basah

Fiksasi basah merupakan tindakan fiksasi dimana sediaan sitologik


masih dalam kondisi asah atau lembab. Metode ini adalah metode yang ideal
untuk menjaga suatu sediaan sitologik baik sitologi ginekologi ataupun
sitologi non-ginekologi. Larutan fiksasi basah dapat terdiri dari :

5
 Alkohol 95-96%.

 Methanol absolut.

 Eter: alkohol 95%

 Propanol dan isopropanol 80%

 Denaturasi alkohol

 Formalin Based

b. Fiksasi Coating

Fiksatif Coating merupakan fiksasi yang dilakukan untuk pengganti


fiksatif basah. Fiksasi ini dilakukan dengan memberikan aerosol (penyemprotan)
pada spesimen sitologi yang dibuat secara konvensional maupun dengan metode
berbasis cairan. Fiksasi ini terdiri dari alkohol dan polietilen glicol yang berfungsi
sebagai pelapis dari sediaan sitologik.

c. Fiksasi Kering

Fiksasi kering merupakan fiksasi yang dilakukan pada sediaan


sitologik yang dilakukan dengan mengeringkan sediaan tersebut di udara
terbuka (udara kering) atau dengan bantuan pemanasan hingga kering
(penggunaan hotplate dengan suhu maksimum 50OC). Sediaan sitologik
harus diproses dan dikeringkan dengan segera untuk menghindari
munculnya artefak. Salah satu keuntungan dari fiksasi ini adalah
pembuatan dan pewarnaan yang cepat (2-3 menit).

d. Fiksasi Khusus

 Fiksasi Carnoy

6
Fiksasi ini adalah fiksasi yang dikhususnya untuk spesimen
yang hemoragik. Asam asetat dalam larutan fiksatif ini akan
melisiskan sel darah merah.

 Fiksasi Cair (FAA)

Fiksasi ini merupakan fiksasi yang baik ketika akan


membuat “cell block” ataupun dalam pengamatan sel dalam
kondisi segar (penggunaan di parasit, mikologi dan lain
sebagainya).

2.3Kontrol Kualitas Pewarnaan


Membuat sediaan jaringan yang berkualitas sangat diperlukan untuk
memperoleh hasil yang meyakinkan dan akurat. Namun sayangnya,
jaringan terkadang mengalami kerusakan saat proses fiksasi,
pematangan jaringan, pemotongan jaringan maupun pewarnaan.
Seorang Teknisi Laboratorium Patologi Anatomi harus bisa
meminimalisir kerusakan pada jaringan dan memperbaiki jika terjadi
kerusakan. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan kontrol
kualitas pada suatu proses pembuatan sediaan jaringan. Pada Topik 2
ini, akan dibahas mengenai kontrol kualitas pada pewarnaan
Hematoxylin Eosin sebagai pewarnaan histopatologi yang sering
dipakai.

Preparat histologi yang baik memiliki ciri ciri seperti :

 Nukleus berwarna biru tua


 Sitoplasma dan serat terwanai merah muda
 Sel sel lemak tidak terwarnai
 Sel sel lemak tidak akan menghilang
 Tidak ada robekan
 Terlihat kotoran akibat penyaringan larutan yang tidak bersih

7
Pengamatan hasil preparat menunjukkan beberapa kerusakan jaringan seperti :

* Jaringan pecah (Crackling)


* Jaringan Sobek (Separation)
* Jaringan tergores
* Jaringan terdapat lipatan (Folding)
* Potongan tidak teratur (knife marks)
* Kotoran yang menempel pada preparat
* Artefak atau lubang pada jaringan

8
2.4 Penyimpanan Preparat Jaringan

Penyimpanan preparat jaringan agar bisa bertahan lama memerlukan


perhatian khusus. Musuh utama pada penyimpanan adalah penumpukan debu
diatas kaca penutup dan adanya miselium jamur yang menutupi tampilan jaringan.

Setiap selesai menggunakan preparat harus di bersihkan dari debu /


mungkin sisa –sisa minyak imersi yang terkadang tertinggal di lensa objektif.
Pembersihan preparat harus menggunakan alcohol 96% yang di usapkan dengan
menggunakan kertas tissue / kertas yang telah mengandung alcohol. Di usapkan
secara halus pada kaca penutup.preparat disimpan di dalam kotak kayu/plastic
tertutup dan disimpan pada tempat yang kering.

Fasilitas tempat penyimpanan preparat :

● Fasilitas penyimpanan, rak, dan lan lain harus diatur sehingga aman
terhadap pergeseran dan jatuh.

9
● Fasilitas penyimpanan harus dijaga dari penumpukan sampah, bahan yang
tidak diinginkan dan benda yang dapat menimbulkan bahaya dan hama
seperti tikus bahkan semut sekalipun.

2.5 Monitoring

Preparat yang sudah selesai dari laboratorium, kemudian diserahkan ke


dokter ahli Patologi Anatomi atau residen Patologi Anatomi untuk di
diagnosa.
Hasil diagnosa yang sudah ditandatangani kemudian diserahkan ke tata
usaha untuk pengetikan. Hasil ketikan kemudian ditandatangani oleh
dokter yang mendiagnosa kemudian dikirim kerumah sakit atau dokter
yang mengirim sediaan, atau diambil ke patologi anatomi oleh keluarga
pasien dengan cara membawa surat pengantar dari dokter yang mengantar
sediaan.

2.6 K3 (Kesehatan, Keselamatan, Kerja)


Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan
alat-alat laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat praktikum dan
lingkungannya serta saat melakukan praktikum. Keselamatan Kerja menyangkut
segenap proses Praktikum di Laboratorium, sedangkan kecelakaan kerja adalah
kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi pada saat praktikum
sedang berlangsung.

Untuk mencapai keselamatan harus dipenuhi beberapa persyaratan:

1. Pengetahuan tentang K3 dari masing masing laboratorium

2. Kondisi laboratorium yang kondusif dan sesuai denga standar minumum untuk
bekerja aman di Laboratorium

3. Penataan bahan kimia yang terjadi sumber bahaya yang sering muncul

10
4. Tersedianya alat perlindungan diri (APD) yang lengkap serta jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja di Laboratorium.

BAB III
PENUTUP

2.7 Kesimpulan

 Teknik yang digunakan hampir sama,perbedaan hanya di


beberapa alur proses,penggunaan alat dan beberapa
reagen.
 Hasil pewarnaan HE adalah nucleus berwarna biru
keunguan dan sitoplasma berwarna merah /merah muda.
 Hasil evaluasi preparat jaringan

sobek,tergore,pecah,lipatan,pewarnaan yang kurang atau


sebagian jaringan ada yang hilang dan terdapat spot hitam
apada jaringan.

11
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/USER/Downloads/Sitohistoteknologi-SC.pdf

file:///C:/Users/USER/Downloads/histologi_bab1_6.pd

https://www.slideshare.net/ariindrawati2/teknik-pembuatan-preparat-

histologi-dengan-pewarnaan-hematoksilin-eosin

Buku Pedoman Sitohistoteknologi Bagi mahasiswa Analis kesehatan

Univ.MH.Thamrin

12

Anda mungkin juga menyukai