Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

PENGARUH PELATIHAN MENULIS EKSPRESIF TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

Nurhasanah, Kondang Budiyani, Nadya Anjani Rismarini


Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
nurhasabdulmuhit@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat stres antara kelompok
yang diberikan pelatihan menulis ekspresif dengan kelompok yang tidak diberikan pelatihan
menulis ekspresif pada mahasiswa tingkat akhir. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa
fakultas psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta sebanyak 14 mahasiswa dengan
tingkat stres sedang, tinggi dan sangat tinggi. Subjek terbagi menjadi kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dengan masing-masing 7 subjek. Pengumpulan data penelitian
menggunakan Skala Stres yang disusun berdasarkan gejala stres menurut Hardjana (1994).
Metode analisis yang digunakan adalah analisis independent sample t-test. Hasil posttest
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol (t = -3,679 dengan p=0,003) dimana stres mahasiswa yang mendapatkan pelatihan
menulis ekspresif (KE) lebih rendah dibanding yang tidak mendapatkan pelatihan (KK)
dengan mean kelompok eksperimen = 58,14 dan mean kelompok kontrol = 99,43.

Kata Kunci : Stres, Menulis Ekspresif

THE EFFECT OF EXPRESSIVE WRITING TRAINING ON REDUCING STRESS


LEVELS IN FINAL STUDENTS OF THE FACULTY OF PSYCHOLOGY,
MERCU BUANA UNIVERSITY, YOGYAKARTA

Nurhasanah, Kondang Budiyani, Nadya Anjani Rismarini


Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta
nurhasabdulmuhit@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the difference in stress levels between groups that are
given expressive writing training and groups that are not given expressive writing training at
the final level students. The subjects of this study were 14 psychology students at Mercu
Buana University, Yogyakarta, with moderate, high and very high stress levels. Subjects were
divided into experimental and control groups with 7 subjects each. Research data collection
using the Stress Scale which is arranged based on symptoms of stress according to Hardjana
(1994). The analytical method used is the independent sample t-test analysis. Posttest results
showed that there was a significant difference between the experimental group and the
control group (t = -3,679 with p = 0.003) where the stress of students who received
expressive writing training (KE) was lower than those who did not receive training (KK) with
the mean of the experimental group = 58 , 14 and the control group mean = 99.43.

Keywords: Stress, Expressive Writing


Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

PENDAHULUAN menghadapi masalah yang muncul dengan


Mahasiswa adalah salah satu bagian
lebih dewasa, bertanggung jawab, tangguh
dari civitas akademika pada perguruan
dan kuat. Belum lagi desakan untuk
tinggi yang merupakan calon pemimpin
menyelesaikan studi tepat waktu, persiapan
bangsa di masa yang akan datang.
menyusun skripsi, persiapan untuk
Mahasiswa diharapkan memiliki cara
mendapatkan kesempatan pekerjaan atau
pandang yang baik, jiwa, kepribadian serta
karier setelah lulus, tuntutan orangtua dan
mental yang sehat dan kuat. Selayaknya
universitas yang terlalu tinggi bagi
pula seorang mahasiswa mampu menguasai
mahasiswa, bahkan sumber stres bisa
permasalahan sesulit apapun, mempunyai
muncul dari kekhawatiran serta pikiran-
cara berpikir positif terhadap dirinya, orang
pikiran negatif pada dirinya.
lain, mampu mengatasi hambatan maupun
Rohmah (2006) memaparkan bahwa
tantangan yang dihadapi dan tentunya
stres merupakan gejala yang tidak dapat
pantang menyerah pada keadaan yang ada
dihindari oleh individu, siapapun dapat
(Kholidah & Alsa, 2012) .
terkena stres baik anak-anak, remaja
Sebagai mahasiswa, belajar dengan
maupun dewasa. Mahasiswa termasuk
tujuan untuk mendapatkan nilai yang baik
golongan remaja akhir yang tidak luput dari
adalah suatu tuntutan mutlak yang harus
stres. Para mahasiswa oleh orang tua dan
dijalani. Mahasiswa pada dasarnya akan
masyarakat umum sudah dianggap dewasa
mengalami berbagai kendala dalam
dan mampu menyelesaikan masalah-
menghadapi tuntutan yang harus
masalah yang dihadapi. Pada pendidikan
dijalaninya ketika menjadi seorang
tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih
mahasiswa. Tuntutan tersebut mulai dari
mandiri dalam segala hal dan mampu
keluarga yang mengharapkan nilai indeks
mengambil keputusan sendiri. Berbeda
prestasi yang tinggi, lulus kuliah tepat
sekali di pendidikan dasar sampai
waktu, tuntutan pemahaman materi
menengah mereka masih dibimbing dan
perkuliahan, dan penulisan tugas akhir atau
diarahkan secara penuh. Perubahan ini
skripsi (Ardiansyah, 2014).
banyak menimbulkan masalah penyesuaian
Kholidah dan Alsa (2012) juga
dan berakibat negatif pada prestasi belajar
memaparkan bahwa tuntutan kehidupan,
dan performansinya secara keseluruhan.
baik dari dalam maupun dari luar kampus,
menuntut mahasiswa untuk dapat
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

Hardjana (1994) memaparkan meliputi mendiamkan orang lain, senang


peristiwa stres saling terkait antara keadaan mencari kesalahan orang lain, menutup diri
yang menjadi sumber stres (stresor); orang secara berlebihan, kehilangan kepercayaan
yang mengalami stres (the stresed); dan pada orang lain, mudah membatalkan janji,
hubungan antara keduanya yang merupakan menyerang dengan kata-kata, dan
transaksi (transactions). Sarafino dan mengambil sikap terlalu membentengi atau
Smith (2012) menjelakan bahwa stres mempertahankan diri.
merupakan perasaan tegang dan tidak Hasil penelitian Gamayanti,
nyaman yang disebabkan individu merasa Mahardianisa, dan Syafei (2018) diketahui
tidak mampu menangani tuntutan-tuntutan terdapat 12.24% mahasiswa berada dalam
di lingkungan. kategori tingkat stres tinggi, 69.39% berada
Hardjana (1994) mengungkapkan dalam kategori sedang, dan 18.37% berada
gejala stres terdiri dari gejala biologis, dalam kategori rendah. Berdasarkan
gejala intelektual, gejala emosional, dan kategorisasi Sulistiyowati (2016) dalam
spek interpersonal. Gejala biologis meliputi penelitian mengenai hubungan self efficacy
sakit kepala, sakit punggung, gangguan dengan stres pada mahasiswa yang sedang
tidur, sembelit, gangguan pencernaan, mengerjakan skripsi dari 280 mahasiswa,
gangguan makan, gangguan kulit dan terdapat 137 atau 48,9% yang memiliki
produksi keringat yang berlebihan. Gejala stres rendah dan terdapat 143 atau 51,1%
intelektual yakni cenderung mengalami yang memiliki stres tinggi.
gangguan daya ingat, perhatian dan Data yang didapat dari Unit
konsentrasi, sulit membuat keputusan, Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada
produktivitas menurun, kehilangan rasa salah satu Universitas di Yogyakarta,
humor yang sehat, pikiran dipenuhi dengan menyebutkan bahwa sebagian besar sumber
satu hal saja, mutu kerja rendah, pikiran masalah yang membuat mahasiswa
kacau. Gejala emosional meliputi mudah mengalami stres adalah disebabkan
marah, kecemasan yang berlebihan ketatnya persaingan dalam mencapai
terhadap segala sesuatu, gugup, mudah prestasi, kemampuan beradaptasi dengan
tersinggung, gelisah, harga diri menurun, lingkungan pergaulan di kampus, tugas-
gampang menyerang orang lain, merasa tugas perkuliahan, salah memilih jurusan,
sedih dan depresi. Gejala interpersonal nilai rendah terancam drop out, gangguan
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

hubungan interpersonal, praktikum, interpersonal meliputi mendiamkan orang


manajemen waktu dan keuangan. Selain itu lain, menutup diri secara berlebihan,
konflik dengan teman, pacar, dosen dan kehilangan kepercayaan pada orang lain,
keluarga, mencari tempat tinggal, desakan dan mengambil sikap terlalu membentengi
orang tua untuk segera menyelesaikan atau mempertahankan diri.
studi, tuntutan untuk berprestasi, tugas Berdasarkan hasil wawancara yang
akhir menyusun skripsi dan persiapan telah dipaparkan dapat dikatakan bahwa
memperoleh lapangan pekerjaan atau mahasiswa tersebut mengalami stres,
kesempatan untuk berkarier setelah lulus, sementara dalam kegiatan perkuliahan
juga dapat menjadi sumber stres bagi ataupun kehidupan sehari-hari seorang
mahasiswa (Kholidah & Alsa, 2012). mahasiswa diharapkan memiliki cara
Untuk memperoleh gambaran pandang yang baik, jiwa, kepribadian serta
mengenai stres pada mahasiswa tingkat mental yang sehat dan kuat.
akhir, peneliti melakukan wawancara Lukaningsih dan Bandiyah (2011),
terhadap 10 orang yang berusia sekitar 20- memaparkan faktor-faktor yang
23 tahun pada hari Senin, 5 November menyebabkan stres yaitu kejadian hidup
2018 di Fakultas Psikologi Universitas sehari-hari, kondisi biologis, kondisi,
Mercu Buana Yogyakarta. Dari hasil psikologis, serta kondisi sosio kultural.
wawancara, 8 dari 10 mahasiswa Kejadian hidup sehari-hari, seperti menikah
memaparkan bahwa tengah mengalami atau mempunyai anak, mulai tempat kerja
stres. Gejala biologis yang muncul yaitu baru, pindah rumah, kehilangan orang yang
sakit kepala, gangguan tidur, gangguan dicintai, dan masalah hubungan pribadi.
pencernaan, dan gangguan makan,. Gejala Kondisi biologis meliputi berbagai penyakit
intelektual yang muncul yakni cenderung infeksi, trauma fisik, malnutrisi, kelelahan
mengalami gangguan daya ingat, fisik, kekacauan fungsi biologis yang
konsentrasi berkurang, sulit membuat berlanjut. Kondisi psikologis, seperti
keputusan dan pikiran kacau. Gejala konflik dan frustasi, kondisi yang
emosional yang muncul meliputi mudah mengakibatkan perasaan rendah diri,
marah, kecemasan yang berlebihan berbagai kondisi perasaan bersalah,
terhadap segala sesuatu, gugup, mudah pelajaran sekolah maupun pekerjaan yang
tersinggung, gelisah, dan sedih. Gejala membutuhkan jadwal waktu yang ketat.
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

Kondisi sosial-kultural, seperti fluktuasi tingkat stres pada kelompok eksperimen


ekonomi, perceraian, keretakan rumah secara signifikan.
tangga, persaingan keras dan tidak sehat, Hasil penelitian Rahmawati (2014)
diskriminasi, serta perubahan sosial yang menunjukkan bahwa menulis ekspresif
cepat yang tak diimbangi penyesuaian diri. dapat digunakan sebagai strategi mereduksi
Ada beberapa intervensi yang dapat stres untuk anak-anak korban kekerasan
digunakan untuk menurunkan stres. dalam rumah tangga. Subjek mengalami
Kholidah dan Alsa (2012) melakukan penurunan tingkat stres selama menulis, hal
penelitian mengenai pelatihan berpikir ini dikarenakan selama menulis subjek
positif dapat menurunkan stres psikologis meluapkan ekspresi emosinya. Berbicara
pada mahasiswa. Berdasarkan analisis uji dan menulis tentang pengalaman-
perbedaan, diperoleh hasil t hitung pada pengalaman emosional keduanya lebih
data gained score (penurunan skala tingkat unggul daripada menulis dengan topik-
stres pada mahasiswa) adalah sebesar topik yang sepele (Kemp dalam Rahmawati
-8,148 dengan (p<0,01), berarti ada 2014). Hal tersebut menunjukkan bahwa
perbedaan gained score skala tingkat stres pengungkapan tertulis dapat mengurangi
pada mahasiswa antara kelompok stres fisiologis pada tubuh yang disebabkan
eksperimen dan kelompok kontrol, yang oleh penghambatan pengeluaran emosi,
berarti bahwa pelatihan berpikir positif dengan menulis dapat membantu subjek
efektif menurunkan stres pada mahasiswa. untuk mengatur struktur memori traumatis,
Rosanty (2014) melakukan penelitian yang mengakibatkan lebih adaptif,
mengenai pengaruh musik Mozart dalam terintegrasi skema tentang diri sendiri,
mengurangi stres pada mahasiswa yang orang lain dan dunia (Pennebaker & Beall,
sedang skripsi di Fakultas Psikologi dalam Rahmawati 2014).
Universitas Ahmad Dahlan. Hasil Pelatihan merupakan salah satu usaha
penelitian menunjukkan adanya pengaruh untuk mengajarkan pengetahuan,
musik klasik Mozart terhadap penurunan keterampilan dan sikap untuk
tingkat stres pada mahasiswa yang sedang melaksanakan suatu pekerjaan yang
mengerjakan skripsi, diperoleh nilai Chi- berhubungan dengan tugas tertentu
Square sebesar 12,542 dan taraf signifikan (Troelove dalam Kholidah & Alsa, 2012).
0,02 (p = < 0,05) artinya adanya penurunan Panbakker (1997) memaparkan menulis
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

ekspresif merupakan suatu cara atau usaha Pelepasan emosi yang terjadi ketika
untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, menulis ekspresif memiliki pengaruh yang
dan pengalaman yang mendalam mengenai sangat baik kepada kesehatan atau kondisi
suatu peristiwa atau hal yang menimbulkan fisik, sehingga menulis ekspresif dapat
emosi dalam diri individu ke dalam tulisan diaplikasikan dalam cabang ilmu psikologi
tangan, penerjemahan pengalaman (pahit) klinis sebagai salah satu cara untuk terapi
ke dalam bahasa akan mengubah cara orang kepada klien-klien dengan kasus stres,
berpikir mengenai pengalaman itu. depresi maupun trauma (Rahmawati, 2014).
Berdasarkan pemaparan di atas dapat Menulis ekspresif dianggap mampu
disimpulkan pelatihan menulis ekspresif mereduksi stres karena saat individu
merupakan usaha yang dilakukan untuk berhasil mengeluarkan emosi-emosi
mengajarkan keterampilan kepada negatifnya (perasaan sedih, kecewa, duka)
seseorang agar dapat mengungkapkan ke dalam tulisan, individu tersebut dapat
pikiran, perasaan, dan pengalaman yang mulai merubah sikap, meningkatkan
mendalam mengenai suatu peristiwa atau kreativitas, mengaktifkan memori,
hal yang menimbulkan emosi dalam diri memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup
individu ke dalam bahasa yang akan serta meningkatkan kekebalan tubuh agar
mampu mengubah cara individu berpikir terhindar dari psikosomatik.
mengenai pengalamannya. Thompson dkk (dalam, Susanti &
Secara umum menulis ekspresif Supriyantini, 2013) membagi menulis
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman ekspresif ke dalam empat tahap yakni
bagi diri sendiri maupun orang lain; recognition, examination/writing exercise,
meningkatkan kreatifitas, ekspresi diri dan juxtaposition/feedback, dan aplication to
harga diri; memperkuat kemampuan the self. Recognition/initial write yaitu
komunikasi dan interpersonal; tahap pembuka yang berisi kegiatan
mengekspresikan emosi yang berlebihan membangun kenyamanan.
atau katarsis dan menurunkan ketegangan, Examination/writing exercise bertujuan
serta meningkatkan kemampuan dalam untuk mengeksplorasi reaksi klien terhadap
mengatasi masalah dan fungsi adaptif suatu situasi tertentu.
individu (Gorelick dalam Malchiodi, 2007). Juxtaposition/feedback merupakan sarana
refleksi yang mendorong pemerolehan
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

kesadaran baru yang menginspirasi perilaku Universitas Mercu Buana Yogyakarta


sikap, nilai yang baru serta membuat antara kelompok yang diberikan pelatihan
individu memperoleh pemahaman yang menulis ekspresif dengan kelompok yang
lebih dalam tentang dirinya. Aplication to tidak diberikan pelatihan menulis
the self pada tahap ini klien didorong untuk ekspresif? (2) Apakah ada perbedaan
mengaplikasikan pengetahuan barunya tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir
dalam dunia nyata. Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Sebagaimana yang dipaparkan Bolton Buana Yogyakarta antara sebelum dengan
(Susanti & Supriyantini, 2013), bahwa sesudah diberikan pelatihan menulis
menulis ekspresif memiliki keunggulan ekspresif?
untuk mengatasi berbagai masalah.
Keunggulan tersebut diantaranya adalah METODE
bahwa melalu proses menulis dapat Penelitian ini merupakan penelitian
memberi jalan bagi munculnya ingatan, eksperimen yang bertujuan untuk
perasaan dan pikiran yang ditekan atau mengetahui pengaruh menulis ekspresif
dipendam: membantu mengorganisasikan terhadap penurunan tingkat stres. Subjek
pikiran, ide-ide, dan inspirasi yang dimiliki yang digunakan dalam penelitian ini
individu; prosesnya bersifat holistik yang berjumlah 14 orang dengan karakteristik
memberikan kesadaran mental melalui yaitu mahasiswa tingkat akhir Fakultas
proses ekplorasi pengalaman. Menulis Psikologi Universitas Mercu Buana
ekspresif membantu individu untuk Yogyakarta yang memiliki tingkat stres
memahami dirinya dengan lebih baik, dan sedang, tinggi dan sangat tinggi. Metode
menghadapi depresi, distress, kecemasan, pengumpulan data dalam penelitian ini
adiksi, ketakutan terhadap penyakit, menggunakan alat ukur yaitu Skala Stres
kehilangan dan perubahan dalam disusun berdasarkan gejala stres menurut
kehidupannya. Hardjana (1994). Teknik analisis
Berdasarkanpenguraian permasalahan menggunakan analisis independent sample
di atas, maka rumusan masalah yang t-test untuk mengetahui perbedaan antara
diajukan dalam penelitian ini yaitu: (1) kelompok eksperimen dengan kelompok
Apakah ada perbedaan tingkat stres pada kontrol, dan paired sample t-test untuk
mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi mengetahui perbedaan pretest dan posttest
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

pada masing-masing kelompok dengan sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 1


bantuan program SPSS 17.0 for windows. mahasiswa, yang masuk kategori tinggi
sebanyak 3 mahasiswa pada kelompok
HASIL eksperimen sedangkan pada kelompok
Berdasarkan data hasil penelitian kontrol tidak ada, dan yang masuk kategori
stres dikategorikan untuk menghitung sedang pada kelompok eksperimen sebanyak
tinggi rendahnya skor subjek, seperti yang 4 mahasiswa sedangkan pada kelompok
ditunjukkan pada Tabel 1 berikut: kontrol sebanyak 6 mahasiswa. Sementara
itu pada hasil posttest, subjek penelitian pada
Tabel 1 kelompok eksperimen yaitu 1 mahasiswa
Kategorisasi Stres
memiliki stres dalam kategori sangat rendah,
Interval Skor Skor Kategori
µ ≤ -1,5𝜎 X ≤ 48 Sangat Rendah 5 mahasiswa memiliki stres dalam kategori
-1,5𝜎 < µ ≤ 48 < X ≤ 80 Rendah rendah dan 1 mahasiswa dalam kategori
-0,5𝜎 sedang, sedangkan pada kelompok kontrol 1
-0,5𝜎 < µ ≤ 80 < X ≤ 112 Sedang
+0,5𝜎 mahasiswa berada pada kategori rendah, 4
+0,5𝜎 < µ ≤ 112 < X ≤ Tinggi mahasiswa dalam kategori sedang dan 2
+1,5𝜎 144
+1,5𝜎 < µ 144 < X Sangat Tinggi mahasiswa dalam kategori tinggi.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan

No Pretest Kategori Posttest Kategori bahwa terjadi penurunan stres pada 7


Subjek mahasiswa dalam kelompok eksperimen dan
1 102 Sedang 74 Rendah
2 91 Sedang 52 Rendah tidak ada penurunan stres pada mahasiswa
3 120 Tinggi 70 Rendah dalam kelompok kontrol.
4 83 Sedang 56 Rendah
5 120 Tinggi 11 Sangat
Rendah Tabel 2
6 130 Tinggi 94 Sedang Kategorisasi Skor Stres Pretest-Posttest
7 104 Sedang 50 Rendah Kelompok Eksperimen (N=7)

Berdasarkan kaidah di atas, maka dapat


Tabel 3
diperoleh kategorisasi skor stres Skor Stres pada Kelompok Kontrol (N=7)
sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1. Pada No Pretest Kategori Posttes Kategori
Subjek t
hasil pretest dapat diketahui bahwa 1 84 Sedang 76 Rendah
mahasiswa dengan stres yang sangat tinggi 2 103 Sedang 102 Sedang
3 83 Sedang 88 Sedang
pada kelompok eksperimen tidak ada 4 110 Sedang 108 Sedang
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

5 107 Sedang 118 Tinggi mengikuti menulis ekspresif. Sementara itu,


6 158 Sangat 111 Tinggi
pada kelompok kontrol menunjukkan hasil
Tinggi
7 98 Sedang 93 Sedang t =0,942 dengan p=0,383 yang berarti tidak
ada perbedaan stres mahasiswa baik saat
Hasil uji hipotesis dengan analisis
pretest maupun saat posttest. Kesimpulan
independent sample t-test diperoleh nilai
ini didasarkanpada kaidah yang
untuk pretest (stres sebelum diberi
menyatakan bahwa apabila p < 0,050
perlakuan) t = 0,87 dengan p = 0,932 yang
berarti ada perbedaan yang signifikan
berarti tidak ada perbedaan yang signifikan
antara variabel yang diukur sebelum diberi
antara stres pada kelompok eksperimen dan
perlakuan dengan setelah diberi perlakuan,
kelompok kontrol. Sementara itu, untuk
sebaliknya apabila p ≥ 0,050 berarti tidak
posttest (stres setelah diberi perlakuan) t =
ada perbedaan yang signifikan antara
-3,679 dengan p=0,003 yang berarti ada
variabel yang diukur sebelum diberi
perbedaan yang signifikan antara stres pada
perlakuan dengan setelah diberi perlakuan.
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Hasil ini didasarkan pada kaidah
PEMBAHASAN
yang menyatakan apabila p < 0,050 berarti
Pennebaker (1997) menjelaskan
terdapat perbedaan antara kelompok data
bahwa menulis mengenai pengalaman
yang dibandingkan, sebaliknya apabila p ≥
emosional, peristiwa traumatik dan
0,050 berarti tidak ada perbedaan antara
kejadian menekan yang menyebabkan stres
kelompok data yang dibandingkan.
atau situasi yang menekan akan
Paired t-test digunakan untuk
berpengaruh terhadap kesehatan mental
mengetahui apakah ada perbedaan stres
seseorang, kemampuan untuk mengelola
mahasiswa dengan membandingkan skor
dan menurunkan stres, mendapatkan
pretest dengan skor posttest pada kelompok
insight atau pemahaman, mengurangi
eksperimen dan kelompok kontrol.
keluhan-keluhan fisik, meningkatkan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai
sistem kekebalan tubuh bahkan
untuk kelompok eksprimen t = 4,574
meningkatkan prestasi akademik dan
dengan p=0,004 yang berarti terdapat
kinerja pekerjaan.
perbedaan signifikan antara stres
Menulis ekspresif dianggap mampu
mahasiswa sebelum mengikuti menulis
mereduksi stres karena saat individu
ekspresif dengan stres mahasiswa setelah
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

berhasil mengeluarkan emosi-emosi menulis ekspresif, pengalaman-pengalaman


negatifnya (perasaan sedih, kecewa, duka) emosional pada seseorang yang akan dapat
ke dalam tulisan, individu tersebut dapat memberikan keuntungan bagi dirinya untuk
mulai merubah sikap, meningkatkan menurunkan simtom-simtom yang
kreativitas, mengaktifkan memori, mengganggu dan meningkatkan
memperbaiki kinerja dan kepuasan hidup kesejahteraan psikologis maupun fisik.
serta meningkatkan kekebalan tubuh agar Saat stres, tubuh menghasilkan lebih
terhindar dari psikosomatik (Rahmawati, banyak hormon kortisol sebagai bentuk
2014). kompensasi. Kortisol merupakan hormon
Sebagaimana yang dipaparkan Bolton yang berperan dalam mengatur kekebalan
(dalam Susanti & Supriyantini, 2013), tubuh, mengkonversi protein menjadi
bahwa menulis ekspresif memiliki glukosa, memelihara tekanan darah tingkat
keunggulan untuk mengatasi berbagai hormon kortisol tinggi bisa memengaruhi
masalah. Keunggulan tersebut diantaranya bagian hippocampus di otak, bagian yang
adalah bahwa melalui proses menulis dapat berperan penting dalam kemampuan
memberi jalan bagi munculnya ingatan, berpikir dan mengingat. mereka yang
perasaan dan pikiran yang ditekan atau memiliki kadar kortisol tinggi juga
dipendam: membantu mengorganisasikan memiliki volume otak yang lebih kecil
pikiran, ide-ide, dan inspirasi yang dimiliki dibanding mereka yang kadar kortisolnya
individu, prosesnya bersifat holistik yang lebih rendah. Kemampuan seseorang
memberikan kesadaran mental melalui dengan kadar kortisol tinggi dalam
proses ekplorasi pengalaman. Menulis mengingat dan menyelesaikan ujian yang
ekspresif membantu individu untuk diberikan lebih buruk dibanding mereka
memahami dirinya dengan lebih baik, dan yang kadar kortisolnya normal (Pinel,
menghadapi depresi, distres, kecemasan, 2015).
adiksi, ketakutan terhadap penyakit, McGuire, dkk. (dalam Pennebaker &
kehilangan dan perubahan dalam Chung, 2007) menyimpulkan adanya
kehidupannya. penurunan aktivitas sistem saraf otonom
Pennebaker dan Beall (dalam Baikie dan kardiovaskular yang menunjukkan
& Wilhelm, 2005) menjelaskan bahwa respon seperti dialami oleh individu dalam
proses katarsis yang diperoleh ketika proses relaks pada subjek yang diberi tugas
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

expressive writing. Syaraf otonom terbagi mekanisme berpikir rasional dan


dua yaitu susunan syaraf simpatis menyiapkan respon super cepat yang hanya
(sympathetic nervous system) dan susunan terdiri dari tiga pilihan: flight, fight,  dan
syaraf parasimpatis (parasympathic freeze (lari, hadapi, diam).
nervous system), jika individu dalam Liberman (dalam Dawami, 2010)
keadaan tegang dan stres, maka susunan memaparkan bahwa mengekspresikan diri
syaraf simpatis yang bekerja, sedangkan melalui tulisan merupakan pengaturan
jika individu dalam keadaan maka susunan emosi yang tidak sengaja, menulis akan
syaraf parasimpatislah yang bekerja mengurangi aktivitas amygdala dan
sehingga menyebabkan menurunnya meningkatkan aktivitas bagian depan
tekanan darah dan detak jantung, korteks pengatur pikiran, sehingga melalui
ketegangan otot-otot tubuh menjadi menulis emosi yang kacau dapat
menurun sehingga menjadi relaks, terorganisir. Individu mengetahui emosi-
menurunnya kadar glukosa dalam darah, emosinya dan menarik akar penyebabnya
dan penurunan konsumsi energi. Syaraf kemudian mengatasinya dan menampilkan
parasimpatis berpengaruh bagi keadaan emosi yang lebih baik.
individu seperti menimbulkan perasaan Penjelasan lain mengenai efek dari
santai, tenang, damai, dan peningkatan menulis ekspresif adalah bahwa kegiatan
kemampuan konsentrasi individu. mengkonversi emosi dan gambaran ke
Hatta (2016) memaparkan saat stres dalam kata-kata dapat merubah cara
bagian otak yang memiliki peran penting seseorang berpikir dan mengorganisasikan
yaitu amygdala. Amygdala sangat pengalaman traumatis yang pernah dialami.
menentukan dalam emosi, terutama emosi Mengintegrasikan perasaan dan pikiran
negatif seperti takut, sedih, kecewa. akan memudahkan seseorang untuk
Amygdala berfungsi mengevaluasi mengkonstruksikan sebuah narasi yang
informasi sensorik yang diterima, dan koheren mengenai pengalamannya. Setelah
kemudian dengan cepat menentukan berhasil mengubah dalam bentuk narasi
kepentingan emosionalnya, dan membuat maka pengalaman tersebut akan terangkum,
keputusan untuk mendekati atau menjauhi tersimpan, terasimilasi dengan lebih efisien
suatu objek atau situasi. Saat otak melihat sehingga membuat distres akan mengalami
ada “ancaman”, amygdala akan membajak penurunan (Smyth, True, & Souto, 2001).
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

Kemudian Qonitatin, Widyowati, dan Asih tersebut mampu melihat dengan jelas
(2011) memaparkan aktivitas menulis masalah yang sebenarnya dihadapi.
membuat seseorang berpikir tentang Gorelick (dalam Malchiodi, 2007)
peristiwa yang ia alami dan proses memaparkan menulis ekspresif bertujuan
emosional serta elemen objektif pada untuk meningkatkan pemahaman bagi diri
peristiwa tersebut, yang akan meredakan sendiri maupun orang lain; meningkatkan
renungan peristiwa tersebut. kreatifitas, ekspresi diri dan harga diri;
Smyth dan Pennebaker (Qonitatin, memperkuat kemampuan komunikasi dan
Widyowati, & Asih, 2011) mengatakan interpersonal; mengekspresikan emosi
proses penyingkapan emosi dalam bentuk yang berlebihan atau katarsis dan
tulisan dipercaya untuk mengintegrasi menurunkan ketegangan, serta
proses kognitif dan emosional, meningkatkan kemampuan dalam
penyingkapan emosional memberikan mengatasi masalah dan fungsi adaptif
kesempatan untuk meningkatkan insight, individu. Pennebeker (1997) juga
selfreflection, dan organisasi perspektif memaparkan menulis ekspresif
seseorang terhadap masalah daripada hanya menyediakan peluang bagi individu untuk
sekedar mengeluarkan emosi. Adanya memantulkan perasaannya secara
penyingkapan emosi yang dialami pada emosional dalam bentuk peningkatan
saat menulis dianggap sebagai faktor yang penggunaan kata-kata penyampaian emosi
menghasilkan efek teraupetik. Baikie dan selama interaksi sosial, peningkatan
Wilhelm (2005) telah membuktikan bahwa penyampaian emosi tersebut akan
terapi menulis ekspresif dinilai baik dan meningkatkan perbaikan dalam stabilitas
bermanfaat oleh para peserta karena hubungan.
mampu mengurangi kecemasan dan
perbaikan suasana hati.
Menurut Panbakker (dalam Dawami,
2010) ketika individu mulai menuliskan KESIMPULAN DAN SARAN
seluruh emosi dan pengalamannya dalam Hasil analisis Independent Sample t-
sebuah tulisan, individu tersebut seolah Test menunjukkan bahwa terdapat
menempatkan seluruh pengalamannya perbedaan signifikan antara stres
dalam satu frame, kemudian individu mahasiswa pada kelompok eksperimen
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

dengan stres mahasiswa pada kelompok penurunan terhadap penurunan


tingkat stres mahasiswa S1 semester
kontrol dengan nilai t = -3,679 dan p =
akhir Universitas Muhammadiyah
0,003 . Sementara itu, hasil Paired Sample Surakarta. Naskah Publikasi.
Universitas Muhammadiyah
t-Test menunjukkan bahwa terdapat
Surakarta.
perbedaan signifikan antara stres
mahasiswa sebelum mengikuti menulis Baikie, & Wilhelm. (2005). Emotional and
physical health benefits of expressive
ekspresif dengan stres mahasiswa setelah writing. Journal Continuing
mengikuti menulis ekspresif dengan nilai t Prfessional Development, 11, 338-
346.
= 4,574 dan p = 0,004. Stres mahasiswa
setelah mengikuti menulis ekspresif lebih Bolton, G., Howlett, S., Lago, C., &
rendah dibanding stres mahasiswa sebelum Wright, J.K. (Editor). (2004). Writing
cure : An umum. introductory
mengikuti kegiatan menulis ekspresif. handbook of writing in counseling
Berdasarkan kesimpulan yang telah and therapy. New York : Brunner-
Routledge.
dikemukakan peneliti maka dapat diajukan
saran sebagai berikut: Darmono, & Hasan, A., M. (2002).
Menyelesaikan skripsi dalam satu
1. Bagi Mahasiswa semester. Jakarta : PT Grasindo.
Menulis Ekspresif dapat menurunkan
stres pada Mahasiswa tingkat akhir Dawami, M. I. (2010). The miracle of
writing. Yogyakarta: Leutika.
Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Buana Yogyakarta, sehingga menulis Gamayanti, W., Mahardianisa, & Syafei, I.
(2018). Self disclosure dan tingkat
ekspresif dapat direkomendasikan
stres pada mahasiswa yang sedang
sebagai salah satu upaya untuk mengerjakan skripsi Jurnal Ilmiah
Psikologi, 5 (1), 115-130.
menurunkan stres pada mahasiswa.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Gebler, F. A., & Maercker, A. (2007).
Peneliti selanjutnya disarankan subjek Expressive writing and existensial
writing in coping with traumatic
penelitian dapat ditambah jumlahnya. experiences. Trauma & Gewalt, 4,
Subjek penelitian bisa mencakup seluruh 264-272.
jurusan yang berbeda-beda tidak hanya
Graf, M. C. (2004). Written emotional
Psikologi saja. disclosure: what are the benefits of
DAFTAR PUSTAKA expressive writing in psychotherapy?
Thesis. Drexel University.
Ardiansyah, G. (2014). Pengaruh terapi
musik klasik dan murotal terhadap
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

Harianti, N. (2014). Hubungan antara self- depresi ringan pada mahasiswa.


efficacy dengan kecemasan berbicara Jurnal Psikologi UNDIP, 9 (1).
di depan umum pada mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Rahmawati, M. (2014). Menulis ekspresif
Wisnuwardhana Malang. sebagai strategi mereduksi stres untuk
Psikovidiya, 18 (1) 80-98. anak-anak korban kekerasan dalam
rumah tangga. Jurnal Ilmiah
Hardjana. (1994). Stres tanpa distres:Seni Psikologi Terapan, 2 (2).
mengolah stres.Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. Rohmah, F.A. (2006). Efektifitas diskusi
kelompok dan pelatihan efikasi diri
Hatta, K. (2016). Trauma dan untuk mengurangi stres pada
Pemulihannya. Banda Aceh: Dakwah mahasiswa yang sedang skripsi. Tesis
Ar-Raniry. (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas
Kholidah, E. N., & Alsa, A. (2012). Gadjah Mada.
Berpikir positif untuk menurunkan
stres psikologis. Jurnal Psikologi, 39 Rosanty, R. (2014). Pengaruh musik
(1) 67 – 75. mozart dalam mengurangi stres pada
mahasiswa yang sedang skripsi.
Laccetti, M. (2007). Expressive writing in Journal of Educational, Health and
women with advanced breast cancer. Community Psychology, 3 (2).
Oncology Nursing Forum, 34 (5).
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2012).
Lukaningsih, Z., A., & Bandiyah, S. Health psychology: Biopsychosocial
(2011). Psikologi kesehatan. interaction 8th edition. Asia: John
Yogyakarta: Nuha Medika. Wiley & Sons.

Malchiodi, C. A. (Editor). (2007). Smyth, J., True, N., & Souto, J. (2001).
Expressive therapies. New York: Effects of writing about traumatic
Guilford Press. experiences: the necessity for
narrative structuring. Journal of
Social and Clinical Psychology,
Pennebeker, J.W. (1997). Writing About 20(2), 161-172.
Emotional Experiences as a
Therapeutic Process Psychological
Science. Sulistyowati, M. (2016). Hubungan self
efficacy dengan Stres Pada
Mahasiswa yang Sedang
Pennebeker, J.W. (2002). Ketika diam Mengerjakan Skripsi (Skripsi).
bukan emas: Berbicara dan menulis Universitas Muhammadiyah Malang.
sebagai terapi. Bandung: Mizan.
Susanti, R., & Supriyantini. (2013).
Qanitatin, N., Widyowati, S., & Asih, G., Pengaruh expressive writing therapy
Y. (2011). Pengaruh katarsis dalam terhadap penurunan tingkat
menulis ekspresif sebagai intervensi
Pengaruh Pelatihan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir…

kecemasan berbicara di muka umum


pada mahasiswa. Jurnal Psikologi, 9
(2) 119-129.

Anda mungkin juga menyukai