Anda di halaman 1dari 2

2.

5 Faktor Utama Perubahan Sifat Ulet Menjadi Getas


Fenomena transisi sifat ulet menjadi getas berkaitan dengan vibrasi
atom-atom bahan pada temperature yang berbeda. Pada temperature kamar
vobrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan.
Pada temperatur tinggi vibrasi atom menjadi tinggi. Vibrasi atom inilah
yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan
dislokasi pada saat deformasi kehut/impak dilakukan.
Dengan semakin tinggi vibrasi, maka pergerakan dislokasi menjadi
relative sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan
benda uji.
Sebaliknya pada temperatur relatif rendah, vibrasi atom relatif rendah,
sehingga pada saat bahan dideformasi, pergerakan dislokasi menjadi lebih
mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang
relatif lebih rendah.

Informasi temperatur transisi menjadi penting apabila suatu material


akan di desain untuk aplikasi yang memiliki rentang temperature yang lebih
besar, misalnya dari temperature rendah hingga temperature tinggi diata seratu
derajat celcius, contohnya sistem penukar panas (heat exchanger).

2.8 Grafik HI vs. T


Pengujian yang menghasilkan energy/harga impak yang cukup tinggi
maka dapat dikatakan material/logam yang diuji bersifat ulet sedangkan
energy impak rendah menandakan material getas. Hubungan energy impak
dan sifat ulet/getas untuk berbagai temperature pengujian ditunjukan pada
gambar berikut:
Gambar 2.3. kurva energy impak vs temperatur

Cara lain mengukur sifat ulet/getas logam hasil uji impak adalah dengan
melihat permukaan patahan apakah permukaan patahan tersebut berserat
(patahan akibat geseran) atau granular (cleavage, patahan tampak terang) atau
campuran keduanya. Patahan berserat menunjukan sifat ulet dan patahan
granular berarti logam getas. Setelah salah satu tujuan pengujian impak adalah
mendapatkan teperatur dan diperoleh energy impak kemudian keduanya di
hubungkan melalui kurva seperti terlihat pada gambar di atas.

Anda mungkin juga menyukai