Kuliah 13
Basuki M. Mukhlish
Penggabungan Akad
• Multi Akad ( /Hybrid Contracts)
• Definisi
• Hukum
• Multi Akad yang Diharamkan
• Batasan-batasan
Penggabungan Akad ( )
1. Arya membeli
barang dari Indra (a) Arya menerima pulpen
secara kredit (b) Arya memiliki hutang sebesar Rp15.000
Arya Indra
2. Arya menjual (c) Arya menyerahkan kembali
barang kepada pulpen tersebut
Indra secara tunai
dengan harga
yang lebih rendah (d) Arya menerima uang tunai sebesar Rp10.000
: Aliran barang
: Aliran uang
Dalil Larangan Al-’Inah
Dari ‘Abdulloh bin ‘Umar rodhiyallohu ‘anhuma, bahwasannya Rosululloh
Shollallohu ‘alahi wa sallam bersabda:
“Apabila kalian melakukan jual beli Al-‘Inah, sibuk dengan peternakan dan
terlena dengan perkebunan, serta meninggalkan jihad, maka Alloh akan
menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Alloh) tidak akan
mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian”.
(HR Abu Dawud, berkata Ibnu Hajar di dalam Bulughu al-Marom:
“Diriwayatkan juga oleh Ahmad dari jalur ‘Atho’, dan para perawinya
terpercaya serta dishohihkan oleh Ibnu al-Qoththon )
Berkata Ibnu Qudamah di dalam al-Mughni (4/195): “(Dalam hadits) ini
terdapat ancaman yang menunjukkan keharaman.“
Multi Akad yang Diharamkan
1) Multi akad yang disebutkan larangannya
dalam hadits
2) Multi akad yang mengandung hîlah (trik atau
akal-akalan)
karena dapat menimbulkan ketidakpastian
(gharar), ketidakjelasan (jahâlah), dan
menjerumuskan ke praktik riba
3) Multi akad yang menimbulkan akibat hukum
yang bertentangan pada objek yang sama
(1) Multi akad yang disebutkan
larangannya dalam hadits
• Ibnu Qayyim berpendapat bahwa Nabi melarang multi akad
antara akad salaf (memberi pinjaman/qordh) dan jual beli,
meskipun kedua akad itu jika berlaku sendiri-sendiri
hukumnya boleh.
• Larangan menghimpun salaf dan jual beli dalam satu akad
untuk menghindari terjurumus kepada ribâ yang diharamkan.
Hal itu terjadi karena seseorang meminjamkan (qordh) seribu,
lalu menjual barang yang bernilai delapan ratus dengan harga
seribu. Dia seolah-olah menyerahkan pinjaman seribu dan
menyerahkan barang seharga delapan ratus agar
mendapatkan bayaran dua ribu, sehingga ia memperoleh
kelebihan dua ratus.
Batasan-batasan
• Selain multi akad antara salaf dan jual beli yang diharamkan,
ulama juga sepakat melarang multi akad antara berbagai jual
beli dan qordh dalam satu transaksi.
• Semua akad yang mengandung unsur jual beli dilarang untuk
dihimpun dengan qordh dalam satu transaksi, seperti antara
ijarâh dan qordh, salam dan qordh, shorf dan qordh, dan
sebagainya.
• Akad-akad yang termasuk kategori pelengkap (bukan akad
inti) atau pengikat (tautsiqot) boleh digabungkan dengan
qordh atau digabungkan dengan jual beli, yaitu: rohn, kafalah,
dan wakalah (tanpa ujroh).
– Wakalah bil ujroh tidak termasuk akad pelengkap karena pada
hakikatnya sama dengan ijaroh
(2) Multi akad yang mengandung hîlah
• Al-‘inah. Pada transaksi ini seolah ada dua akad jual
beli, padahal nyatanya merupakan hîlah ribâ dalam
pinjaman (qordh), karena objek akad bersifat semu
dan tidak faktual.
– Tujuan dan manfaat dari jual beli yang ditentukan syariat
tidak ditemukan dalam transaksi ini.
• Demikian pula transaksi kebalikan ‘inah, hukumnya
haram. Seperti seseorang menjual sesuatu dengan
harga 80 secara tunai dengan syarat ia membelinya
kembali dengan harga 100 secara tidak tunai.
• Transaksi semacam itu menyebabkan adanya ribâ.
(2) Multi akad yang mengandung hîlah
Hîlah riba fadhl
• Transaksi seperti ini dilarang didasarkan atas peristiwa pada
zaman Nabi di mana para penduduk Khoibar melakukan
pertukaran kurma kualitas bagus satu takaran dengan kurma
kualitas rendah dua takaran, dsb.
• Maksud hadits tersebut, menurut Ibnul Qoyyim, adalah akad
jual beli pertama dengan kedua harus dipisah. Jual beli kedua
bukanlah menjadi syarat sempurnanya jual beli pertama,
melainkan berdiri sendiri.
• Hadits di atas ditujukan agar dua akad itu dipisah, tidak saling
berhubungan, apalagi saling bergantung (ta’alluq) satu
dengan lainnya.
Dalil Larangan Riba Fadhl
Abu Sa’id rodhiyallohu 'anhu dan Abu Hurairah rodhiyallohu 'anhu berkata: