Anda di halaman 1dari 15

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV

(Bangunan Higt Rise)

NAMA : ZULKARNAIN
STAMBUK : F 221 18 176
KELAS : A

PRODI S-1 TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
TEORI CORE ( INTI BANGUNAN )
Pengertian core (inti bangunan) Core atau inti bangunan menurut Schueller (1989)
adalah suatu tempat untuk meletakan transportasi vertikal dan distribusi energi (
seperti lift, tangga, wc dan shaft mekanis ). Dari sumber modul perkulihan teknologi
bangunan 5, inti adalah tempat untuk memuat sistemsistem transportasi mekanis
dan vertikal serta menambah kekakuan bangunan. Jadi kesimpulannya bahwa inti
bangunan (core) suatu tempat untuk meletakan sistem transportasi vertikal dan
mekanis dengan bentuk yang disesuaikan dengan fungsi bangunan serta untuk
menambah kekakuan bangunan diperlukan sistem struktur dinding geser sebagai
penyalur gaya lateral (seperti tiupan angina tau gempa bumi) pada inti. Bentuk Inti
Bangunan Untuk bentuk dan ukuran inti bangunan tidak ada batasannya tetapi inti
bangunan mempunyai beberapa ciri khas yaitu : (Schueller ,1989)

TEORI SERVIS BANGUNAN TINGGI


Menurut Yoyok Rahayu Basuki, pengertian utilitas bangunan adalah suatu
kelengkapan fasilitas bangunan. Kelengkapan tersebut digunakan untuk menunjang
tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, kemudahan, komunikasi, dan
mobilitas dalam bangunan. Sistem utilitas bangunan untuk setiap bangunan memang
berbeda-beda sehingga memerlukan pengkajian khusus.
Sistem Plambing dan Sanitasi
Plambing dan sanitasi merupakan bagian dari sistem utilitas bangunan yang harus ada
di setiap bangunan, baik itu bangunan bertingkat maupun horizontal. Sistem ini wajib
dirancang untuk mencukupi kebutuhan penghuni bangunan akan transportasi dan
suplai air bersih. Selain itu, sistem utilitas bangunan yang satu ini juga mengatur
pengeluaran air ke tempat-tempat yang dilaluinya tanpa pencemaran. Kebutuhan
transportasi dan suplai air bersih penghuni bangunan dapat diperoleh dari beberapa
sumber air bersih. Sumber air bersih tersebut di antaranya mata air, sungai, hujan, dan
air dalam tanah yang dikelola oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Adapun yang
dimaksud dengan air buangan dalam pengeluaran air, yaitu air bekas buangan, air
limbah, air hujan, dan air limbah khusus. Sistem plambing dan sanitasi yang ideal harus
bebas dari kerusakan dan minimal memiliki daya tahan untuk 30 tahun ke depan.
Selain itu, permukaan sistem ini juga harus halus dan tahan air, serta tidak ada bagian-
bagian yang bisa menyebabkan kotoran mengendap. Sistem plambing dan sanitasi
yang baik akan memberi perlindungan kesehatan kepada penghuni bangunan maupun
lingkungan sekitarnya.
Sistem Pencegah Kebakaran
Bangunan-bangunan tinggi wajib memiliki sistem pencegah kebakaran untuk
menghindari korban jiwa dan kerugian harta benda. Selain itu, juga untuk menghindari
terganggunya proses produksi barang dan jasa, serta kerusakan lingkungan gedung.
Terkait dengan sistem pencegah kebakaran ini, jenis-jenis bangunan setidaknya harus
memenuhi kriteria struktur utama. Pada bangunan kelas A struktur bangunan harus
tahan terhadap gempuran api minimal selama tiga jam. Adapun yang termasuk dalam
bangunan kelas A, yaitu gedung hotel, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, rumah
sakit, dan lain-lain. Sementara pada bangunan kelas B struktur utama bangunannya
harus tahan minimal selama dua jam terhadap kebakaran. Bangunan kelas B meliputi
perumahan bertingkat, asrama, serta fasilitas sosial seperti sekolah dan tempat
ibadah. Ada juga klasifikasi bangunan kelas C yang harus mampu bertahan selama satu
jam apabila terjadi kebakaran, yaitu bangunan satu lantai dan sederhana. Lalu
bangunan-bangunan yang tidak termasuk klasifikasi bangunan di atas, maka masuk
dalam daftar bangunan kelas D.
Sistem Tata Udara dan Ventilasi
Perancangan sistem tata udara berkaitan dengan pengkondisian lingkungan melalui
pengendalian suhu, kelembaban dan arah pergerakan udara. Selain itu, juga termasuk
pengendalian partikel dan pembuangan kontaminan di udara seperti vapors dan
fumes. Sistem tata udara dan ventilasi terdiri dari beberapa alat dan mesin yang
masing-masing memiliki fungsi berbeda-beda. Contoh penerapan sistem ini, yaitu
pada pemasangan air conditioner (AC) sebagai alat pendingin ruangan dalam ruangan
tertutup. Seperti yang kita rasakan, AC berfungsi untuk memberikan rasa nyaman dan
kesejukan kepada orang-orang di dalam bangunan. Selain AC, bangunan kelas A
biasanya memiliki penghisap asap atau exhaust untuk menjaga sirkulasi udara dalam
ruangan agar tetap stabil dan sehat. Namun perancangan sistem tata udara pada
suatu bangunan tidak hanya bergantung kepada penggunaan AC dan exhaust saja. Ada
juga perancangan sistem ventilasi yang dilakukan dengan cara merekayasa arsitektur
bangunan untuk melancarkan udara yang keluar masuk ruangan dalam bangunan.
Sistem ventilasi yang baik bisa mengurangi penggunaan AC sehingga energi listrik lebih
hemat dan biaya operasional berkurang.
Sistem Pencahayaan dan Elektrikal
Sistem utilitas bangunan selanjutnya yang harus dirancang dengan cermat, yaitu
perancangan daya listrik atau pencahayaan. Perancang bangunan perlu menentukan
peletakan titik-titik pencahayaan, elektrikal, dan mekanikal yang tepat sesuai dengan
kebutuhan penghuni gedung. Definisi tepat yang dimaksud, yaitu cahaya yang
dihasilkan harus menyebar secara efektif dan efisien ke setiap sudut ruangan. Sistem
ini tidak hanya bergantung kepada keberadaan lampu saja, tetapi juga kepada
pengaturan masuk cahaya alami seperti sinar matahari. Dengan adanya pengaturan
masuk cahaya alami, bangunan yang memerlukan banyak lampu bisa lebih hemat
energi listrik pada siang hari. Alhasil biaya operasional bangunan bisa ditekan
sedemikian rupa sehingga pengeluaran lebih efektif dan efisien. Selain itu, sistem daya
listrik ini juga meliputi instalasi pemasangan stop kontak, saklar lampu, sekring listrik,
ground penangkal petir dan sebagainya. Adapun sumber daya listriknya biasanya
menggunakan generator untuk menghindari pemadaman yang dilakukan oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Generator yang digunakan tentunya harus sesuai
dengan daya listrik yang dibutuhkan oleh penghuni bangunan.
Sistem Transportasi dalam Bangunan
Pada bangunan bertingkat seperti gedung perkantoran, hotel, dan apartemen sistem
transportasi yang memadai mutlak diperlukan. Sistem utilitas bangunan yang satu ini
diperlukan untuk mengangkut penghuni bangunan ke tingkat yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Contoh implementasi dalam sistem transportasi adalah pemasangan
alat transportasi vertikal seperti elevator atau lift. Sementara di gedung-gedung pusat
perbelanjaan, alat transportasi yang biasa digunakan adalah eskalator atau disebut
juga tangga berjalan. Alat-alat transportasi dalam bangunan harus diperhatikan dan
dirawat secara berkala karena terkait aspek keselamatan nyawa manusia. Budaya
penggunaan sistem transportasi dalam bangunan harus mengutamakan safety
meskipun terlihat seperti hal yang sepele. Perawatan alat-alat sistem transportasi
meliputi pengecekan mesin, rantai, dan sistem elektrikal pada elevator atau lift.
Perawatan pada eskalator di gedung-gedung pusat perbelanjaan juga tidak jauh
berbeda, yaitu meliputi pengecekan mesin, rantai, dan sistem elektrikal.
Sistem Keamanan
Sistem utilitas bangunan yang tidak kalah penting dan harus diperhatikan adalah
perancangan sistem keamanan atau security. Sistem yang satu ini berguna untuk
memberikan perlindungan dan rasa aman bagi penghuni gedung dari hal-hal yang
berkaitan dengan kriminalitas dan terorisme. Fungsi lain sistem keamanan bangunan
yaitu untuk memaksimalkan pengawasan di sekitar area bangunan. Dengan adanya
pengawasan yang maksimal, berbagai ancaman bahaya pun bisa dihindari seperti
kebakaran dan lain-lain. Contoh implementasi sistem keamanan bangunan meliputi
pemasangan kamera CCTV, hydrant, dan tabung pemadam kebakaran. Selain itu,
implementasinya juga termasuk pemasangan smoke detector, extinguisher, sensor
detector gate, door emergency dan lain sebagainya. Nah contoh implementasi sistem
keamanan yang disebutkan di atas berkaitan dengan alat-alat keamanan yang canggih.
Ada juga sistem keamanan yang diwujudkan dengan pengawasan manual yang
dilakukan oleh aparat keamanan dan resepsionis di lobi bangunan. Sistem keamanan
ganda diterapkan oleh bangunan yang memaksimalkan fungsi alat-alat keamanan
cangging dan pengawasan manual.
Sistem Komunikasi
Terakhir di sini adalah perancangan sistem komunikasi yang diwujudkan dengan
pemasangan perangkat informasi dan jaringan. Perangkat informasi dan jaringan
tersebut di antaranya telepon, jaringan WIFI internet, TV cable, instalasi fax, sound
system/loudspeaker, dan lain sebagainya. Sistem komunikasi berguna untuk
mengakses informasi yang bersifat lokal, yaitu antar sesama penghuni gedung, serta
informasi yang bersifat global. Itulah tujuh sistem utilitas bangunan yang patut
diketahui. Aktivitas manusia dalam bangunan bertingkat bisa dibilang sangat
kompleks sehingga seluruh sistem utilitas bangunan harus terintegrasi. Integrasi
seluruh sistem tersebut dapat dicapai apabila bangunan dirancang dengan
perencanaan yang matang sejak awal.
STUDI KASUS
1. Menara AL-HAMZA
Desain arsitektur Al Hamra Tower merupakan respons yang cermat terhadap kondisi
lingkungan dan perkotaan spesifik lokasi. Terletak di sebuah tempat yang dibatasi oleh
ruang di sebuah persimpangan terkemuka di pusat Kota Kuwait, Menara Al Hamra
adalah bagian dari kompleks penggunaan campuran yang terdiri dari menara
perkantoran komersial, podium ritel / hiburan dan struktur parkir yang terkait. Pada
permulaan keterlibatan Skidmore, Owings & Merrill LLP (SOM) dalam perancangan
menara, podium dan struktur parkir sudah dirancang dan sedang dibangun. Sisa lokasi
yang tersedia untuk menara tersebut menentukan baik batas rencana dan keselarasan
suprastruktur.
Pada ketinggian 412 m saat selesai, Menara Al Hamra ditetapkan menjadi salah satu
dari sepuluh gedung tertinggi di dunia. Menetapkannya selain bangunan bertingkat
tinggi lainnya adalah bentuknya yang unik. Contoh ekspresi arsitektur melalui bentuk
struktural dalam skala besar, sistem struktural dan bentuk eksterior berkembang
bersamaan dalam proses evolusi simbiosis. Geometri bangunan dihasilkan oleh
potongan spiral yang dikurangkan dari volume prismatik sederhana

Sistem Struktur Primer Utama


Pertimbangan Geometri Studi awal mengenai bentuk memutar dari sisi selatan
struktur bangunan mampu memprediksi perilaku global struktur menara dan area
yang disarankan dalam struktur yang memerlukan pertimbangan cermat selama
proses perancangan terperinci. Studi awal dari pusat massa masing-masing diafragma
menunjukkan bahwa efek kuadran berputar yang terlepas dari pelat lantai adalah
bahwa pusat massa diimbangi ke timur untuk sepertiga bagian bawah menara, kira-
kira sejajar dengan pusat geometris menara sampai sepertiga tengah tingginya, dan
diimbangi ke barat untuk sepertiga atas. Namun, kedua offset ini saling hapus satu
sama lain dan pusat massa untuk keseluruhan menara sejajar dengan arah timur-barat
dengan pusat geometrisnya. Di arah utara-selatan, pusat massa menara kira-kira 7.0m
ke arah utara dari pusat geometris menara. Untungnya, kondisi ini sesuai dengan
program menara di dalam ekskavasi yang ada di lokasi. Kolom menara yang perlu
dibangun di tepi tikar di sisi selatan, timur dan barat, bagaimanapun, ada
perpanjangan penggalian ke utara di luar tapak menara, yang memungkinkan
geometri tikar menjadi bias ke utara sampai cocok dengan pusat menara massa.
Analisis jalur beban melalui struktur juga menyoroti perbedaan besar antara perilaku
dinding berkedip tenggara dan barat daya. Di dinding yang berkibar di sebelah
tenggara, dinding geser paraboloid hiperbolik bersandar pada struktur bangunan.
Oleh karena itu hanya area kecil pelat lantai yang berbingkai langsung ke dinding pada
setiap tingkat dapat
menambahkan beban gravitasi ke dinding. Sebenarnya pada kira-kira setiap 7 cerita
dinding memotong kolom perimeter dan jalur beban ada di mana beban gravitasi
dapat mengalihkan dinding ke kolom perimeter. Akibatnya dinding yang melintang
tenggara relatif ringan dimuat sampai ketinggian dinding penuh. Sebaliknya, dinding
berkedip barat daya membungkuk jauh dari struktur bangunan. Ini berarti bahwa dan
juga area kecil beban lantai yang diterapkan pada dinding yang mengembang di setiap
cerita, kira-kira di setiap 7 kasus, kolom perimeter ada di atas dinding yang
mengembang, tapi tidak di bawahnya. Ini berarti bahwa di lokasi ini beban gravitasi
penuh di kolom terputus ini dipindahkan ke dinding yang mengembang. Beban
gravitasi yang dihasilkan di dinding berkedip barat daya sangat tinggi - sebenarnya
beban gravitasi penuh dari setiap area struktur berbingkai di kuadran barat daya
menara dan selatan lokasi dinding yang mengembang di permukaan tanah dibawa
oleh dinding ini. Dampak dari konsentrasi beban ini terlihat pada tekanan bantalan
rakit dan beban tiang yang ditunjukkan pada bagian sebelumnya, dan juga pada
tuntutan lentur dan geser yang dipertimbangkan dalam perancangan pondasi rakit di
daerah ini. Pengenalan awal akan pentingnya jalur beban ini memungkinkan tim
struktural untuk mempengaruhi perencanaan penggunaan fungsional kuadran barat
daya menara. Terutama di setiap lantai atipikal (lantai mekanik, lobi langit, lantai
pengungsian), pertimbangan cermat dilakukan di lokasi zona yang membutuhkan
kapasitas beban lantai tinggi. Upaya ini termasuk menempatkan tangki penyimpanan
air dan peralatan mekanis berat dari kuadran barat daya, dan bila ruang yang tersedia
di lantai mekanis atau pengungsian melebihi luas lantai yang diperlukan, menunjuk
kuadran barat daya tidak berpenghuni, membiarkan zona ini dirancang dengan
menggunakan lantai nominal kapasitas beban.
2. RSUD KOJA

RSUD Koja adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan
pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas dengan jumlah dokter 66
orang. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten. RSUD Koja beralamat di Jalan Deli no 4, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Rumah sakit ini terdiri dari 16 lantai yang menyediakan 4 jenis kamar yaitu kamar kelas
1, kelas 2, kelas 3 dan VIP. Dari keselurahan, rumah sakit ini dapat menampung 496
pasien. Untuk ruang pelayanan darurat, RSUD Koja menyediakan ruang ICU, ICCU,
HCU, PICU, NICU dan ruang operasi.
Struktur
Gedung ini memiliki 16 lantai dengan menggunakan perpaduan struktur antara
struktur core dengan struktur kolom balok. Perpaduan struktur ini dikarenakan jumlah
lantai gedung tersebut yang melebihi lantai 10, untuk bangunan dengan jumlah lantai
4-10 dapat dipertimbangkan apakah akan diisi core atau tidak tetapi untuk lantai 10
ke atas harus menggunakan core.
Potongan Denah RSUD Koja untuk memperlihatkan letak lift.

Sumber : dokumentasi Putu A Putri

Core merupakan tempat untuk meletakan transportasi vertical dan sistem mekanis
pada bangunan dan untuk menambah kekakuan pada bangunan. Penggunaan core
didasari atas pertimbangan kekuatan angin dan beban yang ditumpu, jika ketinggian
gedung makin tinggi maka core semakin besar, Selain menggunakan core, penggunaan
kolom dan balok juga menjadi salah satu struktur utama bangunan ini. Kolom
merupakan suatu batang vertical yang berfungsi memikul beban dari balok atau biasa
dikatakan sebagai komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga
beban vertical. Sedangkan balok digunakan sebagai penguat bagian horizontal
bangunan terhadap beban. Secara teoritis balok biasa disebut sebagai tulangan baja
tarik karena jika kontruksi baja balok menahan beban yang mengakibatkan timbulnya
deformasi atau peregangan maka timbul tegangan yang harus ditahan oleh balok, agar
stabilitas terjamin maka balok dari sistem menahan lentur harus kuat menahan
tegangan tekan dan tarik
Karakteristik Core
Bentuk core yang tedapat pada bangunan adalah inti tertutup, dimana core pada
bangunan ini mengelilingi lift dengan jumlah inti tunggal yang berada di bagian pinggir
dalam gedung yang berfungsi menahan gaya lateral secara langsung
Hubungan Utilitas-Struktur
Pada studi kasus bangunan tinggi menggunakan RSUD Koja yang tereletak di Jakarta
Utara. Rumah sakit ini menggunakan struktur core serta kolom dan balok. Struktur
tersebut kemudian dihubungkan dengan utilitas yang terdapat di RSUD Koja. Pada
objek ini struktur core merupakan tempat untuk meletakkan lift dan ruang MEP.
Peletakan lift dan ruang MEP di core dikarenakan untuk alasan keamanan utilitas
transportasi mekanis.

Potongan Denah RSUD Koja untuk memperlihatkan letak lift.

Sumber : dokumentasi Putu A Putri

Sedangkan untuk struktur kolom dan balok digunakan untuk meletakkan sistem
utilitas berupa duckting, springkle, kabel kelistrikan yang kemudian di tutup dengan
plafon. Dan untuk penempatan dumbwaiter diletakkkan di samping kolom
dikarenakan untuk keamanan utilitas transportasi mekanis
3. Gedung Balai Kota DKI Jakarta
Balai Kota DKI Jakarta Blok G merupakan gedung pemerintah pertama di Indonesia
yang menembus lebih dari 12 lantai, lebih tinggi dari rata-rata gedung pemerintahan
pusat yang saat itu kebanyakan menyebar dan belum mengkonsolidasi kantornya
dengan membangun gedung baru masing-masing atau sedang dalam tahap
membangun.
Gedung Blok G memiliki 23 lantai dan 2 penthouse, dan memiliki tinggi 110,8 meter.
Dirancang oleh tim arsitek dari Arkonin dan Obayashi Gumi secara terpisah, gedung
ini dibangun oleh PT Pembangunan Jaya mulai bulan April 1971 hingga selesai
dibangun pada bulan April 1976. Tetapi sejak bulan Agustus 1974, sebagian gedung
Blok G sudah ditempati oleh Pusat Pengelolaan Data Elektronis Pemda DKI, dan
diperkirakan pada tahun 1975, 12 lantai ruang gedung sudah ditempati.
Saat ini, gedung bergaya internasional tersebut sudah berubah penampilan dan
penambahan atap gedung menambah tinggi menjadi sekitar 115-120 meter (karena
ketiadaan data yang penulis mungkin dapatkan), dan masih menjadi kantor
pemerintahan DKI Jakarta hingga kini.
Struktur
Bentuk Bujur Sangkar Banyak Digunakan Untuk Perkantoran Dengan Koridor
Mengelilingi Inti Bangunan,

Bentuk struktur core pada bangunan Gedung Balai Kota DKI Jakarta
Sumber : 359288783-Core-Bangunan. (n.d.).
4. Gedung Wisma Bumi Putra
Wisma Bumiputera, berlokasi di kavling 75 Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, adalah
kantor pusat resmi Asuransi Jiwa (Bersama) Bumiputera 1912 sejak 1985; sebelumnya
kantor pusat AJB 1912 berada di Jalan HOS Cokroaminoto sejak 1960an. Gedung
rancangan Timothy Seow dari Singapura, bersama dengan Encona Engineering ini
menjalani masa konstruksi, dilakukan oleh J.O. (joint operation) pemborong Sagita
Dumez dan Macadam Indonesia, mulai November 1982 dan selesai dibangun tepat
waktu pada Januari 1985. Pembangunan Wisma Bumiputera menghabiskan biaya Rp
16 milyar (1985), atau setara Rp 277 milyar nilai 2020. Wisma Bumiputera diresmikan
oleh Dirut PT Wisma Bumiputera Zulkarnaen Ali, pada malam 18 Mei 1985. Tetapi baru
setahun kemudian, sejak 11 Maret 1986, AJB Bumiputera pindah secara penuh ke
gedung ini. Selain menjadi kantor AJB Bumiputera, gedung ini dahulu pernah menjadi
kantor sayap perbankan AJB Bumiputera, Bank Bumiputera (kini MNC Bank, masih
buka cabang di gedung ini).

Wisma Bumiputera saat dibangun.


Sumber : Foto oleh Majalah Konstruksi

Desain yang diusung oleh gedung berlantai 22 ini memang masih bergaya
internasional, desain arsitektur yang habis manis sepah dibuang oleh Dilanowcy.
Tetapi gedung ini memang beda. Tidak berbentuk kotak kaku seperti gedung-gedung
sejenis di masanya, Seow Timothy, arsitek gedung ini, sengaja mendesain gedung ini
berbentuk octagram – satu kotak berlapis beton dan satu kotak lapis kaca,
menghasilkan sebuah gedung yang unik dan juga monumental di masanya – kesan ini
sudah hilang karena dibayang-bayangi gedung-gedung baru di sekitarnya.
Konsep yang dibawa Seow Timothy dalam Wisma Bumiputera memang bersifat form
follow function – termasuk memaksimalkan luas lantai dan biaya perawatan
bangunan, mengingat lahan gedung ini sempit. Tak hanya maksimasi ruang kantor,
gedung tersebut memang harus bisa menjadi landmark tersendiri. Sederhana tetapi
elok atau dalam bahasa Southeast Asia Building “simple but attractive”, begitu yang
ditekankan Seow Timothy dalam merancang gedung ini. Eksteriornya berlapis kaca
hitam dan keramik berwarna putih, dipasok dari Pluit (Asahimas) dan Gresik (Keramik
Diamond), ciri khas bangunan tinggi era Orde Baru. Wisma Bumiputera memiliki luas
lantai 14.940 meter persegi dengan 11.797 meter persegi disewakan umum, dan
ketinggiannya 84 meter menurut laporan majalah Konstruksi.
Struktur
Soal struktur, Wisma Bumiputera memang beda. Pondasi yang digunakan adalah
pondasi pipa baja dengan kedalaman rentang 10-26 meter dari permukaan tanah,
karena insinyur di Arkonin menganggap tidak ekonomis menembus tanah keras
kedalaman 30 meter walau mereka tahu lapis tanah kerasnya ada dua, sementara
tiang pancang mewajibkan pondasi ditancapkan pada lapis tanah keras kedua.
Sementara struktur atas Wisma Bumiputera, untuk gedung tinggi, menggunakan
beton bertulang biasa dengan core yang ditopang 12 kolom tepi, kecuali balok portal
cantilever yang diprategang. Hal yang menarik adalah pelat lantainya yang dirancang
pra-fabrikasi, sehingga memperirit waktu pembangunan, kualitas beton gedung lebih
terjamin, menghemat biaya dan semakin menjamin keselamatan buruh bangunan.
Blok gedung “low-rise” hanya menggunakan sistem konstruksi biasa: agar perbedaan
penurunan tidak kelihatan, struktur kedua gedung tersebut dipisah dengan sistem
“simply supporting beams”

5. Gedung Tabung Haji Malaysia


Luth building terletak di jalan tun razak di kuala lumpur, malaysia. itu adalah markas
untuk dana manajemen peziarah muslim Malaysia. gedung berfungsi sebagai gedung
kantor untuk dana manajemen peziarah muslim. lebih jauh lagi, ini adalah landmark
terkemuka di kuala lumpur dan simbol perkembangan islam. konstruksi dimulai pada
tahun 1982 dengan tun dr. mahathir mohammad meletakkan batu fondasi bangunan.
proyek ini dengan anggaran RM95 juta selesai pada 1984.
Bangunan ini terdiri dari lima kolom yang melambangkan lima rukun Islam yang adalah
Shahada '. "Salat, Zakať, Puasa, dan 'Haji". Di sisi lain, itu juga bertindak sebagai
struktur pendukung untuk bangunan itu sendiri. Salah satu fakta yang menyenangkan
untuk bangunan adalah, Anda hanya dapat melihat pllar dari satu titik Ini adalah
percaya dan menyiratkan bahwa iman dan iman orang percaya bukanlah sesuatu yang
bisa dilihat dan dibanggakan, tetapi dibanggakan oleh orang percaya itu sendiri di
dalam hati mereka
Dari denah lantai, terlihat jelas bahwa sang arsitek, Hijas Kasturi menggunakan
konsistensi saat mendesain bangunan. Bangunan ini dibangun dalam bentuk jam
pasir, dan bentuk geometri ciraular mencoba untuk membangun denah bulding.
Denah lantai geometris dari bangunan itu menunjukkan ekspresi sederhana namun
elegan dari tradisi dalam seni Islam. Konsep kurva cekung melingkar bertindak sebagai
simbol revolusi dan pendekatan modern dalam arsitektur
Gedung Tabung Haji terdiri dari 27 lantai kantor, yang dikenal sebagai kantor zona
bawah, kantor zona menengah serta kantor lantai atas. Gedung terdiri dari 7 level
parkir mobil, 2 tingkat ruang servis, 2 ruang serba guna yang berfungsi sebagai
konter, lobby, cafeteria, dan convention hall.

Struktur Core Yang Bnagunan,


Sumber : 359288783-Core-Bangunan. (n.d.).
Menara Berbentuk Lingkaran Biasanya Digunakan Pada Fungsi Hunian (Apartmen
Dan Hotel) Dengan Koridor Berada Di Sekeliling Inti Bangunan Sebagai Akses Ke Unit-
unit Hunian

Anda mungkin juga menyukai