Kepercayaan Politik dan Intensi Memilih: Perilaku Politik Pemilih Remaja Akhir di Surabaya
Menjelang Pemilu 2019
intensi untuk memilih dari pemilih remaja akhir pada pemilihan umum, khususnya pada
Pemilu 2019, dipengaruhi oleh kepercayaan mereka terhadap calon-calon presiden dan wakil
presiden yang berkontestasi. Tiga dimensi kepercayaan politik, yakni kemampuan, kebajikan
dan intergritas calon, mempengaruhi intensi memilih subjek penelitian dengan dimensi
kemampuan calon menempati urutan tertinggi. Kepercayaan terhadap para calon pemimpin
merupakan hal penting bagi pemilih yang berada dalam usia remaja akhir atau pemilih
pemula.
Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah dari dimensi-dimensi kepercayaan, ternyata
dimensi kemampuan atau kompetensi dari calon merupakan unsur yang paling penting
sebagai pertimbangan memilih terutama bagi pemilih pemula yang kebanyakan berada dalam
usia remaja akhir atau dewasa awal. Akses masyarakat untuk mengetahui kinerja,
kemampuan, dan kompetensi dari calon, dalam konteks penelitian ini adalah calon presiden
dan wakil presiden, terbuka secara luas mengingat kemajuan teknologi yang sudah sangat
pesat dan berdampak terhadap mudahnya penyebaran informasi. Selain terkait dengan
kemampuan atau kompetensi dari calon, integritas dari calon juga merupakan faktor yang
memiliki hubungan cukup kuat. Integritas berkaitan dengan kejujuran dari calon, di mana
dalam hal ini pemilih akan melihat apakah calon akan menjalankan wewenang yang
diberikan oleh rakyat dengan baik atau tidak. Hal ini mejadikan track record dari calon
menjadi hal yang sangat penting. Selain itu, kebajikan, walaupun memiliki kekuatan
hubungan yang paling rendah dibandingkan dengan dimensi lainnya, bisa dikatakan memiliki
kekuatan hubungan yang cukup kuat. Kebajikan dalam hal ini adalah penilaian pemilih
terkait dengan apakah calon memikirkan kepentingan rakyat atau tidak.
Berdasarkan dari hasil penelitian, wawancara dan pengolahan data maka dapat disimpulkan
bahwa, respon masyarakat di Kota Denpasar dalam mengikuti pemilu legislatif pada tahun
2014 dapat dismpulkan bahwa antusias dari mereka tinggi dalam partisipasi politik. Akan
tetapi partisipasi mereka tinggi karena disebabkan adanya faktor mobilisasi yang dilakukan
oleh calon legislatif membuat masyarakat ikut berpartisipasi dan membuat tingkat partisipasi
di Denpasar menjadi tinggi. Kemudian terjadinya relasi aktor-aktor politik yang memiliki
jabatan di pemerintahan baik tingkat kabupaten maupun provinsi. Dan yang terakhir adanya
punishment atau reward.
Pengaruh Politik Uang Terhadap Partisipasi Pemilih Pemilukada Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Wajo Tahun 2018
Berdasarkan hasil analisis deskriktif menunjukkan bahwa variabel politik uang (X) yang
mencakup indikator pemberian uang, pemberian dan pemberian janji memperoleh hasil
sebesar 2,89 dan masuk dalam kategori cukup berpengaruh. Selanjutnya, variabel partisipasi
politik (Y) yang mencakup indikator pemberian hak suara, menghadiri rapat umum menjadi
anggota partai, dan mengadakan hubungan kontak pemerintah atau parlemen memperoleh
hasil sebesar 2,78 dan masuk dalam kategori cukup baik.
hasil analisis regresi secara parsial menunjukkan bahwa pemberian uang dan pemberian
berpengaruh terhadap partisipasi politik, sedangkan pemberian janji tidak berpengaruh
terhadap partisipasi politik pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2018.
hasil analisis regresi secara simultan atau kesuluruhan memperoleh hasil sebesar 53% yang
menunjukkan, bahwa variabel politik uang (X) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
partisipasi politik (Y) pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Wajo Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian pada variabel partisipasi politik (Variabel X) terhadap Perilaku
Pemilih (Variabel Y) pada Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Bandung, tergolong
kuat/valid sehingga semua dimensi dan indikator dalam variabel pakai atau digunakan untuk
mengukur sampai sejauh mana partisipasi politik terhadap perilaku pemilih pada Pemilihan
Kepala Daerah (Pilkada) berhasil ataukah tidak berhasil dalam tujuannya mensejahterakan
masyarakat dengan kriteria valid atau digunakan.
Hasil penelitian ini mengkonfirmasikan bahwa partisipasi politik dan penerapannya perilaku
pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Bandung berkriteria
kuat/valid, dan akan lebih mewujudkan kinerja para Kepala Daerah lebih optimal sehingga
diharapkan akan mempengaruhi perilaku pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di
Kabupaten Bandung yang tepat pada sasaran.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini terdapat beberapa kesimpulan
yang diambil sebagai berikut:
1. Kompetensi aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa di Kecamatan Batujajar. Kompetensi aparatur desa ini ditunjang oleh latar
belakang pendidikan, pengalaman, dan pelatihan yang telah diikuti oleh aparatur pengelola
dana desa untuk mengelola dana desa. Berdasarkan latar belakang pendidikan dari aparatur
desa di Kecamatan Batujajar dapat dikatakan kompeten, tetapi usianya yang mayoritas
berusia di atas 38 tahun perlu adanya adaptasi dan peningkatan kompetensi dalam
melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan dana desa baik secara manual
maupun menggunakan aplikasi secara online. Hal ini disebabkan perkembangan teknologi
yang sangat pesat sehingga menuntut pemerintah desa untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara digital. Selain itu, pelatihan untuk aparatur desa
pun masih jarang dilakukan sehingga masih perlu adanya peningkatan kompetensi bagi
aparatur desa di Kecamatan Batujajar.
2. Komitmen organisasi berpengaruh positif, tetapi signifikan terhadap akuntabilitas
pengelolaan
dana desa di Kecamatan Batujajar. Hal tersebut dikarenakan aparatur desa mayoritas
berpendidikan SMA dan berusia di atas 38 tahun sehingga kurangnya dalam mengelola
manajemen serta keuangan desa di pemerintahan desa dengan baik. Hal tersebut berdampak
pada pekerjaan yang dilakukan kurang berjalan optimal seperti dalam
mempertanggungjawabkan pengelolaan dana desa aparatur desa masih adanya dorongan dari
pendamping desa serta belum memiliki komitmen yang kuat untuk bertahan di organisasi dan
merasa dirinya sebagai elemen dari organisasi sehingga perlu dilakukannya peningkatan
komitmen organisasi pada pemerintahan desa di Kecamatan Batujajar.
Summary Review Jurnal Terhadap Kelompok 10
Penelitian ini menunjukkan hipotesis diterima bahwa Pengetahuan Anggota Dewan tentang
Anggaran dan Persepsi Anggota Dewan tentang Partisipasi Masyarakat berpengaruh terhadap
Pengawasan APBD, baik diuji secara parsial maupun simultan.
Politik Uang Dalam Demokrasi Di Indonesia (Studi Kasus Pemilukada Kabupaten Enrekang
Tahun 2018)
Sistem demokrasi yang belum matang dijalankan seperti di Indonesia, politik uang (money
politics) marak dijadikan sebagai alat untuk memobilisasi dukungan. Dari hasil
penelitian ini ditemukan bahwa terdapat kecenderungan adanya pengaruh politik uang
terhadap perilaku memilih pada Pemilukada Enrekang tahun 2018. Dalam pesta demokrasi
ini, politik uang dijadikan sebagai sumber daya politik yang ditempatkan untuk mobilisasi
masyarakat dalam mempengaruhi pemilih. Praktek politik uang ini sangat massif terjadi,
meski secara keseluruhan tidak semua masyarakat terpengaruh olehnya. Terdapat
daerah/wilayah dimana politik uang dijadikan sebagai faktor utama dalam menentukan
pilihan politik masyarakat. Saat yang sama, terdapat pula daerah/wilayah dimana keberadaan
politik uang merupakan bagian dari pendukung faktor-faktor pemenangan lainnya, seperti
faktor kesamaan daerah, kedekatan kandidat,
kepribadian kandidat, dan berbagai macam pengaruh-pengaruh lainnya.
Dengan menggunakan data sekunder dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Kementerian
Dalam Negeri penelitian ini menunjukkan simpulan-simpulan berikut. Simpulan pertama
yang bisa dirumuskan adalah bahwa kemandirian daerah dalam penelitian ini tidak terbukti
adanya pengaruh terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan daerah secara signifikan, hal ini
menunjukkan bahwa kemandirian daerah yang menjadi proksi terwujudnya desentralisasi
fiskal belum diikuti dengan terwujudnya akuntabilitas yang merupakan pertanggungjelasan
keuangan daerah dalam wujud pelaporan keuangan, hal tersebut bisa menjadi eksposure akan
adanya permasalahan dalam pengelolaan keuangan daerahnya. Simpulan kedua memberikan
temuan dimana variabel ketergantungan daerah menunjukkan pengaruh terhadap
akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah secara negatif, yang menunjukkan
bahwa semakin rendah tingkat ketergantungan keuangan kepada pemerintah nasional
menjadikan pemerintahan daerah menjadi makin mampu dalam mendorong sistem dan
personilnya dalam mewujudkan kualitas pertanggungjelasan keuangannya secara baik. Ini
menunjukkan bahwa otonomi daerah dengan desentralisasi fiskalnya diikuti dengan aturan
erundangan dalam pengelolaan keuangan daerah untuk mewujudkan akuntabilitas pelaporan
keuangan yang tinggi kepada publik. Simpulan ketiga adalah bahwa adanya perpolitikan
secara dinasti tidak menjadikan adanya pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas
pelaporan keuangan oleh pemerintahan daerah yang menunjukkan bahwa tidak semua calon
yang berlatar belakang politik dinasti memiliki kualitas yang rendah dan tidak memiliki
kompetensi karena dimungkinkan calon dari keluarga yang berlatar belakang politik dinasti
sudah mengikuti dan memenuhi persyaratan sehingga layak untuk menjadi kepala daerah
yang terpilih. sehingga variabel politik dinasti tidak menunjukkan adanya pengaruh pada
akuntabilitas dari pelaporan keuangan daerah. Kesimpulan ke empat menunjukkan bahwa
kinerja mempengaruhi akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah secara signifikan
yang mana menunjukakan bahwasannya akuntabilitas pelaporan keuangan pemerintah daerah
semakin meningkat jika kinerja keuangan yang diperoleh pemerintah daerah juga meningkat.