Anda di halaman 1dari 2

Nama : I Gde Eka Aryandanu

NIM : 19111118
Prodi/kelas : Pendidikan Agama Hindu / A
Mata Kuliah : Estetika Hindu

Mulat Sarira
Euforia yang terasa, disejuk pagi yang disambut semerbak wangi dupa, dengan barisan
penjor yang menuju cakrawala..
Buda Kliwon Dungulan, ya inilah hari yang disambut dengan penuh suka cita, Hari dimana
dharma kembali menuju puncaknya..
Seperti biasa, kami sekeluarga menyambutnya dengan penuh euforia..
Baju , saput, kamen, udeng semua baru, tak lupa perhiasan pun menghiasi badan bak diri
seorang raja..
Langkah kaki berseru serentak menuju pura bersama keluarga, laksana hentakan barisan
tentara kurawa yang gagah menuju kurusetra..
Sontak hati dipenuhi euforia dan ego semata, seperti hati duryodana yang menyambut
bratayudha..
Perlahan kaki menuju padmasana, dengan angkuhnya tuk menghaturkan persembahan mewah
kepada-Nya..
Kemudian kembali dan duduk dihadapan padmasana lalu mulai merapal segala mantra
dengan tujuan tuk meminta..
Tulus dalam bhakti seperti hal yang mustahil ada dalam raga..
Setelah sekian lama merapal mantra dan akhirnya membuka mata, sontak pandangan fokus
pada satu raga sederhana..
Balutan kain putih rapi ditubuhnya, jenggot putih, tangan keriput, namun dengan senyum
yang seakan penuh cinta..
Ia menghaturkan persembahan sederhana, tuk memuja sang pencipta, yang terasa sangat tulus
darinya..
Diri mulai tertegun dan sukma mulai meronta, rapalan mantra, persembahan mewah, pakaian
baru, seakan itu semua sia sia..
Karena terbelenggu dalam gengsi, ego, dan euphoria yang semata mata tak berguna..
Kemudian didalam riuh amygdalaku, mulai menegur diri yang terasa sangat tercela..
Seharusnya diri ini melakukan bhakti tuk memuja, bukan meminta..
Seharusnya diri ini sederhana, bukan tuk pamer segala harta..
Seharusnya diri ini sadar tak terbelenggu euforia.. Dan seharusnya diri inj harus sadar tuk
ingat MULAT SARIRA..
Nyepi

Rasanya sudah terlalu lama aku menunggu saat seperti ini..

Dimana kota terasa seperti mati

Hanya terhias lampu lampu temaram di jalan yang sunyi

Perlahan keheningan mulai memenuhi

Bersama cahaya rembulan yang mulai menepi

Saatnya menenangkan diri,

Dan mulai menjauhkan dari nafsu birahi

Saatnya mematikan emosi,

Dan lepaskan diri dari belenggu duniawi

Saatnya menyucikan hati,

Dan kembali mendekat kepada Hyang Widhi

Sembari mencari sisa - sisa mimpi yang damai, diantara hamparan sunyi.

Anda mungkin juga menyukai