Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SEJARAH AFRIKA

Kerja Sama Antar Negara Afrika

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Sejarah
Afrika
Dosen Pengampu : Umi Hartati, M, Pd.

Disusun Oleh

Aulia Mutiara Putri 18220029


Awang Sembada 18220035
Febtya Ayu V 18220038

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

i
Alhamdulliah atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Dengan
izinnya telah memberikan nikmat kesehatan kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Sejarah Afrika
semester ganjil tahun akademik 2020/2021.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT. Yang telah memberikan kemudahan.
2. Ibu Umi Hartati, M.Pd. Sebagai Dosen Mata Kuliah “Sejarah Afrika”

Penulis merasa banyak kurangnya dalam penyusunan tugas mata kuliah Sejarah
Asia Afrika ini, dengan demikian penyusun memohon kritik dan saran dalam
terselesaikan makalah Sejarah Afrika tentang Kerja Sama antar Negara Afrika
ini, agar makalah tentang Masa Kerja Sama antar Negara Afrika ini dapat
memberikan pemahaman kepada para pembaca dengan baik.

Metro, 20 November 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kerja sama antar negara Afrika.............................................................. 4
2.2 Dari Organisation of African Unity ke African Union (AU)........................4
2.3 Sukses dan Keterbatasan OAU............................................................. 6
2.4 Uni Afrika mulai Upayakan Pembangunan............................................. 7
2.5 Transformasi dari OAU ke African Union (AU)........................................8
2.6 Kemitraan Pembangunan di Afrika......................................................... 9
2.7 PBB, Uni Afrika dan Pemeliharaan Perdamaian di Afrika.......................10
2.8 Uni Afrika dan Pemeliharaan Perdamaian di Afrika ..............................11
2.9 Keengganan Sudan Menerima PPP Non-Uni Afrika ..............................11
2.10 Konflik Berkelanjutan dan Pemberontakan di Somalia.........................11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................................... 13
DAFTAR LITERATUR..................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan Internasional adalah hubungan antara dua atau lebih
mencakup berbagai macam hubungan atau interaksi yang melintasi batas-
batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda
kewarganegaraan, berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia.
Hubungan ini dapat berlangsung baik secara kelompok maupun secara
perorangan dari suatu bangsa atau negara, yang melakukan interaksi baik
secara resmi maupun tidak resmi dengan kelompok atau perorangan dari
bangsa atau negara lain (Teuku May Rudy, 2005 : 3).
Hubungan internasional bukan hanya mencakup berbagai hubungan
antar negara atau antar-pemerintah secara langsung. Namun juga meliputi
berbagai transaksi ekonomi dan perdagangan, strategi dan penggunaan
kekuatan militer serta langkah diplomasi yg dilakukan oleh pemerintah
maupun non pemerintah (Lopez, 1989 : 3).
Hubungan antar negara sering didasari oleh adanya persamaan di antara
mereka. Misalnya persamaan bahasa, geografi dan ideologi, juga
kepentingan politik dan ekonomi yang mengikat hubungan antar negara
tersebut dengan masyarakat dunia. Keterkaitan antara perdagangan luar
negeri dalam pembangunan ekonomi dan dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan telah dikemukakan oleh David Ricardo, Adam Smith, dan John
Stuart Mill. Perdagangan Internasional pada masa sekarang berkembang
pesat yang pada hakekatnya adalah kegiatan menjual dan membeli barang
yang dilakukan penjual dan pembeli melintasi batas negara.
Kerjasama antarnegara adalah terjalinnya hubungan antara suatu negara
dengan negara lainnya melalui kesepakatan untuk mencapai tujuan.
Kerjasama antarnegara bentuknya bermacam-macam, mulai kerjasama
ekonomi, perdagangan, dan lain-lain. Berdasarkan pengertian kerja sama,
maka setiap negara yang mengadakan kerja samadengan negara lain pasti
mempunyai tujuan. Tujuan-tujuan tersebut adalah:
a) Mengisi kekurangan di bidang ekonomi bagi masing-masing negara
yang mengadakan kerja sama.

1
b) Meningkatkan perekonomian negara-negara yang mengadakan kerja
sama diberbagai bidang.
c) Meningkatkan taraf hidup manusia, kesejahteraan, dan kemakmuran
dunia.
d) Memperluas hubungan dan mempererat persahabatan.
e) Meningkatkan devisa negara (Adnan : 2008).

.Benua Afrika dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang besar, akhir-akhir ini telah memasuki tahapan baru yang
ditandai oleh perkembangan positif berbagai bidang kehidupan baik dalam
bidang kehidupan politik dan keamanan maupun dalam bidang sosial
ekonomi
Afrika adalah salah satu benua terbesar di dunia, Afrika memiliki luas
wilayah 30.224.050 km termasuk pulau-pulau disekitarnya. Luas Wilayah
Afrika meliputi 20,3% dari seluruh daratan dibumi dengan penduduk kedua
terpadat setelah Asia.
Secara geografis, Benua Afrika diapit oleh Samudera Hindia dan
Samudera Atlantik. Selain itu, batas batas utara Afrika berbatasan dengan
laut tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan
sebelah barat berbatasan dengan Samudera Atlantik, dan sebelah timur
berbatasan dengan laut merah.
Negara-negara Afrika meskipun sudah merdeka tidak pernah homogen.
Berbagai perbedaan, baik yang obyektif maupun subyektif, tetap ada. Sejak
akhir 1920-an dan awal 1940an, negara-negara yang baru merdeka tersebut
terpecah0pecah menjadi beberapa kelompok politik dan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah.


1. Apa saja bentuk kerja sama antar negara Afrika?
2. Bagaimana perjalanan kerja saa antar negara Afrika?
3. Apa saja kesulitan dan hambatan yang menjadi tantangan kerja sama
antar negara Afrika?

1.3 Tujuan Masalah.


1. Untuk membahas tentang kerja sama antar negara Afrika

2
2. Untuk membahas dan memahami bagaimana perjalanan kerja sama
antar Negara Afrika
3. Untuk memahami dan membahas lebih dala apa saja hambatan dan
tantangan dala kerja sama antar negara Afrika

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerja sama antar negara Afrika


Lebih dari 40 tahun sesudah merdeka, garisperbatasan negara-negara
Afrika yang mewarisi dari masa kolonisasi relative tetap tidak berubah,
kecuali di Eritera dan Somalia. Perbatasan antarnegara Afrika oleh para
penguasa kolonial ditentukan antara lain dengan cara menarik garis lurus di
atas peta. Hal ini megakibatkan beberapa suku suku yang sama mendiami
beberaoa tempat beberapa negara baru. Ketiadaan batas alam yang jelas
(sungai, gunung atau pantai) berpotensi menimbulkan konflik. Menyadari
kawasan yang menyangkut masalah perbatasan, Presiden Tanzania, Yulius
Nyerere, menegaskan perlunya negara-negara Afrika setelah merdeka agar
tidak tergoda untuk berupaya merubah keyakinan perbatasan. Hal ini
dikemukakan pada 32 rekannya yang menghadiri dala pembukaan KTT di
Adidas Ababa, 25 Mei 1960, yang menandai terbentuknya Organisation of
African Unity (OAU).

2.2 Dari Organisasi Of African Unity (OAU)


Tujuan pembentukan OAU antara lain agar kemerdekaan Afrika dapat
lebih disuarakan dipercaturan dunia. Persatuan Afrika menjadi agenda utama
mereka. Para kepala negara yang hadir menyepakati untuk mempertaruhkan
tapal batas yang ditentukan oleh para bekas penjajah dan menandatangani
Piagam Persatuan Afrika, menjanjikan untuk menghormati integritas wilayah
tiap negara dan hak yang melekat bagi keberadaan kemerdekaan mereka.
Para kepala negara nampaknya memperhatikan peringatan Nyerere bahwa
konflik antar bangsa-bangsa Afrika merupakan ancaan serius terhadap
perdamaian dan kemakmuran benua dikemudian hari.
Terdapat satu kursi kosong yang semestinya diduduki oleh Sylvanus
Olympio, Presiden Togo yang dibunug empat bulan sebelumnya.
Pembunuhan terhadap Olympio merupakan Kudeta Pertama di Afrika. Rezim
yang menggantikannya tidak diikutsertakan dalam KTT di Addis Ababa
tersebut. Para pemimpin Afrika memang mengidakan-idamkan persatuan dan
penghormatan terhadap integritas wilayah bangsa-bangsa di Afrika, bukan
konflik diantara bangsa Afrika yang mengancam masa depan Afrika.

4
Tujuan OAU antara lain untuk memajukan persatuan dan solidaritas
negara-negara Afrika, mengkoordinasi upaya-upaya untuk meningkatkan
standar kehidupan, mempertahankan kedaulatan negara-negara anggota dan
melenyapkan kolonialisme di Afrika, memajukan kerjasama Internasional,
sesuai piagam PBB dan Deklarasi Universal HAM, mengkoordinasikan
kebijakan politik, eknomi, pertanahan, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan
kesehatan. Piagam OAU yang mengacu pada keamanan kolektif dan
integrasi ekonomi.
Pada awal terbentuknya, beberapa negara seperti Ethiopia, Liberia,
Nigeria, Somalia menghendaki agar OAU bersifat longgar, sedangkan
beberapa negara seperti Ghana, Guinea dan Maroko lebih menyukai
organisasi yang lebih mendorong kearah integrasi regional, yang dapat
mengatasi beberapa kelemahan structural negara mereka.
OAU merupakan sebuah organisasi continental regional
intergovernmental organization yang bertindak dengan dijiawai oleh piagam
PBB. OAU merupakan organisasi continental yang tidak ada duanya di Asia
bahkan Eropa. Meskipun OAU disejajarkan dengan Organisasi Amerika
regional yang dibentuk pada tahun 1948 (OAS0, namun OAU merupakan
perwakilan kolektif-kolektif negara-negara dan kepentingan mereka.para
anggota OAU sering mendelegasikan sekretaris umum, ketua umum untuk
melakukan langkah-langkah yang diperlukan misalnya berbicara didepan
sidang umum PBB mengenai masalah yang berkaitan dengan dekolonisasi
dan rasialisme. Dalam kaitan tersebut para anggota OAU mendelegasikan
beberapa wewenang progresif politik luar negeri mereka kepada OAU,
termasuk dala perencanaan atau tindakan pada tingkat benua. Namun OAU
bukanlah sebuah organisasi Supranasional, naun lebih kepada badan
konsultasi internasional.
Dalam tiga puluh tahun pertama OAU menghadapu berbagai tantangan
terutama dibidang keagamaan dan perdamaian, khususnya perjuangan
kemerdekaan, konflik rasial perang sipil dan konflik antarnegara. Pada tahun
1982 ketidakefektifan OAU tercermin pada saat menghadapi gerilya polisario.
OAU terpecah menjadi dua kelompok antara mendukung posisi maroko dan
mendukung Polisario.
Sejak diterimanya 17 negara Afrika menajdi anggota PBB maka suara
Afrika semakin kuat di PBB. Pada tahun 1980, 45 dari 152 anggota PBB

5
berasal dari Afrika. Bersama PBB, OAU pernah menjatuhkan sanksi rezim
rasialis di Rhodesia Selatan (sebelum menjadi Zimbabwe) Dan rezim
Apartheid di Afrika Selatan.
Pada mas aperang dingin terkadang timbul perdebatan sengit antara
wakil negara yang condong berhaluan sosialis dengan sejumlah negara yang
condong dengan negara kapitalis. Kontradiksi semacam ini sangat
mempengaruhi hubungan antar anggota OAU. Dalan perdebatan tentang
sengketa internasional, seperti masalah perang enam hari di Timur Tengah,
Juni 1967, sejumlah anggota OAU menunjukkan perbedan.
Perbedaan visi ini muncul secara terang-terangan saat perdebatan forum
internasional seperti PBB. Kelompok Afrika di PBB tidak bisa dibandingkan
dengan fraksi-fraksi di Parlemennasional yang harus mematuhi posisi fraksi
masing-masing dala pemungutan suara. Banyak diantara mereka tidak
menjalankan sesuai dengan intruksi OAU. Beberapa negara yang
mengabaikan prinsip-prinsip itu dianggap merusak persatuan Afrika dan
Memperlemah efektifitas diplomasi.
Salah satu cara untuk menjaga persatuan Afrika adalah bahwa OAU
memfokuskan perhatiannya pada isu-isu yang dapat mempersatukan para
anggotanya dan menjauhkan dari dari membahas masalah-masalah yang
akan menyebabkan para anggotanya akan terpecah pada posisinya.
Misalnya dalam maslah pendekatan melalui masalah konflik Sahara Barat
atau perang Somalia-Etiopia (1977-1978).
PBB telah mengakui OAU dan memberinya status sebagai permanent
observer di PBB. OAU juga bekerja saa secara luas dengan kantor PBB di
New York. Bagi negara yang tergabung dnegan OAU dapat memberikan
keuntungan diplomatik.
Diluar PBB, seperti di Organisasi Konperensi Islam (OKI) yang
beranggotakan 52 negara, beberapa diplomat negara Afrik berhasil
menduduki posisi jabatan Sekretaris Jenderal. Demikian pula dalam Gerakan
Non Blok keikutsertaan negara-negara Afrika cukup menonjol. Beberapa
anggotanya pernah menjadi ketua GNB.

2.3 Sukses dan Keterbatasan OAU


Dalam kasuss anti Kolonialisme para anggota OAU lenih mudah bersatu.
Dalam hal itu OAU dikatakan sukses karena proses dekolonisasi dalam arti

6
politik di Afrika telah selesai. Dari segi ekonomi belum, walaupun perjuangan
melawan kolonialisme terutama berlangsung dala negara yang bersangkutan,
OAU bertindak sebagai pendorong termasuk melalui Komite Pembebasan
(Liberation Commite). Komite pembebasan OAU, yang meskipun kekurangan
dana, dapat mengkoordinasikan bantuan luar negeri kepada sejumlah
perjuangan pembebasan.
Dalam menangani konflik di Afrika, OAU berpegang teguh pada dua
prinsip yaitu tidak campur tangan dala urusan dala negeri dan menghormati
perbatasan kolonial.
Sekutar tahun 1963-1993 OAU mencatat suksesdala perannya sebagai
perantara dala konflik kreatif ringan. Prinsip-prinsip untuk mempertahankan
status quo yang disepakati oleh OAU nampaknya dilanggar. Sesudah
referendum Mei 1963 Eritera memperoleh kemerdekaan setalah beberapa
decade melakukkan pembebasan (terhadap Ethiopia). Ena tahun kemudian
hal ini merupakan contoh satu-staunya perubahan resmi peta politik di benua
Afrika.
OAU memainkan peran yang berguna dalam ikut senyelesaikan snegketa
perbatasan antara Aljazair dan Maroko, dengan membentuk Komite Mediasi
pada November 1963, yang mengatur gencatan senjata 1964 dan
perbatasan pada November 1968.
Peranan OAU sebagai Instrumen perdamaian dala hubungan
Internasional mendapat pengakuan, khususnya dalam ikut menyelesaikan
maslaah pekik di Kongo. Dalam hal lain OAU hanya berada dipinggir saja
ketika terjadi perang sipil di Angola 1975-1976 dan ketika Tanzania dan
Uganda berperang pada 1978. OAU mengupayakan membantu gencatan
senjata Etiopia dan Somalia dala sengketa mereka tentang Ogaden, naunn
OAU tidak memiliki kekuatan untuk memaksakan gencatan senjata..

2.4 Uni Afrika mulai Upayakan Pembangunan


Pada mei 1973 OAU mengeluarkan program diplomasi ekonomi Afrika.
Resolusi ini dikeluarkan untuk mencapai kemerdekaan ekonomi dan
mengidentifikasikan prinsip utama aksi bersama maupun sendiri, termasuk:
1. Bersama mempertahankan kedaulatan dan kontrol negara Afrika atas
sumber daya alam.

7
2. Menekan kepentingan Afrika pada seluruh tingkat negosiasi ekonomi dan
keuangan internasional.
3. Mengkoordinasikan posisi bersama perdagangan dan kerja sama antar
negara Afrika dengan negara lain
4. Memperkuat front bersama dengan negara-negara berkembang lain
dengan benua lain.
Sedikit demi sedikit negara-negara Afrika menyadari pentingnya untuk
melakukan desarkan bersama terhadap negara-negara lain (umumnya
bekas penjajah) yang selama ini tergantung pada bahan mentah dan
perdagangan dengan Afrika. Selain itu juga negara-negara bersama OAU
bersaa negara-negara berkembang lainnya ikut memperjuangkan suatu
tatanan ekonomi dunia baru pada dialog Utara-Selatan pada tahun 1970-
an. KTT OAU pada 1984 dan 1985 para anggota sepakat untuk
mengkonsentrasikan pada masalah pembangunan daripada politik.

2.5 Transformasi dari OAU Ke African Union (AU)


Langkah untuk lebih menyatukan Afrika dilanjutkan dengan Lagos Plan of
Action yang dicetuskan pada KTT luar biasa OAU 1980. Penyatuan langkah
dibidang ekonomi diadopsi dengan prakata Abuja mengenai Arican
Economic Community (AEC) 1991 yang hendak dicapai dengan enam tahap,
yang berpuncak pada Pasar bersaa Afrika dengan memanfaatkan
Masyarakat ekonomi regional sebagai materi pembangunan. Pakta ini
beroperasi 1994. Dengan demikian, OAU tidka hanya didasarkan pada
oiagam OAU 1963 tetapi juga pada pakta AEC 1994.
Traktat Abuja menyebutkan bahwa AEC dibentuk secara bertahap
koordinasi, harmoniasi dan integrasi secara progresif kegiatan-kegiatan yang
telah berlangsung dan komunitas-komunitas ekonomi regional (RECs) di
Afrika.
Implementasi traktat Abuja merupakan proses yang akan dilaksanakan
dalam enaa tahap selama 34 tahun, yakni sampai 2028, sebagai berikut:
1. Memperkuat RECs yag=ng telah ada dan menciptakan yang baru jika
diperlukan 9lima tahun)
2. Menstabilkan bea masuk dan hambatan-hambatan perdagangan
regional dan memperkuat integrasi sektoral, khususnya dibidang

8
perdagangan, pertanian, keuangan, transportasi, komunikasi, industry
dan energi, serta mengkoordinasikan kegiatan RECs (delapan tahun)
3. Membentuk kawasan perdagangan bebas (FTA) dan customs union
pada tingkat masing-masing REC (delapan tahun).
4. Mengkoordinasi dan mengharmoniasasikan tariff dan sistem non tariff
diantara RECs, dengan tujuan memberntuk suatu Cintinentak
customs union (dua tahun).
5. Membentuk pasar bebas Afrika dan menentukan kebijakan bersama
(empat tahun)
6. Mengintegrasikan seluruh sector, membentuk African Central Bank
dan satu nama mata uang tunggal Afrika, dan menciptakan dan
memilih para anggota pan-African Parliamen yang pertain (lima tahun)

2.6 Kemitraan Pembangunan di Afrika


Pada akhir tahun 1980-an, dengan berakhirnya perang dingin, harapan
bagi munculnya Afrika dala percaturan ekonomi dan politik global kurang
memiliki pijakan yang kuat. Bahkan sebaliknya, Afrika makin terprosok dalam
utang luar negeri yang amat membebani ekonomi mereka, merosotnya daya
saing barang-barang yang dihasilkan Afrika, khususnya dalam hal bahan
mentah.
NEPAD merupakan program komprehensif agar Afrika bekerja sama
memanfaatkan economies of scale dala banyak aspek pembangunan
manusia. NEPAD juga dimaksudkan untuk memajukan hubungan antara
negara Afrika dengan negara-negara maju lain, didasarkan pada saling
menghormati, komitmen, kepercayaan, keuntungan, dan kepentingan
bersama. Dalam mengartikulasikan NEPAD, presiden Obasanjo menegaskan
bahwa Afrika tidak mengandung resiko untuk berbisnis. Justru resiko ingin
dihilangkan, dengan melaksanakan good governance dan menjauhkan
konflik memalalui manajemen konflik dan pencegahan konflik, menghindari
pelanggaran hak asasi manusia, melalui transparansi dan menghindari
korupsi dimasyarakat Afrika.
NEPAD memberikan fokus pada perlunya perubahan politik ekonomi dan
sosial secara mendalam yang harusdilaksanakan di Afrika. Dikarenakan
perlunya dibangun kemitraan diantara bangsa-bangsa Afrika dengan bangsa
negara berkembang dan negara maju, khususnya dengan kelompok G-8.

9
Rekan kemitraan tersebut diharapkan dapat mdendukung akseleradi
pertumbuhan ekonomi Afrika dalan upaya bersama untuk mengentaskan
kemiskinan. Untuk dapat mencapai sasaran NEPAD para pemimpin Afrika
mendesakkan tuntutan mereka untuk menginstruksikan ekonomi politik
internasional. Dalam kaitan itu kurang dari 100 aksi dan proyek yang telah
diidentifikasikan yang termasuk dalam skala prioritas. Beberapa program aksi
yang digariskan termausk perdamaian dan keaanan, pembangunan
kelembagaan, perdagangan dan investasi (termasuk penghapusan utang
bagi negara berkembang), pendidikanm kesehatan, pertanian, air, dan dalam
memobilisasi investasi.
Berikut latar belakang historis konflik-konflik di Afrika sehingga membuat
NEPAD ingin meraih sukses dala mengatasi konflik di Afrika :
1. Jika Afrika dapat mengurus masalahnya sendiri secara bik-baik maka
tidak perlu unsur luar terlibat dalam konflik, karena tanpa campur tangan
kepentingan luar negeri dalam konflik semestinya organisasi kawasan
dan sub-kawasan di Afrika dapat mengatasinya.
2. Para pemimpin Afrika perlu meletakkan pemecahan konflik dalam batas-
batas Afrika.
3. Investasi asinv dalam konflik biasanya memperlama, bahkan melebarkan
cakupan intensitasnta.
4. Konflik-konflik di Afrika memberikan kesempatan bagi negara maju yang
memproduksi senjata untuk mencoba keandalan senjata baru mereka.
5. Keterlibatan kekuatan luar negeri Luar Afrika akan lebih menyedot
ekonomi Afrika untuk berutang lebih besar dari para donor, yang akan
dipakai untuk pembelian senjata yang harus dibayar dengan mata uang
asing.

2.7 PBB, Uni Afrika dan Pemeliharaan Perdamaian di Afrika.


Keterlibatan PBB di Afrika dalam pemeliharaan antara 1948-1966
terbatas pada Kongo. Operasi PBB merupakan yang paling controversial
diantara seluruh operasi pemeliharaan PBB dan sering disebut sebagai
contoh perangkap hukum, kemanusiaan dan politik dan perdamaian terutama
ketika operasi itu berperan memaksakan perdamaian. Operasi di Kongo
hampir-hampir menghancurkan PBB akibat krisis financial dan konstitusi
yang diciptakan.

10
2.8 Uni Afrika dan Pemeliharaan di Afrika
Tapilnya Uni Afrika (UA) melakukan OPP merupakan konsekuensi logis
setelah ditransformasikannya Organisation of African Unity (OAU), yang
dibentuk 25 Mei 1963, menjadi African Union (AU) sejak 2 maret 2001, pada
KTT Luar Biasa Kedua di Sirte, Libya.
Uni Afrika selayaknya bertanggung jawab atas penyelesaian sengketa
antar anggota UA secara damai, melalui cara-cara yang tepat, yang
diputuskan oleh Assembly (Majelis Para Kepala Pemerintah UA),
Sampai September 2003 pekerjaan substrukturnya mengalami kemajuan. Hal
ini menyangkut the African Standby Force, the Panel of the Wise, the Early
Warning System serta suatu Peace Fund (dana perdamaian) untuk
mendukung aktifitas DPK (Dewan Perdamaian dan Keamanan).

2.9 Keengganan Sudan Menerima PPP Non-Uni Afrika


Tantangan utama yang dihadapi uni Afrika dalam mengoperasikan PPP
adalah tidak memadainya dana yang dimilikinya dan terbatasnya negara
anggota yang bersedia untuk ikut serta dalam PPP. Dipihak lain, negara
Afrika seperti Sudan, dalam kasus Darfur, enggan menerima keberadaan
PPP diluar yang berasal dri negara-negara UA, apalagi negara-negara yang
berasal dari NATO. UA telah mengupayakan perdamaian antara Khartoum
dan para pemberontakdi Darfur dan menghasilkan Darfur Peace Agreement
yang ditandatangani di Abuja, Ibukota Negara Nigeria, pada 5 Mei 2006,
setelah perundingan yang berlangsung berbulan-bulan.

2.10 Konflik Berkelanjutan dan Pemberontakan di Somalia


Sewaktu Inggris, Italia dan Prancis seenaknya membagi-bagi Afrika,
bangsa Somalia dipecah dalam lima wilayah terpisah. Saat Somalia
merdeka 1960, British Somaliand dan Italian Somalia digabung membentuk
Republik Somalia. Sejak awal Somalia menolak mengakui perbatasan yang
dibentuk negara-negara penjajah. Para pejuang nasionalis abisius untuk
Somalia Raya, yang menyatukan masyarakat Somalia yang tinggal
diwilayah jatuh ke tangan Kenya, di distrik perbatasan Utara, Ogaden dan
Dijobuti, dimana sepertiga dari 4 juta warga Somalia tinggal. Keinginan
untuk menyatukan kembali itertera dalam konstitusi Somalia dan tercermin

11
dari benderanya, yakni lima bintang, yang melambangkan penduduk
Somalia.

12
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Negara-negara Afrika meskipun sudah merdeka tidak pernah homogen.
Berbagai perbedaan, baik yang obyektif maupun subyektif, tetap ada. Sejak
akhir 1920-an dan awal 1940an, negara-negara yang baru merdeka tersebut
terpecah0pecah menjadi beberapa kelompok politik dan ekonomi.
Lebih dari 40 tahun sesudah merdeka, garisperbatasan negara-negara
Afrika yang mewarisi dari masa kolonisasi relative tetap tidak berubah,
kecuali di Eritera dan Somalia. Perbatasan antarnegara Afrika oleh para
penguasa kolonial ditentukan antara lain dengan cara menarik garis lurus di
atas peta. Hal ini megakibatkan beberapa suku suku yang sama mendiami
beberaoa tempat beberapa negara baru. Ketiadaan batas alam yang jelas
(sungai, gunung atau pantai) berpotensi menimbulkan konflik. Menyadari
kawasan yang menyangkut masalah perbatasan, Presiden Tanzania, Yulius
Nyerere, menegaskan perlunya negara-negara Afrika setelah merdeka agar
tidak tergoda untuk berupaya merubah keyakinan perbatasan. Hal ini
dikemukakan pada 32 rekannya yang menghadiri dala pembukaan KTT di
Adidas Ababa, 25 Mei 1960, yang menandai terbentuknya Organisation of
African Unity (OAU).

1.2 Saran
Dengan diselesaikan makalah tentang Kerja sama antar negara Afrika,
semoga dapat diambil banyak pembelajaran untuk kehidupan sehari hari.
Sesuatu yang berat dirasakan sendiri, akan lebih ringan jika dilakukan
dengan kerja sama, begitupun urusan ketatanegaraan, agar lebih teratur
hubungan yang baik dengan negara lain baik dala penyelesaian masalah
atau pencapaian tujuan.

13
DAFTAR LITERATUR

Adnan, Abdul Hadi. 2007. Perkembangan Hubungan Internasional Afrika


.Penerbit Angkasa : Bandung

Samudra Biru. 2016. Hubungan Internasional di Kawasan Afrika


https://www.samudrabiru.co.id/hubungan-internasional-di-kawasan-
afrika/ . 23 November 2020 (08.15)

14

Anda mungkin juga menyukai