Anda di halaman 1dari 185

2

AIRWAY MANAGEMENT
Apa ke-khusus-an penanganan pasien gawat darurat ? 3

Waktu untuk bertindak : terbatas


Data dasar untuk bertindak : terbatas

Konsep berfikir yang sederhana


Tindakan yang sistematik
Ketrampilan yang memadai
PASIEN TRAU A / NON TRAUMA 4

A = airway
LIFE SUPPORT
B = breathing
Resusitasi
C = circulation
Stabilisasi
D = disability

TERAPI DEFINITIF/
SPESIALISTIK
5
Life support
A ─B─ C─ D ─ E
Quick Diagnosis – Quick Treatment

A= Airway, bebaskan jalan nafas, Lindungi C-spine


B= Breathing, beri bantuan nafas, tambah oksigen
C= Circulation, hentikan perdarahan, beri infus
D= Disability/SSP, cegah TIK ↑
E= Exposure, buka semua baju, cegah hipotermi

Pasien obstruksi (A) atau apneu (B) akan mati dalam 3-5 menit
Pasien shock berat (C) akan mati dalam 1-2 jam
Pasien coma (D) akan mati dalam 1 minggu
6
Bagaimana mengamankan jalan nafas?

rakea
Intubasi
= Gold
t
standard

?
Bagaimana pendapat para ahli anestesiologi?
1.Intubasi oleh bukan ahli dapat timbulkan trauma
2.Resiko: hipoksia fatal/ secondary brain damage,
vagal reflex→ bradikardi berat, cardiac arrest
3.TIK naik hanya dapat dicegah dengan obat-obatan
4.Tidak semua fasilitas kesehatan dilengkapi peralatan untuk
intubasi trakea
7

Trauma wajah berat, dengan potensi obstruksi airway


Intubasi trakea ? Setuju
8

Obstruksi airway karena lidah terdorong ke


hipofaring, lebih sering terjadi.
Intubasi trakea ?
9

Pasien mati karena hipoksia, bukan karena tidak


terpasang endotrakeal tube (ETT)

Tidak semua masalah airway harus


diselesaikan dengan intubasi trakea
Banyak Cara Mengamankan Jalan Nafas
10

1. Basic/ Manual

A. Chin Lift

B.Jaw Thrust
11

C. Head tilt – Chin lift


2. Airway (Alat Bantu Nafas) Dasar 12

A. Oropharyngeal Airway (OPA) / Guedel

B. Nasopharnygeal Airway (NPA)


3. Advanced Airway
13

A. Endotrakeal Tube (ETT)

B. Laryngeal Mask Airway (LMA)


14

C. Combitube
Airway 15

Menilai jalan nafas

Kesadaran (“ the talking patient”)


Look, Listen and Feel

Look
•Agitasi (hipoksia)/ tampak bodoh (hiperkarbia)
•Sianosis
•Retraksi
•Accessory respiratory muscle
16
Listen
•Snoring
•Gurgling
•Stridor
•Hoarness

Feel
•Trachea location
Patients talks clearly ? 17

Airway is adequate
Management: observation and selective intubation
Special consideration in :
•Maxillofacial injury
•Soft-tissue injury of the neck
•Facial or neck burns
Patient is hoarse ? 18

Laryngeal injury
Larngeal/ tracheal burn
Management: Evaluate and perform (if necessary):
•Intubation
•Surgical airway

Patient cannot respond ?


•GCS ≤ 8
•Obstruction due to: Tongue
Aspiration
Foreign body
Maxillofacial injury
Neck Injury
•Cyanosis
•Rocking respirations
•Decreased or no air exchange 19

•Face or neck crepitus


•Neck hematoma or swelling

Management :
Simple management manuevers:
•Suction
•Chin lift
•Jaw thrust
Intubation

Caution !! Protect C-Spine During


Airway Management
20

C-spine protection during airway management


Airway Definitive 21

Pipa dalam trakea dengan balon (cuff) yang dikembangkan.


3 macam:
•Orotrakeal (Intubasi Oral)
•Nasotrakeal (Intubasi Nasal)
•Surgical airway (Krikotiroidotomi/ trakeostomi)
Airway 22

DEFINITIVE
SURGICAL : Krikotiroidotomy
: Trakeostomy

NON SURGICAL : Oral Intubation


: Nasal Intubation
NON DEFINITIVE
OROPHARYNGEAL AIRWAY
NASOPHARNGEAL AIRWAY

TabeI 1- Indikasi Airway Definitif 23

Kebutuhan untuk perlindungan


airway Kebutuhan untuk ventilasi
Tidaksadar Apnea
• Paralisis neuromuskuler
• Tidak sadar
Fraktur maksilofasial Usaha nafas yang tidak adekuat
• Takipnea
• Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan membutuhkan hiperventilasi singkat,
• Muntah - muntah hila teIjadi penurunan keadaan neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
24

OBJECTIVE
 Clear and protected airway

 Oxygenation

 Positive pressure ventilation


Basic Airway Manuever 25

1. Chin Lift
•Tidak boleh akibatkan hiperekstensi
leher.
•Aman untuk C-spine pada korban
trauma
2. Jaw Thrust 26

•Pegang pada angulus


mandibulae, dorong mandibula
ke depan (ventral ).
•Aman untuk C-spine pada
korban trauma
Jaw Thrust Technique 27
3. Head tilt – Chin lift 28

•Gabungan antara manuver Head tilt


dan Chin lift.
•Head tilt: meletakkan telapak tangan di
dahi, kepala diekstensikan.
•Pada pasien trauma: hati-hati cedera
pada C-spine.

•Pada pasien multipel trauma dengan suspek cedera cervical,


manuver yang paling aman : Jaw Thrust.
•Bila dengan Jaw Thrust tidak bisa buka airway: lakukan Head
Tilt – Chin Lift dengan ekstensi kepala minimal.
•Airway tetap merupakan prioritas, meski terdapat cedera C-
spine.
Head Tilt and Chin Lift 29
30

Jangan Lakukan !!
Airway Dasar 31

1. Oropharyngeal Airway (OPA)


•Menahan lidah tidak jatuh ke
belakang .
•Fasilitas suction.
•Mencegah lidah/ ETT tergigit

•Merangsang muntah pada pasien


sadar/ setengah sadar.

•Hati – hati pada anak dapat lukai


jaringan lunak.
32
Oropharyngeal Airway/Guedel

NO: 0 1 2 3 4 5 6
How to measure the right size of 33

Oropharyngeal Airway

Komplikasi
 Obstruksi total
 Laringospasme
 Muntah
Cara Pemasangan Oropharyngeal Airway
34
Dimasukkan mulut dg lengkungan menghadap palatum.
Setelah masuk separuh panjangnya, putar 180° hingga
lengkungan menempel pada lengkungan lidah.

1.
2.

3.
OPA INSERTION TECHNIQUE
35
2. Nasopharyngeal Airway (NPA) 36

Jalan nafas buatan dengan ujung di belakang lidah.


Hati hati pada fraktur basis cranii.
Indikasi:
Pasien setengah sadar dengan nafas spontan.
Lebih dapat ditoleransi pasien daripada OPA, kecil kemungkinan
rangsang muntah.
37

Nasopharyngeal Airway
Komplikasi
Kerusakan mukosa nasal
Laryngospasme
Cara Pemasangan Nasopharyngeal Air w 3 8

ay
Cara pemasangan: beri jelly pelicin, didorong memasuki
lubang hidung hingga ujung pipa terletak di orofaring. Arah ujungnya
datar menyusur dasar rongga hidung, arah menuju anak telinga
(tragus).

1.

2.

3.
NPA INSERTION TECHNIQUE
39
3. Advanced Airway 40

A. Endotrakeal Tube (ETT)

Keuntungan :
Menjaga jalan nafas terbuka
Mengurangi risiko aspirasi
Sebagai fasilitas ‘suction’ trakea
Sebagai fasilitas pemberian oksigen
konsentrasi tinggi
41

Endotrakeal Tube Insertion (ETT)


Komplikasi
Hipoksia
Trauma
Muntah-aspirasi isi
lambung
Hipertensi
Disritmia jantung
Intubasi satu paru
Intubasi esofagus
Cardiac arres t akibat
vagal reflex
Persiapan Intubasi Endotrakeal 42

1. Alat:
A. Laryngoscope
Terdiri dari : Blade (bilah) dan Handle (gagang).
Pilih ukuran blade yg sesuai.
Dewasa : no 3 atau 4
Anak : no 2
Bayi : no 1
Pasang blade dengan handle
Cek lampu harus menyala terang.
Laryngoscope 43
Menyiapkan Laryngoscope
44
1. 2.

3. 4.
Memegang Laryngoscope
45
Memegang laryngoscope
selalu dengan tangan kiri

Posisi tangan yang betul


adalah memegang pada
handle, bukan pada
pertemuan blade dan handle
Melepas Laryngoscope 46

Memasang dan melepas


laryngoscope selalu dengan
sudut 45°
B. Endotrakeal Tube (ET) 47

Pilih ukuran yang sesuai: (ID: Internal Diameter)


Dewasa : ID 6.5 , 7 atau 7.5 Atau ± sebesar
kelingking kiri pasien
Anak : ID = 4 + (Umur : 4)

Bayi : Prematur : ID 2.5


Aterm : 3.0 – 3.5
Selalu menyiapkan satu ukuran dibawah dan diatas.
Pilih ET yang High Volume Low Pressure (ETT putih/ fortex)
Bila memakai yg re-useable, cek cuff dan patensi lubang ET.
48
ETT dissposible (Low
Pressure High Volume)

ETT re-usable (High


Pressure Low Volume)
Tidak dianjurkan.
C. Spuit 20 cc. 49

D. Stylet (bila perlu).


E. Handsgloves steril.
F. KY jelly.
G. Forcep Magill (bila perlu).
H. AMBU Bag dg kantung reservoir dihubungkan dengan
sumber oksigen.

I. Plester untuk fiksasi ETT.


J. Oropharngeal Airway.
H. Alat suction dg suction catheter .
K. Stetoscope.
2. Obat Emergency 50

- Sulfas Atropin (SA) dalam spuit


- Adrenaline dalam spuit.

3. Pasien
Informed consent mengenai tujuan dan resiko tindakan.

Ingat resiko/komplikasi intubasi bisa berakibat


fatal !!!
Persiapan Intubasi Endotrakeal 51
Langkah – langkah Intubasi Endotrakeal52
Ventilasi tekanan positif dan Oksigenasi
Harus dilakukan sebelum intubasi.
Dada harus mengembang selama ventilasi diberikan.
Oksigenasi dengan oksigen 100% (10 L/menit).
Bila intubasi gagal (waktu >30 detik), lakukan ventilasi dan
oksigenasi ulang, bahaya hipoksia !!!
Posisi Tangan Saat Ventilasi Tekanan Positif
53

Ibu jari dan jari telunjuk


menekan face mask ke bawah
sambil mempertahankan sekat
yg tidak bocor antara face
mask dan penderita.

Jari tengah, jari manis dan


kelingking pada ramus
mandibula, mendorong ke atas
sambil membuka airway.
INTUBASI TRAKEA
54

Singkirkan lidah ke kiri


Cari Epiglotis
POSITION OF THE TIP OF LARYNGOSCOPE 55

BLADE

LIDAH
VALEKULA
EPIGLOTIS

Trakea

Esofagus !!!

Sniffing Position
Mambantu Visualisasi laring
ELEVASI LARINGOSKOP 56

Gunakan kekuatan tangan untuk mengangkat. Jangan diungkit dg


menggunakan gigi seri atas sebagai titik tumpu (awas patah!!).

Arah elevasi laringoskop Jangan diungkit !!!


INTUBASI TRAKEA 57
INTUBASI TRAKEA 58

Plica Vocalis Epiglotis Trakea


59

BURP MANUEVER
 Menekan kartilago krikoid ke bawah, atas, kanan
(Back, Up, Right Pressure= BURP)
 Membantu visualisasi plika vokalis
 Dilakukan oleh asisten yg membantu intubator
ADAM’S APPLE

BURP

THYROID
CRICOID
INTUBASI TRAKEA
60

G. .Intubasi endobronkhial

Ujung distal cuff


Cara cegah intubasi endobronkhial:
Masukkan ETT hanya sampai ujung distal cuff lewati plica
vocalis
TEKNIK INTUBASI TRAKEA 61
Buka mulut dengan tangan kanan, gerakan jari menyilang (ibu jari men n
mandibula, jari telunjuk menekan maksila)
Pegang laringoskop dg tangan kiri, masukkan melalui sisi sebelah kanan
mulut, singkirkan lidah ke samping kiri
Cari epiglotis. Tempatkan ujung bilah laringoskop di valekula
(pertemuan epiglotis dan pangkal lidah)
Angkat epiglotis dg elevasi laringoskop ke atas (jangan menggunakan gigi
seri atas sbg tumpuan !!!) untuk melihat plika vokalis
Bila tidak terlihat, minta bantuan asisten utk lakukan BURP manuver (Back,
Up, Right Pressure) pada kartilago krikoid sampai terlihat plika vokalis
Masukkan ETT, bimbing ujungnya masuk trakea sampai cuff ETT melewati
plika vokalis
Kembangkan cuff ETT secukupnya (sampai tidak ada kebocoran udara)
Pasang OPA
Sambungkan konektor ETT dg ambu bag. Beri ventilasi buatan. Cek suara
paru kanan = kiri, Awas intubasi endobronkial !!
Fiksasi ETT dengan plester
Teknik Oral
62

2
63

3
4
64

5
Teknik Nasal 65

1 2
66

4
68

MENCEGAH KOMPLIKASI
INTUBASI TRAKEA
Dilakukan oleh tenaga terlatih
Alat-alat intubasi lengkap : laryngoskop & pipa
trakea berbagai ukuran
Intubasi dilakukan < 30 detik
Dilakukan penekanan pada kartilago krikoid
(BURP Manuever)
Pilih pipa trakea ‘high volume low pressure
cuff’
RJP DENGAN PASIEN 69

TERPASANG ETT

Pasien dengan
intubasi trakhea,
bantuan ventilasi
tidak perlu sinkron
dengan kompresi
dada pada saat RJP
Airway Management 70
Intubation 71
3. Advanced Airway 72

B. Laryngeal Mask Airway

Keuntungan :
•Teknik pemasangan lebih mudah
•Trauma lebih sedikit
•Tidak membutuhkan laringoskop

Kerugian :Tidak melindungi terhadap aspirasi


Laryngeal Mask Airway 73
Foreign Body Airway
Obstruction
(FBAO)
Conscious Adult Choking 75

Steps Involved in Relief of FBAO ( Conscious)


1. To confirm that the victim is choking, ask: “Are you choking?”
If the victim is choking, he will not be able to Speak, Breathe or Cough.

If “YES”, say “I am trained, can I help?”

2. If the victim is upright, the rescuer stands behind the victim.


If the victim is sitting, the rescuer kneels down and positions himself
behind the victim.

3. Put your arms around the victim’s abdomen.


Place fist with thumb side against victim’s abdomen in the mid line about
2 fingers’ breadth above the navel and well below the tip of the xiphoid.
Give quick inward and upward thrusts in one motion into the victim’s
abdomen until the foreign body is expelled or the victim becomes
unconscious.
ADULT HEIMLICH MANEUVER 76

Look for the Universal Sign of the victim's hand across their throat . . . . . . .

•if the victim is making sound or moving air, encourage them to cough.
•If the victim is not making sound, or is turning color, intervene.
•Announce to the victim that you know the Heimlich Manuver and can help!
•Have someone activate emergency medical system - CALL 911.
•Stand behind the victim with your arms wrapped around the 77
victims chest.
•Feel for the victim's xiphoid process with your right hand.
Make a fist with your left hand and place it (THUMB IN) below the right
han7d8.

•Wrap the right hand over the left hand.


•Give inward and upward thrusts towards the shoulder blades.
•Repeat this until either the obstruction is removed, or the victim becomes
unconscious.
•If the victim becomes unconscious, assist them to the ground and perform
•C.P.R. CONTINUE UNINTERRUPTED UNTIL ADVANCED
LIFE SUPPORT IS AVAILABLE.
79

Subdiaphragmatic abdominal thrust


(the Heimlich maneuver) administered to a conscious
(standing) victim of foreign body airway obstruction.
80

Subdiaphragmatic abdominal thrust (the Heimlich


maneuver) administered to a conscious (standing)
victim of foreign body airway obstruction.
ADULT CHOKING MOVIE
81
CHILD HEIMLICH MANUVER 82

Look for the Universal Sign of the victim's hand across their throat.

•If the victim is making sound or moving air, encourage them to cough.
•If the victim is not making sound, or is turning color, intervene.
•Announce to the victim that you know the Heimlich Manuver and can help!
•Have someone activate emergency medical system - CALL 911.
•If you are alone, perform Heimlich Manuver first, then call 911, because 8c3 hil
n need air !!!

•Stand behind the victim with your arms wrapped around the victims chest.
•Feel for the victim's xiphoid process with your left hand.
•Make a fist with your right hand and place it (THUMB IN)below the left hand.
84

Wrap the left hand over the right hand.


Give inward and upward thrusts towards the shoulder blades.
Repeat this until either the obstruction is removed, or the victim becomes
unconscious.
85
•If the victim becomes unconscious, assist them to the ground and
perform C.P.R.

CONTINUE UNINTERRUPTED UNTIL ADVANCED LIFE SUPPORT IS


AVAILABLE.
CHILD CHOKING MOVIE 86
INFANT HEIMLICH MANUVER 87
Intervene if the infant is turning color, or is not making sound !!!

•Place victim flat on his/her back with their head to your right, on
a hard surface.
With your left hand cupped in a "C" shape, grab the infant by the jaw
and rest the remainder of your arm across the infant's body. 88

•Lift the infant with your left hand and invert the victim so their body is resting across
the rescuer's left arm with the legs straddling your arm.
•Lower the victim's head.
•With the infant's back towards you, perform 5 back blows at the
level of the infant's shoulder blades with the heel of your right 89
hand.

Back blow in an infant.


•Sandwich the infant between both arms, supporting the head with your
90
right hand.
•Invert the victim to the right arm, facing upwards with the legs
straddling your right arm and move the victim to the level of your chest.
•Take the left hand,and extend the middle 3 fingers. Place them on the
infant's chest with the index finger in the center of the chest at the91
nipple line.
•Raise the index finger and depress sternum 1 inch using the remaining 2
fingers.
•Perform 5 compresions (Chest Thrust)
•Look in the infant's mouth to see if the foreign body has been
92
displaced.
93

•If no air goes in, reposition the head and try again.
•If no response after 1 minute, call emergency medical system dial-911
•Return to victim and continue the Heimlich Manuver.

CONTINUE UNINTERRUPTED UNTIL ADVANCED


LIFE
SUPPORT IS
AVAILABLE.
INFANT CHOKING MOVIE
94
Steps Involved in Relief of FBAO ( Conscious to Unconsci9o5us)
1. Ask: “Are you choking?”

2. Perform abdominal thrusts (Heimlich maneuver) / For pregnant and


very obese victims, perform chest thrusts.

If the victim becomes Unconscious,

3. Position the victim on his back and call “Help! Call 995”

4. Open the airway – Perform Head-Tilt-Chin Lift

5. Push chin down and check mouth for foreign body object

6. If foreign body is seen, If foreign body is seen, insert the index finger of
the other hand down along the inside of the cheek and deeply into the throat.
Use a hooking action to dislodge the foreign body and maneuver it out of
the mouth./ Take precaution not to force the foreign body deeper into
the throat. This maneuver is known as the finger sweep.
Finger Sweep 96

Check for Foreign Body – use Push chin


down
If foreign body is seen, insert the index
finger of the other hand down along the
inside of the cheek and deeply into the
throat.

Use a hooking action to dislodge the foreign body and


maneuver it out of the mouth./ Take precaution not to
force the foreign body deeper into the throat. This man
oeuvre is known as the finger sweep.
Steps Involved in Relief of FBAO ( Conscious to Unconscio9u7s)

7. Check breathing – Look, Listen and See

8. If there is no breathing, attempt to ventilate (1st ventilation). If the chest


does not rise, reposition victim’s head and reattempt to ventilate
(2nd ventilation)

9. If the chest does not rise again, give 30 chest thrusts. The hand position
for chest thrusts is the same as chest compression performed in CPR.

10. Repeat S/N 4 to 8 until there are 2 successful ventilations, and check the
breathing.
98

The Self-Administered Heimlich Maneuver


1. To treat one’s own complete FBAO, make a fist with one hand, place
the thumb side on the abdomen above the navel (2 fingers breadth) and
below the xiphoid process, grasp the fist with the other hand, and then
press inward and upward toward the diaphragm with a quick motion.

2. If unsuccessful, the victim can also press the upper abdomen over any
firm surface such as the back of a chair, side of table, or porch
railing. Several thrusts may be needed to clear the airway.
Chest Thrust 99

May be used as an alternative to Heimlich Maneuver. It is performed on


obese or pregnant victim.

1. To confirm that the victim is choking, ask: “Are you choking?”


If the victim is choking, he will not be able to Speak, Breathe or Cough.

If “YES”, say “I am trained, can I help?”

2. If the victim is upright, the rescuer stands behind the victim.


If the victim is sitting, the rescuer kneels down and positions himself
behind the victim.
3. Place your arms under the victim’s armpits to encircle the chest. 100
Place one fist with thumb side on the middle of the breastbone.
Grasp fist with the other hand and give successive quick backward
thrusts..
Deliver each thrust firmly and distinctly with the intent of relieving the
obstruction until the foreign body is expelled or the victim becomes
unconscious.
When the victim becomes unconscious, the rescuer should activate
emergency medical services by dialing 995 for an ambulance and begin
CPR.
101

Chest thrust administered to a conscious victim (standing) of


foreign body airway obstruction.
102

Chest thrust administered to an unconscious victim (lying) of


foreign body airway obstruction.
ATLS AIRWAY ALGORITHM
103
Able to oxygenate? Definitive airway I Surgical
104
airway

Assessairway anatomy
Predict ease of intubation (eg, LEMON)

Intubation-drug-assisted
Call for assistance, if available
Cricoid pressure

Consider adjunct
Consider awake intubation
(eg, GEB/LMA/LTA)

Definitive airway I Surgical airway


NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY 105
SURGICAL CRICOTHYROIDOTOMY 106
107
Basic Life Support

Henti jantung adalah suatu keadaan dimana jantung berhenti berdetak, sehingga jantung tidak dapat
memompa darah keseluruh tubuh. Pasien dengan henti jantung: jantung berhenti berdetak, pasien tidak
bernafas dan tidak sadarkan diri. Apabila henti jantung terjadi, pasien harus langsung dilakukan tindakan
RJP. Keadaan ini disebabkan oleh banyak hal. Akan tetapi apabila anda menemukan atau bertemu
dengan orang yang mengalami henti jantung, anda tau apa yang harus anda lakukan.
Hasil observasi
No Tindakan Dilakukan Tidak dilakukan

DANGER
1 Memakai alat pelindung diri dan memastikan
keamanan penolong, lingkungan dan keamanan
korban
RESPONSE
2 Menilai respon korban dengan cara:
a. Memanggil korban, seperti “Bangun, pak” atau
“buka mata pak”
b. Menepuk bahu atau mencubit korban
SHOUT FOR HELP (Teriak Minta Tolong)
3 Meminta pertolongan sambil tetap bersama korban
dengan cara:
a. Menggunakan handphone untuk memanggil
bantuan / ambulans
b. Jika sendirian tanpa handphone, memanggil
bantuan dengan berteriak
4 c. memindahkan korban pada tempat datar dan
keras
d. Mengatur posisi penolong: berlutut di samping
korban.
CIRCULATION
5 Memeriksa apakah nafas korban terhenti atau
tersengal sambil memerikdsa apakah nadi karotis
tidak teraba (dilakukan bersamaan dalam waktu <
10 detik)
6 Memberikan kompresi 30 kali:
a. Meletakkan kedua tumit telapak tangan
menumpuk pada pertengahan dada (seperdua
bawah sternum) dengan posisi lengan tegak
lurus menghindari ujung jari-jari menyentuh
dinding dada korban
b. Kedalaman tekanan 5-6 cm dengan kecepatan
100-120x/menit
AIRWAY
7 Membersihkan dan membuka jalan nafas dengan
head tilt-chin lift atau jaw trust (jika dicurigai
cedera servikal).
BREATHING
8 memberikan bantuan nafas sebanyak 2 kali
9 Melakukan kompresi dan ventilasi dengan
kombinasi 30:2
10 Melakukan evaluasi (sekitar 2 menit) :
a. Jika nadi dan napas belum ada, tehnik
kombinasi diulangi kembali dimulai dengan
kompresi
b. Jika nadi ada tapi napas belum ada, berikan
rescue breathing 1 ventilasi tiap 5-6 detik dan
evaluasi tiap 2 detik
c. Jika nadi dan napas ada tapi belum sadar,
posisikan korban pada recovery position (posisi
pemulihan).
SKOR

Tambahan:
1. Proteksi dengan pengguaan APD/PPE terlebih dahulu

2. Mulai alur CPR (DRS-CAB).

3. Maksimalkan High Quality CPR


Identifikasi 4 jenis Arimia Letal pada kasus Cardiac Arrest:

Tim dalam ACLS khususnya aktivasi Code Blue Cardiac Arrest pada EMT sekunder.
KEJADIAN PENTING
AMERIC AN HEAR T A S S OCIATION tahu n 2020

PEDOMAN CPR
DAN ECC
American Heart Association berterima kasih kepada para pihak berikut ini atas kontribusi mereka dalam penyusunan publikasi ini: Eric J.
Lavonas, MD, MS; David J. Magid, MD, MPH; Khalid Aziz, MBBS, BA, MA, MEd(IT); Katherine M. Berg, MD; Adam Cheng, MD;
Amber V. Hoover, RN, MSN; Melissa Mahgoub, PhD; Ashish R. Panchal, MD, PhD; Amber J. Rodriguez, PhD; Alexis A.
Topjian, MD, MSCE; Comilla Sasson, MD, PhD; dan Tim Proyek Fokus Utama Pedoman AHA.

© 2020 American Heart Association JN-1078

2 American Heart Association eccguidelines.heart.org 2


Topik

Bantuan Hidup Bantuan Hidup


Dasar dan Dasar dan Bantuan Hidup Ilmu Pendidikan Sistem
Lanjutan Dewasa Lanjutan Pediatri Neonatal Resusitasi Perawatan

Pengantar
Fokus utama ini berisi rangkuman isu dan perubahan penting dalam 2020 American Heart Association (AHA) Pedoman
untuk Resusitasi Kardiopulmoner (Cardiopulmonary Resuscitation/CPR) dan Perawatan Kardiovaskular Darurat (Emergency
Cardiovascular Care/ECC). Pedoman 2020 adalah versi revisi komprehensif pedoman AHA untuk individu dewasa,
pediatrik, neonatal, ilmu pendidikan resusitasi, dan topik mengenai sistem perawatan. Pedoman ini dikembangkan untuk
penyedia pelayanan resusitasi dan instruktur AHA agar dapat fokus pada rekomendasi ilmu dan pedoman resusitasi yang
paling signifikan atau kontroversial, atau yang akan mengakibatkan perubahan dalam pelatihan dan praktik resusitasi, dan
untuk memberikan alasan untuk rekomendasi.
Dokumen ini tidak mereferensikan penelitian pendukung yang dipublikasikan dan tidak mencantumkan Kelas Rekomendasi
(Classes of Recommendation/COR) atau Tingkat Pembuktian (Levels of Evidence/LOE) karena ditujukan sebagai ringkasan.
Untuk informasi dan referensi lebih terperinci, silakan baca 2020 AHA Guidelines for CPR and ECC, termasuk Ringkasan
Informasi,1 yang diterbitkan dalam Circulation pada bulan Oktober 2020, dan ringkasan berisi perincian ilmu resusitasi
dalam 2020 International Consensus on CPR and ECC Science With Treatment Recommendations, yang dikembangkan
oleh International Liaison Committee on Resuscitation (ILCOR) dan diterbitkan secara simultan dalam Circulation2 dan
Resuscitation3 pada bulan Oktober 2020. Metode yang digunakan oleh ILCOR untuk melakukan evaluasi bukti4 dan oleh
AHA untuk menerjemahkan evaluasi bukti ini ke dalam pedoman resusitasi5 telah diterbitkan secara terperinci.
Pedoman 2020 menggunakan versi terbaru dari definisi AHA untuk COR dan LOE (Gambar 1). Secara keseluruhan,
491 rekomendasi khusus dibuat untuk bantuan hidup dewasa, anak, dan neonatal; ilmu pendidikan resusitasi; dan sistem
perawatan. Dari rekomendasi tersebut, 161 adalah rekomendasi kelas 1 dan 293 adalah rekomendasi kelas 2 (Gambar
2). Selain itu, 37 rekomendasi adalah kelas 3, termasuk 19 untuk bukti tidak adanya manfaat dan 18 untuk bukti bahaya.

3 American Heart Association eccguidelines.heart.org 3


Gambar 1. Menerapkan Kelas Rekomendasi dan Tingkat Bukti pada Strategi Klinis, Intervensi, Perawatan, atau Pengujian Diagnostik
dalam Perawatan Pasien (Diperbarui Mei 2019)*

4 American Heart Association eccguidelines.heart.org 4


Gam
bar 2. Distribusi COR dan LOE dalam persen dari 491 total rekomendasi pada 2020 AHA Guidelines for CPR and ECC.*

5 American Heart Association eccguidelines.heart.org 5


*Hasil adalah persen dari 491 rekomendasi dalam Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan Dewasa, Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan
Pediatri, Bantuan Hidup Neonatal, Ilmu Pendidikan Resusitasi, dan Sistem Perawatan.
Singkatan: COR, Kelas Rekomendasi; EO, pendapat ahli; LD, data terbatas; LOE, Tingkat Bukti; NR, tidak diacak; R, Diacak.

Tentang Rekomendasi
Fakta bahwa hanya 6 dari 491 rekomendasi ini (1,2%) didasarkan pada bukti Tingkat A (setidaknya 1 uji klinis acak
berkualitas tinggi [RCT], yang diperkuat oleh uji coba kualitas tinggi kedua atau studi pendataan) membuktikan tantangan
yang sedang berlangsung dalam melakukan penelitian resusitasi berkualitas tinggi. Upaya nasional dan internasional
bersama diperlukan untuk mendanai dan mendukung penelitian resusitasi.
Proses evaluasi bukti ILCOR dan proses pengembangan pedoman AHA sama-sama diatur oleh kebijakan pengungkapan
AHA yang ketat yang dirancang untuk menciptakan transparansi sepenuhnya dalam hubungan dengan industri dan konflik
kepentingan lainnya dan untuk melindungi proses ini dari pengaruh yang tidak semestinya. Staf AHA memproses
pengungkapan konflik kepentingan dari semua peserta. Seluruh ketua kelompok penulisan pedoman dan setidaknya 50%
anggota kelompok penulisan pedoman tidak boleh terlibat sama sekali dalam semua konflik kepentingan, dan semua
hubungan yang relevan diungkapkan dalam publikasi terkait Konsensus Sains Dengan Rekomendasi Pengobatan dan
Pedoman.

6 American Heart Association eccguidelines.heart.org 6


Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan Dewasa
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan Besar Pada oksigenasi, kontrol tekanan darah, evaluasi untuk
tahun 2015, sekitar 350.000 individu dewasa di Amerika intervensi koroner perkutan, manajemen suhu yang
Serikat mengalami henti jantung di luar rumah sakit (OHCA) ditargetkan, dan neuroprognostikasi multimodal.
nontraumatik dan ditangani oleh personel layanan medis • Karena pemulihan dari henti jantung berlangsung lama
darurat (EMS). Terlepas dari peningkatan baru-baru ini, setelah pasien masuk untuk rawat inap, pasien harus
kurang dari 40% individu dewasa menerima CPR yang mendapatkan penilaian formal dan dukungan untuk
dimulai oleh individu awam, dan kurang dari 12% yang kebutuhan fisik, kognitif, dan psikososial mereka.
menerapkan defibrilator eksternal otomatis (automated
external defibrillator/AED) sebelum kedatangan EMS. • Setelah resusitasi, pengarahan untuk penyelamat awam,
Setelah peningkatan yang signifikan, kelangsungan hidup penyedia EMS, dan petugas perawatan kesehatan
setelah mengalami OHCA telah stabil sejak 2012. berbasis rumah sakit dapat turut mendukung kesehatan
mental dan keselamatan mereka.
Selain itu, sekitar 1,2% individu dewasa yang dirawat di
rumah sakit AS menderita henti jantung di rumah sakit • Penanganan henti jantung pada kehamilan berfokus pada
(IHCA). Manfaat bantuan untuk IHCA jauh lebih baik daripada resusitasi ibu, dengan persiapan untuk persalinan sesar
manfaat bantuan untuk OHCA, dan manfaat bantuan untuk perimortem dini jika perlu untuk menyelamatkan bayi dan
IHCA terus meningkat. meningkatkan peluang keberhasilan resusitasi ibu.
Rekomendasi untuk bantuan hidup dasar (BLS) individu
dewasa dan bantuan hidup kardiovaskular lanjutan (ACLS) Algoritma dan Alat Bantu Visual
digabungkan dalam Pedoman 2020. Perubahan besar Kelompok penulis meninjau semua algoritme dan membuat
baru meliputi: peningkatan terfokus pada alat bantu pelatihan visual untuk
memastikan kegunaannya sebagai alat bantu perawatan
• Peningkatan algoritme dan alat bantu visual memberikan berbasis sains terbaru. Perubahan besar pada algoritme dan
panduan yang mudah diingat untuk skenario resusitasi alat bantu kinerja lainnya meliputi hal berikut:
BLS dan ACLS.
• Tautan keenam, Pemulihan, ditambahkan ke Rantai
• Pentingnya inisiasi CPR dini yang dilakukan oleh Bertahan Hidup IHCA dan OHCA (Gambar 3).
penyelamat awam telah ditekankan kembali.
• Algoritma Henti Jantung Dewasa universal telah
• Rekomendasi sebelumnya tentang pemberian epinefrin dimodifikasi untuk menekankan peran pemberian epinefrin
telah ditegaskan kembali, dengan penekanan pada dini pada pasien dengan ritme tidak dapat didefibrilasi
pemberian epinefrin dini. (Gambar 4).
• Umpan balik audiovisual waktu nyata sebagai cara untuk • Dua Algoritma Darurat Terkait Opioid baru telah
menjaga kualitas CPR sebaiknya digunakan. ditambahkan untuk penyelamat awam dan penyelamat
• Pengukuran tekanan darah arteri dan karbon dioksida terlatih (Gambar 5 dan 6).
end-tidal (ETCO2 ) secara terus-menerus selama resusitasi • Algoritma Perawatan Pasca-Henti Jantung telah diperbarui
ACLS mungkin berguna untuk meningkatkan kualitas CPR. untuk menekankan perlunya mencegah hiperoksia,
• Berdasarkan bukti terbaru, penggunaan rutin defibrilasi hipoksemia, dan hipotensi (Gambar 7).
sekuensial ganda tidak direkomendasikan. • Diagram baru telah ditambahkan untuk memandu dan
• Akses Intravena (IV) adalah rute pemberian obat yang memberikan informasi tentang neuroprognostikasi
diutamakan selama resusitasi ACLS. Akses (Gambar 8).
Intraosseous (IO) dapat diterima jika akses IV tidak • Algoritma Baru Henti Jantung dalam Kehamilan telah
tersedia. ditambahkan untuk menangani kasus-kasus khusus ini
• Perawatan pasien setelah kembalinya sirkulasi spontan (Gambar 9).
(ROSC) membutuhkan perhatian yang cermat terhadap

7 American Heart Association eccguidelines.heart.org 7


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Gambar 4. Algoritme Henti Jantung


Dewasa.

Terlepas dari peningkatan baru-baru ini,


kurang dari 40% individu dewasa menerima
CPR yang dimulai oleh individu awam, dan
kurang dari 12% yang menerapkan AED
sebelum kedatangan EMS.

Gambar 3. Rantai Bertahan Hidup AHA untuk IHCA dan OHCA dewasa.

8 American Heart Association eccguidelines.heart.org 8


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Gambar 4. Algoritme Henti Jantung


Dewasa.

8 American Heart Association eccguidelines.heart.org 8


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Gambar 4. Algoritme Henti Jantung


Dewasa.

Gambar 5. Darurat Terkait Opioid untuk Algoritma Penyelamat Awam.

9 American Heart Association eccguidelines.heart.org 9


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Gambar 6. Darurat Terkait Opioid untuk Algoritma Penyedia Layanan Kesehatan.

10 American Heart Association eccguidelines.heart.org 1


0
Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Gambar 6. Darurat Terkait Opioid untuk Algoritma Penyedia Layanan Kesehatan.


Gambar 7. Algoritma Perawatan Pasca-Henti Jantung Dewasa.

11 American Heart Association eccguidelines.heart.org 1


1
Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Gambar 8. Pendekatan yang direkomendasikan untuk neuroprognostikasi multimodal pada pasien dewasa setelah henti
jantung.

12 American Heart Association eccguidelines.heart.org 1


2
Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Gambar 8. Pendekatan yang direkomendasikan untuk neuroprognostikasi multimodal pada pasien dewasa setelah henti
Gambar
jantung.9. Henti Jantung pada Algoritma ACLS Kehamilan di Rumah Sakit.

13 American Heart Association eccguidelines.heart.org 1


3
Rekomendasi Utama yang Baru dan 16 studi observasional terhadap dan saturasi oksigen vena sentral)
periode dalam tinjauan sistematis perlu dilakukan jika pemantauan dan
Telah Diperbarui pengopti
baru-baru ini malan
menemukan kualitas
hubungan CPR,
panduan

Inisia 2 ru
si 0 s
1 be
Awal
0 ra
CPR ( su
Peny L m
elam a si
at m ba
Awa a hw
m ): a
P he
2020 e nti
(Terb n jan
aru): y tu
Kami e ng
mere l ter
kom a ja
enda m di
sika a jik
n t a
agar a in
indiv w di
idu a vi
awa m du
m de
mem ti w
ulai d as
CPR a a
untu k tib
k p a-
duga e tib
an rl a
henti u pi
jantu m ng
ng e sa
kare m n
na e ata
risik r u
o i ko
baha k rb
ya s an
pada a ya
pasi d ng
en e tid
rend n ak
ah y re
jika u sp
pasi t on
en n sif
tidak a t
men d i
gala i d
mi d a
henti a k
jantu n
ng. h b
a e

14 American Heart Association eccguidelines.heart.org 14


rn bar kah antara g gis menguntungk terapi i
ap u men epinefrin a yan an. vasopres t
as me ahan dini dan n g sor, dan e
de nun CPR deteksi k
ROSC hi me ROSC
ng juk dari untuk d ng a
an kan korb dapat n
pasien u unt diupayak
no bah an dengan p un a
rm wa tanp an. n
ritme te gka
al. ko a yang ta n A d
Pe mp deny tidak pi dan l a
ny resi ut dapat di tida a r2
ed dad lebih s a
didefibril be k
ia a berisi a h
asi, ri me
lay pad ko n a
meskipu ka ngu
an a darip : rt
an kor ada n n ntu e
ke ban kom peningka s ngk ri
M
se saa presi tan et an. d
e
ha t dada kelangsu el Ma a
s
ta tida yang ngan a ka, k n
n k tidak hidup h pendekat i E
tid me diper secara b an yang p T
ak nga lukan umum e paling u C
bol lam . tidak b bermanfa n O
eh i terlihat. er at untuk
m hent Untuk a tampakn p memanta
e i pasien p ya terus e u kualitas
m jant dengan a menggun n CPR
eri ung ritme m akan g adalah
ks beri yang en obat yang g konsep
a sik dapat it telah u yang
de o didefibril w terbukti n 2
sudah
ny ren asi, ak meningk a mapan,
ut dah literatur tu atkan a data baru
na . menduku he kelangsu n menduku
di Pen ng nt ngan ng
leb yel prioritas i hidup dan p pencantu
ih am defibrilasi bi terus e mannya
dari 10 at dan CPR sa berfokus m dalam
detik awa a pedoman.
di tahap ja pada
dan, m n Data dari
awal dan di upaya
jika tida t registri
pemberi m yang
penyel k a Get With
an e lebih luas
amat dap u The
tidak at epinefrin ni untuk Guideline
jika upaya n mempers a
meras men n s®-
akan ilai awal g ingkat Resuscitat
denyu den dengan k waktu ion AHA
f
t nadi gan CPR dan at obat menunjuk
i
dalam aku defibrilasi k untuk kan
s
jangka rat tidak a semua kemungki
i
waktu apa berhasil. n pasien; nan ROSC
o
terseb kah Set ha dengan l yang lebih
ut, kor iap sil melakuka o tinggi
penye ban obat pe n itu, g saat
lamat me yang ni lebih i kualitas
harus mili meni la banyak s CPR
memul ki ngkat ia penyinta dipantau
ai den kan n s dapat s menggun
kompr yut laju n menerim e akan
esi nadi ROS e a hasil p ETCO
dada. , C dan ur penilaian e atau
dan kelan ol neurologi r
Alasan:
apa o s yang t
Bukti gsun

15 American Heart Association eccguidelines.heart.org 15


tekanan darah idealnya Didukung a e ine n a
diastolik. 20 mm Hg l m l fri i i
Pemant atau lebih, 2020 (Baru): e i n n a
auan ini mungkin Kegunaan d t b m g n
bergantun berguna defibrilasi i a a en k n
g pada sebagai sekuensial d - t in a e
keberadaa penanda ganda untuk u a k gk t u
n tabung kualitas ritme yang k n a at a r
endotrake CPR. u a n ka n o
Sasaran n l n l
al
ideal belum g i l R y o
(ETT) atau jalur
teridentifik s e O a g
arteri secara
o i b SC n 2 i
terpisah. asi.
l s i da g s
Menargetkan n y
e , h
kompresi ke Defibrilasi ke a
h y t
nilai ETCO Sekuensial a d la i n
setidaknya 10 Ganda n a ng d g
r
mm Hg, dan Tidak e g r su a m
dapat k m i ng k e
Umpan Balik didefibrilasi e an n
refraktori o
Audiovisual Waktu belum m n 8 hi s g
Nyata ditentukan. e c 5 du i u
Administrasi Awal n a 0 p. g n
Epinefrin Alasan: k Pa t
Defibrilasi d 0 n
2020sekuensial u da u
ganda
beruba a i
kembal s p p 3 f n
2020 202 irama i a bu i g
(Tidak 0 yang h s la k k
beruba (Tid dapa b a i n, a a
h/Diteg ak t e s e pe n n
askan ber didef r i n ri p d
kembal uba ibrila d l od a a
i): h/Di si a d O e d n
Denga tega diper s a H ya a ti
n ska bole a r C ng d
pertim n hkan r i A di p a
banga kem setel k 2 , nil e k
n bali ah a u ai n m
waktu, ): upay n ji y pal y e
pembe De a c a in i n
rian nga defib t o n g n g
epinefr n rilasi i b g sig t u
in per awal n a nif a n
untuk tim gagal j m ik s t
henti ban . a a e an u
jantun gan u c n un d n
Al tu g
g wa a a u e
as k k
denga ktu, n k n n
an pe a
n pe e j g
: m n
irama mb s p u a
Pe uli p
yang eria i i k n
m ha a
tidak n s n k
be n d
dapat epi t e a h
ri ne a
didefib nefr e f n a
an ur k
rilasi in m r s
ep ol e
diperb unt a i b i
in og l
olehka uk t n a l
efr is, o
n hen i y h
in ter m
seseg ti s a w p
le da p
era jant n a e
bi pa o
mungk ung d g n
h t k
in. den a e i
a pe e
gan n m p l
w

16 American Heart Association eccguidelines.heart.org 16


pinefr Mengguna darah arteri
kan adalah RC apakah
in. atau ETCO 2
perangkat perlu praktik T defibrila
umpan digunakan penerap perco si
balik jika an kejut ntoha sekuen
audiov pemantauan secara n sial
isual dan hampir baru- ganda
saat pengopt bersama
imalan baru berman
CPR an
kualitas ini faat.
berlan dengan
CPR menu
gsung menggu
untuk dapat njukk
nakan 2 an
pengo dilakuka defibrilat
ptimal n. bahwa
or.
an meng
2015 Meskipu
perfor ubah
(Lama): n
ma arah
Meskipun beberapa
CPR arus
tidak ada laporan
secara kasus defibri
studi klinis
real- telah lasi
yang
time menunju denga
meneliti
mungkin kkan n
apakah
perlu upaya hasil memp
dilakuka titrasi yang osisik
n. resusitasi ke baik, an
Alasan: parameter tinjauan ulang
Sebuah fisiologis sistemati pad
RCT baru- selama CPR s ILCOR mungk
baru ini meningkatka tahun in
melaporkan n manfaat, 2020 sama
peningkata penggunaan tidak efektif
n parameter menemu nya
kelangsung fisiologis kan bukti denga
an hidup (kapnografi yang n
sebesar bentuk menduk defibri
25% untuk gelombang ung lasi
keluar kuantitatif, defibrilasi sekue
dari rumah tekanan sekuensi nsial
sakit diastolik al ganda ganda
setelah relaksasi dan tidak sambil
mengala arteri, mereko meng
mi IHCA pemantauan mendasi hindar
dengan tekanan kan
i
umpan arteri, penggun
risiko
balik audio aan
penin
pada rutinnya.
Studi gkata
kedalama n
n yang ada
dipengar energi
kompresi
uhi oleh dan
dan
berbagai kerus
kembalin
macam akan
ya rongga
bias, dan pada
dada.
studi defibri
observas llator.
Pemantaua
ional Berda
n Fisiologis sarka
tidak
Kualitas menunju n
CPR kkan bukti
hasil saat
2020 yang ini,
(Terbaru): lebih tidak
Parameter baik. diketa
fisiologis
hui
seperti
tekanan

17 American Heart Association eccguidelines.heart.org 17


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa

Akses IV Lebih Diutamakan daripada IO Pedoman 2020 mengevaluasi jadi mengalami efek emosional atau
19 modalitas berbeda dan temuan psikologis dalam merawat pasien dengan
2020 (Baru): Penyedia perlu menetapkan spesifik serta menyajikan bukti henti jantung. Pengarahan
akses IV sebelum memberikan obat untuk masing-masing. Diagram baru
pada kasus henti jantung. menyajikan pendekatan multimodal
2020 (Terbaru): Akses IO dapat dipilih terhadap neuroprognostikasi ini.
jika upaya pada akses IV tidak berhasil
atau tidak layak. Perawatan dan Dukungan Selama
2010 (Lama): Penyedia layanan perlu Pemulihan
menetapkan akses intraosseous (IO)
jika akses intravena (IV) tidak tersedia. 2020 (Baru): Kami merekomendasikan
bahwa penyintas henti jantung
Alasan: Tinjauan sistematis ILCOR 2020 menjalani penilaian rehabilitasi
yang membandingkan pemberian obat multimodal dan pengobatan
IV versus IO (terutama penempatan untuk gangguan fisik, neurologis,
pretibial) selama henti jantung kardiopulmoner, dan kognitif sebelum
menemukan bahwa rute IV dikaitkan keluar dari rumah sakit.
dengan hasil klinis yang lebih baik
dalam 5 studi retrospektif; analisis 2020 (Baru): Penyintas henti jantung dan
subkelompok RCT yang berfokus pada perawatnya sebaiknya menerima
pertanyaan klinis lain menemukan perencanaan pemulangan yang
hasil yang sebanding ketika IV atau IO komprehensif dan multidisiplin,
digunakan untuk pemberian obat. kemudian rekomendasi perawatan
Meskipun akses IV lebih diutamakan, medis dan rehabilitasi serta
untuk situasi ketika akses IV sulit, akses kembalinya peran sosial pasien
IO adalah pilihan yang masuk akal. dimasukkan ke dalam ekspektasi
aktivitas/kerja.
Perawatan Pasca-Henti Jantung dan 2020 (Baru): Kecemasan, depresi, stres
Neuroprognostikasi pasca trauma, dan kelelahan untuk
penyintas henti jantung dan perawatnya
Pedoman 2020 berisi data klinis baru sebaiknya dinilai secara terstruktur.
yang signifikan tentang perawatan Alasan: Proses pemulihan dari henti
optimal pada masa setelah henti jantung berlangsung lama setelah
jantung. Rekomendasi dari 2015 pasien dirawat inap pertama kalinya.
AHA Guidelines Update for CPR and Dukungan diperlukan selama pemulihan
ECC tentang pengobatan hipotensi, untuk memastikan kesehatan fisik,
titrasi oksigen untuk menghindari kognitif, dan emosional yang optimal
hipoksia dan kembalinya pasien ke fungsi sosial/
dan hiperoksia, deteksi dan pengobatan peran. Proses ini harus dimulai selama
kejang, dan manajemen suhu yang rawat inap awal dan dilanjutkan apabila
ditargetkan ditegaskan kembali dengan diperlukan. Tema-tema ini dieksplorasi
bukti pendukung baru. secara lebih terperinci dalam
Dalam beberapa kasus, LOE pernyataan ilmiah AHA 2020.6
ditingkatkan untuk membuktikan
ketersediaan data baru dari RCT dan Pengarahan untuk Penyelamat
studi observasi berkualitas tinggi,
dan algoritma perawatan pasca- 2020 (Baru): Pengarahan dan rujukan
yang mendasari tindak lanjut berupa
henti jantung telah diperbarui untuk
dukungan emosional untuk penyelamat
menekankan komponen perawatan
awam, penyedia EMS, dan petugas
yang penting ini. Agar andal,
kesehatan berbasis rumah sakit
neuroprognostikasi harus dilakukan
setelah peristiwa henti jantung mungkin
tidak lebih dari 72 jam setelah kembali bermanfaat.
ke normothermia, dan keputusan
prognostik harus didasarkan pada Alasan: Penyelamat mungkin
beberapa mode penilaian pasien. mengalami kecemasan atau stres
pasca trauma tentang memberikan
atau tidak memberikan BLS. Penyedia
layanan berbasis rumah sakit bisa

18 American Heart Association eccguidelines.heart.org 18


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan dewasa
tim membantu peninjauan yang ditargetkan seperti yang
kinerja tim (pendidikan, dilakukan oleh penyintas
peningkatan kualitas) serta lainnya, dengan
pengenalan stres alami yang mempertimbangkan status
terkait dengan perawatan janin yang mungkin tetap
pasien menjelang kematian. berada dalam rahim.
Pernyataan ilmiah AHA yang
diarahkan untuk topik ini
diperkirakan akan keluar pada
awal 2021.

Henti Jantung Pada Masa Kehamilan


2020 (Baru): Karena pasien
hamil lebih rentan terhadap
hipoksia, oksigenasi dan
manajemen saluran napas
harus diprioritaskan selama
resusitasi dari henti jantung
pada kehamilan.
2020 (Baru): Karena potensi
gangguan pada resusitasi ibu,
pemantauan janin sebaiknya
tidak dilakukan selama henti
jantung pada masa kehamilan.
2020 (Baru): Suhu yang
ditargetkan sebaiknya diatur
untuk wanita hamil yang tetap
koma setelah resusitasi dari
henti jantung.
2020 (Baru): Selama suhu
tubuh yang ditargetkan pada
pasien hamil diatur, janin
sebaiknya terus dipantau
untuk mengamati ada
tidaknya komplikasi
bradikardia yang mungkin
terjadi, dan konsultasi
kebidanan dan neonatal harus
dilakukan.
Alasan: Rekomendasi
pengelolaan henti jantung pada
masa kehamilan ditinjau dalam
Pembaruan Pedoman 2015 dan
pernyataan ilmiah AHA 2015.7
Saluran napas, ventilasi, dan
oksigenasi sangat penting
dalam pengaturan kehamilan
mengingat adanya peningkatan
metabolisme ibu, penurunan
kapasitas cadangan fungsional
akibat rahim
yang hamil, dan risiko cedera
otak janin akibat hipoksemia.
Evaluasi jantung janin
tidak membantu selama
henti jantung
ibu, dan dapat mengganggu
elemen resusitasi yang
diperlukan. Sebaliknya, tanpa
data, wanita hamil yang selamat
dari henti jantung harus
menerima manajemen suhu

19 American Heart Association eccguidelines.heart.org 19


Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan Pediatri
Ringkasan Masalah Utama dan Perubahan Besar Lebih • Berdasarkan sebagian besar ekstrapolasi dari data individu
dari 20.000 bayi dan anak-anak mengalami henti jantung dewasa, resusitasi komponen darah seimbang sesuai
setiap tahun di Amerika Serikat. Meskipun kelangsungan untuk bayi dan anak-anak dengan kejut hemoragik.
hidup dan hasil penilaian neurologis yang baik meningkat • Manajemen overdosis opioid mencakup CPR dan
setelah IHCA pediatrik, tingkat kelangsungan hidup setelah pemberian nalokson secara tepat waktu oleh penyelamat
OHCA pediatrik tetap buruk, terutama pada bayi. awam atau penyelamat terlatih.
Rekomendasi untuk bantuan hidup dasar pediatrik (PBLS)
dan CPR pada bayi, anak-anak, dan remaja telah • Anak-anak dengan miokarditis akut yang mengalami
digabungkan dengan rekomendasi untuk bantuan hidup aritmia, blok jantung, perubahan segmen ST, atau
lanjutan pediatrik (PALS) dalam satu dokumen pada curah jantung rendah berisiko tinggi mengalami henti
Pedoman jantung. Pemindahan dini ke unit perawatan intensif perlu
2020. Penyebab henti jantung pada bayi dan anak-anak dilakukan, dan beberapa pasien mungkin memerlukan
berbeda dengan henti jantung pada individu dewasa, bantuan peredaran darah mekanis atau bantuan hidup
dan ekstrakorporeal (ECLS).
ada semakin banyak bukti khusus pediatrik yang mendukung • Bayi dan anak dengan penyakit jantung bawaan dan
rekomendasi ini. Masalah utama, perubahan besar, dan fisiologi ventrikel tunggal yang sedang menjalani
penyempurnaan dalam Pedoman 2020 meliputi hal berikut: rekonstruksi bertahap memerlukan pertimbangan khusus
• Algoritme dan alat bantu visual direvisi untuk dalam manajemen PALS.
menggabungkan sains terbaik dan meningkatkan • Manajemen hipertensi pulmonal mungkin mencakup
kejelasan bagi penyedia resusitasi PBLS dan penggunaan inhalasi oksida nitrat, prostasiklin, analgesia,
PALS. sedasi, blokade neuromuskuler, induksi alkalosis, atau
• Berdasarkan data baru yang tersedia dari resusitasi terapi penyelamatan dengan ECLS.
pediatrik, laju ventilasi berbantu yang direkomendasikan
telah ditingkatkan menjadi 1 napas setiap 2 hingga 3 detik Algoritma dan Alat Bantu Visual
(20-30 napas per menit) untuk semua skenario resusitasi Grup penulis memperbarui semua algoritme agar sejalan
pediatrik. dengan sains terbaru dan membuat beberapa perubahan
besar untuk meningkatkan pelatihan visual dan alat bantu
• ETT Berbalon dirancang untuk mengurangi kebocoran kinerja:
udara dan kebutuhan pertukaran selang untuk pasien dari
segala usia yang membutuhkan intubasi. • Rantai Kelangsungan Hidup pediatrik baru diciptakan untuk
IHCA pada bayi, anak-anak, dan remaja (Gambar 10).
• Penggunaan tekanan krikoid secara rutin selama
intubasi tidak lagi direkomendasikan. • Tautan keenam, Pemulihan, ditambahkan ke Rantai
Kelangsungan Hidup OHCA pediatrik dan termasuk
• Untuk memaksimalkan kemungkinan hasil resusitasi yang dalam Rantai Kelangsungan Hidup IHCA pediatrik baru
baik, epinefrin harus diberikan sedini mungkin, idealnya (Gambar 10).
dalam waktu 5 menit sejak dimulainya henti jantung dari
ritme yang tidak dapat didefibrilasi (asistol dan aktivitas • Algoritma Henti Jantung Pediatrik dan Bradikardia Pediatrik
listrik tanpa denyut). Dengan Algoritma Denyut telah diperbarui agar sejalan
dengan ilmu sains terbaru (Gambar 11 dan 12).
• Pada pasien dengan jalur arteri, penggunaan umpan
balik dari pengukuran tekanan darah arteri secara • Takikardia Pediatrik tunggal Dengan Algoritma Denyut
terus-menerus dapat meningkatkan kualitas CPR. sekarang mencakup takikardia kompleks sempit dan luas
pada pasien pediatrik (Gambar 13).
• Setelah ROSC, evaluasi kondisi pasien apakah ia
mengalami kejang; status epileptikus dan kejang • Dua Algoritma Darurat Terkait Opioid baru telah
konvulsif harus diobati. ditambahkan untuk penyelamat awam dan penyelamat
terlatih (Gambar 5 dan 6).
• Karena pemulihan dari henti jantung berlangsung lama
setelah pasien masuk untuk rawat inap, pasien harus • Daftar periksa baru disediakan untuk perawatan pasca-
mendapatkan penilaian formal dan dukungan untuk henti jantung pediatrik (Gambar 14).
kebutuhan fisik, kognitif, dan psikososial mereka.
• Pendekatan manajemen cairan yang dititrasi, dengan infus
epinefrin atau norepinefrin jika vasopresor diperlukan,
sesuai untuk resusitasi dari kejut septik.

16 American Heart Association eccguidelines.heart.org 20


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan pediatri

Gambar 11. Algoritme Henti Jantung Anak-anak.

Penyebab henti jantung pada bayi


dan anak-anak berbeda dengan
henti jantung pada individu
dewasa, dan ada semakin banyak
bukti khusus pediatrik yang
mendukung rekomendasi ini.

Gambar 10. Rantai Bertahan Hidup AHA untuk IHCA dan OHCA pediatrik.

16 American Heart Association eccguidelines.heart.org 21


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan pediatri

Gambar 11. Algoritme Henti Jantung Anak-anak.

18 American Heart Association eccguidelines.heart.org 18


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan pediatri

Gambar 11. Algoritme Henti Jantung Anak-anak.

19 American Heart Association eccguidelines.heart.org 19


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan pediatri

Gambar 11. Algoritme Henti Jantung Anak-anak.

Gambar 12.  Bradikardia Pediatrik Dengan Algoritma Denyut.

20 American Heart Association eccguidelines.heart.org 20


Bantuan Hidup dasar dan Lanjutan pediatri

Gambar 13.  Takikardia Pediatrik Dengan Algoritma


Gambar
Denyut.14. Daftar Periksa Perawatan Pasca-Henti Jantung Pediatrik.

22 American Heart Association eccguidelines.heart.org 22


Rekomendasi Utama yang Baru dan ETT Berbalon Penekanan pada Pemberian
Telah Diperbarui Epinefrin Dini
2020 (Terbaru): Pemilihan ETT berbalon
alih-alih ETT tanpa balon perlu 2020 (Terbaru): Untuk pasien anak-anak
Perubahan terhadap Laju Ventilasi
dilakukan saat mengintubasi bayi dalam keadaan apa pun, dosis awal
Berbantu: Napas Penyelamatan dan anak-anak. Ketika ETT berbalon epinefrin perlu diberikan dalam 5 menit
digunakan, perhatikan ukuran ETT, sejak dimulainya kompresi dada.
2020 (Terbaru): (PBLS) Untuk bayi dan posisi, dan tekanan inflasi balon
anak-anak dengan denyut nadi, namun (umumnya <20-25 cm H2 O). 2015 (Lama): Epinefrin perlu diberikan
upaya bernapas tidak ditemukan atau pada kasus henti jantung pada anak.
tidak memadai, pemberian 1 napas 2010 (Lama): ETT berbalon dan tidak
setiap 2 sampai 3 detik (20-30 napas/ berbalon sama-sama dapat digunakan Alasan: Sebuah studi terhadap anak-
menit) dapat dilakukan. untuk intubasi bayi dan anak-anak. anak dengan IHCA penerima epinefrin
Dalam keadaan tertentu (misalnya, untuk ritme awal yang tidak dapat
2010 (Lama): (PBLS) Jika ada denyut nadi kemampuan mengembang paru-paru didefibrilasi (aktivitas listrik asistol
yang teraba 60/menit atau lebih, tetapi yang buruk, hambatan yang tinggi dan tanpa denyut) menunjukkan bahwa,
tanpa pernapasan yang memadai, pada saluran napas, atau kebocoran untuk setiap menit penundaan
berikan napas penyelamatan dengan udara glotis yang besar), ETT pemberian epinefrin, terdapat
laju sekitar 12 hingga 20/menit (1 napas berbalon mungkin lebih diutamakan penurunan yang signifikan dalam ROSC,
setiap 3-5 detik) sampai pernapasan daripada tabung tanpa balon, asalkan kelangsungan hidup selama 24 jam,
spontan dilanjutkan. perhatian diberikan pada [memastikan kelangsungan hidup untuk pemulangan,
kesesuaian] ukuran ETT, posisi, dan dan kelangsungan hidup dengan efek
Perubahan terhadap Laju Ventilasi tekanan inflasi balon. neurologis yang bermanfaat.
Berbantu: Laju Ventilasi Saat CPR Pasien yang menerima epinefrin
Alasan: Beberapa studi dan tinjauan
Berlangsung dengan Saluran Udara dalam 5 menit setelah CPR dimulai
sistematis mendukung keamanan ETT
dibandingkan dengan mereka yang
Lanjutan berbalon dan menunjukkan penurunan
kebutuhan untuk penggantian tabung menerima epinefrin lebih dari 5 menit
2020 (Terbaru): (PALS) Saat melakukan dan reintubasi. Tabung berbalon dapat setelah CPR dimulai lebih berpeluang
CPR pada bayi dan anak-anak dengan menurunkan risiko aspirasi. Stenosis untuk terus hidup setelah pulang. Studi
saluran napas lanjutan, rentang laju subglottic jarang terjadi jika ETT OHCA pediatrik menunjukkan bahwa
pernapasan 1 napas setiap 2 hingga berbalon digunakan pada anak-anak pemberian epinefrin dini meningkatkan
3 detik (20-30/menit) perlu dipilih, dan diikuti dengan teknik yang cermat. laju ROSC, kelangsungan hidup
berdasarkan usia dan kondisi klinis. Laju saat berada dalam unit perawatan
yang melebihi rekomendasi ini dapat Tekanan Krikoid Selama Intubasi intensif, kelangsungan hidup setelah
membahayakan hemodinamik. kepulangan, dan kelangsungan hidup
2020 (Terbaru): Penggunaan rutin 30 hari.
2010 (Lama): (PALS) Jika bayi atau anak
tekanan krikoid tidak dianjurkan selama Dalam Algoritma Henti Jantung Anak-
diintubasi, berikan ventilasi dengan laju
intubasi endotrakeal pada pasien anak. anak versi 2018, pasien dengan ritme
sekitar 1 napas setiap 6 detik (10/menit)
tanpa mengganggu kompresi dada. 2010 (Lama): Tidak ada cukup bukti yang tidak dapat didefibrilasi menerima
untuk merekomendasikan aplikasi epinefrin setiap 3 hingga 5 menit,
Alasan: Data baru menunjukkan tetapi pemberian epinefrin dini tidak
rutin tekanan krikoid guna mencegah
bahwa laju ventilasi yang lebih tinggi ditekankan. Meskipun urutan resusitasi
aspirasi selama intubasi endotrakeal
(setidaknya 30/menit pada bayi
pada anak-anak. tidak berubah, algoritme dan bahasa
[kurang dari 1 tahun] dan setidaknya
rekomendasi telah diperbarui untuk
25/menit pada anak-anak) dikaitkan Alasan: Studi baru menunjukkan bahwa
menekankan pentingnya pemberian
dengan peningkatan laju ROSC dan penggunaan tekanan krikoid secara
epinefrin sedini mungkin, terutama jika
kelangsungan hidup setelah IHCA rutin mengurangi tingkat keberhasilan
pediatrik. Meskipun tidak ada data ritme tidak dapat didefibrilasi.
intubasi dan tidak mengurangi tingkat
tentang laju ventilasi ideal selama CPR regurgitasi. Kelompok penulis telah
tanpa saluran napas lanjutan, atau menegaskan kembali rekomendasi Pemantauan Tekanan Darah Invasif
untuk anak-anak yang mengalami gagal sebelumnya untuk menghentikan untuk Menilai Kualitas CPR
napas dengan atau tanpa saluran tekanan krikoid jika hal tersebut
napas lanjutan, untuk kemudahan mengganggu ventilasi atau kecepatan 2020 (Terbaru): Untuk pasien dengan
pelatihan, rekomendasi gagal napas atau kelancaran intubasi. pemantauan tekanan darah arteri invasif
distandarkan untuk kedua situasi berkelanjutan pada saat henti jantung,
tersebut. penyedia layanan kesehatan perlu
menggunakan tekanan darah diastolik
untuk menilai kualitas CPR.

22 American Heart Association eccguidelines.heart.org 22


2015 (Lama): Untuk pasien dengan Evaluasi dan Dukungan untuk Korban Pemberian Kortikosteroid
pemantauan hemodinamik invasif pada
saat henti jantung, penyelamat mungkin
Henti Jantung
2020 (Baru): Untuk bayi dan anak-
menggunakan tekanan darah untuk 2020 (Baru): Penderita henti jantung anak dengan kejut septik yang
memandu kualitas CPR. pediatrik sebaiknya dievaluasi untuk tidak responsif terhadap cairan dan
Alasan: Memberikan kompresi dada mendapatkan layanan rehabilitasi. membutuhkan dukungan vasoaktif,
berkualitas tinggi sangat penting untuk pemberian kortikosteroid dosis stres
2020 (Baru): Penyintas henti jantung mungkin diperlukan.
keberhasilan resusitasi. Sebuah studi pediatrik perlu diarahkan ke evaluasi
baru menunjukkan bahwa, di antara neurologis yang berkelanjutan Alasan: Meskipun cairan tetap menjadi
pasien pediatrik yang menerima setidaknya selama tahun pertama andalan pada terapi awal untuk bayi
CPR dengan jalur arteri terpasang, setelah serangan jantung. dan anak yang mengalami kejut,
tingkat kelangsungan hidup dengan terutama pada kejut hipovolemik dan
hasil penilaian neurologis yang Alasan: Semakin banyak yang setuju septik, kelebihan cairan dapat turut
menguntungkan meningkat jika tekanan bahwa pemulihan dari henti jantung meningkatkan morbiditas. Dalam
darah diastolik setidaknya 25 mm Hg berlangsung lama setelah rawat inap uji coba baru-baru ini pada pasien
pada bayi dan setidaknya 30 mm Hg pertama kali. Para penyintas mungkin dengan kejut septik, mereka yang
pada anak-anak.8 memerlukan dukungan medis, menerima volume cairan lebih tinggi
rehabilitasi, pengasuh, dan komunitas atau resusitasi cairan lebih cepat, lebih
Mendeteksi dan Mengobati Kejang terintegrasi yang berkelanjutan selama rentan untuk mengalami kelebihan
beberapa bulan atau tahun, setelah cairan yang signifikan secara klinis
Setelah ROSC mengalami henti jantung. Pernyataan dan memerlukan ventilasi mekanis.
2020 (Terbaru): Jika sumber daya ilmiah AHA baru-baru ini menyoroti Kelompok penulis menegaskan kembali
tersedia, pemantauan pentingnya mendukung pasien dan rekomendasi sebelumnya, yaitu untuk
elektroensefalografi terus-menerus keluarga selama waktu ini untuk menilai kembali pasien setelah setiap
direkomendasikan untuk mendeteksi mencapai hasil jangka panjang terbaik.6 bolus cairan dan menggunakan cairan
kejang setelah henti jantung pada kristaloid atau cairan koloid untuk
pasien dengan ensefalopati persisten. Kejut Septik resusitasi kejut septik.
dan pengobatan status
2020 (Terbaru): Setelah henti jantung,
epileptikus secara umum
Bolus Cairan
sebaiknya obati kejang klinis pada
bermanfaat pada pasien pediatrik. 2020 (Terbaru): Pasien dengan kejut septik perlu
pasien.
diberi cairan dalam alikuot
2020 (Terbaru): Status epileptikus
10 mL/kg atau 20 mL/kg dan sering dinilai
nonkonvulsif perlu diobati setelah
ulang.
serangan jantung berdasarkan
rekomendasi dari para ahli. 2015 (Lama): Pemberian bolus cairan awal 20
mL/kg kepada bayi dan anak- anak dengan kejut
2015 (Lama): Elektroensefalografi
diperlukan, termasuk pasien dengan kondisi
untuk diagnosis kejang harus segera
seperti sepsis parah, malaria berat, dan demam
dilakukan dan diinterpretasikan,
berdarah.
kemudian harus sering atau terus-
menerus dipantau pada pasien yang
hilang kesadaran setelah ROSC.
Pilihan Vasopressor
2015 (Lama): Regimen antikonvulsan 2020 (Baru): Pada bayi dan anak-anak dengan
yang sama untuk pengobatan status kejut septik refraktori cairan, epinefrin atau
epileptikus yang disebabkan oleh norepinefrin perlu digunakan sebagai infus
etiologi lain dapat dipertimbangkan vasoaktif awal.
setelah henti jantung. 2020 (Baru): Pada bayi dan anak- anak dengan
Alasan: Untuk pertama kalinya, kejut septik refrakter cairan, jika epinefrin atau
Pedoman ini memberikan rekomendasi norepinefrin tidak tersedia, dopamin dapat
khusus pediatrik untuk menangani dipertimbangkan.
kejang setelah henti jantung. Kejang
nonkonvulsif, termasuk status
epileptikus nonkonvulsif, sering terjadi
dan tidak dapat dideteksi tanpa
elektroensefalografi. Meskipun data
yang dihasilkan dari populasi pasca-
henti jantung tidak mencukupi, status
epileptikus konvulsif dan nonkonvulsif
dikaitkan dengan hasil yang buruk,

23 American Heart Association eccguidelines.heart.org 23


Versi Pedoman
sebelumnya tidak
memberikan rekomendasi
tentang pilihan vasopressor
atau penggunaan
kortikosteroid pada kejut
septik. Dua RCT
menunjukkan bahwa
epinefrin
lebih unggul daripada dopamin
sebagai vasopresor awal pada
kejut septik pediatrik, dan
norepinefrin juga sesuai. Uji
klinis baru-baru ini
menunjukkan manfaat
pemberian kortikosteroid pada
beberapa pasien pediatrik
dengan kejut septik refrakter.

Kejut Hemoragik
2020 (Baru): Di antara bayi dan anak-
anak dengan kejut hemoragik
hipotensif setelah trauma,
produk darah perlu diberikan,
jika tersedia, daripada kristaloid
untuk resusitasi volume yang
berkelanjutan.
Alasan: Pedoman versi
sebelumnya tidak
membedakan pengobatan
kejut hemoragik dari
penyebab kejut
hipovolemik lainnya.
Semakin banyak bukti
(sebagian besar dari individu
dewasa tetapi dengan
beberapa
data pediatrik) menunjukkan
manfaat resusitasi awal dan
seimbang menggunakan sel
darah merah
yang dikemas, plasma beku
segar, dan trombosit.
Resusitasi seimbang
didukung oleh rekomendasi
dari beberapa komunitas
trauma AS dan
internasional.

24 American Heart Association eccguidelines.heart.org 24


Overdosis Opioid Rekomendasi untuk individu dewasa Ventrikel Tunggal: Rekomendasi untuk
tidak berbeda dengan anak-anak, Perawatan Pasien Paliasi Pra Operasi
2020 (Terbaru): Untuk pasien dengan kecuali bahwa CPR ventilasi kompresi
gangguan pernapasan, pernapasan direkomendasikan untuk semua korban
dan Pasca Operasi Tahap I (Norwood/
penyelamat atau ventilasi bag- pediatrik yang diduga mengalami henti Blalock-Tausig Shunt)
mask harus dipertahankan sampai jantung. Nalokson dapat diberikan
pernapasan spontan kembali, dan oleh penyedia terlatih, individu awam 2020 (Baru): Pemantauan saturasi
tindakan PBLS atau PALS standar oksigen langsung (kateter vena kava
dengan pelatihan terfokus, dan individu
harus dilanjutkan jika kembalinya superior) dan/atau tidak langsung
awam yang tidak terlatih. Algoritme
pernapasan spontan tidak terjadi. (spektroskopi inframerah dekat) dapat
pengobatan terpisah disediakan
bermanfaat untuk memandu dan
2020 (Terbaru): Untuk pasien dengan untuk mengelola keadaan darurat
mengarahkan penanganan neonatus
dugaan overdosis opioid yang memiliki resusitasi terkait opioid yang dilakukan yang sakit kritis setelah paliasi Norwood
denyut pasti tetapi tidak bernapas oleh individu awam, yang tidak dapat tahap I atau operasi pemasangan shunt.
normal atau hanya terengah-engah memeriksa denyut nadi secara akurat
(yaitu, gagal napas), selain memberikan (Gambar 5), dan oleh penyelamat terlatih 2020 (Baru): Pada pasien dengan
PBLS atau PALS standar, tenaga (Gambar 6). OHCA terkait opioid adalah shunt restriktif yang tepat, manipulasi
medis darurat profesional perlu pokok bahasan dari pernyataan ilmiah resistensi vaskular paru mungkin sedikit
memberikan nalokson intramuskular AHA 2020.10 berpengaruh, sedangkan penurunan
atau intranasal. 20 resistensi vaskular
20 sistemik dengan
(T
er
ba
ru
):
U
nt
uk
p
a
si
e
n
ya
n
g o r
dike
n u
tahu
, s
i
di
atau
t p
did
i ri
uga
n o
me
d ri
nga
a ta
lam
k s
i
a k
hen
n a
ti
n
jant
r d
ung
e a
,
s ri
tan
u p
pa
s a
ma
i d
nfa
t a
at
a p
yan
s e
g
i m
tela
b
h
s e
terb
t ri
ukti
a a
dari
n n
pen
d n
ggu
a al
naa
r o
n
k
nal
h s
oks
a o

24 American Heart Association eccguidelines.heart.org 24


n, t n bag- n s , a Miokarditis
denga e perta mas a a ove n
n r ma k l n rdo a 2020
fokus k stan haru o : sis k (Baru):
pada a dar s k E opi d Menginga
CPR i dan diper s p oid e t risiko
berku t selai taha o i me n tinggi dari
alitas n nkan n d nye g henti
tinggi o proto sam e bab a jantung
(komp p kol pai p m kan n pada
resi i BLS pern a i 65 g anak-anak
ditam o petu apas d o ke a dengan
bah i gas an a p mat g miokarditis
ventila d kese spon i ian al akut yang
si). hata tan h o pad n menunjuk
m n. kemb e i a a kan
201
u ali, n d anak p aritmia,
5 2015
n dan t ti - a blok
(La (Lama
g tinda i d anak s jantung,
ma): ):
k kan a di at perubaha
Pe Peny
i ACL j k bawa a n segmen
mb edia
n S a m h 15 u ST,
eria ACL
stan n e tahu h dan/atau
n S
p dar t n n e curah
nal harus
e haru u y dan nt jantung
oks mend
r s n e 361 i rendah,
on ukun
l dilanj g l 8 ja pilihan
intr g
u utkan a kem nt awal untuk
am ventil
jika t m atian u pindah ke
usk asi
d kem e a pada n pemantau
ular dan
i balin r t indiv g an dan
atau mem
l ya k k idu a terapi ICU
intr berik
a pern a a beru ki dianjurkan
ana an
k apas i n sia b .
sal nalok
u an t a 15 at
sec son 2020
k spon n hing o
ara kepa (Baru):
a tan o a ga v
em da Untuk
n tidak p k 24 er
piri pasie anak-
terja i - tahu d
s n anak
s di. o a n,9 o
kep deng dengan
e i n dan si
ada an 201 miokardi
b d a masi s
se ritme 5 tis atau
a k h o
mu jantun (La kardiom
g y . bany pi
a g ma): iopati
a a D ak oi
pas perfu Ka dan
i n i lagi d.
ien si mi curah
g A anak
yan dan tida jantung
t m yang
g henti k rendah
a d e mem
tida napa dap yang
m i ri butu
k s at sulit
b k k hkan
ber terkai me disemb
a o a resus
eak t mb uhkan,
h n S itasi.
si opioi uat penggu
a f e Pedo
dala d rek naan
n i ri man
m atau om ECLS
terh r k 2020
kon depr end atau
ada m at berisi
disi esi asi dukung
p a p reko
dar pern me an
tind s a mend
ura apas nge peredar
aka i d asi
t an nai an
n . a baru
beri berat pe darah
pert 2 untuk
siko . mb A mekanis
olo 0 mena
fata Ventil eria l sebelum
nga 1 ngani
l asi n a henti
8 anak-

25 American Heart Association eccguidelines.heart.org 25


jantung dapat dengan penggunaan shunt, dan aliran
bermanfaat penyakit vasodilator heparin (50- paru-
sistemik
untuk jantung.14 100 unit/kg terhada
(antago
membantu bolus) p-
nis
kerja organ sambil sistemi
alfa-
utama dan mempersiap k
adrener
mencegah kan sebelu
gik
henti jantung. intervensi m
dan/ata
berbasis perbaik 2
2020 (Baru): u
kateter atau an
Mengingat pengha
bedah. Tahap I,
tantangan mbat
fosfodi mungkin
keberhasilan 2020
esteras mendap
resusitasi (Terbaru):
e tipe at
anak-anak Untuk
III), manfaat
dengan neonatus
miokarditis dengan sebelum dari 2

dan atau perbaikan Paco 2


sebanyak
kardiomiopati, tanpa tahap I 50 hingga
begitu terjadi penggu dengan 60 mm
henti jantung, naan sirkulasi Hg, yang
pilihan awal oksigen paru dapat
CPR , dapat berlebih dicapai
ekstrakorpore berman dan curah selama
al mungkin faat jantung ventilasi 2
bermanfaat. untuk sistemik mekanis
mening rendah dengan
Alasan:
katkan bergejala mengur
Meskipun
pengiri dan DO , angi
miokarditis
man target ventilasi
menyumbang
oksigen Paco menit,
sekitar 2% dari 2
secara sebesar 50 sehingg
kematian
sistemi hingga 60 a
kardiovaskular
k (DO .) mm mening
mendadak
Hg perlu katkan
pada bayi,11 2020
dibuat. Hal inspirasi
5% dari (Baru):
ini dapat fraksi
kematian ECLS
dicapai CO , 2
kardiova setelah
selama atau
skular tahap I
ventilasi dengan
mendad paliasi
mekanis member
ak pada Norwood
dengan ikan
anak- dapat
mengurangi opioid
anak,11da berguna
ventilasi dengan
n untuk
menit atau atau
6% sampai mengobat
dengan tanpa
20% i sistemik
memberika kelump
kematian rendah
n uhan
jantung DO .
analgesia/se kimiawi.
mendadak
2020 (Baru): dasi
pada atlet,
Dalam situasi dengan atau
Pedoman
obstruksi tanpa
PALS
shunt yang blokade
sebelumny
diketahui neuromusk
a12,13 tidak
atau uler.
memuat
dicurigai,
rekomendasi 2010 (Lama):
oksigen,
khusus untuk Neonatus,
agen
pengelolaan. pada
vasoaktif
Rekomendasi ini kondisi
perlu
sejalan dengan sebelum
diberikan
pernyataan henti
untuk
ilmiah AHA jantung
meningkatk
2018 tentang akibat
an tekanan
CPR pada bayi peningkata
perfusi
dan anak n rasio

26 American Heart Association eccguidelines.heart.org 26


Bantuan Hidup neonataL

Ventrikel Tunggal: Rekomendasi untuk bayi dan anak-anak ini rumit dan dalam oksigen dan induksi alkalosis melalui
Perawatan Pasien Paliasi Tahap II beberapa hal penting berbeda dengan hiperventilasi atau pemberian alkali
perawatan PALS standar. Pedoman dapat berguna sementara vasodilator
Pasca Operasi (Glenn/Hemi-Fontan
PALS sebelumnya tidak mencantumkan khusus paru diberikan.
Dua arah) dan Tahap III (Fontan) rekomendasi untuk populasi pasien
2020 (Baru): Untuk anak-anak yang
khusus ini. Rekomendasi ini sejalan
2020 (Baru): Untuk pasien pada mengembangkan hipertensi pulmonal
dengan pernyataan ilmiah AHA 2018
kondisi sebelum henti jantung refrakter, termasuk tanda-tanda curah
tentang CPR pada bayi dan anak
dengan fisiologi anastomosis jantung rendah atau gagal napas berat
dengan penyakit jantung.14
kavopulmoner
superior dan hipoksemia berat karena meskipun sudah mendapat terapi
aliran darah paru (Qp) yang tidak medis yang optimal, ECLS dapat dipilih.
Hipertensi paru
memadai, strategi ventilasi yang 2010 (Lama): Tinjaulah pemberian
menargetkan asidosis pernapasan 2020 (Terbaru): Inhalasi oksida nitrat inhalasi oksida nitrat atau prostasiklin
ringan dan tekanan saluran napas atau prostasiklin harus digunakan aerosol atau analog untuk mengurangi
rata-rata minimum tanpa atelektasis sebagai terapi awal untuk mengobati resistensi vaskular paru.
dapat berguna untuk meningkatkan krisis hipertensi paru atau henti jantung
oksigenasi arteri serebral dan sistemik. Alasan: Hipertensi pulmonal, penyakit
sisi kanan akut akibat peningkatan
langka pada bayi dan anak-anak,
2020 (Baru): ECLS pada pasien resistensi vaskular paru.
dikaitkan dengan morbiditas dan
dengan anastomosis kavopulmoner 2020 (Baru): Berikan manajemen mortalitas yang signifikan dan
superior atau sirkulasi Fontan dapat pernapasan yang cermat dan memerlukan penanganan khusus.
dipilih
untuk mengobati DO2 rendah dengan pemantauan untuk menghindari Pedoman PALS sebelumnya tidak
penyebab reversibel atau sebagai hipoksia dan asidosis dalam perawatan memberikan rekomendasi untuk
jembatan ke alat bantu ventrikel atau pasca operasi anak dengan hipertensi mengelola hipertensi paru pada bayi
revisi bedah. pulmonal. dan anak. Rekomendasi ini sesuai
Alasan: Sekitar 1 dari 600 bayi dengan pedoman hipertensi paru
2020 (Baru): Untuk pasien anak-anak
dan anak-anak dilahirkan dengan pediatrik yang diterbitkan oleh AHA dan
yang berisiko tinggi mengalami krisis
penyakit jantung bawaan yang kritis. Masyarakat Toraks Amerika pada tahun
hipertensi paru, berikan analgesik,
Pembedahan bertahap untuk anak yang 2015,16 dan dengan rekomendasi yang
sedatif, dan agen penghambat
lahir dengan fisiologi ventrikel tunggal, tercantum dalam pernyataan ilmiah
neuromuskuler yang memadai.
seperti sindrom jantung kiri hipoplastik, AHA 2020 tentang CPR pada bayi dan
berlangsung selama beberapa tahun 2020 (Baru): Untuk pengobatan awal anak-anak dengan penyakit jantung.14
pertama kehidupan.15 Resusitasi pada krisis hipertensi paru, pemberian

Bantuan Hidup Neonatal


Ada lebih dari 4 juta kelahiran setiap Proses transisi fasilitasi dijelaskan
tahun di Amerika Serikat dan Kanada.
Ringkasan Masalah Utama dan
dalam Algoritma Resusitasi Neonatal
1 dari setiap 10 bayi yang baru lahir Perubahan Besar
yang dimulai dengan kebutuhan
ini akan membutuhkan bantuan untuk setiap bayi baru lahir dan dilanjutkan • Penyedia yang terlatih secara
beralih dari lingkungan rahim yang berisi ke langkah-langkah yang menangani individu dan berkelompok perlu
cairan ke ruang berisi udara. Setiap bayi kebutuhan bayi baru lahir yang mengantisipasi dan menyiapkan
baru lahir perlu memiliki pengasuh yang berisiko. Dalam Pedoman 2020, resusitasi bayi baru lahir.
berdedikasi untuk memfasilitasi transisi kami memberikan rekomendasi • Sebagian besar bayi baru lahir tidak
itu dan agar pengasuh tersebut dilatih tentang cara mengikuti algoritme, segera memerlukan penjepitan
dan diperlengkapi untuk peran tersebut. termasuk atau resusitasi tali pusat dan dapat
Selain itu, sebagian besar bayi baru lahir antisipasi dan persiapan, penanganan dievaluasi serta dipantau selama
yang membutuhkan transisi terfasilitasi tali pusat saat proses melahirkan, kontak kulit ke kulit dengan ibunya
berisiko mengalami komplikasi tindakan awal, pemantauan detak setelah lahir.
yang memerlukan personel terlatih jantung, bantuan pernapasan, kompresi
tambahan. Semua pengaturan perinatal dada, akses dan terapi intravaskular, • Pencegahan hipotermia merupakan
harus siap untuk skenario ini. menahan dan menghentikan resusitasi, fokus penting untuk resusitasi
perawatan pasca resusitasi, dan neonatal. Pentingnya kontak kulit ke
faktor manusia dan kinerja. Di sini, kulit pada bayi sehat sebagai
kami menyoroti rekomendasi baru dan sarana untuk mendukung ikatan
yang diperbarui yang kami yakini akan batin dengan orang tua, pemberian
berdampak signifikan pada curah akibat ASI, dan normotermia perlu
serangan jantung. ditekankan.

27 American Heart Association eccguidelines.heart.org 27


• Inflasi dan ventilasi paru merupakan Rekomendasi Utama yang Baru dan Membersihkan Saluran Napas Jika
prioritas pada bayi baru lahir yang Telah Diperbarui Terdapat Mekonium
membutuhkan bantuan
setelah lahir.
a i

r t
P
i a
e
s
n
v i
i
e .
n
g n •
k t O
a i k
t l si
a a m
n s et
i ri
d n
e e a
t f di
a e d
k k i
t g
j i u
a f n
n a
t d k
u a a
n n n
g u
r n
m e t
e s u
r p k
u o m
p n e
a s m
k a
a t n
n e d
r u
i h te
n a ra
d d pi
i a o
k p k
a si
t i g
o n e
r t n
t e d
e r a
r v n
p e m
e n e
n s m
t i e
i n
n r u
g e h
s i
d u tu
s ju

28 American Heart Association eccguidelines.heart.org 28


an a d p k a n r
Antisipasi
sa h a o n s a
tu k si t g d Kebutuhan
ra y di ti e e Resusitasi
si a an f r t t
a 2020
ok n jur ( h e
k (Baru):
si g ka P a p Setiap
ge n. P d a j
a persali
n. l Pe V a t nan
a ng ). p , n
• t harus
P h is • ditang
ap v u
e i K y ani
an n
n r o e a oleh
en g
y m n n minima
t
e d do p t g l1
e
d e tra r i orang
r
o n ke e l s yang dapat
h
t g al s a e melakukan
a
a a dii i s b langkah
d
n nd i a awal
n d a
ik s i resusitasi
a p
c asi e k bayi baru
e d k
a ka t n lahir dan
n a o
i n e y memulai
d d m
ha l a PPV dan
o r i p
ny a yang
t a b r
a h bertanggun
r n e m e
jik g jawab
a ri e s
a untuk
k k k l n i
di merawat
e e a a c d
bayi baru
t du n n a a
a lahir saja.
u ga ji g k d
l
b ad k u a Alasan:
k
a a a p d Untuk
r a
n ob h a mendukun
u a
str - i n g transisi
t d
uk l p bayi baru
i b a n
si a e lahir yang
n e r t
sa n n lancar dan
r e u
lu g g aman dari
u n s b dalam
ra k o
n o p a kandunga
n a b
t d o s a n hingga
a na n h i
u t ia
pa s
k a menghirup
m s d v e n udara,
e se e e n
b setiap
k tel t n d
a h kelahiran
o ah a t o harus
y a
n m k i t ditangani
i r
i e ja l r oleh
u
u m n a a setidaknya
k s
m be t s k 1 orang
u d
ri u i e i dengan
a ka
( n - a p kewajiban
t n
M g k l a utama
ve y o . n untuk
d S
nti a r t mengurus
a A •
las n e a bayi yang
n F R
i g k u baru lahir
) e
te b t s dan telah
l ka s dilatih
t u i e
e na p serta
i r f c
m o diperlengk
n u y a

29 American Heart Association eccguidelines.heart.org 29


iLmu pendidikan resusitasi

Penghentian Resusitasi alasan ini, kerangka waktu untuk pasien tetapi mampu meningkatkan
keputusan tentang penghentian kinerja, pengetahuan psikomotorik dan
2020 (Terbaru): Pada bayi baru lahir upaya resusitasi disarankan, dengan kepercayaan diri jika pelatihan terfokus
yang menerima resusitasi, jika menekankan keterlibatan orang tua dan dilakukan setiap 6 bulan atau lebih
tidak ada detak jantung dan semua tim resusitasi sebelum mengalihkan sering. Dengan demikian, pelatihan
langkah resusitasi sudah dilakukan, perawatan. tugas resusitasi neonatal sebaiknya
upaya penghentian resusitasi harus dilakukan lebih sering dibanding interval
didiskusikan dengan tim kesehatan Kinerja Manusia dan Sistem 2 tahun baru-baru ini.
dan keluarga. Waktu yang diperlukan
untuk mengalihkan target perawatan Alasan: Studi pendidikan menunjukkan
2020 (Terbaru): Untuk peserta yang
ini adalah sekitar 20 menit setelah bahwa pengetahuan dan keterampilan
telah dilatih dalam resusitasi neonatal,
kelahiran. resusitasi kardiopulmoner akan
pelatihan penguatan individu atau tim
berkurang dalam waktu 3 sampai 12
2010 (Lama): Pada bayi yang baru lahir harus dilakukan lebih sering daripada
bulan setelah pelatihan. Pelatihan
tanpa detak jantung yang terdeteksi, setiap 2 tahun dengan frekuensi yang
penguatan yang singkat dan sering
penghentian resusitasi sebaiknya dipilih mendukung retensi pengetahuan,
telah terbukti meningkatkan kinerja
jika detak jantung tetap tidak terdeteksi keterampilan, dan perilaku.
dalam studi simulasi dan mengurangi
selama 10 menit. 2015 (Lama): Studi yang meneliti kematian neonatal dengan sumber
Alasan: Bayi baru lahir yang gagal seberapa sering penyedia layanan daya terbatas. Untuk mengantisipasi
merespons upaya resusitasi setelah kesehatan atau pelajar layanan dan mempersiapkan secara efektif,
sekitar 20 menit memiliki kemungkinan kesehatan harus berlatih tidak penyedia dan tim dapat meningkatkan
bertahan hidup yang rendah. Untuk menunjukkan perbedaan manfaat bagi kinerja mereka dengan sering berlatih.

Ilmu Pendidikan Resusitasi


Pendidikan yang efektif adalah variabel dapat meningkatkan perolehan • Pelatihan penguatan (yaitu, sesi pelatihan
utama dalam meningkatkan peluang keterampilan. ulang singkat) harus ditambahkan ke
kelangsungan hidup dari henti jantung. pembelajaran massal (yaitu, berbasis
Tanpa pendidikan yang efektif, kursus konvensional) untuk membantu
penyelamat awam dan penyedia retensi keterampilan CPR. Asalkan setiap
layanan kesehatan akan berjuang untuk siswa dapat menghadiri semua sesi,
secara konsisten menerapkan ilmu pembagian pelatihan menjadi beberapa
yang mendukung pengobatan henti sesi (yaitu, pembelajaran berjeda) lebih
jantung berbasis bukti. Desain dipilih daripada pembelajaran massal.
instruksional berbasis bukti sangat • Untuk individu awam, pelatihan mandiri, baik
penting untuk meningkatkan kinerja sendiri atau dikombinasikan dengan
penyedia dan manfaat terkait pasien pelatihan di bawah arahan instruktur,
dari henti jantung. Fitur dari desain disarankan untuk meningkatkan kemauan
instruksional terdiri atas bahan aktif, dan kemampuan untuk melakukan CPR.
elemen utama dari program pelatihan Penerapan pelatihan mandiri yang lebih
resusitasi yang menentukan bagaimana intensif dapat menghilangkan hambatan bagi
dan kapan konten disampaikan kepada pelatihan CPR bagi individu awam yang lebih
siswa. ekstensif.
Dalam Panduan 2020, kami • Anak-anak usia sekolah menengah pertama
memberikan rekomendasi tentang dan atas harus dilatih untuk memberikan CPR
berbagai fitur desain instruksional berkualitas tinggi.
dalam pelatihan resusitasi dan
• Pelatihan in situ (yaitu, pendidikan resusitasi di
menjelaskan bagaimana pertimbangan
ruang klinis aktual) dapat digunakan untuk
penyedia tertentu memengaruhi
meningkatkan hasil pembelajaran dan
pendidikan resusitasi. Di sini, kami
meningkatkan kinerja resusitasi.
menyoroti rekomendasi baru dan yang
diperbarui di bidang pendidikan yang • Realitas maya, yang merupakan penggunaan
kami yakini akan berdampak signifikan antarmuka komputer untuk menciptakan
pada curah akibat serangan jantung. lingkungan yang imersif, dan pembelajaran
berbasis permainan, yang merupakan
Ringkasan Masalah Utama dan permainan dan kompetisi dengan siswa lain,
dapat dimasukkan ke dalam pelatihan
Perubahan Besar resusitasi untuk individu awam dan penyedia
• Praktik terencana dan pembelajaran layanan kesehatan.
penguasaan selama pelatihan
bantuan hidup, ditambah
pengulangan dengan umpan balik
dan standar kelulusan minimum,

27 American Heart Association eccguidelines.heart.org 27


iLmu pendidikan resusitasi
• Individu awam harus
mendapatkan pelatihan
tentang caranya menanggapi
korban overdosis opioid,
termasuk pemberian
nalokson.
• Pelatihan CPR bagi pengamat
harus menargetkan populasi
sosial ekonomi, ras, dan etnis
tertentu yang secara historis
menunjukkan tingkat CPR
pengamat yang lebih rendah.
Pelatihan CPR harus
mengatasi hambatan terkait
gender untuk meningkatkan
tingkat CPR pengamat yang
dilakukan pada wanita.
• Sistem EMS harus
memantau seberapa
banyak paparan yang
diterima penyedia
mereka dalam merawat
korban henti jantung.
Variabilitas dalam
paparan di
antara penyedia dalam
sistem EMS tertentu mungkin
didukung dengan
menerapkan strategi
pelatihan tambahan dan/atau
penyesuaian staf yang
ditargetkan.
• Semua penyedia layanan
kesehatan harus
menyelesaikan kursus
ACLS dewasa atau yang
setara.
• Penggunaan pelatihan
CPR, pelatihan massal,
kampanye kesadaran
CPR, dan promosi CPR
hanya tangan harus
dilanjutkan secara luas
untuk meningkatkan
kesediaan memberikan
CPR kepada korban
serangan jantung,
meningkatkan prevalensi
CPR individu sekitar, dan
meningkatkan manfaat
setelah peristiwa OHCA.

28 American Heart Association eccguidelines.heart.org 28


Rekomendasi Utama yang Baru dan Frekuensi sesi penguatan harus Pendidikan In Situ
Telah Diperbarui diimbangi dengan ketersediaan siswa
dan penyediaan sumber daya yang 2020 (Baru): Pelatihan resusitasi berbasis
Latihan Terencana dan Penguasaan mendukung pelaksanaan pelatihan simulasi in situ perlu dilakukan sebagai
penguatan. Studi menunjukkan bahwa tambahan untuk pelatihan tradisional.
Pembelajaran
kursus pembelajaran berjeda, atau 2020 (Baru): Pelatihan resusitasi berbasis
2020 (Baru): Praktik terencana dan pelatihan yang dibagi menjadi beberapa simulasi in situ mungkin perlu dilakukan
model pembelajaran penguasaan sesi, memiliki keefektifan yang sama untuk menggantikan pelatihan
dapat dimasukkan ke dalam kursus atau lebih besar bila dibandingkan tradisional.
bantuan hidup dasar atau lanjutan untuk dengan kursus yang disampaikan
meningkatkan perolehan keterampilan sebagai acara pelatihan tunggal. Alasan: Simulasi in situ memaksudkan
dan kinerja. aktivitas pelatihan di area perawatan
Siswa perlu menghadiri seluruh sesi
pasien yang sebenarnya dan dengan
Alasan: Praktik terencana adalah untuk memastikan penyelesaian
ini peserta mendapatkan lingkungan
pendekatan pelatihan yang mengatur kursus karena konten baru disajikan di
pelatihan nyata yang lebih baik. Bukti
setiap sesi. baru menunjukkan bahwa pelatihan di
agar siswa diberi tujuan terpisah untuk
dicapai, umpan balik langsung atas lingkungan in situ, baik secara terpisah
kinerja mereka, dan waktu yang cukup
Pelatihan Penyelamat Awam atau dikombinasikan dengan pelatihan
untuk pengulangan guna meningkatkan konvensional, dapat berdampak
2020 (Terbaru): Kombinasi petunjuk
kinerja. Pembelajaran penguasaan positif pada hasil pembelajaran
mandiri dan pengajaran yang
merupakan pelatihan dan pengujian (misalnya, waktu yang lebih cepat untuk
dipandu instruktur dengan pelatihan
praktik terencana yang mencakup melakukan tugas-tugas penting dan
praktik langsung dianjurkan sebagai
seperangkat kriteria untuk menentukan kinerja tim) dan manfaat bagi pasien
alternatif untuk kursus yang dipandu
standar kelulusan tertentu, yang (misalnya, peningkatan kelangsungan
instruktur bagi penyelamat awam. Jika
menyiratkan penguasaan tugas yang hidup, efek neurologis).
pelatihan di bawah arahan instruktur
sedang dipelajari. tidak tersedia, pelatihan mandiri Saat melakukan simulasi in
Bukti menunjukkan bahwa direkomendasikan untuk penyelamat situ, instruktur harus mewaspadai
penggabungan model praktik terencana awam. risikonya, misalnya saat memadukan
dan pembelajaran penguasaan dan ke perlengkapan pelatihan dengan
dalam kursus bantuan hidup dasar atau 2020 (Baru): Pelatihan CPR berkualitas perlengkapan medis yang sebenarnya.
tinggi sebaiknya diberikan untuk anak
lanjutan meningkatkan berbagai hasil
usia sekolah menengah pertama dan
pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Permainan dan
atas.
Realitas Maya
Pelatihan Penguatan dan Pembelajaran 2015 (Lama): Kombinasi petunjuk
Terbagi mandiri dan pengajaran yang dipandu 2020 (Baru): Penggunaan pembelajaran
instruktur dengan pelatihan praktik berbasis permainan dan realitas maya
2020 (Baru): Sesi penguatan sebaiknya langsung dapat dipertimbangkan penyelamat awam masa depan yang
diterapkan bersama pendekatan sebagai alternatif untuk kursus yang terlatih dan berbasis komunitas.
pembelajaran massal untuk pelatihan dipandu instruktur konvensional bagi
resusitasi. individu awam. Jika pelatihan yang
dipandu instruktur tidak tersedia, maka
2020 (Baru): Pendekatan pembelajaran pelatihan yang dilakukan sendiri dapat
berjeda perlu diterapkan alih-alih dipertimbangkan untuk individu awam
pendekatan pembelajaran massal untuk yang mempelajari keterampilan AED.
pelatihan resusitasi.
Alasan: Studi telah menunjukkan bahwa
Alasan: Penambahan sesi pelatihan instruksi mandiri atau instruksi berbasis
penguatan, yang merupakan sesi video sama efektifnya dengan
singkat dan sering berfokus pada pelatihan di bawah arahan instruktur
pengulangan konten sebelumnya, untuk pelatihan CPR penyelamat
hingga kursus resusitasi meningkatkan awam. Peralihan ke pelatihan yang
retensi keterampilan CPR. lebih mandiri dapat meningkatkan
porsi penyelamat awam terlatih,
sehingga meningkatkan kemungkinan
bahwa penyelamat awam terlatih
akan siap untuk memberikan CPR
apabila diperlukan. Melatih anak usia
sekolah untuk melakukan CPR akan
menanamkan kepercayaan diri dan
sikap positif dalam memberikan
CPR. Penargetan populasi ini dengan
pelatihan CPR turut membangun kader

29 American Heart Association eccguidelines.heart.org 29


dapat dipilih untuk pelatihan bantuan hidup
dasar atau lanjutan untuk penyelamat awam
dan/atau penyedia layanan kesehatan.
Alasan: Pembelajaran berbasis permainan
menggabungkan kompetisi atau permainan
dengan topik resusitasi, dan realitas maya
menggunakan antarmuka komputer yang
memfasilitasi pengguna untuk berinteraksi
dalam lingkungan virtual.
Beberapa penelitian telah menunjukkan
manfaat positif pada hasil pembelajaran
(misalnya, peningkatan perolehan
pengetahuan, retensi pengetahuan,
dan keterampilan CPR) dengan modalitas ini.
Program yang bermaksud menerapkan
pembelajaran berbasis permainan atau
realitas maya harus mempertimbangkan biaya
awal yang tinggi terkait dengan pembelian
peralatan dan perangkat lunak.

30 American Heart Association eccguidelines.heart.org 30


iLmu pendidikan resusitasi

Pelatihan CPR bagi pengamat harus


menargetkan populasi sosial
ekonomi, ras, dan etnis tertentu yang
secara historis menunjukkan tingkat
CPR pengamat yang lebih rendah.
Pelatihan CPR harus mengatasi
hambatan terkait gender untuk
meningkatkan tingkat CPR pengamat
yang dilakukan pada wanita.

Pelatihan Overdosis Opioid untuk CPR pengamat, mungkin karena Partisipasi Kursus ACLS
Penyelamat Awam pengamat khawatir ia akan melukai
korban wanita tersebut atau dituduh 2020 (Baru): Petugas kesehatan perlu
2020 (Baru): Penyelamat awam perlu melakukan sentuhan yang tidak pantas. mengambil kursus ACLS dewasa atau
menerima pelatihan dalam menanggapi Dengan menargetkan populasi pelatihan yang setara.
overdosis opioid, termasuk pemberian ras, etnis, dan sosial ekonomi rendah Alasan: Selama lebih dari 3 dekade,
nalokson. tertentu untuk pendidikan CPR dan kursus ACLS telah diakui sebagai
Alasan: Kematian akibat overdosis memodifikasi pendidikan mengatasi komponen penting dari pelatihan
opioid di Amerika Serikat meningkat perbedaan gender, perbedaan dalam resusitasi untuk penyedia perawatan
lebih dari dua kali lipat dalam dekade pelatihan CPR dan CPR pengamat akut. Studi menunjukkan bahwa tim
terakhir. Berbagai penelitian telah dapat dihilangkan, dan hasil yang resusitasi dengan 1 anggota tim
menemukan bahwa pelatihan resusitasi dicapai dari henti jantung pada populasi atau lebih yang terlatih dalam ACLS
yang ditargetkan untuk pengguna ini dapat ditingkatkan. menunjukkan manfaat yang lebih baik
opioid dan keluarga serta teman bagi pasien.
mereka dikaitkan dengan tingkat Pengalaman Praktisi EMS dan Paparan
pemberian nalokson yang lebih tinggi Henti Jantung di Luar Rumah Sakit Kesediaan untuk Melakukan CPR
pada overdosis yang disaksikan. Pengamat
2020 (Baru): Sistem EMS perlu
Disparitas dalam Pendidikan memantau paparan personel klinis 2020 (Baru): Kesediaan pengamat untuk
terhadap resusitasi untuk memastikan melakukan CPR perlu ditingkatkan
2020 (Baru): Penargetan dan tim yang merawat memiliki anggota melalui pelatihan CPR, pelatihan CPR
penyesuaian pelatihan CPR untuk yang kompeten dalam menangani massal, inisiatif kesadaran CPR, dan
individu awam sebaiknya dilakukan kasus henti jantung. Kompetensi promosi CPR Hanya Tangan.
pada populasi dan lingkungan ras dan tim dapat didukung melalui strategi
etnis tertentu di Amerika Serikat. Alasan: Penerapan CPR pengamat yang
penempatan staf atau pelatihan.
cepat menggandakan peluang korban
2020 (Baru): Hambatan pada CPR Alasan: Tinjauan sistematis baru- baru untuk selamat dari henti jantung.
pengamat untuk korban perempuan ini menemukan bahwa paparan Pelatihan CPR, pelatihan CPR massal,
perlu diatasi melalui pelatihan penyedia EMS terhadap kasus henti inisiatif kesadaran CPR, dan promosi
pendidikan dan upaya penyadaran jantung dikaitkan dengan peningkatan CPR Hanya Tangan sama-sama terkait
publik. manfaat bagi pasien, termasuk dengan peningkatan kualitas CPR
Alasan: Komunitas dengan status sosial tingkat ROSC dan kelangsungan pengamat.
ekonomi rendah dan mereka yang hidup. Karena risiko bisa bervariasi,
didominasi oleh populasi kulit hitam dan kami merekomendasikan agar sistem
Hispanik memiliki tingkat pelatihan CPR EMS memantau risiko penyedia dan
pengamat dan CPR yang lebih rendah. mengembangkan strategi untuk
Wanita juga cenderung tidak menerima mengatasi risiko rendah.

29 American Heart Association eccguidelines.heart.org 29


OHCA, sebagian besar komunitas tidak
Sistem Perawatan banyak dibantu dengan CPR pengamat
dan penggunaan AED.
Bertahan hidup setelah henti jantung • Sistem penilaian peringatan dini
membutuhkan sistem yang terintegrasi dan tim respons cepat dapat
untuk individu, pelatihan, peralatan, mencegah kasus henti jantung di
dan organisasi. Para pengamat rumah sakit pada anak dan dewasa,
yang bersedia, pemilik properti yang tetapi literatur untuk memahami
menyimpan AED, telekomunikasi jenis komponen sistem yang terkait
layanan darurat, dan penyedia BLS dengan manfaat terlalu beragam.
dan ALS yang bekerja dalam sistem
• Alat bantu kognitif dapat
EMS sama-sama berkontribusi
meningkatkan kinerja resusitasi
pada keberhasilan resusitasi setelah
yang diberikan oleh individu awam
peristiwa OHCA. Di dalam rumah sakit,
tak terlatih, tetapi dalam pengaturan
pekerjaan dokter, perawat, terapis
simulasi, penggunaannya menunda
pernapasan, apoteker, dan
dimulainya CPR. Pengembangan
profesional lainnya mendukung
dan studi lain semakin diperlukan
manfaat dari resusitasi.
sebelum sistem ini dapat disetujui
Keberhasilan resusitasi juga sepenuhnya.
bergantung pada kontribusi produsen
peralatan, perusahaan farmasi, • Ternyata, efek alat bantu kognitif
instruktur resusitasi, pengembang pada kinerja EMS atau tim resusitasi
pedoman, dan hal lainnya. Daya tahan berbasis rumah sakit sangat
hidup jangka panjang membutuhkan terbatas.
dukungan dari keluarga dan pengasuh • Meskipun pusat spesialisasi henti
profesional, termasuk ahli dalam jantung menawarkan protokol
rehabilitasi dan pemulihan kognitif, fisik, dan teknologi yang tidak tersedia
dan psikologis. Komitmen dari seluruh di semua rumah sakit, literatur
pihak yang terlibat untuk meningkatkan yang tersedia tentang dampaknya
kualitas di setiap jenis perawatan terhadap manfaat resusitasi
sangat penting untuk mencapai hasil beragam.
yang sukses.
• Umpan balik tim besar pengaruhnya.
Ringkasan Masalah Utama dan Protokol pengarahan terstruktur
meningkatkan kinerja tim resusitasi
Perubahan Besar dalam resusitasi berikutnya.
• Pemulihan berlanjut lama setelah • Umpan balik untuk seluruh sistem
rawat inap pertama kali dan besar pengaruhnya. Penerapan
merupakan komponen penting pengumpulan dan tinjauan data
dari Rantai Kelangsungan Hidup terstruktur meningkatkan proses
resusitasi. resusitasi dan kelangsungan
• Upaya mendukung kemampuan hidup baik di dalam maupun di luar
dan kemauan masyarakat untuk rumah sakit.
melakukan RJP dan menggunakan
AED meningkatkan manfaat Rekomendasi Utama yang Baru dan
resusitasi di masyarakat. Telah Diperbarui
• Metode baru yang melibatkan
teknologi ponsel guna mengingatkan Menggunakan Perangkat Seluler
penyelamat awam terlatih pada untuk
peristiwa yang memerlukan CPR Memanggil Penyelamat
cukup menjanjikan dan perlu diteliti
lebih lanjut. Baru (2020): Teknologi ponsel
dengan sistem pengiriman darurat
• Telekomunikasi sistem darurat untuk memperingatkan pengamat
dapat menginstruksikan para sekitar
pengamat untuk melakukan CPR yang bersedia membantu pada
hanya dengan tangan untuk individu kejadian yang mungkin memerlukan
dewasa dan anak-anak. Kerangka CPR atau AED perlu digunakan.
No-No-Go membawa hasil yang
baik. Alasan: Meskipun peran penyelamat
awam pertama diakui dalam
meningkatkan manfaat bantuan untuk

30 American Heart Association eccguidelines.heart.org 30


Tinjauan sistematis ILCOR baru-baru ini
menemukan bahwa pemberitahuan
penyelamat awam melalui aplikasi ponsel
cerdas atau peringatan pesan teks dikaitkan
dengan kesigapan pengamat, tingkat CPR
pengamat yang lebih tinggi, waktu defibrilasi
yang lebih singkat, dan tingkat kelangsungan
hidup yang lebih tinggi setelah kepulangan
dari rumah sakit untuk penderita OHCA.
Perbedaan hasil klinis hanya terlihat pada data
observasi. Penggunaan teknologi telepon
seluler perlu dipelajari di lingkungan Amerika
Utara, tetapi rekomendasi manfaat di negara
lain menjadikannya prioritas tinggi untuk
penelitian di masa mendatang, termasuk
dampak dari peringatan ini pada efek henti
jantung pada pasien, komunitas, dan konteks
geografis yang beragam.

Pendataan untuk Meningkatkan


Kinerja Sistem
Baru (2020): Organisasi yang merawat
pasien henti jantung perlu mengumpulkan
data dan hasil yang dicapai dari proses
perawatan.
Alasan: Banyak industri, termasuk perawatan
kesehatan, mengumpulkan dan menilai data
kinerja untuk
mengukur kualitas dan mengidentifikasi
peluang peningkatan kualitas. Hal ini dapat
dilakukan di tingkat lokal, regional, atau
nasional melalui partisipasi dalam pendataan
informasi tentang proses perawatan (misalnya,
data kinerja CPR, waktu defibrilasi, kepatuhan
terhadap pedoman) dan hasil perawatan
(misalnya, ROSC, kelangsungan hidup) yang
terkait dengan henti jantung.
Tiga inisiatif tersebut adalah pendataan
Get With The Guidelines- Resuscitation dari
AHA (untuk IHCA), pendataan AHA Cardiac
Arrest Registry to Enhance Survival (untuk
OHCA), dan Resuscitation Outcomes
Consortium Cardiac Epistry (untuk
OHCA), dan banyak basis data regional yang
tersedia. Berdasarkan tinjauan sistematis
ILCOR 2020, sebagian besar studi yang
menilai dampak pendataan, dengan atau tanpa
pelaporan untuk umum, menunjukkan
peningkatan kelangsungan hidup setelah
henti jantung pada perusahaan dan
masyarakat yang berpartisipasi dalam
pendataan henti jantung.

31 American Heart Association eccguidelines.heart.org 31


PEMBIDAIAN DAN PEMBALUTAN

Setelah mempelajari topik keterampilan ini mahasiswa diharapkan mampu :


1. T ujuan Umum
a. Mahasiswa terampil dalam melakukan berbagai teknik membebat pada
berbagai organ tubuh manusia sesuai dengan prosedur.
b. Mahasiswa terampil dalam melakukan pemasangan bidai dengan tepat.
2. T ujuan
Khusus a.
Persiapan
1) Pembebatan
 Mahasiswa mampu membangun komunikasi efektif dengan pasien.
 Mahasiswa mampu mengidentif ikas i bagian tubuh yang mengalami
cedera melalui pemeriksaan inspeksi dan palpasi serta mampu
memeriksa ROM (Range of Movement).
 Mahasiswa mengenal dengan baik bermacam -macam jenis bebat dan
mampu memilihnya dengan tepat sesuai kasus.
 Mahasiswa mampu melakukan dis infeks i luka dengan baik sebelum
melakukan pembebatan.
2) Pembidaian
 Mahasiswa mampu membangun komunikasi efektif dengan pasien.
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeks i dan palpasi pada
daerah cedera dan memeriksa ROM (Range of Movement).
 Mahasiswa dapat memilih bidai yang benar sesuai kasus.
b. Pemasangan
1) Pembebatan
 Mahasiswa mampu melakukan pembebatan sesuai prosedur.
 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi hasil pembebatan dengan
tepat
(terutama mengenai tekanan bebat).

10
 Mahasiswa mampu menilai kondis i fis ik dan psikologis pas ien, serta
daerah di bawah lokasi luka (meliputi warna, suhu, respon sensorik)
karena gangguan sirkulas i.
2) Pembidaian
 Mahasiswa mampu memasang bidai dengan benar.
 Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hasil pemasangan bidai dan
menilainya dengan benar (apakah bidai terlalu longgar atau terlalu
ketat).
 Mahasiswa mampu menilai kondis i f is ik dan psikologis pasien.

No. Aktivitas Alokasi waktu

1. Pendahuluan 25 menit

 Pre-test secara lisan

 Memperkenalkan konsep pembebatan dan pembidaian

 Indikasi, prinsip, dan prosedur pembebatan

 Indikasi, prinsip, dan prosedur pembidaian

2. Role-play (berlatih berpasangan) 20 menit

 Kasus pertama

 Kasus kedua

3. Role-play (contoh dari dua pasangan) 2x10 menit

4. Refleksi dari role-play (mahasiswa) 20 menit

5. Refleksi dari role-play (instruktur) 10 menit

6. Penutup
PEMBEBATAN DAN
PEMBIDAIAN

A. PENDAHULUAN
Kasus traumatologi seiring dengan kemajuan jaman akan cenderung semakin
meningkat, sehingga seorang dokter umum dituntut mampu memberikan pertolongan
pertama pada kasus kecelakaan yang menimpa pasien. Di antara kasus traumatologi tersebut
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya kaki tergelincir saat menuruni tangga,
seorang peragawati yang menggunakan sepatu berhak tinggi tergelincir saat berjalan di atas
cat walk, bahkan kasus patah tulang leher akibat kecelakaan lalu-lintas yang dapat
menyebabkan kematian. Pemberian pertolongan pertama dengan imobilisasi yang benar akan
sangat bermanfaat dan menentukan prognosis penyakit.
Sebagian besar kasus traumatologi membutuhkan pertolongan dengan pembebatan
dan pembidaian. Pembebatan adalah keterampilan medis yang harus dikuasai oleh seorang
dokter umum. Bebat memiliki peranan penting dalam membantu mengurangi pembengkakan,
mengurangi kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu mengurangi ketegangan
jaringan
luka.
Pertolongan pertama yang harus diberikan pada patah tulang adalah berupaya agar
tulang yang patah tidak saling bergeser (mengusahakan imobilisasi), apabila tulang saling
bergeser akan terjadi kerusakan lebih lanjut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan memasang bidai yang dipasang melalui dua sendi. Dengan prosedur yang benar,
apabila dilakukan dengan cara yang salah akan menyebabkan cedera yang lebih parah.

Pembebatan dan pembidaian memegang peranan penting dalam manajemen awal


dari trauma muskuloskeletal, seperti fraktur ekstremitas, dislokasi sendi dan sprain
(terseleo). Pemasangan bebat dan bidai yang adekuat akan menstabilkan ekstremitas yang
mengalami trauma, mengurangi ketidaknyamanan pasien dan memfasilitasi proses
penyembuhan jaringan. Tegantung kepada tipe trauma atau kerusakan, pembebatan atau
pembidaian dapat menjadi satu-satunya terapi atau menjadi tindakan pertolongan awal
sebelum dilakukan proses diagnostik atau intervensi bedah lebih lanjut.

12
Teori dan keterampilan medis mengenai pembebatan dan pembidaian ini sangat
penting bagi mahasiswa kedokteran untuk bekal menjadi seorang dokter umum agar dapat
menolong pasien yang mengalami kasus-kasus traumatologi.

B. DASAR TEORI
1. Sistem Rangka / Tulang Manusia
Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi beberapa organ tubuh terutama dalam tengkorak, rongga dada dan
panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai ungkit pada gerakan dan menyediakan
permukaan untuk kaitan otot-otot kerangka. Tulang pada tubuh manusia digolongkan
menjadi kerangka sumbu dan appendikular.
Kerangka sumbu (kerangka axial) terdiri atas kepala dan badan
seperti
tengkorak, tulang belakang, tulang dada dan iga-iga. Kerangka appendikular terdiri
atas ekstremitas (anggota gerak) dan gelang panggul.
Tulang dapat diklasifikasikan sesuai dengan bentuknya, yaitu terdiri dari :
a. Tulang pendek, misalnya tulang karpalia di tangan dan tarsalia di kaki. Tulang ini
bersifat ringan dan kuat, misalnya pada pergelangan tangan.
b. Tulang panjang atau tulang pipa. Tulang panjang terdiri atas bagian batang dan
dua bagian ujung. Tulang panjang berfungsi sebagai alat ungkit dari tubuh dan
memungkinkannya bergerak.
c. Tulang pipih terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dengan ditengahnya
lapisan tulang seperti spons, tulang tengkorak.
d. Tulang sesamoid, tulang ini berkembang dalam tendon otot-otot dan dijumpai di
dekat sendi. Patela adalah contoh dari tulang jenis ini.

13
e. Tulang tak beraturan adalah tulang yang tidak dapat dimasukkan dalam salah satu dari
ke empat kelas di atas, contohnya adalah vertebra dan tulang wajah.

Gambar 1. Gambar Anatomi Tulang Manusia

2. PEMBEBATAN
a. Prinsip Dasar Pembebatan
Derajat penekanan yang dihasilkan oleh suatu pembebatan sangat penting untuk
diperhatikan, penekanan yang diberikan tidak boleh meningkatkan tekanan hidrostatik
yang berakibat meningkatkan edema jaringan, juga jangan sampai mengganggu sirkulasi
darah di daerah luka dan sekitar luka.
Derajat penekanan tersebut ditentukan oleh interaksi yang kompleks antara empat
faktor utama yaitu :
1) Struktur fisik dan keelastisan dari pembebat.
2) Ukuran dan bentuk ekstremitas yang akan dibebat.
3) Keterampilan dan keahlian dari orang yang melakukan pembebatan.
4) Bentuk semua aktivitas fisik yang dilakukan pasien.

Tekanan dari suatu pembebat merupakan fungsi dari tekanan oleh bahan
pembebat, jumlah lapisan pembebat dan diameter dari ekstremitas yang dibebat.
Hubungan faktor-faktor ini telah disusun oleh Hukum Laplace yang menyatakan bahwa
”tekanan dari tiap lapisan pembebat berbanding lurus dengan tekanan pembebat dan
berbanding terbalik dengan diameter dari ekstremitas yang dibebat”.
Rumus untuk menghitung tekanan tiap lapis pembebatan (sub-bandage pressure) :

Tekanan (mmHg) = Kekuatan pada pembebatan (Kgf) x n x 4620


Diameter daerah yg dibebat (cm) x lebar pembebat (cm)

n = jumlah lapisan pembebatan

Rumus ini hanya berlaku pada saat awal pembebatan dilakukan karena kebanyakan
pembebat kehilangan elastisitas yang signifikan dari tahanan awal sesuai dengan
berjalannya waktu.
Hal yang penting dalam pembebatan adalah metode dari pembebatan itu sendiri,
karena pada prakteknya pembebatan dilakukan dengan bentuk spiral di mana terjadi
overlapping antar pembebat yang menentukan jumlah lapisan yang melingkari titik
tertentu pada ekstremitas. Overlap 50 % secara efektif menghasilkan tekanan dua lapis,
overlap 66 % secara efektif menghasilkan tekanan tiga lapisan. Hal ini perlu mendapat
perhatian agar tidak terjadi penekanan berlebihan pada suatu titik di daerah pembebatan
yang dapat mengakibatkan nekrosis jaringan.

b. Pentingnya pemilihan lebar pembebat yang tepat.


Pada pembebatan diperlukan pemilihan pembebat yang tepat karena hal ini sangat
mempengaruhi besarnya tekanan yang diberikan oleh pembebat pada bagian yang
dibebat. Sesuai formula di atas bahwa tekanan tiap lapis pembebatan berbanding lurus
dengan tahanan yang diberikan serta berbanding terbalik dengan diameter lokasi
pembebatan dan lebar pembebat sehingga semakin lebar pembebat tekanan yang
dihasilkan makin kecil.
c. Pentingnya jumlah lapisan pembebatan yang diberikan.
Pada pembebatan diperlukan penentuan jumlah lapisan pembebat yang tepat
karena hal ini sangat mempengaruhi besarnya tekanan yang diberikan oleh pembebat
pada bagian yang dibebat. Sesuai formula di atas bahwa tekanan tiap lapis pembebatan
berbanding lurus dengan tahanan yang diberikan serta berbanding terbalik dengan
diameter lokasi pembebatan dan lebar pembebat sehingga semakin banyak lapisan
pembebatan yang dilakukan tekanan yang dihasilkan makin besar.

d. Manfaat Pembebatan (Bandage)


1) Menopang suatu luka, misalnya tulang yang patah.
2) Mengimobilisasi suatu luka, misalnya bahu yang keseleo.
3) Memberikan tekanan, misalnya dengan bebat elastik pada ekstremitas inferior untuk
meningkatkan laju darah vena.
4) Menutup luka, misalnya pada luka setelah operasi abdomen yang luas.
5) Menopang bidai (dibungkuskan pada bidai).
6) Memberikan kehangatan, misalnya bandage flanel pada sendi yang rematik.

e. Tipe-Tipe Pembebat
1) Stretchable Roller Bandage
Pembebat ini biasanya terbuat dari kain, kasa, flanel atau bahan yang elastis.
Kebanyakan terbuat dari kasa karena menyerap air dan darah serta tidak mudah
longgar. Jenis-jenisnya :
- Lebar 2.5 cm : digunakan untuk jari-kaki tangan
- Lebar 5 cm : digunakan untuk leher dan pergelangan tangan
- Lebar 7.5 cm : digunakan untuk kepala, lengan atas, daerah, fibula dan kaki.
- Lebar 10 cm : digunakan untuk daerah femur dan pinggul.
- Lebar 10-15 cm : digunakan untuk dada, abdomen dan punggung.

Gambar 2. Roller bandage


2) Triangle Cloth
Pembebat ini berbentuk segitiga terbuat dari kain, masing-masing panjangnya
50-100 cm. Digunakan untuk bagian-bagian tubuh yang berbentuk melingkar atau
untuk menyokong bagian tubuh yang terluka. Biasanya dipergunakan untuk luka
pada kepala, bahu, dada, tangan, kaki, ataupun menyokong lengan atas.
3) Tie shape
Merupakan triangle cloth yang dilipat berulang kali. Biasanya digunakan untuk
membebat mata, semua bagian dari kepala atau wajah, mandibula, lengan atas,
kaki, lutut, maupun kaki.
4) Plaster
Pembebat ini digunakan untuk menutup luka, mengimobilisasikan sendi yang
cedera, serta mengimobilisasikan tulang yang patah. Biasanya penggunaan plester
ini disertai dengan pemberian antiseptic terutama apabila digunakan untuk menutup
luka.
5) Steril Gauze (kasa steril)
Digunakan untuk menutup luka yang kecil yang telah diterapi dengan
antiseptik, antiradang dan antibiotik.

f. Putaran Dasar Dalam Pembebatan


1) Putaran Spiral (Spiral Turns)
Digunakan untuk membebat bagian tubuh yang memiliki lingkaran yang sama,
misalnya pada lengan atas, bagian dari kaki. Putaran dibuat dengan sudut yang
kecil, ± 30dan setiap putaran menutup 2/3-lebar bandage dari putaran
sebelumnya.

Gambar 3. Putaran Spiral (Spiral Turns)


2) Putaran Sirkuler (Circular Turns)
Biasanya digunakan untuk mengunci bebat sebelum mulai memutar bebat,
mengakhiri pembebatan, dan untuk menutup bagian tubuh yang berbentuk
silinder/tabung misalnya pada bagian proksimal dari jari kelima. Biasanya tidak
digunakan untuk menutup daerah luka karena menimbulkan ketidaknyamanan.
Bebat ditutupkan pada bagian tubuh sehingga setiap putaran akan menutup dengan
tepat bagian putaran sebelumnya.

Gambar 4. Putaran Sirkuler (Circular Turns)

3). Putaran Spiral terbalik (Spiral Reverse Turns)


Digunakan untuk membebat bagian tubuh dengan bentuk silinder yang panjang
kelilingnya tidak sama, misalnya pada tungkai bawah kaki yang berotot. Bebat
diarahkan ke atas dengan sudut 30, kemudian letakkan ibu jari dari tangan yang
bebas di sudut bagian atas dari bebat. Bebat diputarkan membalik sepanjang 14 cm (6
inch), dan tangan yang membawa bebat diposisikan pronasi, sehingga bebat menekuk
di atas bebat tersebut dan lanjutkan putaran seperti sebelumnya.

Gambar 5. Putaran Spiral terbalik (Spiral Reverse Turns)


4). Putaran Berulang (Recurrent Turns)
Digunakan untuk menutup bagian bawah dari tubuh misalnya tangan, jari, atau
pada bagian tubuh yang diamputasi (untuk ujung ekstremitas). Bebat diputar secara
sirkuler di bagian proksimal, kemudian ditekuk membalik dan dibawa ke arah sentral
menutup semua bagian distal. Kemudian kebagian inferior, dengan dipegang dengan
tangan yang lain dan dibawa kembali menutupi bagian distal tapi kali ini menuju ke
bagian kanan dari sentral bebat. Putaran kembali dibawa ke arah kiri dari bagian
sentral bebat. Pola ini dilanjutkan bergantian ke arah kanan dan kiri, saling tumpang-
tindih pada putaran awal dengan 2/3 lebar bebat. Bebat kemudian diakhiri dengan dua
putaran sirkuler yang bersatu di sudut lekukan dari bebat.

Gambar 6. Putaran Berulang (Recurrent Turns)

5). Putaran seperti angka Delapan (Figure-Eight Turns)


Biasanya digunakan untuk membebat siku, lutut, atau tumit (untuk daerah
persendian). Bebat diakhiri dengan dua putaran sirkuler menutupi bagian sentral sendi.
Kemudian bebat dibawa menuju ke atas persendian, mengelilinginya, dan menuju
kebawah persendian, membuat putaran seperti angka delapan. Setiap putaran
dilakukan ke atas dan ke bawah dari persendian dengan menutup putaran sebelumnya
dengan 2/3 lebar bebat. Lalu diakhiri dengan dua putaran sirkuler di atas persendian.
Gambar 7. Putaran Seperti Angka delapan (Figure-Eight Turns)

g. Prinsip Pembebatan (Bandage)


1) Memilih bebat berdasarkan jenis bahan, panjang, dan lebarnya.
2) Bila memungkinkan, menggunakan bebat baru; bebat elastik kadangkala
elastisitasnya berkurang setelah digunakan atau dicuci.
3) Memastikan bahwa kulit pasien di daerah yang terluka bersih dan kering.
4) Menutup luka sebelum pembebatan dilakukan di daerah yang terluka.
5) Memeriksa neurovaskuler di bagian distal luka, bila relevan.
6) Bila diperlukan, pasang bantalan untuk menekan daerah yang terluka.
7) Mencari asisten bila bagian dari tubuh yang terluka perlu ditopang selama prosedur
pembebatan dilakukan.
8) Meminta pasien memilih posisi senyaman mungkin, dengan bagian yang akan
dibebat ditopang pada posisi segaris dengan sendi sedikit flexi, kecuali bila hal ini
merupakan kontraindikasi.
9) Melakukan pembebatan berhadapan dengan bagian tubuh yang akan dibebat
(kecuali pada pembebatan kepala dilakukan dari belakang pasien).
10) Memegang rol bebat dengan rol menghadap ke atas di satu tangan, ujung bebat
dipegang tangan yang lain.
11) Mulai melakukan pembebatan dari bagian distal menuju proximal, dari bagian
dengan diameter terkecil menuju diameter yang lebih besar dan dari medial menuju
lateral dari bagian tubuh yang terluka. Jangan mulai membebat di daerah yang
terluka.
12) Untuk memperkuat posisi bebat, supaya bebat tidak mudah terlepas/ bergeser,
lakukan penguncian ujung bebat sebelum mulai memutar bebat.
Gambar 8. Mengunci bebat sebelum memulai memutar

13) Bila memungkinkan, pembebatan dilakukan searah dengan pengembalian darah


vena untuk mencegah pengumpulan darah.
14) Memutar bebat saling tumpang tindih dengan 2/3 lebar bebat, pasang bebat dengan
lembut meskipun sambil menekan.
15) Menjaga ketegangan dari bebat, hal ini dibantu dengan memastikan bagian bebat
yang bukan rol tetap dekat dengan permukaaan tubuh.
16) Memastikan bebat yang saling tumpang tindih tidak menekuk atau berkerut.
17) Memastikan bahwa bebat terpasang dengan baik dibagian atas dan bawah daerah
yang terluka, namun jari atau ibu jari jangan dibebat supaya dapat mengobservasi
neurovaskuler daerah tersebut.
18) Memotong bebat bila terlalu panjang sisanya; jangan memutar berlebih di akhir
pembebatan.
19) Mengunci atau menutup bagian akhir bebat, dan memastikan pasien tidak akan
melukai dirinya. Mengunci bagian akhir bebat bisa dilakukan dengan :
- Melakukan beberapa kali putaran sirkuler kemudian dijepit dengan pin atau
diplester.
- Menggunakan simpul (gambar di bawah)
Gambar 9. Atas : Mengunci atau menutup bagian akhir bebat; bawah : square knot

h. Prosedur Pembebatan
1) Perhatikan hal-hal berikut :
- Lokasi/ tempat cidera
- Luka terbuka atau tertutup
- Perkiraan lebar atau diameter luka
- Gangguan terhadap pergerakan sendi akibat luka
2) Pilihlah pembebat yang benar, dan dapat memakai kombinasi lebih dari satu jenis
pembebat.
3) Jika terdapat luka dibersihkan dahulu dengan disinfektan, jika terdapat dislokasi
sendi diposisikan seanatomis mungkin.
4) Tentukan posisi pembebat dengan benar berdasarkan :
a) Pembatasan semua gerakan sendi yang perlu imobilisasi
b) Tidak boleh mengganggu pergerakan sendi yang normal
c) Buatlah pasien senyaman mungkin pada saat pembebatan
d) Jangan sampai mengganggu peredaran darah
e) Pastikan pembebat tidak mudah lepas.
3. PEMBIDAIAN
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah bantuan pertama yang diberikan
kepada orang yang cedera akibat kecelakaan dengan tujuan menyelamatkan nyawa,
menghindari cedera atau kondisi yang lebih parah dan mempercepat penyembuhan.
Ekstremitas yang mengalami trauma harus diimobilisasi dengan bidai. Bidai(Splint atau
spalk) adalah alat yang terbuat dari kayu, logam atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
untuk imobilisasi tulang yang patah dengan tujuan mengistirahatkan tulang tersebut dan
mencegah timbulnya rasa nyeri.
Tanda tanda fraktur atau patah tulang :
 Bagian yang patah membengkak (oedema).
 Daerah yang patah terasa nyeri (dolor).
 Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah.
 Anggota badan yang patah mengalami gangguan fungsi (fungsiolesia).

a. Tujuan Pembidaian
Mahasiswa menguasai penggunaan bidai untuk imobilisasi dengan maksud :
1) Mencegah pergerakan atau pergeseran fragmen atau bagian tulang yang patah.
2) Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan pembuluh darah pada bagian
distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen tulang yang tajam.
3) Mengurangi nyeri
4) Mempermudah transportasi dan pembuatan foto rontgen.
5) Mengistirahatkan anggota badan yang patah.

b. Macam-macam Bidai
1) Splint improvisasi
 Tongkat: payung, kayu, koran, majalah
 Dipergunakan dalam keadaan emergency untuk memfiksasi ekstremitas bawah
atau lengan dengan badan.
2) Splint konvensional
 Universal splint extremitas atas dan bawah
Gambar 10. Splint konvensional
c. Persiapan Pembidaian
1) Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai dengan teliti dan periksa status
vaskuler dan neurologis serta jangkauan gerakan.
2) Pilihlah bidai yang tepat.

d. Alat alat pokok yang dibutuhkan untuk pembidaian


1) Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat tetapi ringan.
2) Pembalut segitiga.
3) Kasa steril.

e. Prinsip Pembidaian
1) Pembidaian menggunakan pendekatan atau prinsip melalui dua sendi, sendi di
sebelah proksimal dan distal fraktur.
2) Pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera dilepas, periksa
adanya luka terbuka atau tanda-tanda patah dan dislokasi.
3) Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status vaskuler
dan neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera sebelum dan sesudah
pembidaian.
4) Tutup luka terbuka dengan kassa steril.
5) Pembidaian dilakukan pada bagian proximal dan distal daerah trauma (dicurigai
patah atau dislokasi).
6) Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian kecuali ada di
tempat bahaya. Jangan menambahkan gerakan pada area yang sudah dicurigai
adanya fraktur (Do no harm).
7) Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku.
a. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar ataupun terlalu ketat
sehingga menjamin pemakaian bidai yang baik
b. Perhatikan respons fisik dan psikis pasien.

f. Syarat-syarat pembidaian
1) Siapkan alat alat selengkapnya.
2) Sepatu dan seluruh aksesoris korban yang mengikat harus dilepas.
3) Bidai meliputi dua sendi tulang yang patah, sebelumnya bidai diukur dulu pada
anggota badan kontralateral korban yang sehat.
4) Ikatan jangan terlalu keras atau terlalu longgar.
5) Sebelum dipasang, bidai dibalut dengan kain pembalut.
6) Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tulang yang
patah.
7) Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
8) Penggunaan bidai , jumlah 2 bidai saja diperbolehkan , tetapi 3 bidai akan lebih
baik dan stabil  hanya prinsip nya adalah dalam pemasangan bidai tidak boleh
menambah pergerakan atau nyeri pada pasien

g. Prosedur Pembidaian
1) Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2) Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien sebelum memasang bidai.
3) Pembidaian melalui dua sendi, sebelumnya ukur panjang bidai pada sisi
kontralateral pasien yang tidak mengalami kelainan.
4) Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun longgar
5) Bungkus bidai dengan pembalut sebelum digunakan
6) Ikat bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah proksimal dan distal dari tulang
yang patah
7) Setelah penggunaan bidai cobalah mengangkat bagian tubuh yang dibidai.
h. Contoh penggunaan bidai
1). Fraktur humerus (patah tulang lengan atas).
Pertolongan :
- Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam.
- Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu.
- Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
- Lengan bawah digendong.
- Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke lengan bawah
dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong.
- Bawa korban ke rumah sakit.

Gambar 11. Pemasangan bidai pada fraktur humerus

2). Fraktur Antebrachii (patah tulang lengan bawah).


Pertolongan:
- Letakkan tangan pada dada.
- Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan.
- Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
- Lengan digendong.
- Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar 12a. Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii

Gambar 12b. Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii  kondisi pasien datang dalam
keaadan sudah elbow flexi, sehingga tidak boleh meluruskan elbow nya. Cukup
dilakukan bidai langsung melewati 2 sendi wrist dan elbow pada kondisi elbow flexi dan
bisa ditambahkan mitella tanpa mengangkat lengan bawahnya

Gambar 13. Pemasangan sling / Mitella untuk menggendong lengan yang cedera, seperti
pada kasus fraktur antebrachii yg telah dipasang bidai pada posisi elbow flexi atau fraktur
clavicula yg belum dipasang ransel verban
3) Fraktur clavicula (patah tulang selangka).
a) Tanda-tanda patah tulang selangka :
- Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai ke atas bahu.
- Nyeri tekan daerah yang patah.
b) Pertolongan :
- Dipasang ransel verban.
- Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.
- Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung ke ketiak
kanan.
- Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak kanan
disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan,akhirnya diberi peniti/ diikat.
- Bawa korban ke rumah sakit.

Gambar 14. Kanan atau kiri : Ransel Verban

4) Fraktur Femur (patah tulang paha).


Pertolongan :
- Pasang bidai (melewati dua sendi) dari proksimal sendi panggul hingga melalui
lutut.
- Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah.
- Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk mengurangi
pergerakan.
- Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar 15. Pemasangan bidai pada fraktur femur, (melewati dua sendi) dari proksimal
sendi panggul hingga melalui lutut.

5) Fraktur Cruris (patah tulang tungkai bawah).


Pertolongan :
- Pasang bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah, kadang
juga bisa ditambahkan pada sisi posterior dari tungkai ( syarat : do no harm ) .
- Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
- Bidai dipasang mulai dari sisi proximal sendi lutut hingga distal dari pergelangan
kaki.
- Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar 16. Pemasangan bidai pada fraktur cruris, bidai dipasang mulai dari sisi proximal
sendi lutut hingga distal dari pergelangan kaki.

C. OBSERVASI SETELAH TINDAKAN


Tanyakan kepada pasien apakah sudah merasa nyaman dengan bebat dan bidai
yang dipasang, apakah nyeri sudah berkurang, apakah terlalu ketat atau terlalu longgar.
Bila pasien masih merasakan bidai terlalu keras, tambahkan kapas di bawah bidai.
Longgarkan bebat jika dirasakan terlalu kencang. Lakukan re-evaluasi terhadap
ekstremitas di sebelah distal segera setelah memasang bebat dan bidai, meliputi :
- Warna kulit di distal
- Fungsi sensorik dan motorik ekstremitas.
- Pulsasi arteri
- Pengisian kapiler
Perawatan rutin terhadap pasien pasca pemasangan bebat dan bidai adalah
elevasi ekstremitas secara rutin, pemberian obat analgetika dan anti inflamasi, serta anti
pruritik untuk mengurangi rasa gatal dan untuk mengurangi nyeri. Berikan instruksi kepada
pasien untuk menjaga bebatnya dalam keadaan bersih dan kering serta tidak melepasnya
lebih awal dari waktu yang diinstruksikan dokter.

D. KOMPLIKASI PEMASANGAN
Dalam 1-2 hari pasien kemungkinan akan merasakan bebatnya menjadi lebih
kencang karena berkembangnya oedema jaringan. Berikan instruksi secara jelas kepada
pasien untuk datang kembali ke dokter bila muncul gejala atau tanda gangguan
neurovaskuler atau compartment syndrome, seperti bertambahnya pembengkakan atau
rasa nyeri, kesulitan menggerakkan jari, dan gangguan fungsi sensorik.
E. REPOSISI FRAKTUR TERTUTUP DAN DISLOKASI
Penatalaksanaan fraktur terdiri dari manipulasi untuk memperbaiki posisi fragmen
dan splintage untuk menahan fragmen sampai menyatu. Penyembuhan fraktur didukung
oleh pemadatan tulang secara fisiologis, sehingga aktivitas otot dan pemberian beban awal
penting untuk dilakukan. Tujuan ini didukung oleh 3 proses yaitu reduksi, imobilisasi dan
latihan. Dua masalah yang penting yaitu bagaimana mengimobilisasi fraktur namun tetap
memungkinkan pasien menggunakan anggota gerak dengan cukup; hal ini adalah dua hal
yang berlawanan (menahan versus menggerakkan) yang dinginkan ahli bedah untuk
mempercepat kesembuhan (misalnya dengan fiksasi internal). Akan tetapi, ahli bedah juga
ingin menghindari resiko yang tidak diinginkan; ini adalah konflik kedua (kecepatan versus
keamanan). Faktor yang paling penting dalam menentukan kecenderungan untuk sembuh
secara alami adalah kondisi jaringan lunak sekitar dan suplai darah lokal. Fraktur energi
rendah (atau velositas rendah) hanya menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang parah,
walaupun fraktur terbuka ataupun tertutup.
Tscheme (Oestern and Tscherne, 1984) mengklasifikasikan fraktur tertutup sebagai
berikut :
● Grade 0 : Fraktur simple dengan sedikit atau tidak ada luka jaringan lunak
● Grade 1: Fraktur dengan abrasi superficial atau memar pada jaringan kulit dan
jaringan subkutan.
● Grade 2 : Fraktur yang lebih parah dengan tanda kerusakan jaringan lunak dan
ancaman sindrom compartment.
● Grade 3 : Fraktur dengan luka berat dengan kerusakan jaringan halus yang jelas.
Semakin parah tingkatan luka makan semakin besar kemungkinan membutuhkan
beberapa bentuk fiksasi mekanis; stabilitas tulang yang baik membantu penyembuhan
jaringan lunak.
1. Reduksi
Walaupun penatalaksanaan umum dan resusitasi harus didahulukan, namun
penanganan fraktur diharapkan tidak terlambat; pembengkakan bagian lunak selama 12
jam pertama menyebabkan reduksi semakin sulit. Meskipun demikian, terdapat
beberapa kondisi di mana reduksi tidak dibutuhkan yaitu :
a. Non displace fracture
b. Saat reduksi tidak memungkinkan pada kondisi awal penanganan (contoh:
fraktur kompresi pada vertebra)
Reduksi harus ditujukan untuk fragmen tulang dengan apposisi yang cukup dan garis
fraktur yang normal. Semakin besar area permukaan kontak antar fragmen semakin besar
kemungkinan terjadinya penyembuhan. Adanya jarak antara ujung fragmen merupakan
penyebab sering union yang terlambat atau nonunion. Di sisi lain, selama ada kontak dan
fragmen segaris (alignment) sedikit overlap pada permukaan fraktur masih diperbolehkan.
Pada fraktur yang meliputi pemukaan sendi, reduksi harus sedekat mungkin mendekati
sempurna karena adanya irreguleritas akan menyebabkan distribusi muatan yang abnormal
antarpermukaan yang akan berpredispoisisi pada perubahan degenaratif pada kartilago
sendi.
Terdapat 2 metode reduksi yaitu tertutup dan terbuka :
a. Reduksi Tertutup
Di bawah anestesi dan relaksasi otot, fraktur direduksi dengan 3 maneuver:
1). Bagian distal anggota gerak ditarik pada garis tulang;
2). Karena fragment terpisah, maka direduksi dengan melawan arah gaya awal
3). Garis fraktur yang lurus diusahakan pada setiap bidang.
Hal ini lebih efektif dilakukan ketika periosteum dan otot pada satu sisi fraktur
tetap utuh karena ikatan jaringan lunak mencegah over-reduction dan menstabilkan
fraktur setelah direduksi (Charnley 1961).
Beberapa fraktur sulit untuk direduksi dengan manipulasi karena tarikan otot yg
terlalu kuat sehingga membutuhkan traksi yang lama. Traksi tulang atau kulit selama
beberapa hari menyebabkan tegangan jaringan lunak menurun dan memudahkan
tejadinya alignment yg lebih baik; sebagai contoh hal dapat dilakukan untuk fraktur
femur, fraktur shaft tibia dan fraktur humerus supracondylus pada anak. Pada umumnya
reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur dislokasi minimal, untuk sebagian besar
fraktur pada anak, untuk fraktur yang tidak stabil setelah reduksi dan dapat digunakan
untuk beberapa bidai dan gips. Fraktur tidak stabil dapat direduksi juga dengan metode
tertutup sebelum dengan fiksasi internal atau eksternal. Hal ini dilakukan untuk
menghindari manipulasi langsung sisi fraktur oleh reduksi terbuka yang merusak suplai
darah lokal dan mungkin menyebabkan waktu penyembuhan lebih lambat. Traksi yang
mereduksi fragmen fraktur melalui ligamentotaxis (tarikan ligament) biasanya dapat
diaplikasikan menggunakan fracture table atau bone distraktor.
b. Reduksi Terbuka
Indikasi reduksi operatif yaitu : 1) reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan
mengontrol fragmen atau karena jaringan lunak berada diantaranya, 2) terdapat
fragmen sendi yang membutuhkan pengaturan posisi yang akurat, 3) untuk traksi
(avulsi) fraktur dengan fragmen yang terpisah.

Gambar 17. Reposisi tertutup (a) Traksi pada garis tulang (b) Disimpaksi (c) Menekan
fragmen pada posisi reduksi

2. Dislokasi
Dislokasi berarti permukaan sendi bergeser secara lengkap dan tidak utuh lagi.
Subluksasi menekankan pada pergeseran dengan derajat yang lebih ringan dengan
permukaan sendi sebagian masih berapposisi.
a. Gambaran Klinis
Oleh karena cedera, sendi terasa nyeri dan pasien berusaha untuk menghindari
pergerakan sendi. Bentuk sendi abnormal dan penanda tulang dapat bergeser. Anggota
gerak yang mengalami dislokasi sering ditahan pada posisi tertentu karena pergerakan
menyebabkan rasa nyeri dan juga terbatas. Foto sinar-X biasanya memperjelas
diagnosis, dan juga menunjukkan apakah ada luka tulang yang mempengaruhi
stabilitas sendi misalnya dislokasi fraktur. Sendi yang dicurigai terjadi dislokasi dapat
dites dengan menekannya, dan bila terjadi dislokasi pada lokasi tersebut pasien akan
merasakan rasa nyeri menetap yang tidak tertahankan lebih jauh.
Jika batas sendi dan ligamen rusak, dislokasi berulang dapat terjadi. Hal ini
terutama pada dislokasi sendi bahu dan sendi patellofemoral. Pada dislokasi habitual
(voluntary), pasien mengalami dislokasi atau subluksasi sendi karena kontraksi otot
secara volunter. Kelemahan ligament dapat mempermudah terjadinya hal ini.
b. Penatalaksanaan
Dislokasi harus direposisi sesegera mungkin; anestesi umum dan muscle
relaxant kadang dibutuhkan. Sendi kemudian diistirahatkan atau diimobilisasi sampai
pembengkakan jaringan lunak berkurang, biasanya setelah 2 minggu. Latihan
gerakan terkontrol dimulai dengan penguatan fungsi kemudian bertahap berkembang
dengan monitor fisioterapi. Biasanya rekonstruksi bedah dibutuhkan untuk kondisi
ketidakstabilan sendi yang masih tersisa.
c. Komplikasi
Komplikasi pada fraktur juga terlihat setelah dislokasi yaitu kerusakan
pembuluh darah, kerusakan saraf, nekrosis avaskular tulang, osifikasi heterotopic,
kaku sendi dan osteoarthritis sekunder.

F. PROSES PENYEMBUHAN
TULANG
Pada tulang berbentuk tubulus atau tabung, dan juga fiksasi yang tidak mutlak
stabil, maka pada umumnya, proses penyembuhan patah tulang akan terjadi melalui 5
tahapan, yaitu:
1. Kerusakan Jaringan dan Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah terputus dan terbentuk hematoma disekeliling sisi patah tulang .
Tulang pada permukaan patah tulang kehilangan suplai aliran darah dan menjadi
jaringan yang mati kurang lebih mencapai 1 – 2 milimeter
2. Inflamasi dan Proliferasi Seluler
Dalam waktu 8 jam setelah patah tulang, terjadi reaksi inflamasi akut dengan
terjadi proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam kanal intamedullar. Ujung –
ujung fragmen
dikelilingi oleh jaringan seluler, yang menjembatani ujung - ujung tepi patah tulang.
Hematoma yang menggumpal perlahan lahan diserap dan muncul pertumbuhan kapiler
baru menuju area tersebut.
3. Pembentukan Callus
Sel-sel berkembang biak dan berpotensi secara chodrogenic maupun osteogenic,
dalam suasana dan kondisi yang tepat maka sel – sel tersebut akan mulai terbentuk dan
dalam beberapa kasus juga mulai terbentuk sel tulang rawan. Populasi sel pada fase ini
juga mencakup osteoclast (yang mungkin berasal dari pembuluh darah baru) yang mulai
melapisi permukaan tulang yang mati. Massa selular yang tebal dengan gambaran adanya
sekumpulan sel tulang dan kartilago, membentuk kalus atau splinting pada permukaan
periosteal dan endosteal. Sebagai serat tulang yang immatur (anyaman tulang baru)
menjadi lebih padat dan termineralisasi, dan gerakan pada tepi - tepi patah tulang akan
mengalami pengurangan yang progresif dan akan berhenti pada saat patah tulang telah
bersatu.
4. Konsolidasi
Dengan berlanjutnya aktivitas dari osteoclastic dan osteoblastic, maka tulang woven
akan bertranformasi menjadi tulang lamellar. Sistem ini cukup kuat untuk memungkinkan
osteoclast untuk membuang semua debris pada garis patah tulang dan tepat dibelakang
dari osteoclast tersebut , maka osteoblast akan mengisi jarak yang tersisa antara fragmen
patah tulang dengan tulang yang baru. Hal ini adalah proses yang lambat dan memerlukan
waktu beberapa bulan sebelum tulang menjadi benar – benar kuat untuk menahan beban
secara normal.
5. Remodelling
Pada fase ini, garis patah tulang telah terisi atau dijembatani oleh tulang yang utuh.
Selama perjalanan waktu , beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun, maka bentuk
tulang akan berubah perlahan – lahan menyerupai tulang seperti aslinya seiring dengan
proses resorpsi dan formasi tulang.
Gambar 17 : 5 tahapan dalam proses penyembuhan patah tulang , (a) Fase kerusakan
jaringan dan pembentukan hematoma, (b) Fase Inflamasi dan proliferasi seluler, (c) Fase
pembentukan kalus, (d) Fase konsolidasi, (e) Fase Remodelling.

Untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk proses penyembuhan
patah tulang , mungkin tidak ada jawaban yang tepat yang mungkin banyak dipengaruhi oleh
usia, suplai darah, jenis patah tulang, dan faktor faktor lain yang mempengaruhi selama masa
penyembuhan patah tulang tersebut. Perkiraan atau prediksi yang memungkinkan adalah
berdasarkan Timetable Perkin’s dimana perkiraan ini sanagt sederhana. Patah tulang spiral
pada ekstremitas atas akan menyatu dalam waktu 3 minggu, untuk mencapai proses
konsolidasi harus dikalikan 2, sedangkan untuk ekstremitas bawah dikalikan 2 lagi, dan untuk
patah tulang transversal dikalikan 2 lagi. Untuk formula penghitungan yang lebih sederhana
lagi adalah sebagai berikut, patah tulang spiral pada ekstremitas atas memerlukan waktu 6 –
8 minggu untuk mencapai proses konsolidasi, untuk ekstremitas bawah diperlukan waktu 2
kali lebih lama. Hal ini perlu ditambahkan sebanyak 25% lagi bila patah tulangnya adalah
bukan patah tulang spiral atau melibatkan tulang femur. Sedangkan patah tulang pada anak-
anak tentu saja proses ini akan berlangsung lebih cepat, dengan perkiraan 2 kali lebih cepat.
Angka-angka ini dibuat hanya dengan perkiraan dan panduan secara kasar, dan tetap harus
ada bukti-bukti pemeriksaan secara klinis dan radiologis hingga pasti tercapainya proses
konsolidasi sebelum beban normal diperbolehkan pada tulang yang patah tulang tanpa
splinting
G. CONTOH KASUS
1. Seorang pria berusia 35 tahun pada saat menuruni tangga, karena kurang berhati-hati
pria tersebut terpeleset dan jatuh. Kaki kirinya bengkak dan sakit tetapi masih dapat
untuk berjalan. Keesokan harinya dibawa ke rumah sakit, dilakukan foto Rontgen dan
hasilnya tidak ada tulang yang patah. Saudara sebagai dokter umum, selain
memberikan terapi medikamentosa, penanganan apa yang perlu Saudara berikan?
Mengapa?
- Prinsip penanganan ?
- Perkiraan struktur apa yang mengalami cedera ?
- Cara penanganan ?
- Tehnik penanganan ?
- Observasi nya apa saja ?
2. Seorang tukang becak sedang mengayuh becaknya di jalan raya yang masih cukup
ramai di malam minggu sekitar pukul 22.00 WIB. Tiba-tiba dari arah berlawanan
muncul sebuah mobil yang dikendarai keluar dari jalurnya dengan kecepatan tinggi,
dan pengendaranya agak mengantuk. Bapak becak berhasil sedikit menghindar, tetapi
sayang paha kanannya tetap terkena hantaman mobil. Bapak becak tersebut sama
sekali tidak dapat mengangkat tungkainya, karena terasa amat nyeri, memar tanpa
ada luka terbuka dan merah. Bapak tersebut adalah pengguna Kartu Sehat. Kebetulan
Saudara sebagai dokter umum dan sedang melewati jalan tersebut. Tindakan apa
yang akan Saudara lakukan?
- Prinsip penanganan ?
- Perkiraan struktur apa yang mengalami cedera ?
- Cara penanganan ?
- Tehnik penanganan ?
- Observasi nya apa saja ?
3. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun sedang menaiki sepedanya sepulang dari
sekolah dengan kencang. Kemudian ada beberapa ekor kambing yang berjalan
melintasi jalan 5 meter didepannya. Anak tersebut berusaha mengerem sepedanya
dan menghindari kambing-kambing itu, tetapi akhirnya dia terjatuh dengan tumpuan
tangan kirinya. Anak tersebut merasakan sakit yang luar biasa pada tangan kirinya
dan sulit menggerakkan lengannya, setelah itu lengan kirinya tampak membengkak
dan memerah dan lengan bawahnya ada cekungan ke bawah. Orang yang berada di
sekitar tempat kejadian, segera
mengantar anak ini ke Puskesmas yang terdekat. Saudara sebagai dokter Puskesmas
apa yang akan Saudara lakukan?
- Prinsip penanganan ?
- Perkiraan struktur apa yang mengalami cedera ?
- Cara penanganan ?
- Tehnik penanganan ?
- Observasi nya apa saja ?
4. Seorang mahasiswi Kedokteran semester II mengendarai sepeda motor dengan
terburu- buru menuju ke kampus karena ada pretest. Saat itu kondisi jalan licin
setelah diguyur hujan semalaman. Tiba-tiba di tikungan jalan sepeda motornya oleng
karena bannya selip. Dia terjatuh dan bahu kanannya terantuk stang sepeda motornya
sehingga memar dan nyeri bila digerakkan. Kebetulan Anda adalah seorang dokter
umum terdekat dan dia diantar ke tempat praktek saudara, pertolongan dan saran
apa yang akan saudara berikan?
- Prinsip penanganan ?
- Perkiraan struktur apa yang mengalami cedera ?
- Cara penanganan ?
- Tehnik penanganan ?
- Observasi nya apa saja ?

H. PENUTUP
Pembebatan dan pembidaian merupakan keterampilan medis untuk memberikan
pertolongan pertama pada trauma atau kasus kecelakaan dengan prinsip
mengimobilisasikan bagian tubuh yang mengalami gangguan atau patah tulang.
Pembebatan atau bandage adalah pertolongan pertama pada kasus trauma
yang
sifatnya non-fraktur, sedangkan pembidaian atau splint diberikan pada kasus trauma
yang dicurigai adanya tanda-tanda fraktur.

Anda mungkin juga menyukai