Anda di halaman 1dari 4

Kerangka Acuan

Seminar Publik Hari Anti Penyiksaan

Jakarta, 25 Juni 2021

Latar Belakang

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) merupakan


Lembaga Negara Independen yang berfungsi sebagai Lembaga Nasional Hak Asasi Manusia
dengan mandat spesifik, yaitu menciptakan kondisi yang kondusif bagi penghapusan
kekerasan terhadap perempuan. Komnas Perempuan didirikan melalui Keputusan Presiden
nomor 181/1998 yang diperkuat oleh Peraturan Presiden tahun 65 tahun 2005.

Sejak tahun 2016, Komnas Perempuan bersama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Ombudsman RI dan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membangun Kerja sama Untuk Pencegahan
Penyiksaan (KUPP). Kerja sama ini diperpanjang dalam Penandatanganan Nota
Kesepahaman Bersama dan Perjanjian Kerja Sama pada 17 April 2021 terkait Upaya
Pengawasan dan Pencegahan Penyiksaan serta Perlakuan atau Penghukuman lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat terhadap Setiap Orang yang Berada di
Tempat-Tempat Terjadinya Pencabutan Kebebasan, Penghormatan, Perlindungan dan
Pemenuhan Hak Asasi Manusia.

Kerja sama ini dibutuhkan, untuk mencegah dan menghentikan praktek penyiksaan. Maka
dari itu perpaduan energi dan kewenangan lima (5) lembaga negara ini akan mampu untuk
mendorong lembaga lain yang memiliki otoritas langsung atas tempat-tempat terjadinya
penyiksaan itu bisa mencegah sedari dini.  Pengakuan atas hak untuk bebas dari penyiksaan
dijamin secara tegas dalam Konstitusi, yaitu Pasal 28G Ayat (2) dan Pasal 28I Ayat (1) UUD
1945. Mengacu pada Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 013/PUU-1/2003, pengaturan
tentang pembatasan hak sebagaimana diatur oleh Pasal 28J Ayat (2) UUD 1945 tidak berlaku
bagi hak-hak yang telah dikecualikan oleh Konstitusi itu sendiri, termasuk hak untuk bebas
dari penyiksaan.

Perlindungan ini juga dapat ditemukan dalam berbagai undang-undang1 Karena seriusnya
tindakan ini bagi martabat manusia, hak setiap orang untuk bebas dari penyiksaan merupakan
hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non-derogable rights), sebagaimana
diatur dalam UUD tersebut di atas dan pasal 4 UU Hak Asasi Manusia, pasal 33 ayat 1 UU

1 UU HAM No. 39/1999, Pasal 33 UU No. 5/1998 mengenai Pengesahan Convention Against Torture and Other Cruel,
Inhuman, or Degrading Treatment of Punishment, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer; dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban.
HAM. Secara internasional larangan dan prinsip yang sama dapat ditemukan dalam Deklarasi
Umum Hak Asasi Manusia (pasal 5), Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik (pasal
7) dan Konvensi Anti Penyiksaan yang juga telah diratifikasi oleh Indonesia. Negara
mempunyai kewajiban Erga Omnes untuk tidak memberi impunitas pada pelaku kejahatan
penyiksaan ini.

Salah satu yang menjadi fokus dari Kerja sama untuk Pencegahan Penyiksaan (KuPP) ini
adalah melakukan kampanye publik untuk memperkuat Gerakan Anti Penyiksaan. Kampanye
gerakan anti penyiksaan dilakukan dalam berbagai medium. Sebagai upaya membangun
kesadaran publik berbagai kasus yang memiliki unsur penyiksaan dapat menjadi
pembelajaran untuk mencegah dan meminalisir terjadinya kembali tindakan yang dilarang
tersebut. Sekalipun semua yang berada dalam detensi, tahanan dan tempat serupa tahanan
adalah kelompok yang rentan menjadi sasaran penyiksaan dan ill treatment, beberapa
kelompok mengalami kerentanan khusus seperti perempuan, anak-anak, kelompok minoritas
dan mereka yang memiliki ketergantungan medik dan psikologis.

Dalam menyambut Hari Anti Penyiksaan pada 26 Juni mendatang, tim KuPP lintas 5
lembaga negara akan mengadakan Seminar Publik menghadirkan DPR RI, Pemerintah dan
pendamping korban dengan mengambil tema Kenali dan Cegah Penyiksaan, Wujudkan
Segera Ratifikasi OPCAT. Kegiatan ini juga akan melibatkan partisipasi masyarakat sipil dan
media untuk turut berdiskusi dan mengawal pesan kampanye anti penyiksaan dan mendorong
negara meratifikasi OPCAT.

Tujuan

1. Mendorong DPR RI dan Pemerintah untuk segera meratifikasi OPCAT


2. Meningkatkan pemahaman masyarakat umum tentang pelarangan absolut terhadap
penyiksaan dan pentingnya pencegahan penyiksaan
3. Menggalang kerja sama dan dukungan masyarakat sipil dan media untuk kampanye anti
penyiksaaan

Output

1. Ada komitmen DPR RI dan Pemerintah dalam mendorong ratifikasi OPCAT


2. Adanya kesadaran anti penyiksaan di masyarakat umum
3. Adanya pemberitaan media berkaitan dengan gerakan kampanye anti penyiksaan

Kegiatan

● Seminar Publik : “Kenali dan Cegah Penyiksaan, Wujudkan Segera Ratifikasi


OPCAT”

Kegiatan ini akan difasilisitasi 1 moderator perwakilan media dan menghadirkan narasumber
perwakilan 5 lembaga negara yang tergabung dalam KuPP, DPR RI, Pemerintah dan
pendamping korban. Kegiatan ini akan diikuti dan dibuka oleh Perwakilan Uni Eropa dan
dihadiri beberapa Kementerian, jaringan msyarakat sipil, Lapas, Kepolisian serta media.

Waktu

Tanggal/Hari : Jumat/ 25 Juni 2021


Pukul : 08.30-12.00 WIB
Tempat : Shangri-La Hotel Jakarta
Jl. Jend. Sudirman No.Kav. 1, Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10220

Daftar Undangan  undangan dibuat satu2

1. Perwakilan Uni Eropa  dutabesar


2. Perwakilan Kementerian Hukum dan Ham 
3. Perwakilan Kementerian Sosial
4. Perwakilan Kementerian Kesehatan
5. Perwakilan LAPAS
6. Perwakilan Kepolisian RI
7. Komnas HAM
8. Komnas Perempuan
9. KPAI
10. LPSK
11. Ombusman RI
12. KontraS
13. ELSAM
14. IKOHI
15. LBH Apik Jakarta
16. Perempuan Mahardhika
17. Amnesty Internasional
18. LBH Jakarta
19. LBH Masyarakat
20. Imparsial
21. HRWG
22. JRS
23. SUAKA
24. Perhimpunan Jiwa Sehat
25. Center for Detention Studies (CDS)
26. PSHK
27. PBHI
28. Sekretariat KuPP

Jadwal Kegiatan

Jumat, 25 Juni 2021


Pukul Acara Penanggung Jawab
08.30-09.00 wib Test antigen dan registrasi Panitia
09.00-09.05 wib Pembukaan oleh MC MC

Menyanyikan Lagu Indonesia


Raya
09.05-09.15 wib Sambutan dari Uni Eropa Perwakilan Uni Eropa

Sambutan dari Lembaga Komnas Perempuan


perwakilan KuPP (Andy Yentriyani, Ketua Komnas
Perempuan)
09.15-10.00 wib Pengantar dari Narasumber Moderator : Widya Saputra (Metro
TV)

Narasumber:
1. Lembaga Perwakilan KuPP ( Sandra
Moniaga, Komisioner Komnas HAM)
2. Perwakilan DPR RI ( Taufik Basari,
Anggota Komisi III DPR RI)i
3. Perwakilan Pemerintah (Dirjen PAS)
4. Pendamping korban (KontraS)

10.00-11.45 wib Tanya Jawab dan diskusi Moderator


12.00 wib - selesai Penutup MC dan Sekretariat KuPP

(dilanjutkan ISHOMA)

Penutup

Demikian kerangka acuan kegiatan ini dibuat. Untuk informasi lebih lanjut dapat
menghubungi Sdri. Ismi 085868380091 dan Sdri. Yulita 08562951873. Sebagai informasi,
sebelum acara mulai akan dilakukan test antigen dimohon untuk hadir lebih awal. Terima
kasih.

Anda mungkin juga menyukai