Kerangka Acuan Seminar Publik KuPP - 25juni2021
Kerangka Acuan Seminar Publik KuPP - 25juni2021
Latar Belakang
Sejak tahun 2016, Komnas Perempuan bersama Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM), Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Ombudsman RI dan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membangun Kerja sama Untuk Pencegahan
Penyiksaan (KUPP). Kerja sama ini diperpanjang dalam Penandatanganan Nota
Kesepahaman Bersama dan Perjanjian Kerja Sama pada 17 April 2021 terkait Upaya
Pengawasan dan Pencegahan Penyiksaan serta Perlakuan atau Penghukuman lain yang
Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat terhadap Setiap Orang yang Berada di
Tempat-Tempat Terjadinya Pencabutan Kebebasan, Penghormatan, Perlindungan dan
Pemenuhan Hak Asasi Manusia.
Kerja sama ini dibutuhkan, untuk mencegah dan menghentikan praktek penyiksaan. Maka
dari itu perpaduan energi dan kewenangan lima (5) lembaga negara ini akan mampu untuk
mendorong lembaga lain yang memiliki otoritas langsung atas tempat-tempat terjadinya
penyiksaan itu bisa mencegah sedari dini. Pengakuan atas hak untuk bebas dari penyiksaan
dijamin secara tegas dalam Konstitusi, yaitu Pasal 28G Ayat (2) dan Pasal 28I Ayat (1) UUD
1945. Mengacu pada Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 013/PUU-1/2003, pengaturan
tentang pembatasan hak sebagaimana diatur oleh Pasal 28J Ayat (2) UUD 1945 tidak berlaku
bagi hak-hak yang telah dikecualikan oleh Konstitusi itu sendiri, termasuk hak untuk bebas
dari penyiksaan.
Perlindungan ini juga dapat ditemukan dalam berbagai undang-undang1 Karena seriusnya
tindakan ini bagi martabat manusia, hak setiap orang untuk bebas dari penyiksaan merupakan
hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non-derogable rights), sebagaimana
diatur dalam UUD tersebut di atas dan pasal 4 UU Hak Asasi Manusia, pasal 33 ayat 1 UU
1 UU HAM No. 39/1999, Pasal 33 UU No. 5/1998 mengenai Pengesahan Convention Against Torture and Other Cruel,
Inhuman, or Degrading Treatment of Punishment, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer; dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban.
HAM. Secara internasional larangan dan prinsip yang sama dapat ditemukan dalam Deklarasi
Umum Hak Asasi Manusia (pasal 5), Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik (pasal
7) dan Konvensi Anti Penyiksaan yang juga telah diratifikasi oleh Indonesia. Negara
mempunyai kewajiban Erga Omnes untuk tidak memberi impunitas pada pelaku kejahatan
penyiksaan ini.
Salah satu yang menjadi fokus dari Kerja sama untuk Pencegahan Penyiksaan (KuPP) ini
adalah melakukan kampanye publik untuk memperkuat Gerakan Anti Penyiksaan. Kampanye
gerakan anti penyiksaan dilakukan dalam berbagai medium. Sebagai upaya membangun
kesadaran publik berbagai kasus yang memiliki unsur penyiksaan dapat menjadi
pembelajaran untuk mencegah dan meminalisir terjadinya kembali tindakan yang dilarang
tersebut. Sekalipun semua yang berada dalam detensi, tahanan dan tempat serupa tahanan
adalah kelompok yang rentan menjadi sasaran penyiksaan dan ill treatment, beberapa
kelompok mengalami kerentanan khusus seperti perempuan, anak-anak, kelompok minoritas
dan mereka yang memiliki ketergantungan medik dan psikologis.
Dalam menyambut Hari Anti Penyiksaan pada 26 Juni mendatang, tim KuPP lintas 5
lembaga negara akan mengadakan Seminar Publik menghadirkan DPR RI, Pemerintah dan
pendamping korban dengan mengambil tema Kenali dan Cegah Penyiksaan, Wujudkan
Segera Ratifikasi OPCAT. Kegiatan ini juga akan melibatkan partisipasi masyarakat sipil dan
media untuk turut berdiskusi dan mengawal pesan kampanye anti penyiksaan dan mendorong
negara meratifikasi OPCAT.
Tujuan
Output
Kegiatan
Kegiatan ini akan difasilisitasi 1 moderator perwakilan media dan menghadirkan narasumber
perwakilan 5 lembaga negara yang tergabung dalam KuPP, DPR RI, Pemerintah dan
pendamping korban. Kegiatan ini akan diikuti dan dibuka oleh Perwakilan Uni Eropa dan
dihadiri beberapa Kementerian, jaringan msyarakat sipil, Lapas, Kepolisian serta media.
Waktu
Jadwal Kegiatan
Narasumber:
1. Lembaga Perwakilan KuPP ( Sandra
Moniaga, Komisioner Komnas HAM)
2. Perwakilan DPR RI ( Taufik Basari,
Anggota Komisi III DPR RI)i
3. Perwakilan Pemerintah (Dirjen PAS)
4. Pendamping korban (KontraS)
(dilanjutkan ISHOMA)
Penutup
Demikian kerangka acuan kegiatan ini dibuat. Untuk informasi lebih lanjut dapat
menghubungi Sdri. Ismi 085868380091 dan Sdri. Yulita 08562951873. Sebagai informasi,
sebelum acara mulai akan dilakukan test antigen dimohon untuk hadir lebih awal. Terima
kasih.